BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 State Of The Art Review Sebagai acuan yang mendasari penelitian ini penulis merujuk pada beberapa penelitian terdahulu yang membahas permasalahan isolasi minyak transformator yaitu : 1. Farida, Lailiyana, 2010 melakukan tes dissolved gas analysis, pengujian tegangan tembus minyak, pengujian tahanan isolasi pada transformator daya kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Markov, untuk mencari nilai keandalan. Nilai keandalan digunakan sebagai sampel data untuk analisis kinerja transformator daya dan langkah-langkah yang akan dilakukan, hasilnya dari nilai keandalan itu bisa diketahui kualitas transformator untuk tahun berikutnya. 2. Eranto, Aditya 2009, melakukan analisis DGA (Dissolved Gas Analysis) untuk menganalisis gas-gas terlarut dalam minyak transformator dan akan mendiagnosa kemungkinan gangguan yang terjadi di internal transformator tenaga , transformator 1 GI Banyuwangi. Dengan menggunakan metode dissolved gas analysis (DGA) maka dapat diketahui bahwa sampel minyak transformator 1 GI Banyuwangi mengalami peningkatan konsentrasi gas dalam ppm yang signifikan, sehingga mengindikasikan gangguan yang cukup besar. Analisis gangguan yang dilakukan pada akhirnya akan digunakan untuk melakukan pemeliharaan
5
6
3. Alfian Junaidi, 2008 , meneliti pengaruh perubahan suhu terhadap nilai tegangan tembus minyak, Minyak yang diuji adalah minyak Shell (Diala- B) dibandingkan dengan mesran super SAE-40 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menahan tegangan tembus bahan isolator cair (Mesran Super SAE 40) masih di bawah standar yang ditetapkan oleh standar ASTM D-877 4. Yuan Li dan kawan-kawan, 2013 , makalah ini menyajikan konsep Aging Index (AI), yang merupakan alat praktis yang menggabungkan hasil pemeriksaan rutin, dan pengujian laboratorium untuk memperkirakan kondisi penuaan transformator terendam minyak. Sistem ini akan didedikasikan untuk pengambilan keputusan dan perencanaan penggantian transformator .Hasilnya penelitian ini memiliki prospek aplikasi yang baik.
5. N.A.Muhamad dan kawan-kawan, meneliti akurasi dan konsistensi dari metode interpretasi kondisi transformator , metode interpretasi yang di bandingkan adalah metode Roger Ratio, IEC , Nomograph, Doernenburg, Duval Triangle , Key Gas . Dan dari hasil perbandingan tersebut didapatkan bahwa metode Duval Triangel memiliki nilai akurasi dan konsistensi yang paling tinggi dibandingkan metode yang lainnya.
6. K.R. Hooft Van Huysduynen dan kawan-kawan, 2010 Makalah ini menyajikan proses pengambilan keputusan tentang operasi, pemeliharaan dan penggantian sirkuit kabel bawah tanah HV berisi minyak (SCFF) yang telah terpasang sekitar 40-50 tahun. Pada makalah ini juga di diskusikan usulan model perhitungan untuk mendukung keputusan dalam
7
operasi, pemeliharaan dan penggantian , terkait umur pakai kabel.
sambungan
Hasilnya dengan membuat suatu pengklasifikasian skor dapat
membantu untuk menilai resiko bisnis terhadap aset, dengan menggabungkan faktor teknis ,ekonomis dan faktor strategi. Pembuatan alat pengklasifikasian sangat membantu para pembuat keputusan dalam menentukan apakah kabel /utilitas tersebut akan diganti atau tidak.
Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan seperti tersebut diatas, maka penulis melanjutkan penelitian sebelumnya yang cuma meneliti satu transformator daya saja , kini penulis akan meneliti Transformator Distribusi Tegangan Menengah, serta meneliti transformator berdasarkan hasil uji kandungan gas terlarut /DGA, uji tegangan tembus, pembebanan, dan suhu transformator. Dengan demikian diharapkan didapat hasil analisis yang lebih akurat sehingga hasil ini akan dijadikan data awal untuk prioritas pemeliharaan berkala dari transformator di wilayah kerja PT.Angkasa Pura I (Persero) Bandara Ngurah Rai.
2.2 Teori Dasar Transformator Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder ) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan
8
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri ( self induction ) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh
induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama
( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi ).
2.3 Kontruksi Transformator
Gambar 2.1 Kontruksi Transformator
9
Pada umumnya kontruksi transformator terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut 1. Inti (core) yang dilaminasi. 2. Dua buah kumparan, kumparan primer dan sekunder. 3. Tangki. 4. Sistem pendingin. 5. Terminal Tap Changer 6. Bushing. Dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Inti Besi
Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh “Eddy Current”.
2. Kumparan Transformator
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan isolasi padat seperti karton, pertinax dan lain-lain.
Umumnya pada transformator terdapat kumparan primer dan sekunder. Bila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut timbul fluksi yang menginduksikan tegangan, bila pada
10
rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka akan mengalir arus pada kumparan ini. Jadi kumparan sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
3. Minyak Transformator
Sebagian besar trafo tenaga kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak transformator, terutama transformator tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas dan bersifat pula sebagai isolasi (daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi .
4. Bushing
Hubungan antara kumparan trasformator ke jaringan luar melalui sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi
sebagai
penyekat
antara
konduktor
tersebut
dengan
tangki
transformator.
2.4 Gas Terlarut Pada Minyak Transformator Minyak transformator merupakan campuran komplek dari melekulmelekul hidrokarbon yang mengandung kelompok melekul CH3, CH2 dan CH yang terikat. Pemecahan beberapa ikatan antara unsur C-H dan C-C sebagai akibat kegagalan termal ataupun elektris akan menghasilkan fragmen-fragmen ion seperti H*,CH3*, CH2*, CH* dan C* yang nantinya akan berkombinasi menghasilkan melekul-melekul gas seperti hydrogen (H-H), metana (CH3-H), etana (CH3-CH3), etilen (CH2=CH2) ataupun asitilen (CH=CH) . Gas-gas ini dikenal dengan istilah fault gas.
11
Tabel 2.1 Molekul Gas Hidrokarbon ( DiGiorgio, J.B. 2005)
Sumber : DiGiorgio, J.B. 2005
Sebagian gas yang berasal dari minyak isolasi pada dasarnya mempunyai sifat yang mudah terbakar. Selama gas tersebut berada pada transformator yang sedang beroprasi maka jumlah gas akan terlarut dalam minyak sebagai gas terlarut (dissolved gases), sehingga akan menurunkan kualitas transformator. Padahal kualitas minyak adalah sangat penting dalam menjamin kelangsungan oprasi suatu transformator dan umur dari transformator, tergantung dari umur isolasinya.
12
Selain itu minyak transformator harus mempunyai sifat melarutkan gasgas terutama gas-gas yang mudah terbakar. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kebakaran. Dengan
adanya
gas
terlarut
dalam
minyak
dalam
transformator dapat digunakan untuk mendeteksi dan memperkirakan kondisi transformator yang sedang beroprasi. Penyebab utama terbentuknya gas-gas dalam kondisi operasi transformator adalah adanya gangguan seperti :
a. Thermal Degradasion Indikasi gas yang terjadi pada gangguan ini adalah terbentuknya gas Etilen (C2H4), Metana (CH4), Hidrogen (H2), Etana (C2H6). Kegagalan pada temperatur rendah memerlukan area yang luas sehingga menimbulkan gasgas tersebut. Dan pada temperatur rendah ini proses pilorisis pada minyak transformator akan membebaskan gas terutama metana dan etana dan sejumlah kecil gas etilen dan hidrogen. Sedangkan kegagalan gas karena temperatur tinggi ditunjukkan dengan adanya gas etilen (C2H4) sebagai gas yang paling dominan.
b. Arching Indikasi gas yang terbentuk pada gangguan ini adalah terbentuknya gas Hidrogen (H2) dan Asitilen (C2H2). Tembusnya asolasi minyak akibat arching ditunjukkan adanya gas hidrogen dan asitilen sebagai gas domain pada penguraian ini.
13
c. Partial Discharge Petunjuk yang paling nyata dalam proses partial dischage dalam sistem tertutup adalah timbulnya gas Hidrogen (H2).
2.5 Disolved Gas Analisis (DGA) DGA secara harfiah dapat diartikan sebagai analisis kondisi transformator yang dilakukan berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak transformator. Pengujian kandungan gas terlarut pada minyak trafo akan memberikan informasi terkait akan kondisi dan kualitas kerja transformator secara keseluruhan. Uji DGA dilakukan pada sampel minyak yang diambil dari transformator, kemudian gas-gas terlarut (dissolved gas) tersebut diekstrak. Gas yang telah diekstrak lalu dipisahkan, diidentifikasi komponen-komponen individualnya, dan dihitung kuantitasnya (dalam satuan part per million – ppm ). Pengambilan sampel minyak untuk pengujian DGA mengacu pada IEC standard 567. Pengambilan sampel minyak dengan cara yang benar akan memberikan hasil analisa yang baik pada pengujian DGA, apabila pengambilan sampel minyak dilakukan salah maka hasil pengujian akan tidak akurat.
Langkah uji DGA : a. Pengambilan sampel Uji b. Ekstraksi Gas c. Interpretasi Data d. Pengambilan Kesimpulan
14
2.5.1 Metode Ekstraksi Gas Metode ekstraksi gas dalam uji gas terlarut ada 2 macam yaitu:
1. Gas Cromatograph
Teknik memisahkan zat-zat tertentu dari sebuah senyawa gabungan berdasarkan tingkat penguapannya (volatility). Cara kerjanya berdasarkan sifat penyerapan sistem kolom cromatografi gas terhadap sampel . sampel yang diinjeksikan akan di alirkan oleh gas pembawa. Gas-gas yang mempunyai sifat penyerapan yang berbeda akan terpisah. Pemisahan gas-gas ini akan di deteksi oleh detector yang dikonversikan ke dalam sistem pencatat . Jenis dan jumlah gasnya dapat diketahui dengan membandingkannya dengan jumlah gas standar yang sebelumnya sudah diketahui komposisinya.
Gambar 2.2 Metode Ekstraksi dengan Gas Cromatograph. (Ivanka Atanasova-Höhlein,2012)
15
2. Photoacoustic Spectroscopy
Dengan radiasi gelombang elektromagnetik dalam menentukan konsentrasi gas terlarut.
Gambar 2.3 Metode Ekstraksi dengan Photoacoustic Spectroscopy (Muhammad Faishal A. R., Karnoto, Tejo Sukmadi)
2.5.2 Metode Interpretasi DGA Ada beberapa metode interpretasi DGA (N. A. Muhamad, 2007 ) yaitu : 1. TDCG 2. Key Gas 3. Roger,s Ratio 4. Duval,s Triangel
16
1. TDCG Analisa jumlah total gas terlarut yang mudah terbakar / TDCG (Total Dissolved
Combustible
Gas)
akan
menunjukkan
keadaan
transformator
berdasarkan jumlah kandungan gas yang mudah terbakar yang terkandung dalam minyak transformator. Tabel 2.2 Batasan Konsentrasi Gas Terlarut
*Gas CO2 tidak termasuk dalam metode TDCG Sumber : Muhammad Faishal A. R., Karnoto, Tejo Sukmadi
Kondisi 1 Total gas terlarut yang mudah terbakar (TDCG) di atas menunjukkan transformator beroperasi dengan baik/ normal. Kondisi 2 TDCG dalam kisaran ini menunjukkan tingkat gas yang mudah terbakar lebih besar dari biasanya. Kesalahan mungkin hadir pada kondisi transformator seperti ini. Pengambilan sampel DGA setidaknya dilaksanakan cukup sering untuk menghitung jumlah angkatan gas per hari untuk masing-masing gas. Kondisi 3 TDCG
dalam
kisaran
ini
menunjukkan
tingkat
dekomposisi
selulosa isolasi dan / atau minyak yang tinggi. Setiap gas individu yang mudah
17
terbakar yang melebihi batasan gas yang ditentukan dalam tabel harus memiliki investigasi lainnya. Sebuah kesalahan
mungkin hadir pada kondisi ini.
Pengambilan sampel DGA setidaknya cukup sering untuk menghitung jumlah gas generasi per hari untuk masing-masing gas.
Kondisi 4 TDCG dalam kisaran ini menunjukkan dekomposisi yang berlebihan selulosa isolasi dan / atau minyak. Operasi Lanjutan dapat mengakibatkan kegagalan transformator. Dengan metoda ini ada dua parameter yang harus dilihat dalam menentukan tindak lanjut pada transformator yang diuji dan periode pengambilan sampel minyak. •
Tingkat TDCG
•
Tingkat kenaikan TDCG/ hari Nilai peningkatan pembentukan gas menandakan masalah oleh karena itu
pendeknya jarak pengambilan sampel sangat direkomendasikan.
18
Tabel 2.3 Periode pengambilan sampel minyak dan prosedur operasi pada tiap kondisi dan nilai TDCG.
Sumber : Farida, Lailiyana . 2010
2. Key Gas Gas gas yang dilihat pada metode ini adalah gas-gas yang terbentuk dari proses penurunan kualitas minyak & kertas selulosa yaitu H2, CH4, C2H2, C2H4, C2H6, CO. kecuali CO dan CO2 semua gas tersebut terbentuk dari pemburukan minyak itu sendiri sedangkan CO dan CO2 terbentuk dari pemburukan isolasi kertas.
19
Relative Proportion (%)
Overheated Oil 100 80
63
60 40 20
16
19
CH4
C2H6
2
0 CO
H2
C2H4
C2H2
Gas
Gambar 2.4 . Grafik Prosentase Gas Kunci C2H4 /Kriteria Thermal Oil
Thermal – Oil Hasil pemburukan termasuk ethylene dan methane, ditambah dengan kecilnya kehadiran hydrogen dan methane. Gas Kunci : Ethylene (C2H4)
Relative Proportion (%)
Overheated Seulosa 100
92
80 60 40 20 0 CO
H2
CH4
C2H6
C2H4
C2H2
Gas
Gambar 2.5 . Grafik Prosentase Gas Kunci CO /Kriteria Thermal-Celullose Thermal – Celullose Jumlah besar dari senyawa CO dan CO2 dibentuk dari panas berlebih pada kertas sellulose. Gas kunci : Carbon monoksida (CO)
20
Relative Proportion (%)
Corona in Oil 100
85
80 60 40 13
20
1
1
C2H6
C2H4
0 CO
H2
CH4
C2H2
Gas
Gambar 2.6 . Grafik Prosentase Gas Kunci H2 /Kriteria Electrical-Corona
Electrical – Korona Elektrik discharge low- energy menghasilkn hydrogen dan methane, dengan jumlah kecil ethane dan ethylene. Gas kunci: Hidrogen (H2)
Relative Proportion (%)
Arcing in Oil 100 80 60 60 40
30
20 0
5
2
2
CH4
C2H6
C2H4
0 CO
H2
C2H2
Gas
Gambar 2.7 . Grafik Prosentase Gas Kunci C2H2 /Kriteria Arcing in Oil
Electrical – Arcing Jumlah yang banyak dari hydrogen dan acetylene dengan jumlah sedikit methane dan ethylene terjadi saat arcing.
21
Gas kunci : acetylene (C2H2) 3. Rogers Ratio Adalah salah satu metoda tambahan yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan apa yang terjadi berdasarkan komposisi gas terlarut di minyak isolasi. Metoda Roger Ratio adalah membandingkan jumlah dari berbagai gas berbeda dengan membagi satu gas dengan yang lainnya, hal ini membentuk sebuah rasio perbandingan antara satu gas dengan yang lain. Pada grafik pembentukan gas dapat dilihat pada keadaan suhu tertentu suatu gas akan terbentuk lebih besar dari gas lainnya. Roger menggunakan hubungan ini dengan melihat bahwa pada suhu tertentu maka akan terdapat komposisi dari gas yang dapat dibuat rasionya. Seperti analisa Key gas metoda ini bukanlah hal pasti hanya alat bantu untuk menganalisa masalah pada transformator. Metoda Roger Ratio menggunakan 3 (tiga) rasio gas. Aturan Penggunaan Roger Ratio : Jangan membuat keputusan hanya berdasarkan rasio bila satu atau dua gas yang digunakan dalam rasio nilainya lebih kecil dari sepuluh kali nilai yang dapat dibaca Gas Chromatograph. Aturan ini untuk meyakinkan bahwa instrumen yang tingkat akurasinya kurang hanya berdampak kecil pada rasio. Bila satu atau dua gas yang digunakan dalam rasio nilainya lebih kecil dari sepuluh kali nilai batas bukan berarti tidak dapat menggunakan roger ratio, hanya saja hasilnya tidak sepasti data yang sesuai aturan.
22
Tabel 2.4 Roger Ratio Code
Sumber : Ali Saeed Alghamdi, Abubakar A.Sulaiman, Nor Asiah Muhamad. 2012
23
4. Duval Triangel / Segitiga Duval
Gambar 2.8 Koordinat Segitiga Duval
Koordinat segitiga (IEEE Duval, M. and J. Dukarm, 2005) : %CH4 = CH4/(CH4+C2H4+C2H2) x100%
%C2H4 = C2H4 / (CH4+C2H4+C2H2) x100%
%C2H 2= C2H2 / (CH4+C2H4+C2H2) x100%
Sama halnya dengan Roger, metoda ini menggunakan perbandingan yang memanfaatkan gas hidrokarbon. Namun pada metoda ini hanya tiga senyawa gas yang di bandingkan. Gas-gas methane, ethylene dan acetylene dibandingkan terhadap jumlah akumulasi dari ketiga gas gas tersebut. Metoda Duval ini dilengkapi dengan grafik tiga koordinat yang berbentuk segitiga sama sisi, dimana nilai dari setiap koordinat adalah persentase tiap gas terhadap total ketiga gas. Berapa pun koordinatnya pasti akan menunjuk ke salah
24
satu jenis gangguan. Terdapat tujuh gangguan yang menjadi interpretasi dari komposisi ketiga gas tersebut. (IEEE Duval, M. and J. Dukarm, 2005) PD = Partial Discharge T1 = Thermal Fault Less than 300 °C T2 = Thermal Fault Between 300 °C and 700 °C T3 = Thermal Fault Greater than 700 °C D1 = Low Energy Discharge (Sparking) D2 = High Energy Discharge (Arcing) DT = Mix of Thermal and Electrical Faults Segitiga Duval tidak bisa meginterpretasi semua data. Syarat menggunakan metoda ini adalah setidaknya satu dari ketiga gas hidrokarbon harus berada pada kondisi diatas kondisi 1 (Metoda TDCG) dan Peningkatan gasnya berada pada status G2 Tabel 2.5 Syarat Menggunakan Metode Segitiga Duval
Sumber : IEEE , Duval, M. and J. Dukarm, 2005
25
2.6 Klasifikasi Tingkat Prioritas Pemeliharaan. Berbagai penelitian yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam manajemen aset telah banyak dilakukan. Hasil penelitian tersebut sangat berguna untuk membantu para pengambil keputusan dalam menentukan tindakan lebih lanjut terkait dengan aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan penyedia energi listrik. Untuk pengambilan keputusan dalam manajemen aset, biasanya digunakan sejumlah parameter yang meliputi analisis teknis dan ekonomis. Dalam hal parameter teknis, nilai kandungan gas yang terlarut dalam minyak telah digunakan secara luas . Penjadwalan perawatan trasformator menggunakan empat pendekatan interpretasi hasil uji DGA, yang meliputi metode TDCG, Key Gas, Roger’s Ratio dan Duval’s Triangle. Tes tegangan tembus minyak transformator, pembebanan transformator dan suhu operasi transformator juga digunakan sebagai parameter pengambilan keputusan. Digunakannya parameter karakteristik transformator saat berbeban dan suhu operasi transformator didasarkan pada fakta bahwa laju degradasi isolasi transformator sangat bergantung pada kondisi operasi, khususnya suhu transformator. parameter
klasifikasi
yang
digunakan
Dengan demikian, terdapat tujuh untuk
penjadwalan
perawatan
transformator. Teknik penjadwalan perawatan transformator yang dibahas di sini terbagi dalam empat langkah yang meliputi pemberian bobot dan skor individu untuk setiap parameter yang akan digunakan dalam proses klasifikasi prioritas perawatan. Langkah berikutnya adalah perhitungan jumlah skor dan penentuan klasifikasi prioritas pemeliharaan berdasarkan jumlah skor untuk masing - masing
26
transformator. Langkah terakhir adalah melakukan prosedur pemeliharahan transformator dengan mengikuti prioritas yang telah ditentukan.
A. Langkah Pertama Proses klasifikasi prioritas pemeliharaan dimulai dengan pemberian bobot pada parameter-parameter yang digunakan dan memberikan skor individu untuk masing-masing kondisi hasil uji maupun pengukuran untuk tiap parameter. Komposisi bobot yang digunakan mengacu pada hasil penelitian ,
yang
membandingkan tingkat akurasi berbagai metode interpretasi DGA. Hasil penelitian tersebut menempatkan metode Duval’s triangle sebagai metode yang paling akurat disusul metode Roger’s ratio dan key gas, serta TDCG dalam urutan terakhir. (N. A. Muhamad,dan kawan-kawan .2007 ). Pengalaman penulis dalam melakukan uji DGA minyak transformator pada beberapa tranformator milik pelanggan juga menunjukkan kemiripan hasil. (Laporan Hasil Uji DGA) . Tabel dibawah menunjukkan tingkat akurasi berbagai metode interpretasi DGA
27
Tabel 2.6 Tingkat akurasi berbagai metode interpretasi DGA
Sumber : Muhamad, N.A, dan kawan-kawan.2007
28
Skor individu yang diberikan untuk masing-masing parameter ditentukan berdasarkan hasil uji dan pengukuran. Skor maksimum dan rentang nilai untuk setiap kondisi hasil uji dan pengukuran dapat ditentukan berdasarkan penelitian para ahli. Contoh pemberian skor individu untuk hasil uji tegangan tembus minyak transformator ditunjukkan pada Tabel 2.7
Tabel 2.7 Contoh metode skor pada minyak transformator.
Sumber : Yuan Li dan kawan-kawan , 2013
B. Langkah 2 Skor total dapat dihitung dengan penjumlahan dari skor individu dikalikan bobot individu ,kemudian dibagi dengan total bobot, atau secara matematis dapat dinyatakan seperti rumus dibawah ini (K.R. Hooft van Huysduynen, E. Gulski, J.J. Smit, L. Chmura1, F. de Vries and A. Bun , 2010) TS = [(S1.W1)+(S2.W2)+…+(SN.WN)]/[W1+W2+…+WN] …………..……… Dimana :
TS adalah skor total , sedangkan Sn adalah skor individu, dan Wn
adalah bobot dari masing-masing parameter. keputusan.
(1)
N adalah jumlah parameter
29
C. Langkah 3 Skor total dapat dibagi menjadi beberapa rentang, yang menunjukkan klasifikasi tingkat prioritas pemeliharaan.
Prioritas 1 menunjukkan bahwa
transformator membutuhkan pemeliharaan yang segera. Semakin tinggi klasifikasi prioritas, semakin rendah tingkat kritis untuk kebutuhan pemeliharaan, semakin rendah klasifikasi prioritas semakin tinggi tingkat kritisnya.
D. Langkah 4. Sebuah jadwal pemeliharaan dapat dibuat sesuai dengan hasil klasifikasi prioritas perawatan. Transformator dengan tingkat prioritas yang sama dapat diurutkan lebih lanjut untuk jadwal pemeliharaan sesuai total skornya. Jenis pemeliharaan tergantung pada hasil pemantauan kondisi peralatan.