7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Prestasi Belajar Kegiatan belajar menghasilkan perubahan yang khas. Perubahan khas tersebut adalah perubahan aspek pengetahuan dan keterampilan. Perubahan itu tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa dari hasil tugas dan hasil mengerjakan soal tes yang diberikan oleh guru, setelah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberi tugas dan soal tes. Guru memeriksa lembar jawab siswa, berdasarkan jawaban yang diberikan oleh siswa, guru memberikan nilai di mana nilai ini yang menyatakan prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa. Dari pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil perubahan siswa yang diperoleh melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup penguasaan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terdapat dalam mata pelajaran yang diperoleh melalui proses belajar (Nana Sudjana, 1989: 50). Prestasi belajar diperoleh dari gabungan dua kata yaitu kata prestasi dan kata belajar. Prestasi secara sederhana diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari segala sesuatu yang telah dilakukan atau dikerjakan dengan sebenarnya (Moeliono, 1993:700). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya prestasi belajar diartikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru (Moeliono, 1993:700). Prestasi belajar merupakan sasaran personal yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah. Pada hakekatnya prestasi belajar merupakan cermin keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru, siswa, dan komponen sekolah yang lain dalam kurun waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu tahun pelajaran (Rahardjo, 2006:87). Prestasi belajar erat kaitannya dengan penyelenggaraan 7
8
evaluasi hasil belajar, sebab prestasi belajar merupakan hasil dari evaluasi yang diperoleh seorang siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Evaluasi hasil belajar oleh guru diharapkan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Evaluasi adalah proses pengumpulan informasi dan memanfaatkannya sebagai penimbang dan pengambil keputusan (Darsono, 2001:106). Evaluasi merupakan bagian integral dari proses pendidikan, karena dalam proses pendidikan guru perlu mengetahui seberapa jauh proses pendidikan telah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam upaya memperbaiki sistem pembelajaran perlu dilakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi mempunyai kedudukan penting dalam proses pendidikan, sebab hasil evaluasi dapat dimanfaatkan atau difungsikan untuk berbagai kepentingan. Darsono (2001:107) menyebutkan fungsi evaluasi sebagai berikut. 1) Alat bagi guru untuk mengetahui sejauh manakah tujuan pendidikan tercapai. 2) Dasar untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan belajar siswa yang biasanya diwujudkan dalam angka, huruf, atau kualifikasi yang lain. 3) Motivasi belajar bagi siswa, evaluasi dapat mendorong siswa belajar. 4) Alat diagnosis kesulitan belajar siswa, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan remidial atau perbaikan. 5) Sebagai umpan balik guru dan sekolah dalam mengembangkan kurikulum ke dalam proses belajar mengajar. Pendapat yang senada tentang fungsi tes hasil belajar juga dikemukakan oleh Rahardjo (2006:95) sebagai berikut: 6) Fungsi tes hasil belajar terutama untuk seleksi. Hal ini dilakukan jika subjek yang terdaftar melebihi jatah yang ada, misalnya pada seleksi penerimaan siswa baru (PSB). 7) Fungsi tes hasil belajar sebagai klasifikasi. Digunakan untuk penempatan siswa sesuai dengan kelompok dan kemampuannya. 8
9
8) Berfungsi untuk mengecek standart suatu kelakuan minimum. Untuk mengikuti pelajaran berikutnya, siswa dituntut memiliki kemampuann seperti ketentuan. 9) Berfungsi untuk penetapan kenaikan kelas. Penetapan kenaikan kelas biasanya juga menggunakan tes hasil belajar sebagai patokan. 10) Berfungsi sebagai remedial teching. Berfungsi sebagai bahan program bimbingan siswa.
Prinsip-prinsip penilaian menurut Nasution (1994:167-171) sebagai berikut. 11) Mengukur apa yang dipelajari, yaitu tes hasil belajar disusun agar dapat mengukur hasil belajar seperti pengetahuan mengenai konsep atau prinsip, kemampuan menggunakannya, serta kemampuan berfikir lainnya. 12) Mewakili bahan yang dipelajari, yaitu mengambil bahan evaluasi yang mewakili
program pengajaran yang telah diberikan. Hal ini
dapat
dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yang dilengkapi dengan indikator soal. Langkah tersebut berfungsi untuk mengetahui peneyebaran serta bobot soal sehingga tidak ada evaluasi
bahan pengajaran yang
terlewati atau ganda. 13) Sesuai dengan aspek tingkat belajar, yaitu menyusun alat evaluasi sesuai dengan aspek ingatan, penerapan konsep, atau sikap. memperhatikan aspek
Dengan
tingkat belajar tentunya berpengaruh terhadap
bentuk soal yang diberikan. 14) Sesuai dengan tujuan penggunaan tes, yaitu menyusun alat evaluasi yang disesuikan dengan tujuan. Post tes untuk mengetahui sejauh manakah tingkat penguasaan bahan yang telah diajarkan. Pre test untuk menjajaki sejauh manakah bahan yang akan diajarkan, tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa, tes prestasi untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa secara menyeluruh dan menempatkan mereka berdasarkan tingkat kemampuannya.
9
10
15) Sesuai dengan pendekatan pengukuran yang dianut, yaitu evaluasi harus menggunakan pendekatan atau patokan yang sesuai. Pendekatan yang bisa dipilih adalah: norm reference, standart relatif, atau acuan norma. 16) Digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Evaluasi digunakan untuk mengetahui tercapainya tujuan, sehingga diketahui tujuan mana yang sudah tercapai maupun yang belum tercapai. Tujuan yang sudah tercapai dilanjutkan dengan bahan
selanjutnya dan untuk yang
belum dilakukann remidial. Teknik penilaian yang biasa digunakan adalah; (a) Tes, yaitu suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar, sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi pebelajar tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh pebelajar lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. (b) Non Tes, yaitu untuk menilai aspek-aspek tingkah laku yang meliputi kegiatan observasi, wawancara, studi kasus, skala penilaian, check list dan inventori”.
2.2 Pembelajaran Matematika Latar Belakang Pembelajaran Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
10
11
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini
disusun
kemampuan
sebagai tersebut
landasan
pembelajaran
di
Selain
atas.
untuk
mengembangkan
itu dimaksudkan
pula
untuk
mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan
keterampilan
memahami
masalah,
membuat
model
matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap
dibimbing
untuk
menguasai
konsep
matematika.
Untuk
meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
Tujuan Pembelajaran Matematika Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam
membuat
generalisasi,
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 11
menyusun
bukti,
atau
12
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspekaspek sebagai berikut. 1. Bilangan 2. Geometri dan pengukuran 3. Pengolahan data. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika untuk siswa Kelas V, Semester 1 disajikan melalui tabel 2.1 pada halaman berikut.
2.3 Metode Mengajar Demonstrasi Pada dasarnya apabila dikatakan mengajar tentu ada subjek yang diberi pelajaran yaitu siswa dan ada pengajarnya. Proses belajar itu baik apabila dapat diharapkan hasil belajar siswa lebih baik. Dengan demikian proses belajar matematika yang baik, subjek yang belajar akan dapat dengan mudah memahami dengan baik pula dan ia dapat pula dengan mudah mempelajari matematika selanjutnya serta dengan mudah pula mengaplikasikannya ke situasi baru yaitu dapat menyelesaikan masalah yang terjadi baik dalam matematika maupun dalam ilmu lain atau dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian mengajar matematika akan mendapatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap.
12
13
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas V Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifatsifatnya, pembulatan, dan penaksiran 1.2 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB 1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat 1.4 Menghitung perpangkatan dan akar sederhana 1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB 2.1 Menuliskan tanda waktu dengan Geometri dan Pengukuran 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, menggunakan notasi 24 jam jarak, dan kecepatan dalam pemecahan 2.2 Melakukan operasi hitung satuan waktu masalah 2.3 Melakukan pengukuran sudut 2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan 2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan 3. Menghitung luas bangun datar sederhana 3.1 Menghitung luas trapesium dan dan menggunakannya dalam pemecahan layanglayang masalah 3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar 4. Menghitung volume kubus dan balok 4.1 Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan masalah dengan volume kubus dan balok Bilangan 1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah
Kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih sesuai dengan tujuan belajar yang diharapkan atau sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Ini dimaksudkan agar terjadi interaksi antara siswa dengan pengajar. Adapaun interaksi akan terjadi jika pengajar menggunakan metode yang sesuai dan pengelolaan kelas yang baik serta relevan. Metode mengajar yang dapat dipergunakan pengajar matematika. terdiri dari ceramah, ekspositori, latihan hafal, latihan praktik, tanya jawab, demonstrasi, diskusi panel, kegiatan lapangan dan lain-lain. Menurut Herman Hudoyo (1985:117) menyatakan bahwa metode matematika adalah suatu cara atau teknik mengajar matematika yang disusun secara sistematis dan logic 13
14
ditinjau dari segi hakekat matematika dan segi psikologinya. Sebagai langkah penyajian materi yang penulis lakukan adalah metode mengajar dari segi psikologi yang terdiri atas tiga (3) metode mengajar. Salah satu metode mengajar itu adalah metode demonstrasi. Demonstrasi adalah memperagakan sesuatu dengan cara menunjukkan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu kepada dirinya sendiri atau orang lain. Demonstrasi juga diartikan pertunjukan atau peragaan. Metode demonstrasi adalah metode yang mempertunjukkan dan memeragakan suatu proses yang berhubungan dengan materi pelajaran dengan objek yang sebenarnya. Metode demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan dan mempertunjukkan yaitu sebuah tindakan atau posedur yang digunakan. Metode ini disertai dengan penjelasan, ilustrasi, dan pernyataan lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat dalam Canei, 1986:38). Dari batasan ini, nampak bahwa metode ini ditandai adanya kesengajaan untuk mempertunjukkan tindakan atau penggunaan prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi, atau pernyataan secara lisan maupun visual. Winarno mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas (Winarno, 1980:87). Batasan yang dikemukakan Winarno memberikan kepada kita, bahwa untuk mendemonstrasikan atau memperagakan tidak harus dilakukan oleh guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu proses. Dengan
mempedulikan
batasan
metode
demonstrasi
seperti
dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan format interaksi belajar-mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa. Dengan batasan metode demonstrasi ini, menunjukkan adanya tuntutan kepada guru untuk merencanakan penerapannya, memperjelas demonstrasi oral maupun visual, dan menyediakan peralatan yang diperlukan.
14
15
Metode demonstrasi barangkali lebih sesuai untuk mengajarkaan keterampilan tangan ini dimana gerakan-gerakan jasmani dan gerakan-gerakan dalam memegang sesuatu benda akan dipelajari, ataupun untuk mengajar halhal yang bersifat rutin (Staton,
1978:91). Dengan kata lain, metode
demonstrasi bertujuan untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan fisik daripada keterampilan-keterampilan intelektual. Cardille mengemukakan bahwa metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk: 1. Mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau menggunakan suatu prosedur atau produk baru. 2. Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi siswa melakukannya. 3. Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur. (Canei, 1986:38) Sedangkan Winarno mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode demonstrasi adalah : 1. Mengajarkan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses pembuatan, proses kerja. Proses mengerjakan dan menggunakan. 2. Menginformasikan tentang bahan yang diperlukan untuk membuat produk tertentu. 3. Mengetengahkan cara kerja. (Winarno, 1980:87-88) Sumiati dan Asra (2007:102) mengatakan bahwa langkah-langkah dalam melakukan demonstrasi sebagai berikut. 17) Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan yang akan dicapai siswa. 18) Mempersiapakan semua peralatan yang dibutuhkan. 19) Memeriksa semua peralatan dalam keadaan berfungsi. 20) Menetapkan langkah pelaksanaan. 21) Memperhitungkan/menetapkan alokasi waktu. 22) Mengatur
tata-ruang
yang
memungkinkan
memperhatikan pelaksanaan demonstrasi. 15
seluruh
siswa
dapat
16
23) Menetapkan kegiatan yang sebaiknya dilakukan oleh siswa selama pelaksanaan demonstrasi seperti (penjelasan yang cukup sehingga siswa memperoleh pemahaman yang luas, pemberian kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan, atau siswa diharuskan membuat catatan). 24) Menetapkan follow up.
2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Kartika Sari (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika dengan Demonstrasi Kubus Satuan untuk Meningkatakan Pemahaman Siswa dalam menentukan Volume Kubus dan Kalok Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Panggungroyom 2 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati” meneliti kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal menghitung volume kubus dan balok. Ada dua siklus yang dilaksanakan dalam penelitian. Hasil penelitian membuktikan bahwa aktivitas siswa dapat ditingkatkan sebesar 25,57%, kinerja guru dapat ditingkatkan 20,00%, dan kompetensi siswa dapat ditingkatkan ketuntasan belajarnya 83,3%. Santi, Nurjanah. 2011, dalam penelitian berjudul “Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas IV dalam Menentukan Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana melalui Metode Demonstrasi Di SD Negeri Dukuhbadag 01 Ketanggungan Brebes”. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan hasil bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV dalam menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana Di SD Negeri Dukuhbadag 01 Ketanggungan Brebes. Data hasil penelitian siklus I menunjukkan tingkat ketercapaian 80,5%, dengan jumlah ketuntasan belajar klasikal 92,2%. Sedang pada tingkat tes akhir persentase skor ketercapaian mencapai 90,8%, dengan ketuntasan belajar klasikal 92,6%.
2.5 Kerangka Berpikir Metodel pembelajaran demonstrasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai 16
17
melalui kegiatan belajar mandiri dan peserta didik/siswa mampu lakukan sendiri dengan mencoba dan mendemonstrasikan dan menjelaskan kepada pihak lain. Kegiatan tersebut diharapkan selain tujuan pembelajaran tercapai, maka kemampuan siswa di dalam belajar mandiri juga dapat ditingkatkan. Pada hakikatnya belajar adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara maksimal. Dengan demikian belajar tidak hanya sekedar proses menghafal atau menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperoleh itu bermakna bagi siswa melalui keterampilan berpikir. Pelaksanaan model demonstrasi menitikberatkan pada kegiatan siswa dengan 8 langkah proses pembelajaran. Siswa mendapatkan kebebasan untuk mencoba,
mendemontrasikan,
menghitung,
menemukan,
menganalisis,
membuat simpulan yang berupa kaidah, mengerjakan dan menyelesaikan, penghitungan volume bangun ruang berdasarkan tingkat kesukaran dan kemampuan siswa untuk mengembangkan gagasan, ide, atau pendapat dalam menyelesaikan hitungan volume kubus dan balok. Siswa diajak berpikir langsung untuk tidak mengalami kesulitan dalam mencari fakta, data, dan sumber untuk dikembangkan menjadi keterampilan mengerjakan operasi hitung volume bangun ruang. Ruang lingkup materi dan bahan kajian matematika di pendidikan dasar adalah aljabar, aritmatika, dan geometri. Pada penelitian ini penulis hanya membatasi pada unit Geometri standar kompetensi ”menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah”, kompetensi dasar ”menghitung volume kubus dan balok”. Bangun ruang adalah bentuk memiliki tempat/volume/isi yang dibatasi oleh sisi-sisinya. Pada pembahasan ini bangun ruang dibatasi pada kubus dan balok. Kubus adalah bangun ruang yang pembatas sisi-sisinya berukuran sama dengan bentuk dasar segi empat. Balok adalah bangun ruang yang sisi-sisi pembatasnya terdiri dari persegi panjang. Keberhasilan siswa dalam menyelesaikan operasi penghitungan kubus dan balok tergantung penalaran siswa, mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri, merangkum atau meringkas isi materi, membuat 17
18
pertanyaan atau sejumlah soal yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya, menyelesaikan (dapat menjawab soal yang dibuatnya) yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya, kemampuan siswa untuk menjelaskan, menyajikan hasil temuannya di depan kelas, yang tidak kaku dan komunikatif. Siswa juga memiliki kebebasan dalam mengembangkan kalimat dalam menentukan gaya retoris yang menarik untuk diperdengarkan, sehingga proses pembelajaran diharapkan berhasil meningkatkan prestasi hasil belajar pada kompetensi dasar menghitung volume kubus dan balok dengan berdemonstrasi. Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir tentang Hubungan Antara Penggunaan Metode Demonstrasi dan Prestasi Belajar
PBM
1) Merumuskan tujuan 2) Mempersiapakan peralatan 3) Memeriksa peralatan 4) Menetapkan langkah
5)
Pembelajaran dengan metode ceramah
6) 7) 8)
Prestasi belajar di bawah KKM
pelaksanaan. Memperhitungkan/m enetapkan alokasi waktu. Mengatur tata-ruang Menetapkan kegiatan follow up.
Pembelajaran dengan metode demonstrasi Prestasi Belajar di atas KKM
18
19
2.6
Hipotesis Tindakan Hipotesis tinadakan yang dirumuskan adalah diduga peningkatan prestasi
belajar matematika tentang volume dapat dilakukan dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2011/2012.
19