7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini akan dibahas berbagai hal yang berkaitan dengan metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, hakikat belajar, dan hal lain yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar. 2.1.1 Hakikat IPA a. Pengertian IPA Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Menurut Margono (2000:21) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam. IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (2004:26) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Menurut Depdiknas (2006:47) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian tersebut, maka hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut: 1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi;
7
8
3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah, dan melakukan observasi; 4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, jujur terbuka, benar, dan dapat bekerja sama; 5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam;dan 6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi (Depdiknas, 2003: 2). Sedangkan Kardi dan Nur dalam Trianto (2010:142) menyatakan IPA suatu ilmu yang memiliki tujuan pendidikan dan metode mengajar untuk meneliti alam semesta dan isinya. Dengan demikian, pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan dengan memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan hidup dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sosial manusia. Dari beberapa definisi di atas maka IPA merupakan suatu pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam dan isinya. b. Karakteristik Pembelajaran IPA Yang Efektif 1) Pengertian, karakteristik, dan ruang lingkup pendidikan IPA; 2) Waktu belajar efektif yang digunakan siswa tinggi; 3) Siswa terlibat aktif melakukan kerja ilmiah (observasi, mencatat dan melaporkan data, menyimpulkan, dll) dan sikap ilmiah (mau bertanya, hati-hati, tanggung jawab, berani mencoba dll); 4) Hasil belajar penguasaan konsep dan produk optimal. c. Penggunaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran IPA 1) Pengertian, syarat, kekuatan, dan kelemahan metode demonstrasi; 2) Penggunaan alat peraga dan media pada metode demonstrasi; 3) Penggunaan teknik bertanya pada metode demonstrasi; 4) Penguasaan materi pada metode demonstrasi; 5) Pengembangan kerja ilmiah (keterampilan proses) dan sikap ilmiah pada metode demonstrasi.
9
2.1.2 Metode Demontrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengarkan, meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut. (Roestiyah NK, 1998:83). Menurut Mulyani S.(2001:132) menyatakan metode demonstrasi adalah cara memperagakan atau menunjukkan suatu prosedur yang harus dilakukan oleh peserta didik yang tidak hanya dijelaskan dengan kata-kata tetapi lebih dari proses, situasi atau benda tertentu baik asli maupun tiruan. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (2002:8)
bahwa
metode
demonstrasi
adalah
cara
pembelajaran
dengan
memperagakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di dalam kelas atau di luar kelas. Metode Demonstrasi adalah cara yang digunakan pada pengajaran manipulatif dan keterampilan, pengembangan pengertian, untuk menunjukkan bagaimana melakukan praktik-praktik baru dan memperbaiki cara melakukan sesuatu. Jenis metode demonstrasi (Nursidik, 2002) Sedangankan pandangan lain menurut Syaiful Sagala (2008:210) metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan. Sri Anitah (2010:106) metode demonstrasi merupakan cara yang dilakukan oleh guru, orang luar atau sumber yang sengaja disuruh menunjukkan kepada kelas benda asli atau tiruan. Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan sengaja menampilkan, memperagakan, memperlihatkan materi-materi pembelajaran yang bersifat konkret maupun tidak konkret, bagaimana praktik-praktik baru dan memperbaiki cara melakukan penyajian materi kepada siswa sehingga dapat mencapai tujuannya. b. Langkah-Langkah dalam Metode Pembelajaran Demonstrasi Menurut Roestiyah N.K. (1998:84) langkah-langkah metode Pembelajaran demonstrasi adalah sebagai berikut:
10
1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan; 2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan; 3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; 4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas; 5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya; 6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaanpertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi; 7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: a) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa; b) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas; c) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. 8) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi; 9) Teknik dan Alat Penunjang Metode Demonstrasi: a) Lembar Kerja Siswa untuk metode demonstrasi; b) Keterampilan dan Teknik Bertanya untuk metode demonstrasi. c. Jenis-Jenis Metode Demonstrasi Jenis metode demonstrasi (Nursidik, 2002) 1) Metode Demonstrasi Cara: Demonstrasi cara menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini termasuk bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan yang sedang dikerjakan, memperlihatkan apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, serta
11
menjelaskan setiap langkah pengerjaannya. Biasanya dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak memerlukan banyak biaya. 2) Metode Demonstrasi Hasil: Demonstrasi hasil dimaksudkan untuk menunjukan hasil dari beberapa praktik dengan menggunakan bukti-bukti yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan. d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Setiap kegiatan memiliki kelebihan dan kelemahan demikian halnya metode demonstrasi memiliki kelebihan dan kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Roestiyah N.K.(1998:84-85) yaitu: 1) Kelebihan metode demonstrasi a) Perhatian siswa lebih terpusat; b) Kesalahan yang terjadi apabila diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh konkret; c) Kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tahan lama; d) Siswa termotivasi untuk lebih giat belajar; e) Siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung serta dapat mengembangkan kecakapannya. 2) Kelemahan metode demonstrasi a) Apabila alatnya terlalu kesil atau penempatannya kurang tepat berakibat tidak dapat dilihat oleh seluruh kelas; b) Metode demonstrasi terbatas hanya untuk jenis pengajaran tertentu dan memerlukan waktu yang banyak dan agak mahal; c) Memerlukan banyak persiapan awal, peralatan dan pengawasan; d) Dapat dipengaruhi oleh cuaca; e) Dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil. Pendapat lain dari Mulyani S. (2001:134) yang menjelaskan dengan kekuatan dan keterbatasan metode demonstrasi adalah: 1) Kekuatan Metode Demonstrasi: a) Membuat pelajaran lebih jelas dan lebh konkret, menghindari verbalisme; b) Memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran; c) Proses pengajaran lebih menarik;
12
d) Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan mencoba sendiri; e) Dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain. 2) Keterbatasan Metode Demonstrasi: a) Memerlukan keterampilan guru secara khusus; b) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan; c) Memerlukan waktu banyak; d) Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan. Syaiful Sagala (2008:211-214) menjelaskan kebaikan dan kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut: 1) Kebaikan-Kebaikan Metode Demonstrasi a) Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga dapat diamati dengan teliti; b) Membimbing siswa kearah dan saluran yang sama; c) Ekonomis dalam pemanfaatan waktu; d) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan apabila dibanding membaca atau mendengarkan; e) Tidak memerlukan banyak keterangan; f) Beberapa keterangan yangmenimbulkan keraguan dapat diperjelas. 2) Kelemahan-kelemahannya adalah: a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda yang didemonstrasikan kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol; b) Perlu pemusatan perhatian dalam pengamatan; c) Tidak semua materi dapat didemonstrasikan; d) Memerlukan banyak waktu sedangkan hasilnya kadang minimum; e) Kadang terjadi perbedaan yang didemonstrasikan di dalam kelas dengan situasi nyata; f) Pengabaian ketelitian dan kesabaran dapat tidak tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
13
e. Penerapan/Aplikasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Sebagai seorang guru sebaiknya menggunakan teknologi dan media untuk membantu demonstrasi di kelas. Misalnya, menyiapkan video dari demonstrasi di depan kelas, menunjukkan ke seluruh kelas dan berbicara dengan siswa tentang apa yang mereka lihat. Hal ini berguna untuk melakukan demonstrasi sehingga guru tidak perlu melakukan demonstrasi dan panduan pengamatan mereka pada waktu yang sama. Hal ini sangat efektif dengan prosedur yang kompleks. Juga, guru dapat menggunakan objek aktual untuk demonstrasi hanya memastikan bahwa setiap orang akan memiliki pandangan yang benar mengenai apa yang ditayangkan. Demonstrasi dapat digunakan pada seluruh kelas, kelompok kecil, atau individu yang membutuhkan sedikit tambahan penjelasan tentang bagaimana melakukan suatu tugas. Siswa dapat memberikan demonstrasi kepada kelas mereka pada keterampilan atau prosedur baru yang telah mereka pelajari. Sebagai contoh, seorang siswa yang sudah tahu cara untuk memindahkan foto dari kamera digital ke komputer dapat meminta untuk menunjukkan teman-temannya atau kepada seluruh kelas. Menggunakan peralatan yang tersedia dalam laboratorium kimia antarsiswa dapat menampilkan kepada seluruh kelas mengenai prosedur tertentu yang mereka gunakan dalam menyelesaikan tugas. Demonstrasi dalam kerucut Dale berada pada urutan ke-3 setelah dramatisasi, pengalaman buatan, dan pengalaman langsung. Metode ini memberikan porsi waktu 70% milik pengajar/guru dan 30% milik siswa. Sehingga sangat dominan waktu yang dipakai oleh guru. 2.1.3 Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Menurut Wasty Sumanto (1998:99) pengertian belajar adalah proses dasar dari perkembangan manusia dalam melakukan perubahan-perubahan secara kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut diperlihatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku. Seperti kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain (thursam Hakim, 2002:1).
14
Mulyati (2007:4) mendefinisikan belajar adalah suatu usaha sadar dari individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri, melalui latihan-latihan, pengulangan-pengulangan, dan perubahan terjadi bukan karena kebetulan. Syaiful Sagala (2008:16) menyatakan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Lain lagi Slameto (2010:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalam sendiri hasil interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang ada di dalam diri manusia yang diperlihatkan melalui peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan dan daya pikir. Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah, 2000:116) antara lain: 1) Perubahan Intensional yaitu perubahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar karena pengalaman atau praktik yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Ciriciri yang nampak, siswa akan menyadari bahwa adanya perubahan dalam dirinya, seperti perubahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan. 2) Perubahan positif dan aktif, positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan. 3) Perubahan efektif dan fungsional, perubahan dikatakan efektif apabila dapat membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan fungsional artinya perubahan yang terjadi dalam diri siswa, relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi. b. Pengertian Pembelajaran Dimyati dan Mudjiono (1999:297) mendefinisikan Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif,
15
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sedangkan Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”. Pendapat lain pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Warsita (2008:85). Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan. Syaiful
Sagala
(2008:61)
pembelajaran
adalah
membelajarkan
siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar sebagai penentu keberhasilan pendidikan, dengan kata lain pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dialkukan oleh peserta didik. Dari beberapa definisi pembelajaran di atas, pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru, instruktur atau pebelajar dengan tujuan membantu siswa dalam mencapai tujuan tertentu, proses tersebut melibatkan guru dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait antar komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tentunya banyak faktor yang mempengaruhi yaitu menurut Slameto (2010:54): 1) Faktor-faktor intern yang terdiri dari; a) Faktor jasmaniah diuraikan lagi menjadi faktor kesehatan dan cacat tubuh; b) Faktor psikologis terdiri dari faktor intelligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; dan
16
c) Faktor kelelahan terdiri dari kelelahan jasmani dan rohani. 2) Faktor ektern antara lain: a) Faktor keluarga, siswa akan menerima pengaruh dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; b) Faktor sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, standar pelajajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah; dan c) Faktor masyarakat berkaitan dengan kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Thursam Hakim (2002:20) faktor yang mempengaruhi hasil belajar ditambah dengan waktu. Namun waktu yang dimaksdu bukan berarti waktunya yang tidak ada melainkan siswa tidak dapat membagi waktu untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Sehingga hasilnya kadang kurang maksimum, untuk itu perlu penggunaan waktu seefektif mungkin misalnya disiasati dengan membuat jadwal kegiatan harian siswa. d. Ciri-Ciri Belajar Ciri-ciri belajar menurut Syaiful Sagala (2008:50-51) bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang ada pada peserta didik antara lain: 1) Belajar merupakan perubahan fungsional yaitu manusia terdiri atas sejumlah fungsi yang memiliki daya ingat, daya pikir; 2) Belajar merupakan pelayanan materi pengetahuan, material, pelayanan pola sambutan dan perilaku baru; 3) Belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara keseluruhan; Menurut Aunurrahman (2012:48) ciri-ciri belajar dijelaskan sebagai berikut: 1) Adanya kemampuan baru atau perubahan; 2) Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif); 3) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan; 4) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha; 5) Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan;
17
6) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. e. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Belajar menurut teori asosiasi (koneksionisme) merupakan pembenatukan asosiasi atau hubungan antara stimulus (perangsang) yang mengenai individu melalui penginderaan dan reaksi yang diberikan individu terhadap rangsangan (Syaiful Sagala, 2008:53). Sehubungan dengan hal tersebut maka ada beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli dibidang psikhologi pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Syaiful Sagala (2008: 54) antara lain: 1) Law of Effect, yaitu hubunganantara stimulus dan respon diikuti rasa memuaskan, maka hubungan diperkuat dan sebaliknya perasaan tidak menyenangkan maka akan melemah (Thorndike); 2) Spread of Effect yaitu reaksi emosional yang mengiringi kepuasan tidak terbatas pada pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapatkan pengetahuan baru; 3) Law of Exercise yaitu hubungan antara rangsang dan rekasi diperkuat dengan latihan; 4) Law of Readiness yaitu satuan dalam syaraf telah siap berkonduksi dan hubungan tersebut berlangsung maka terjadi hubungan yang memuaskan; 5) Law of Primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit untuk digoyahkan; 6) Law of Intensity yaitu hasil belajar akan memberi makna yang dalam apabila diupayakan melalui kegiatan yang dinamis; 7) Law of Recency yaitu bahan yang baru dipelajari akan lebih mudah diingat; 8) Fenomena Kejenuhan, adalah penyebab yang menjadi perhatian signifikan dalam pembelajaran; 9) Belongingness yaitu keterikatan bahan yang dipelajari dengan situasi belajar akan mempermudah perubahan tingkah laku. Namun lebih jelas prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Slameto (2010:27-28) yaitu: 1) Berdasarkan prasyarat untuk belajar:
18
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional; b) Belajar harus menimbulkan motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan; c) Belajar perlu lingkungan yang menantang supaya siswa berkemampuan bereksplorasi dan belajar secara efektif. 2) Sesuai hakikat belajar a) Belajar merupakan proses kontinew maka harus tahap demi tahap sesuai dengan perkembangannya; b) Belajar adalah proses adaptasi, eksplorasi, adaptasi, dan discovery; c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lain) sehingga mendapat pengertian sesuai dengan harapan. 3) Sesuai materi yang dipelajari a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memliki struktur, penyajian sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya; b) Belajar dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan; 4) Syarat keberhasilan belajar a) Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang; b) Repetisi, dalam belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian, keterampilan dan sikap itu mendalam pada siswa. 2.1.4 Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (1999:22) pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analitis, sintesis, dan penilaian. b. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau bereaksi, menilai, berorganisasi dan memiliki karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
19
c. Ranah Psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Menurut Oemar Hamalik (2001:155), menyatakan bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Slameto (2010:3-5) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah: (1) perubahan terjadi secara sadar; (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menurut Agus Suprijono (2011: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5) menyatakan bahwa hasil belajar berupa (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual (strategi Kognitif), (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap. Sementara menurut Lindgren dan Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Dari pengertian beberapa hasil belajar oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan pengertian hasil belajar, yaitu sesuatu yang digunakan guru untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswanya dengan adanya perubahan tingkah laku pada siswa. 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Heri Purwani (2009) Judul Keefektifan Metode Demontrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA SD Negeri 2 Karangsambung. Dengan teknik pengambilan data menggunakan teknik kualitatif dan deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode demontrasi yang efektif dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Hal tersebut terbukti dari hasil analisis
20
keberhasilan dari pembelajaran IPA dengan perbedaan skor. Pada tindakan siklus 1 ratarata nilai siswa 31%, setelah diadakan tindakan siklus 2 meningkat menjadi 78%, sedangkan pada tindakan Siklus 2 meningkat menjadi 95%. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Sangadah (2010) Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Metode Demonstrasi Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Konsep Pesawat Sederhana pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Sadangkulon dengan metode yang digunakan adalah metode demontrasi dengan pengumpulan data yaitu teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Data tentang ketuntasan siswa dari jumlah 27 siswa pada studi awal pembelajaran nilai rata-rata kelas 57,03 dengan ketuntasan belajar 5 siswa (18,5%), setelah tindakan I nilai rata-rata diperoleh 65,93 dengan ketuntasan belajar menjadi 11 siswa (40,7 %), pada tindakan Siklus 2 nilai rata-rata mencapai 72,40 dengan ketuntasan belajar menjadi 17 siswa (62,9 %), setelah diadakan tindakan Siklus 2 nilai rata-rata diperoleh (80,37 %) dengan ketuntasan belajar telah mencapai 100% tuntas. 2.3 Kerangka Berpikir Pembelajaran yang berlangsung di kelas awalnya merupakan pembelajaran yang hanya menggunakan pendekatan konvensional dengan berpusat pada guru di mana guru hanya memakai metode ceramah sehingga siswa pasif dan akibatnya hasil belajar rendah. Untuk mengatasi hal di atas, guru menerapkan suatu metode pembelajaran variasi dengan menerapkan metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan suatu cara mengajar dengan sengaja menampilkan materi-materi kegiatan yang bersifat konkret maupun tidak konkret, sehingga tujuan dapat tercapai. Untuk menunjukkan bagaimana melakukan praktik-praktik baru dalam memperbaiki cara penyajian materi pelajaran, serta memberi pengalaman nyata bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga menarik minat belajar siswa. Berdasarkan kajian teori di atas diduga melalui metode demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar dan mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran
IPA
tentang cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa Kelas 5 semester 2 SD Negeri Banioro Semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
21
2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, dan kerangka berpikir maka penerapan metode demonstrasi, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Jika menerapan metode demonstrasi maka dapat membuktikan peningkatan hasil belajar pada siswa kelas 5 SD Negeri Banioro mata pelajaran IPA tentang cahaya dan sifat-sifatnya semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Adapun hal yang dilaksanakan menggunakan sintaks metode demonstrasi sebagai berikut: a. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan; b. Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan; c. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; d. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas; e. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya; f. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaanpertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi; g. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: 1) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa; 2) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas; 3) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. h. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi; i. Teknik dan Alat Penunjang Metode Demonstrasi: 1) Lembar Kerja Siswa untuk metode demonstrasi;
22
2) Keterampilan dan Teknik Bertanya untuk metode demonstrasi. 2. Jika menerapkan metode demonstrasi maka dapat mendeskripsikan langkah-langkah metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA tentang cahaya dan sifat-sifatnya yang dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa Kelas 5 SD Negeri Banioro semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.