5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar Banyak ahli yang memberi pengertian tentang belajar yang berbeda-beda. Prof.Dr Oemar Hamalik (2003:27) memberikan penjelasan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, sutu kegiatan dan bukan merupakan suatu prestasi atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akantetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Ada pula taksiran lain tentang belajar yang meyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell Gradler dalam Udin S. Winataputra (2007: 1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Oemar Hamalik (2003: 32) meliputi kegiatan, penggunaan dan ulangan, latihan, suasana yang menyenangkan, asosiasi, pengalaman masa lampau, kesiapan minat dan usaha, fisiologis, serta intelegensi. Kegiatan belajar tidak selalu lancar baik belajar formal maupun non formal, pasti ada kesulitan atau hambatan yang kita sebut masalah belajar. Masalah belajar dihadapi oleh setiap orang yang melakukan kegiatan belajar. Adapun yang dimaksud dengan masalah belajar menurut Max Darsono (2001:62) ialah berbagai problema yang menghambat atau mengganggu proses atau pencapaian tujuan belajar. Masalah belajar yang tidak segera tertanggulangi akan mengakibatkan kesulitan belajar bagi siswa kelak. Menurut Winarno Surakhmad (1998: 47) kesulitan-kesulitan umum yang dihadapi oleh siswa yang belajar adalah
6
tidak cukupnya pengetahuan mereka mengenai cara-cara belajar .Agar interaksi benar-benar dapat berjalan dengan lancar guru harus menanamkan kebiasaan pada murid-murid agar memiliki keterampilan untuk belajar sendiri serta belajar dalam kesatuan kelompok yang berdiri sendiri. 2.1.2. Belajar Matematika Belajar matematika menurut Bruner dalam Karso (2007: 1.12-13) melalui tiga tahap yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik.Untuk memudahkan pemahaman dan keberhasilan siswa pada pembelajaran matematika dilakukan secara bertahap.Dalam hubungan pembelajaran matematika di SD, Brownell dalam Karso (2007: 1.23) mengemukakan teori yang disebut meaningtheory (teori makna) sebagai alternative dari drill theory (teori latihan).Teori ini mendasari pada teori belajar asosiasi yang lebih dikenal dengan teori belajar stimulus respon yang dikembangkan oleh Edward L Thorndike. Menurut hukum ini belajar matematika akan lebih berhasil apabila respon siswa terhadap stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Jean Piaget dalam S Nasution (2000: 7-8) mengklasifikasikan perkembangan intelektual siswa dalam tiga fase yaitu fase operasional, fase operasi konkret dan fase operasi formal. 2.1.3. Belajar Bermakna Belajar bermakna dikembangkan oleh David Ausabel sekitar tahun 60-an. David Ausabel dalam Hera Lestari Mikarsa, dkk (2007: 6.13-15) mengemukakan bahwa belajar bermakna merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Dalam pembelajaran bermakna informasi atau materi pembelajaran baru diasimilasikan dengan sumber-sumber yang relevan dengan struktur kognitif yang sudah terbangun. Proses pembelajaran bermakna yang dikembangkan Ausabel melalui beberapa implikasi, yaitu advance organizer, diferensiasi progresif, belajar superordinat, dan penyesuaian integratif. Jika siswa menghubungkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep atau hal
7
lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya maka terjadilah yang disebut dengan belajar bermakna. 1. Implikasi advance organizer merupakan proses penggalian pengalaman masa lalu yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Advance organizer dianggap sebagai pertolongan mental kepada siswa sebelum materi pokok disampaikan. 2. Implikasi diferensiasi progresif merupakan implikasi pengembangan dan elaborasi konsep-konsep yang tersubsumsi dengan cara mengembangkan konsep-konsep yang lebih umum terlebih dahulu kemudian memberikan konsep-konsep yang lebih mendetail atau khusus sampai pada contoh-contoh. 3. Implikasi belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan lebih inklusif. 4. Implikasi penyesuaian integrative sebagai upaya untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif seperti munculnya permasalahan dwi fungsi yang dapat membingungkan siswa. Penerapan pembelajaran bermakna menjadi salah satu tindakan yang diberikan kepada siswa sebagai upaya peningkatan prestasi siswa serta memperbaiki pembelajaran. Pemberian tindakan merupakan eksyen guru di dalam kelas dan dijadikan sebagai penelitian tindakan kelas. Menurut Wardani (2007: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Selanjutnya Wardani (2007: 1.5-1.7) menyebutkan cirri-ciri PTK yang membedakan dengan jenis penelitian lain yaitu (1) munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang harus diselesaikan, (2) penelitian melalui refleksi diri, (3) dilakuakan di dalam kelas, (4) bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
8
2.1.4. Pengertian metode Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat/tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode belajar yang mampu membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar siswa dan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa adalah metode diskusi. 2.1.4.1
Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai bermacam-macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa factor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas. Penggunaan metode kerja kelompok: a. Pengelompokan untuk mengatasi kekurangan alat-alat pelajaran Dalam sebuah kelas, guru akan mengajarkan Sejarah Mesir kuno, Ia tidak mempunyai bahan bacaan yang cukupuntuk tiap siswa. Maka untuk memberi kesempatan yang sebesar-besarnya kepada siswa, kelas dibagi atas beberapa kelompok.Tiap kelompok diberi sebuah buku untuk dibaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan guru.
9
b. Pengelompokan atas dasar perbedaan kemapuan belajar Di suatu kelas, guru dihadapkan pada persoalan bagaimana melaksanakan tugas sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya heterogen, yakni berbedabeda dalam kemampuan belajar. Pada waktu pelajaran matematika, ia menemukan bahwa ada lima orang siswa tidak sanggup memecahkan soal seperti teman-teman lainnya. Guru menyadari bahwa ia tidak mungkin mengajar kelas dengan menyamaratakan seluruh siswa, karena ada perbedaan dalam kesanggupan belajar. Maka ia membagi para siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota yang mempunyai kemampuan setaraf kemudian diberi tugas sesuai dengan kemampuan mereka. Sekali-kali ia meninjau secara bergilir untuk melihat kelompok mana yang membutuhkan pertolongan atau perhatian sepenuhnya. c. Pengelompokan atas dasar perbedaan minat belajar Pada suatu saat para siswa perlu mendapat kesempatan untuk memilih suatu pokok bahasan yang terdiri dari beberapa sub pokok bahasan. Siswa yang berminat sama dapat berkumpul pada suatu kelompok untuk mempelajari sub pokok bahasan yang dimaksud. d. Pengelompokan untuk memperbesar partisipasi tiap siswa Di suatu kelas, guru sedang mengajarkan kesusastraan.Ia memilih suatu masalah tentang lahirnya sastra baru.Dikemukakanlah masalah-masalah khusus, satu diantaranya ialah mengapa ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran kebangsaanlah yang menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan Melayu dengan kesusastraan Indonesia. Guru tidak mempunyai waktu yang berlebihan, akan tetapi ia menginginkan setiap siswa berpartisipasi secara penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau diskusi.Maka dipecahkan kesatuan kelas itu menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dengan tugas membahas permasalahan tersebut dalam waktu yang sangat terbatas.Selesai pembahasan kelompok, setiap kelompok mengemukakan pendapat yang dianggap pendapat kelompok tersebut.Cara
10
mengajar ini dimaksudkan untuk merangsang tiap siswa agar ikut serta dalam setiap masalah secara intensif. Tak ada seorangpun diantara mereka yang merasa mendapat tugas lebih berat dari pada yang lain. e. Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan Pengelompokan ini didasarkan pada luasnya masala.Serta membutuhkan waktu untuk memperoleh berbagai informasi yang dapat menunjang pemecahan masalah. Untuk keperluan ini pokok permasalahan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok (tiap kelompok menyelesaikan satu aspek permasalahan). Siswa harus mengumpulkan data, baik dari lingkungan sekitar maupun melalui bahan kepustakaan. f. Pengelompokan untuk belajar bekerja sama secara efisien menuju ke suatu tujuan. Langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus dikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut jenis atau sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan kemajuan kelompok. Di sini jelas walaupun siswa bekerja dalam kelompok masing-masing dan melaksanakan bagiannya sendiri-sendiri, namun mereka harus memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai, dan menjaga agar jangan sampai keluar dan persoalan pokok. Kelebihan dan kelemahan kerja kelompok: Kelebihan: 1) Dapat memupuk rasa kerjasama 2) suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan 3) Adanya persaingan yang sehat Kelemahan 1) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya, yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain. 2) Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan menghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh seseorang.
11
2.1.4.2.Langkah-langkah metode kerja kelompok Dalam pelaksanaan kerja kelompok, dapat diambil langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membentuk kelompok Guru bersama siswa membentuk kelompok-kelompok belajar. Pada kesempatan ini guru menjelaskan tujuan, kebutuhan dan gambaran mengenai kegiatankegiatan yang harus dikerjakan oleh kelompok. 2. Pemberian tugas-tugas kepada kelompok Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa menurut kelompoknya masingmasing. Pada kesempatan ini guru memberikan petunjuk-petunjuk mengenai pelaksanaan tugas dan berbagai aspek kegiatan yang mungkin dilakukan oleh setiap kelompok dalam rangka mewujudkan hasil kerja kelompok sebagai satu kesatuan. 3. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas-tugasnya Siswa bekerja sama secara gotong royong menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dalam rangka mewujudkan hasil kerja kelompoknya masing-masing. Guru mengawasi, mengerahkan atau mungkin juga menjawab beberapa pertanyaan dalam rangka menjamin ketertiban dan kelancaran tugas kelompok. 4. Melakukan penilaian Guru dan siswa melakukan penilaian terhadap cara kerja sama dan aspek-aspek yang sesuai dengan tujuannya meliputi penilaian individual, kelompok maupun kelas sebagai satu kesatuan. 2.2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian Solikhin (2007) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Kerja Kelompok ditemukan bahwa melalui kerja kelompok yang diberikan pada siswa kelas I SLTP di Tersono” dinilai sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, siswa tampak memiliki motivasi lebih tinggi serta lebih bergairah mengikuti pembelajaran khususnya pada pelajaran matematika.
12
Penelitian serupa juga pernah dilakukan ole Saifudin (2008) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Tentang KPK dan FPB Melalui Penerapan Metode Kerja Kelompok”, pada penelitian tersebut juga terbukti hasil belajar siswa meningkat. Sedangkan penelitian yang saya buat hampir sama dengan penelitianpenelitian yang tersebut di atas hanya pada penelitian yang saya lakukan disamping menggunakan metode kerja kelompok disertai dengan media gambar yang sesuai dengan materi. 2.3. Kerangka Pikir Secara skematis uraian pemikirannya digambarkan sebagai berikut:
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
GURU: mengajar masih konvensional
Menerapkan melalui kerja kelompok dan media gambar
Hasil belajar Matematika meningkat
Hasil belajar siswa rendah
Siklus I Menerapkan pembelajaran melalui kerja kelompok dan media gambar Siklus II Menerapkan melalui kerja kelompok dan media gambar
13
2.4. Hipotesis Tindakan Diduga dalam penelitian ini adalah melalui kerja kelompok dan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang pengolahan data pada siswa kelas VI SD Negeri Pungangan 01 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.