BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Kependidikan 1. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 24) belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan). Belajar adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam suatu tingkah laku manusia yang timbul sebagai suatu hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif (Siti Aisyah, 2015:33). Menurut Muhibbin Syah (2012: 63) belajar adalah kegiatan yang berproses
dan
merupakan
unsur
yang
sangat
penting
dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Di dalam kondisi belajar tersebut terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Thursan Hakim (2005:11) secara garis besar faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
8
a. Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu siswa sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis. 1) Faktor biologis (jasmaniah) meliputi segala hal yang berhubungan dengan kondisi fisik atau jasmani siswa. 2) Faktor psikologis (rohaniah) ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi mental individu. b. Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu peserta didik. Menurut Thursan Hakim (2015:17) faktor eksternal yang mempengaruhi belajar seseorang meliputi faktor sosial seperti lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan faktor non sosial misalnya faktor waktu.
3. Proses Pembelajaran a. Pengertian dan Komponen Proses Pembelajaran Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dengan siswa dan komunikasi dua arah yang berlangsung dalam situasi edukatif
9
untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa merupakan ciri dan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Perlu lebih dipahami bahwa interaksi dalam proses belajar mengajar tidak sekedar hubungan komunikasi antara guru dengan siswa, tidak hanya penyampaian materi pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa (Nuryani Y.Rustaman, 2003:4). Sesuai dengan penyebutannya, proses belajar mengajar adalah kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dan guru yang membelajarkan. Kedua proses ini dilakukan oleh siswa yang sedang belajar dan guru yang membelajarkan secara sadar, sehingga antara kedua proses ini terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal (Nuryani Y.Rustaman, 2003:4). Untuk memahami makna proses belajar mengajar, perlu dipahami beberapa pengertian yang membentuk proses tersebut. Pertama dari segi siswa yang mempunyai peran dan tugas tertentu dalam proses belajar. Kedua dari segi guru yang memiliki peran, tugas, dan kewenangan dalam proses mengajar. Ketiga dari segi proses yang memungkinkan kedua komponen yang terlibat tersebut saling berinteraksi, melalui materi pelajaran yang perlu dikuasai oleh guru dengan memperhatikan kesiapan siswa (Nuryani Y.Rustaman, 2003: 4).
10
Peran siswa adalah mencari pengetahuan dan meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan pengetahuan yang dicari, sedangkan tugas siswa yang utama adalah belajar. Banyak batasan yang digunakan
untuk
menjelaskan
tentang
belajar,
namun
dapat
disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan konsep dan kebiasaan berpikir siswa, yang disebabkan karena adanya interaksi antara dirinya dengan individu lain atau dengan lingkungannya (Nuryani Y.Rustaman, 2003: 5). b. Tugas dan Peran Guru Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, namun guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal (Sugihartono, 2012: 85). Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini merupakan interaksi antara dua kepribadian yang berbeda, yaitu kepribadian guru sebagai orang dewasa dan kepribadian siswa sebagai anak yang sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 251). Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus tentang keguruan. Untuk menjadi seorang guru yang profesional
11
seseorang harus memperoleh satu perangkat pengetahuan yang akan menunjang tugasnya sebagai guru. Seorang guru yang profesional hanya mungkin dihasilkan oleh lembaga pendidikan guru yang berkualitas yang akan memberikan pengetahuan tentang ilmu keguruan dan melatih keterampilan untuk menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran (Nuryani Y.Rustaman, 2003: 5). Tugas guru sangat luas, tidak sebatas tugas akademik tetapi juga tugas yang bersifat non akademik. Tugas-tugas guru tersebut meliputi tugas yang berkaitan dengan kedinasan atau akademik dan tugas di luar kedinasan yang berupa kegiatan kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas guru sebagai seorang yang profesional meliputi mendidik, membelajarkan siswa, dan memberikan latihan-latihan. Tugas mendidik berarti mengembangkan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan. Tugas membelajarkan berarti mendorong dan memberi peluang agar siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya, sedangkan tugas memberikan latihan
berarti
mengembangkan
keterampilan-keterampilan
yang
dimiliki oleh siswa (Nuryani Y.Rustaman, 2003:5). Peran guru menurut Djamarah (Sugihartono, 2012: 85-86) adalah sebagai berikut: 1) Korektor. Sebagai korektor guru berperan menilai dan mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
12
2) Inspirator. Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau ilham kepada siswa mengenai cara belajar yang baik. 3) Informator. Sebagai informator guru harus dapat memberikan informasi yang baikdan efektif mengenai materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum serta informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4) Organisator. Sebagai organisator guru berperan dalam mengelola berbagai
kegiatan
akademik
baik
intrakurikuler
maupun
ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi belajar bagi peserta didik. Diantara berbagai kegiatan pengelolaan pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna. 5) Motivator. Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat mendorong anak didiknya agar senantiasa memiliki motivasi tinggi dan aktif belajar. 6) Inisiator. Sebagai inisiator guru hendaknya dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses pembelajaran
hendaknya
selalu
diperbaiki
sehingga
dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 7) Fasilitator. Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak didik dapat belajar secara 13
optimal. Fasilitas yang disediakan tidak hanya fasilitas fisik seperti ruang kelas yang memadai atau media belajar yang lengkap, akan tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam belajar, interaksi antara guru dengan peserta didik yang harmonis, maupun adanya dukungan penuh dari guru sehingga peserta didik selalu memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. 8) Pembimbing.
Sebagai
pembimbing
guru
hendaknya
dapat
memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar. 9) Demonstrator. Sebagai demonstrator guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga anak didik dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara optimal. 10) Pengelola kelas. Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan siswa dapat memiliki motivasi tinggi dalam belajar dan pada akhirnya dapat mencapai hasil belajar optimal. 11) Mediator. Sebagai mediator hendaknya guru dapat berperan sebagai penyedia media dan penengah dalam proses pembelajaran anak didik.
14
12) Supervisor. Sebagai supervisor hendaknya guru dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga pada akhirnya proses pembelajaran dapat optimal. 13) Evaluator. Sebagai evaluator guru dituntut untuk mampu menilai hasil pembelajaran serta proses pembelajaran. Dari proses ini diharapkan diperoleh umpan balik dari hasil pembelajaran untuk optimalisasi hasil pembelajaran. Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka tuntutan pertama bagi guru adalah menguasai materi pembelajaran. Tugas guru dalam proses belajar mengajar yang dilakukan setiap hari dapat dirinci dalam tiga
tugas
utama.
Pertama,
tugas
membuat
persiapan
untuk
pembelajaran yang disebut persiapan mengajar. Kedua, tugas melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ketiga, tugas mengadakan evaluasi hasil belajar dan memanfaatkan umpan balik untuk mencapai hasil belajar yang optimal (Nuryani Y. Rustaman, 2003:6). Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari guru sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing. Guru mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya dengan bahan yang ia sampaikan atau dengan metode-metode penyampaian yang
15
digunakannya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik dan membimbing tidak hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga interaksi informal, tidak hanya diajarkan tetepi juga ditularkan. Pribadi guru juga merupakan satu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya, dan peranannya sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:251). Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri dari aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman hidupnya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:252). Seperti halnya pribadi-pribadi yang lain, pembentukan pribadi guru dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan keluarganya, sekolahnya tempat dulu ia belajar, masyarakat sekitar serta kondisi dan situasi sekolah dimana ia sekarang bekerja. Dengan tidak mengabaikan pengaruh lingkungan yang lain, besar sekali pengaruh dari pengalaman pendidikannya di sekolah tempat ia mempersiapkan diri dalam tugasnya sebagai guru. Guru adalah suatu profesi. Sebelum ia bekerja sebagai guru, terbelih dahulu dididik dalam suatu lembaga
16
pendidikan keguruan. Dalam lembaga pendidikan tersebut, ia bukan hanya belajar ilmu pengetahuan atau bidang studi yang akan diajarkan, ilmu dan metode mengajar, tetapi juga dibina agar memiliki kepribadian sebagai guru. Kepribadian ia sebagai guru sudah tentu tidak dapat dipisahkan dari kepribadiannya sebagai individu (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:252). 4. Perbedaan Individual Mayoritas guru dan orang awam memiliki asumsi bahwa sekolah akan berfungsi dengan baik jika semua siswa sama. Mereka harus menggunakan buku dan perlengkapan yang sama untuk belajar. Mereka bekerja dengan langkah yang sama dan menggunakan alat yang sama. Mereka mempelajari isi yang sama dengan kurikulum dan jadwal yang sama. Guru berbicara dalam sebuah kelompok besar siswa, memberikan informasi yang sama pada saat yang sama untuk setiap orang. Sekolah menggunakan tes yang sama pula untuk mengukur kesuksesan belajar. Padahal pada kenyataannya, mereka bukanlah orang yang sama. Untuk sebuah kelompok besar, hal tersebut merupakan sesuatu yang realistis. Namun, guru juga harus tetap memperhatikan perbedaan-perbedaan individual yang ada di antara siswa. Salah satu karakteristik pembelajaran yang efektif adalah jika pembelajaran dapat merespon kebutuhan khusus siswa. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya perbedaan di antara orang-orang. Perbedaan individual ini berkaitan dengan “psikologi pribadi”, yang menjelaskan
17
perbedaan psikologis antara orang-orang serta berbagai persamaannya (Sugihartono, 2012: 28-29). a. Sumber Perbedaan Individual Menurut Sugihartono (2012: 29-33), sumber perbedaan individual terbagi menjadi dua faktor, yaitu: 1) Faktor Bawaan Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan genetik oleh orangtua. Pewarisan genetik ini dimulai pada saat terjadinya pembuahan. Dalam masing-masing sel reproduksi, baik spermatozoa maupun ovum terdapat 23 pasang kromosom. Kromosom adalah partikel seperti benang yang masing-masing di dalamnya terdapat untaian partikel yang sangat kecil, yang disebut dengan gen. Gen inilah pembawa ciri bawaan yang diwariskan orangtua kepada keturunannya. Perbedaan gen inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa seseorang berbeda dengan orang lain, baik secara fisik, psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara sendiri. Selebihnya adalah dipengaruhi oleh lingkungan, karena kita tidak pernah berada di lingkungan yang sama persis.
18
2) Faktor Lingkungan Lingkungan menunjuk pada segala sesuatu yang berada di luar diri individu. Faktor ini meliputi banyak hal. Berikut ini beberapa hal yang termasuk dalam faktor lingkungan. a)
Status sosial ekonomi orangtua, meliputi tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua. Meskipun tidak mutlak, tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi sikap orangtua terhadap pendidikan anak serta tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian pula dengan pekerjaan dan penghasilan orangtua yang berbeda-beda yang akan membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orangtua terhadap pendidikan anak, fasilitas yang diberikan pada anak untuk belajar, dan mungkin waktu yang disediakan untuk mendidik anaknya. Demikian pula status ekonomi yang dapat membawa implikasi salah satunya pada perbedaan pola gizi yang diterapkan dalam keluarga. Gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik serta kecerdasan anak.
b) Pola asuh orangtua adalahpola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Berkaitan dengan pola asuh orangtua ini terdapat tiga macam pola asuh orangtua, yaitu otoriter, permisif, dan autoritif. Pola asuh otoriter adalah
19
bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi kurang inisiatif, cenderung ragu, dan mudah gugup. Oleh karena sering mendapatkan hukuman, terkadang anak menjadi kurang disiplin dan nakal. Pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua memberi kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggungjawab dan tidak banyak dikontrol oleh orangtua. Sementara pola asuh autoritif bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggungjawab, dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin. c)
Budaya. Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat istiadat. Budaya dan kebudayaan sebagai sebuah rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola dapat dilihat dalam tiga wujud. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Hal ini berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma,peraturan dan sebagainya. Wujud kedua adalah budaya sebagai suatu aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dan masyarakat, yang disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial berhubungan dalam kurun waktu tertentu dan membentuk suatu pola
20
tertentu. Wujud ketiga, kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Sebagai contoh adalah bagaimana nilai dan norma membentuk perilaku masyarakat. Oleh karenanilai dannorma masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing masyarakat berbeda satu sama lain. d) Urutan
kelahiran.
Beberapa
penelitian
membuktikan
karakteristik kepribadian seseorang ditentukan salah satunya oleh urutan kelahirannya. Anak sulung cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan adik-adiknya. Sementara anak tengah lebih mudah bergaul dan memiliki rasa setia kawan yang tinggi, karena kurang diperhatikan di dalam keluarga, mereka cenderung belajar, menjalin hubungan, dan mencari dukungan dari teman-teman seusianya. Oleh karena itu mereka cenderung mempunyai kemampuan lebih dalam bersosialisasi. Anak bungsu cenderung paling kreatif dan biasanya menarik. Anak tunggal memiliki karakteristik yang hampir sama dengan anak pertama dan sering merasa terbebani dengan harapan yang tinggi dari orangtua mereka. Mereka lebih percaya diri, supel, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Mereka juga mengharapkan banyak dari orang lain, tidak senang dikritik, kadang tidak fleksibel, dan perfeksionis.
21
b. Macam-macam Perbedaan 1) Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama. Jenis kelamin menunjuk pada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan, sementara gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan, berupa perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial budaya. Perbedaan gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada (Sugihartono, 2012: 35). Sebagian guru memperlakukan laki-laki dan perempuan secara berbeda. Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memberikan perhatian yang lebih besar pada siswa laki-laki daripada kepada siswa perempuan. Seringkali siswa laki-laki meminta perhatian lebih besar daripada perempuan. Siswa perempuan memiliki kepercayaan yang rendah pada pendapatnya sendiri daripada laki-laki. Perempuan juga memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi untuk melakukan kesalahan. Guru biasanya lebih banyak bertanya kepada siswa laki-laki dan menunggu lebih lama untuk menjawabnya (Sugihartono, 2012: 38-40).
22
2) Perbedaan Kemampuan Kemampuan sering diartikan secara sederhana sebagai kecerdasan seseorang. Kemampuan umum didefinisikan sebagai prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas. Lebih jauh dari itu kemampuan juga meliputi kapasitas individu untuk memahami tugas, dan untuk menemukan strategi pemecahan masalah yang cocok, serta prestasi individu dalam sebagian besar tugas belajar (Sugihartono, 2012: 40-41). Perbedaan kecerdasan dapat dipahami dari perbedaan skor IQ yang dihasilkan dari tes kecerdasan. Pengukuran kecerdasan manusia mengikuti suatu distribusi normal. Tabel berikut ini merupakan distribusi IQ yang dikembangkan oleh Wechsler: Tabel 1. Distribusi IQ yang Dikembangkan oleh Wechsler IQ
Deskripsi
> 130 Very Superior 120 – 129 Superior 110 – 119 Bright Normal 90 – 109 Average 80 – 89 Dull Normal 70 – 79 Borderline < 70 Defective Sumber: Wechsler (dalam Sugihartono, 2012: 43) Seseorang yang memiliki skor tes kecerdasan di atas 130 biasa disebut gifted. Anak-anak gifted mempunyai kemungkinan untuk mengalami kesulitan serius di sekolah. Mereka mungkin
23
sangat bosan dengan teman sebaya dan pengetahuannya mungkin melebihi apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu terdapat juga anak gifted yang mengalami kesulitan belajar. Mereka adalah anak yang ditengarai sebagai siswa cerdas namun memiliki masalah dalam proses belajar. Mereka mengira belajar adalah sesuatu yang mudah dan tidak dipersiapkan atas kesulitan pada bidang-bidang yang menjadi ketidakmampuan mereka. Oleh karena frustasi, ia juga sering menjadi agresif, tidak perhatian, dan kadang-kadang meninggalkan tugas (Sugihartono, 2012: 43). 3) Perbedaan Kepribadian Atkinson (Sugihartono, 2012: 46) mengemukakan bahwa kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Definisi tersebut menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahwa orang cenderung untuk bertindak atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi. Kepribadian juga menyiratkan adanya karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu yang lain. 4) Perbedaan Gaya Belajar Menurut Sarasin (Sugihartono, 2012: 53), belajar merupakan proses internal yang diukur melalui perilaku. Adanya perbedaan kognitif,afektif,
maupun
psikomotor
diantara
para
siswa
mempengaruhi pilihan belajar mereka yang muncul dalam bentuk
24
perbedaan gaya belajar. Gaya belajar dapat menjelaskan perbedaan belajar diantara siswa dalam setting pembelajaran yang sama. Gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru. Gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain. Keefe (Sugihartono, 2012: 53) mengemukakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Siswa pada umumnya akan sulit memproses informasi dalam satu cara yang dirasa tidak nyaman bagi mereka. Siswa memiliki kebutuhan belajar sendiri, belajar dengan cara berbeda, serta memproses informasi dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, jika gaya mengajar guru tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka,maka belajar tidak akan terjadi. Ketika guru mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa, guru sama dengan memberitahu pada siswa bahwa dia mengetahui mereka adalah individu yang mungkin belajar dengan cara berbeda dengan siswa lain. c. Implikasi Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran Menurut
Sugihartono
(2012:
60-61),
perbedaan-perbedaan
individual membawa implikasi terhadap cara guru mengelola proses pembelajaran bagi siswa di sekolah. Banyak program pendidikan yang
25
dapat dipilih oleh guru sebagai implikasi dari adanya perbedaan individual diantara siswa, khususnya perbedaan kemampuan. Dari sekian banyak bentuk program pendidikan yang dapat dipilih, terdapat tiga jenis program yang terbanyak dilaksanakan yakni program remedial,
pengayaan
(enrichment)
dan
program
percepatan
(acceleration). 1) Program remedial yaitu pemberian layanan pendidikan kepada siswa
yang
mengalami
kesulitan
atau
hambatan
dengan
memberikan pelajaran dan atau tugas tambahan secara individual sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal dan menyelesaikan program sesuai dengan waktu yang ditentukan serta mencapai hasil belajar secara optimal. 2) Program pengayaan (enrichment), yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk siswa lainnya. 3) Program percepatan (acceleration), yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa, dengan memberi kesempatan kepada mereka
26
untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya. 5. Kesulitan Belajar a. Pengertian Kesulitan Belajar Pada umumnya, kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatanhambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar (Tidjan, 1993:78). Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswasiswa yang berkategori "di luar rata-rata" itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang
27
sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan (Muhibbin Syah, 2012: 183-184). Menurut Thursan Hakim (2015:22) kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Blassic dan Jones (Sugihartono, 2012: 149-150), mengatakan bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi aktual). Menurut Blassic dan Jones, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah peserta didik yang memiliki inteligensi normal, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian, ataupun dalam fungsi motoriknya. Dengan kata lain bahwa peserta didik dikatakan mengalami kesulitan belajar bila prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasistas
28
inteligensinya. Dengan demikian kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh peserta didik yang inteligensinya rendah.
b. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Ada berbagai macam penyebab kesulitan belajar peserta didik. Menurut Muhibbin Syah (2015:184-185) secara garis besar faktorfaktor penyebab kesulitan belajar adalah sebagai berikut. 1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: a)
Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
b) Yang bersifat afektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. c)
Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar.
2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini meliputi: a)
Lingkungan
keluarga,
contohnya:
ketidakharmonisan
hubungan ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
29
b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. c)
Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar atau jalan raya, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
B. Kajian Keilmuan 1. Sistem Peredaran Darah pada Manusia a. Darah Medium transport dari sistem sirkulasi adalah darah. Darah tidak hanya mengangkut oksigen dan karbon dioksida ke dan dari jaringanjaringan dan paru-paru, tetapi juga mengangkut bahan lainnya di seluruh tubuh. Bahan tersebut meliputi molekul-molekul makanan, limbah metabolisme, ion-ion dari berbagai macam garam, dan hormonhormon. Darah juga berfungsi mengedarkan panas dalam badan (Kimball, 1983:514). Darah adalah cairan kental, empat sampai lima kali lebih kental daripada air, dan karenanya cenderung mengalir lebih lamban daripada air. Darah di dalam tubuh manusia memiliki suhu yang dipertahankan pada 37,5o C, mempunyai pH antara 7,35-7,45, dan isotonic pada 0,85% NaCl. Darah merupakan 8% berat total tubuh. Volume total darah pada pria seberat 70 Kg diperkirakan 5,6 liter. Secara mikroskopik, darah tersusun atas dua bagian, yaitu bagian berbentuk
30
elemen atau sel-sel darah, dan bagian cair atau plasma tempat sel-sel darah berada. Bagian berbentuk elemen meliputi eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan keping darah atau trombosit (Soewolo, 2005:197-198) 1) Eritrosit Eritrosit atau sel darah merah secara mikroskopik nampak sebagai lempengan bikonkaf dengan rata-rata diameternya 8,1 µm, ketebalan maksimum 2,7 µm dan ketebalan minimum di bagian tengah lempengan kira-kira 1,0 µm. Sel darah merah tidak berinti dan tidak dapat bereproduksi atau melakukan metabolisme ekstensif. Fungsi dari eritrosit adalah mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin (Hb). Walaupun fungsi Hb yang utama adalah
membawa
oksigen
dan
karbondioksida,
Hb
juga
memerankan bagian penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa di dalam tubuh (Soewolo, 2005: 200). Sel darah merah pada orang dewasa dibentuk dari sel-sel pokok yang terletak dalam sumsum tulang, terutama dalam tulangtulang rusuk (costa), tulang dada (sternum), dan tulang-tulang belakang (vertebra). Pada waktu mula-mula dientuk, SDM mempunyai sebuah nukleus dan hemoglobin (Hb) tidak terlalu banyak. Akan tetapi, ketika dewasa, jumlah hemoglobin dalam sel naik sampai 280 juta molekul, atau kira-kira 90% bobot bersih sel.
31
Jangka hidup sel-sel ini kira-kira 120 hari. Sel-sel darah merah yang sudah tua akan ditelan oleh sel-sel fagositik. Hilangnya SDM yang terus-menerus ini secara normal diimbangi oleh aksi sumsum tulang yang secara tepat mengembalikan jumlah SDM darah menjadi normal kembali (Kimball, 1983: 516-517). Ada beberapa fungsi sel darah merah di dalam tubuh manusia, antara lain: a) Penghantar Oksigen ke Seluruh Tubuh Setelah dibentuk, sel darah merah akan menyebar dan akan mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang
telah
bersenyawa
dengan
oksigen
yang
disebut
oksihemoglobin (Koes Irianto, 2014: 160). b) Penentu Golongan Darah Selain berfungsi untuk menghantarkan oksigen, sel darah merah juga berfungsi dalam pembentukan golongan darah pada manusia. Penggolongan ini ditentukan oleh ada tidaknya antigen bernama aglutinogen dalam sel darah merah. Ada dua antigen yang telah dikenali dalam sel darah merah, yaitu antigen A dan antigen B. Jadi, misalkan seseorang digolongkan memiliki
32
golongan darah A, maka di dalam sel darah merahnya terdapat antigen A dan plasma darahnya memiliki aglutinin β (anti-B). c) Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh pathogen atau bakteri, maka hemoglobin dalam sel darah merah akan mengeluarkan radikal bebas yang bisa menghancukan dinding dan membran sel pathogen, serta membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh (Koes Irianto, 2014: 160). d) Membantu Pelebaran Pembuluh Darah Sel darah merah akan melepaskan senyawa S-nithrosthiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, sehingga pembuluh darah akan melebar dan melancarkan arus darah agar darah dapat segera mengalir ke jaringan tubuh yang kekurangan oksigen (Koes Irianto, 2014: 160). 2) Leukosit Tidak seperti eritrosit, leukosit memiliki inti dan tidak mengandung hemoglobin. Jumlah leukosit berkisar antara 50009000 sel per mm3 darah. Ada lima jenis leukosit yang dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok leukosit
yang
sitoplasmanya
bergranula,
disebut
leukosit
bergranula (granulosit). Granulosit merupakan perkembangan dari sel-sel sumsum merah tulang. Ada tiga macam leukosit
33
bergranula, yaitu netrofil, basofil, dan eosinofil(Soewolo, 2005: 206-207). a) Netrofil Sel netrofil paling banyak dijumpaipada sel darah putih. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam dan basa serta tampak berwarna ungu. Netrofil memiliki nucleus yang terdiri dari tiga sampai lima lobus. Sel-sel ini berukuran sekitar 8 µm dalam keadaan segar.
Gambar 1. Netrofil (Sumber: Wiwik Handayani, 2008) Netrofil bersifat fagosit dengan cara masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Saat mendekati suatu partikel untuk difagositosis, sel-sel netrofil mula-mula melekat pada reseptor yang terdapt pada partikel, kemudian membuat ruangan tertutup yang berisi partikel-partikel yang sudah difagositosis. Setelah itu, ruangan ini akan melekuk ke dalam rongga sitoplasma dan melepaskan diri dengan bagian luar membran sel membentuk gelembung fagositik yang mengapung dengan bebas. Sebuah sel
34
netrofil dapat memfagositosis 5-20 bakteri sebelum sel netrofil menjadi inaktif dan mati. Netrofil hanya aktif selama 6-20 jam (Koes Irianto, 2014: 161). b) Basofil Basofil memiliki nucleus berbentuk S dan bersifat fagosit. Basofil melepaskan heparin ke dalam darah.
Gambar 2. Basofil (Sumber: Wiwik Handayani, 2008) Heparin adalah mukopolisakarida yang banyak terdapat dalam hati dan paru. Heparin dapat mencegah pembekuan darah. Selain itu, basofil juga melepaskan histamin. Histamin adalah suatu senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi terhadap antigen yang sesuai (Koes Irianto, 2014: 161). c) Eosinofil Sel eosinofil berbentuk hampir seperti bola, berukuran 9 µm dalam keadaan segar. Eosinofil memiliki nucleus yang
35
terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya fagositosis yang lemah.
Gambar 3. Eosinofil (Sumber: Wiwik Handayani, 2008) Eosinofil mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dalam suatu jaringan yang memiliki reaksi alergi. Eosinofil juga dianggap dapat mendetoksifikasi toksin yang menyebabkan radang. Eosinofil ini dilepaskan oleh sel basofil atau jaringan yang rusak. Sel eosinofil hanya sedikit dijumpai pada sel darah putih (Koes Irianto, 2014: 161). Kelompok
kedua
adalah
kelompok
leukosit
yang
sitoplasmanya tidak bergranula, disebut leukosit agranula (agranulosit). Agranulosit berkembang dari jaringan limfoid dan myeloid. Intinya lebih kurang bulat. Dua jenis leukosit agranula adalah limfosit dan monosit (Soewolo, 2005: 206-207). a) Limfosit Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih. Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter
36
6-8 µm. Limfosit dibentuk di dalam kelenjar limpa dan sumsum tulang, sedangkan pada janin dibuat di dalam hati. Terdapat dua jenis sel limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T.
Gambar 4. Limfosit T (Sumber: Wiwik Handayani, 2008)
Gambar 5. Limfosit B (Sumber: Wiwik Handayani, 2008) Limfosit
yang tetap berada pada sumsum tulang
berkembang menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang berasal dari sumsum tulang dan pindah ke timus menjadi limfosit T. Limfosit B berperan dalam pembentukan antibodi.
37
Sebaliknya, limfosit T tidak dapat menghasilkan antibodi (Koes Irianto, 2014: 161). b) Monosit Monosit memiliki satu nukleus besar dan berbentuk bulat telur atau seperti ginjal.
Gambar 6. Monosit (Sumber: Wiwik Handayani, 2008) Diameter monosit berukuran 9-12 µm. Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi makrofag. Makrofag ini bersama netrofil merupakan lekosit fagosit utama, paling efektif, dan berumur panjang (Koes Irianto, 2014: 161). Sel-sel darah putih (SDP) jumlahnya jauh lebih sedikit daripada sel-sel darah merah, dengan rasio kira-kira 1:700. Fungsi umum dari SDP adalah melindungi badan dari infeksi. Neutrofilneutrofil
dan monosit-monosit
38
menyempurnakannya
dengan
membungkusnya secara endositosis partikel-pertikel asing seperti bakteri yang masuk ke dalam badan(Kimball, 1983: 517). 3) Trombosit Keping-keping darah adalah fragmen sel-sel yang dihasilkan oleh sel-sel besar (megakariosit) dalam sumsum tulang. Kepingkeping darah berbentuk seperti cakra dan jauh lebih kecil (2 µm) daripada SDM. Secara normal, dalam setiap mm 3 darah terdapat antara 150.000-400.000 keping-keping darah. Sel-sel ini sangat penting dalam proses pembekuan darah(Kimball, 1983: 518). Ada sejumlah invaginasi membran keping darah yang membentuk saluran menjorok jauh ke bagian dalam sel. Ini menambah permukaan reaktif keping darah dan memudahkan pengambilan serta sekresi substansi oleh keping darah. Suatu kerangka sel dari mikrotubula melingkar terletak tepat di dalam membrane
keping
darah,
yang
memudahkan
untuk
mempertahankan bentuk normal lempeng keping darah (Soewolo, 2005: 219). Megakariosit berkembang dalam sumsum tulang dari sel batang hemositoblas. Megakariosit adalah sel-sel besar dengan diameter mencapai 80 µm, yang dapat pecah menjadi beberapa keping. Fragmentasi ini akibat dari beberapa invaginasi membran sel yang memecah sel besar menjadi bagian-bagian kecil. Bila
39
bagian-bagian ini memisah, masing-masing adalah keping darah baru. Keping darah hanya berumur pendek, kira-kira 10 hari, sebab keping darah digunakan dalam proses pembekuan darah dan sangat mudah mengadakan aktivitas metabolik (Soewolo, 2005: 220). b. Mekanisme pembekuan darah Bila suatu pembuluh darah rusak (luka), darah bersentuhan dengan serabut-serabut kolagen dalam dinding pembuluh darah. Keping darah melekat pada kolagen, semakin lama semakin banyak. Kurang dari satu menit, keping darah menutup daerah yang rusak tersebut. Selanjutnya, terjadilah proses pembekuan darah. Thrombin muncul dan mengubah
fibrinogen
menjadi
fibrin.
Molekul-molekul
fibrin
berpolimerasi membentuk benang kuat tak larut yang membantu dan memperkuat penumpukan keping darah (Soewolo, 2005: 220). Secara sederhana, proses pembekuan darah dapat digambarkan dalam bagan berikut.
Gambar 7. Skema Pembekuan Darah (Koes Irianto, 2014: 163).
40
Untuk menghasilkan proses pembekuan darah, diperlukan dua belas faktor, yaitu: I
: Fibrinogen (pembentuk fibrin)
II
: Protrombin (mengaktifkan fibrin, faktor V, VII, XIII)
III
: Faktor jaringan (mengaktifkan faktor VII, tromboplastin jaringan)
IV
: Ion kalsium (sebagai kofaktor)
V
: Proaselerin (kofaktor faktor Xa)
VI
: Prokonvertin (mengaktifkan faktor X)
VII
: Faktor anti haemofilik (kofaktor faktor Xa)
VIII : Faktor ckristimas, mengaktifkan faktor X (komponen tromboplastin plasma) IX
: Faktor stuart (mengaktifkan protrombin)
X
: Anteseden atau tromboplastin plasma (mengaktifkan faktor IX)
XI
: Faktor Hogeman (mengaktifkan faktor XI)
XII
: Faktor penstabil fibrin (Koes Irianto, 2014: 164)
c. Golongan darah Golongan darah ABO didasarkan pada dua aglutinogen, yang disimbolkan dengan huruf A dan B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A saja, dimasukkan ke dalam golongan darah A, yang eritrositnya membuat aglutinogen B saja dimasukkan ke dalam golongan darah B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen
41
Adan B adalah golongan darah AB. Individu yang eritrositnya tidak membuat aglutinogen adalah golongan darah O (dibaca nol). Plasma darah orang yang bergolongan A, B, dan O berisi antibodi tertentu yang disebut aglutinin. Antibodi a (anti A) yang mengikat aglutinogen A, dan antibodi b (anti B) yang mengikat aglutinogen B. Individu-individu tidak mempunyai antibodi yang menyerang antigen dari eritrositnya sendiri. Misalnya, seseorang bergolongan darah A tidak mempunyai antibodi a (anti A). Tetapi semua orang mempunyai antibodi melawan aglutinogen yang mereka sendiri tidak membuatnya (Soewolo, 2005: 224). Pada tahun 1900, seorang dokter dari Austria bernama Karl Landsteiner menemukan perbedaan antigen dan antibodi yang dikandung dalam darah manusia. Atas dasar inilah kemudian ia membagi golongan darah menjadi empat golongan, yaitu golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB, dan golongan darah O. Secara ringkas dapat dilihat perbedaannya dalam tabel berikut. Tabel 2. Golongan Darah dan Unsur Pokok Aglutinogen Serta Aglutinin Golongan Darah
Aglutinogen
Aglutinin
O
-
α (anti-A) dan β (anti-B)
A
A
β (anti-B)
B
B
α (anti-A)
AB
Adan B
(Koes Irianto, 2014: 171).
42
Selain huruf yang disematkan sebagai label golongan darah, ada juga sistem Rhesus (Rh) yang menyertai golongan darah tersebut. Secara umum, protein Rh dibagi ke dalam dua kategori, yakni positif (+) dan negatif (-). Status Rh menggambarkan adanya partikel protein di dalam sel darah merah. Seseorang yang memiliki Rh negatif berarti kekurangan faktor protein, sementara Rh positif berarti mempunyai protein yang cukup. Tidak berbeda dengan golongan darah, Rh juga terdiri dari kombinasi-kombinasi tertentu, seperti tersaji dalam tabel berikut. Tabel 3. Pewarisan Rhesus Rh Orangtua
Kemungkinan Kombinasi Alel
Kemungkinan Rh Anak
Keduanya +
++&++
+ + (positif)
Keduanya +
++&+-
+ + atau + - (positif)
Keduanya +
+-&+-
+ + atau + - (positif) atau - - (negatif)
Keduanya -
--&--
- - (negatif)
Satu + & Satu -
++&--
+ - (positif)
Satu + & Satu -
+-&--
+ - (positif) atau - - (negatif) (Koes Irianto, 2014: 171).
d. Tes Golongan Darah Untuk menguji jenis golongan darah, maka darah yang akan diperiksa ditetesi dengan serum anti-A, anti-B, dan anti-AB. Penentuan jenis golongan darah dapat dilihat dari terjadinya penggumpalan
43
(aglutinasi) pada darah yang diuji. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Uji Serum Golongan Darah A, B, AB, dan O Golongan Darah
Anti-A
Anti-B
Anti-AB
A
B
AB
O
Tidak menggumpal Keterangan Menggumpal
(Koes Irianto, 2014: 171). e. Transfusi Darah Mengetahui golongan darah sangat besar manfaatnya, misalnya untuk menolong orang yang menderita pendarahan, yaitu dengan cara memberikan darah dari orang lain kepada penderita. Hal inilah yang
44
disebut dengan pindah tuang (transfusi) darah (Koes Irianto, 2014: 175). Jika dipandang dari donor (pemberi) darah, maka golongan darah AB dapat memberi darah pada golongan darah AB, golongan darah A kepada golongan darah A dan AB, golongan darah B kepada golongan darah B dan AB, dangolongan darah O merupakan golongan donor universal, artinya dapat mendonor untuk semua golongan darah. Sementara itu golongan darah AB adalah golongan resipien universal, yaitu dapat menerima donor dari semua golongan darah. Dalam transfusi darah harus dilakukan dengan golongan darah yang sama dan hanya dalam keadaan darurat dapat diberikan darah dari donor universal. Secara skematis dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 8. Skema Transfusi Darah (Koes Irianto, 2014: 175) Bila darah ditransfusi, pelaku harus yakin bahwa darah donor dan penerima, golongan darahnya sesuai, tidak hanya untuk golongan darah ABO, tetapi juga untuk jenis Rhesus (Rh). Dinamakan sistem Rhesus karena antigen Rh mulanya ditemukan pada eritrosit kera rhesus.
45
Seperti sistem ABO, sistem Rh didasarkan pada aglutinogen yang ada di permukaan eritrosit. Individu yang eritrositnya berisi aglutinogen Rh, dinyatakan sebagai Rh+. Yang tidak mempunyai aglutinogen Rh dinyatakan sebagai Rh-. Pada kondisi normal, plasma manusia tidak berisi antibodi antiRh. Namun bila seorang Rh- menerima transfusi darah Rh+, antibodi anti-Rh akan muncul dalam plasma darah orang Rh- tadi. Bila dilakukan transfusi kedua dengan darah Rh+, antibodi anti-Rh yang terbentuk lebih dahulu akan mengikat eritrosit donor dan reaksi aglutinasi dapat terjadi (Soewolo, 2005: 224). Seperti makanan atau minuman yang dikonsumsi, darah juga memiliki masa kadaluwarsa. Pada suhu penyimpanan tertentu, antara 418oC, setiap komponen darah memiliki masa kadaluwarsa yang berbeda-beda. Darah lengkap yang disimpan pada suhu 4 oC bisa disimpan hingga 28 hari, sedangkansel darah merah bisa bertahan selama 14 hari dengan sistem penyimpanan terbuka. Masa kadaluwarsa ini dicantumkan pada stiker yang tertempel pada setiap kantong darah. Komponen darah lain yang lebih awet disimpan adalah plasma segar beku yang masa kadaluwarsanya bisa sampai 6 bulan hingga satu tahun (Koes Irianto, 2014: 178). Komponen darah dengan antihaemofili faktor juga mampu bertahan enam bulan hingga satu tahun. Darah yang sudah melewati
46
masa kadaluwarsa harus dimusnahkan dan tidak dapat dipakai lagi. Selain ada masa kadaluwarsa, sebelum diproses darah yang diambil dari donor harus diseleksi ketat melalui uji saring. Darah yang akan diproses harus bebas dari empat penyakit, yaitu HIV/AIDS, sifilis, hepatitis B, dan hepatitis C (Koes Irianto, 2014: 175). Untuk menjadi pendonor darah tentunya ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi, diantaranya: 1) Usia antara 17 sampai 60 tahun. 2) Berat badan minimal 45 kg. 3) Kadar hemoglobin minimal 12,5 g/dl. 4) Tekanan darah sistolik 100-180 mmHg dan diastolik 50-100 mmHg. 5) Penyumbangan darah tiap tahun maksimal 5 kali dengan jarak antara dua penyumbang sekurang-kurangnya 2 bulan. 6) Penyumbang darah wanita, dapat menumbangkan darahnya 6 bulan setelah melahirkan atau 3 bulan setelah berhenti menyusui. 7) Penyumbang darah dengan berat badan 45 kg dapat diambil darahnya sebanyak 250 ml. 8) Penyumbang darah dengan berat badan lebih dari 55 kg dapat diambil darahnya sebanyak 450 ml. 9) Bukan pecandu alkohol atau narkotika. 10) Seseorang tidak boleh mendonorkan darah jika dalam keadaan: (a) Wanita sedang haid, hamil, atau menyusui; (b) Menderita penyakit
47
jantung, hati, paru, ginjal, kencing manis, penyakit pendarahan, kejang, kanker, dan penyakit kulit kronis; (c) Pernah mendapatkn transfusi darah dalam waktu 6 bulan terakhir; (d) Pernah mendapat serangan malaria dalam 3 tahun terakhir; (e) Pernah mendapatkan imunisasi dalam 2 minggu terakhir; (f) Pernah digigit hewan yang menderita rabies dalam 1 tahun terakhir; (g) Pernah mendapatkan hepatitis imunoglobulin dalam waktu 1 tahun terakhir; (h) Pernah mengkonsumsi aspirin dalam waktu 3 hari terakhir (Koes Irianto, 2014: 179). f. Organ peredaran darah 1) Jantung Jantung terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan berotot yang disebut dengan miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu lapisan endothelium yang disebut dengan endokardium.Ukuran jantung manusia dewasa kira-kira sebesar kepalan tangan manusia. Tiaptiap bagian jantung bekerja dengan tidak bergantung pada yang lain, tetapi semuanya bekerja bersama-sama untuk mengatur peredaran darah yang normal. Dinding jantungterdiri dari serat otot yang
kuat
dan
mempunyai
kekuatan
untuk
menguncup
(berkontraksi) atau berdenyut dengan berirama. Denyutan berirama yang terus menerus ini memelihara kelangsungan peredaran darah. Jantung berdenyut lebih dari 100.000 kali per hari. Ruang serambi
48
mempunyai dinding yang tipis, dan hanya menampung darah yang kembali dari pembuluh balik (Koes Irianto, 2014: 180). Pada setiap siklus jantung, perubahan tekanan darah terjadi karena atrium dan ventrikel secara bergantian kontraksi dan relaksasi, dan darah mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Ketika otot dinding dan ruang jantung berkontraksi, tekanan cairan di dalamnya bertambah.
Gambar 9.Struktur Jantung Manusia (Sumber: Dorling Kindersley, 1993:29)
49
Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari dimulainya suatu denyut jantung sampai dengan berakhirnya denyut jantung berikutnya dinamakan siklus jantung. Siklus jantung terdiri dari satu periode relaksasi yang disebut diastol, yaitu suatu periode pengisian jantung dengan darah, kemudian diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut dengan sistol. Setiap siklus dimulai oleh pembentukan potensial aksi yang berlangsung spontan dalam nodus sinus (Guyton, 1997: 137).
Gambar 10. Nodus Sinus dan Sistem Purkinje dari Jantung (Sumber: Guyton, 1993:152) Jantung dilengkapi oleh suatu sistem khusus yang berfungsi untuk membangkitkan impuls-impuls ritmis otot jantung dan untuk mengkonduksikan impuls ini dengan cepat ke seluruh jantung. Hal terpenting dari adanya sistem ini adalah sistem ini memungkinkan semua bagian ventrikel berkontraksi hampir secara bersamaan,
50
sehingga akan menimbulkan tekanan efektif dalam ruang ventrikel. Gambar 10 menunjukkan sistem perangsangan dan sistem konduksi jantung yang mengatur kontraksi jantung. Nodus sinus yang disebut juga nodus sinoatrial (nodus S-A) merupakan tempat di mana impuls perangsangan ritmis berawal. Jalur internodus berfungsi untuk menjalarkan impuls dari nodus sinus menuju ke nodus atrioventrikular (nodus A-V). Perlambatan impuls dari atrium sebelum sampai ke ventrikel terjadi di nodus A-V. Berkas A-V merupakan berkas yang meneruskan impuls dari atrium ke ventrikel. Berkas serat-serat Purkinje kiri dan kanan bertugas menjalarkan impuls-impuls jantung ke seluruh bagian ventrikel (Guyton, 1997: 151). Nodus sinus merupakan kepingan otot khusus, kecil, tipis, dan berbentuk elips. Nodus sinus terletak di bagian dalam dinding lateral superior dari atrium kanan tepat di sebelah bawah dan sedikit lateral dari lubang vena kava superior. Serat-serat dari nodus ini hampir tidak memiliki filamen kontraktil. Serat-serat sinus secara langsung berhubungan dengan serat-serat atrium, sehingga setiap potensial aksi yang dimulai di dalam nodus sinus akan segera menyebar ke dalam atrium (Guyton, 1997: 151). Ujung serat nodus sinus bersatu dengan serat otot atrium di sekelilingnya, selanjutnya potensial aksi yang berasal dari dalam nodus sinus akan menjalar keluar dan masuk ke dalam serat otot
51
atrium tersebut. Dengan cara inilah potensial aksi menyebar ke seluruh masa otot atrium dan akhirnya menjalar ke nodus A-V. Kecepatan konduksi dalam otot atrium sekitar 0,3 m/detik. Ada tiga berkas kecil lain yang melalui dinding atrium dan berakhir di dalam nodus A-V, yang berfungsi juga menjalarkan impuls jantung dengan kecepatan yang sama. Ketiga berkas kecil tersebut adalah jalur internodus anterior, jalur internodus media, dan jalur internodus posterior (Guyton, 1997: 153). Siklus jantung pada orang dewasa yang sedang istirahat dapat dibagi menjadi tiga fase utama: a) Perioda relaksasi. Pada akhir satu denyut jantung ketika ventrikel mulai relaksasi, keempat ruang jantung ada dalam keadaan diastol (dilasi). Ini adalah awat perioda relaksasi. Repolarisasi serabut-serabut otot ventrikel memulai relaksasi. Saat ventrikel berelaksasi, tekanan di dalam ruang jatuh, darah mulai mengalir balik dari arteri pulmonalis dan aorta ke ventrikel. Aliran darah ini mendorong balik katup semilunar sehingga katup ini menutup. Akibat menutupnya katup semilunar menimbulkan benturan yang disebut dicrotic wave pada pangkal lengkung aorta. Ketika katup semilunar mnutup, ada sedikit jarak waktu ketika volume darah ventrikel tidak berubah karena kedua katup semilunar dan atrioventrikular menutup. Perioda ini disebut relaksasi isovolumetri. Ventrikel
52
yang terus berelaksasi menyebabkan ruang di bagian dalam meluas, dan tekanan dengan cepat turun. Saat tekanan ventrikel jatuh di bawah tekanan atria, katup atrioventrikular membuka, dan ventrikel mulai terisi lagi. b) Pengisian ventrikel.Pengisian utama ventrikel terjadi tepat setelah katup atrioventrikuler membuka. Sepertiga pertama waktu pengisian ventrikel dikenal sebagai periode pengisian cepat ventrikel, sedangkan sepertiga waktu kedua disebut diastasis. Sistol atria terjadi pada sepertiga terakhir dari perioda pengisian ventrikel. Pada akhir diastol ventrikel, ada kira-kira 130 ml darah dalam setiap ventrikel. Volume darah ini disebut volume akhir diastolik (end diastolic volume = EDV). c) Kontraksi ventrikel (sistol).Mendekati akhir sistol atria, impuls dari nodus SA masuk melalui nodus AV ke dalam ventrikel, yang menyebabkan ventrikel depolarisasi, kemudian kontraksi ventrikel mulai berlangsung, dan darah mendorong katup atrioventrikuler menutup dengan kuat. Selama kira-kira 0,05 detik
keempat
katup
menutup
kembali.
Hal
tersebut
menyebabkantak ada jalur aliran bagi darah sehingga volume ventrikel tetap sama (iso volumetri). Perioda ini disebut kontraksi isovolumetri. Kontraksi ventrikel terus berlanjut, tekanan dalam ruang jantung naik tajam. Tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta (± 80 mmHg) dan tekanan ventrikel
53
kanan lebih tinggi daripada tekanan pada arteri pulmonalis (± 15-20
mmHg),
kedua
katup
semilunar
membuka,
dan
pengeluaran darah dari jantung mulai berlangsung. Periode ini disebut dengan pengeluaran ventrikel dan berlangsung selama ± 0,25 detik, sampai ventrikel mulai relaksasi. Katup semilunar menutup dan periode relaksasi dimulai. Volume darah yang tetap tinggal dalam ventrikel setelah sistol disebut dengan volume akhir sistolik (end systolic volume = ESV), dengan volume ± 60 ml(Soewolo, 2005: 238-239). 2) Pembuluh Darah Dalam sistem peredaran darah, terdapat beberapa jenis pembuluh darah yang berfungsi untuk menyalurkan darah ke berbagai bagian tubuh manusia, yaitu arteri, vena, dan kapiler darah. a) Arteri Arteri
(pembuluh
nadi)
adalah
pembuluh
yang
mengangkut darah dari jantung. Dindingnya kokoh dan lenting. Darah yang dipompakan oleh jantung ke dalamnya menyebabkan pembuluh-pembuluh nadi itu membesar. Karena sifat ini, maka bagian dari darah yang tak dapat segera diangkut oleh pembuluh nadi untuk sementara waktu tinggal dalam pembesaran ini. Pembuluh nadi bercabang-cabang hingga sampai ke alat-alat tubuh, misalnya paru-paru. Cabang
54
arteri beranting-ranting dan semakin kecil, dindingnya semakin tipis, dan kelentingannya makin berkurang. Pembuluh nadi yang palingkecil disebut arteriol(Koes Irianto, 2014: 182-183). b) Kapiler Darah Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil, tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol makin menghilang ketiga lapis dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler yang sehalus rambut, dinding itu tinggal satu lapis saja, yaitu lapisan endotelium. Lapisan yang sangat tipis tersebut memungkinkan limfe merembes keluar membentuk cairan jaringan dan membawa air, mineral, dan zat makanan untuk sel, dan melalui pertukaran gas antara pembuluh kapiler dan jaringan sel, menyediakan oksigen, serta menyingkirkan bahan buangan termasuk karbon dioksida. Oleh sebab itu kapiler melaksanakan fungsi yang sangat penting sebagai distributor zat-zat penting ke jaringan yang memungkinkan berbagai proses dalam tubuh berjalan (Pearce, 2005: 176) c)
Vena Pembuluh balik atau vena mengalirkan darah ke jantung. Dalam garis besarnya, vena mempunyai susunan yang sama dengan pembuluh nadi, hanya lebih lunak dindingnya. Pembuluh balik besar dapat dibedakan menjadi dua macam, 55
yaitu pembuluh balik besar atas (vena cava superior) yang mengangkut darah dari kepala dan anggota gerak atas, dan pembuluh balik besar bawah (vena cava inferior) yang mengangkut darah dari badan anggota gerak bawah (Koes Irianto, 2014: 183). Ketiga pembuluh darah tersebut mempunyai struktur yang berbeda-beda. Secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut. Arteri
Vena
100 µm Endotelium
Katup
Membran Basal
Endotelium Endotelium Otot Polos
KAPILER Jaringan Ikat
Otot Polos Jaringan Ikat
ARTERI
VENA
ARTERIOLA
VENULA
Gambar 11. Struktur Arteri dan Vena Manusia (Sumber: Campbell, 2004) g. Mekanisme peredaran darah pada manusia 1) Peredaran Darah Pulmonalis Peredaran darah pulmonalis (sirkulasi pulmonal) terjadi ketikadarah dari vena masuk ke dalam ventrikel kanan yang berkontraksi dan memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri
56
ini bercabang dua untuk mengantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri. Di dalam paru-paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan paru-paru untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida. Kemudian kapiler pulmonal bergabung menjadi vena dan darah dikembalikan ke jantung oleh empat vena pulmonalis, untuk kemudian dialirkan ke dalam atrium kiri. Darah ini kemudian mengalir masuk kedalam ventrikel kiri. Ventrikel kiri berkontraksi dan darah dipompa masuk ke dalam aorta untuk memulai peredaran darah besar (Pearce, 2005: 129). 2) Peredaran Darah Sistemik Sirkulasi sistemik meliputi semua darah yang beroksigen meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta, dan darah yang tak beroksigen kembali ke atrium kanan setelah berkelana dari seluruh organ
termasuk
arteri
bernutrien
ke
paru.
Darah
yang
meninggalkan aorta dan melalui arteri sistemik berwarna merah cerah. Karena mengalir melalui kapiler, melepaskan oksigen dan mengambil karbondioksida sehingga darah dalam vena sistemik berwarna merah gelap. Bila darah kembali ke jantung dari alur sistemik, keluar dari ventrikel kanan melalui sirkulasi pulmonalis ke paru-paru. Di dalam paru-paru melepaskan karbondioksida dan mengambil oksigen. Dengan demikian darah akan berwarna merah
57
cerah lagi. Ia kembali ke atrium kiri jantung dan masuk lagi ke sirkulasi sistemik (Soewolo, 2005:255).
Gambar12.Ilustrasi Sistem Sirkulasi pada Manusia (Sumber: Wiwi Isnaeni, 2006)
3) Peredaran Darah Koroner Arteri koronaria utama terletak pada permukaan jantung dan arteri-arteri kecil menembus dari permukaan jantung masuk ke dalam massa otot jantung. Hampir seluruh jaringan darah melalui arteri-arteri ini sehingga jantung menerima penyediaan darah nutritifnya. Hanya 75 sampai 100 µm bagian dalam permukaan endokardium yang dapat memperoleh makanan dalam jumlah yang
58
cukup berarti langsung dari darah dalam ruang jantung, sehingga sumber nutrisi otot ini sangat kecil. Arteri koronaria kiri terutama menyuplai bagian anterior dan lateral dari ventrikel kiri, sedangkan arteri koronaria kanan menyuplai sebagian besar ventrikel kanan serta bagian posterior ventrikel kiri pada 80-90 % manusia. Sebagian besar aliran darah vena dan ventrikel kiri yang merupakan sekitar 75% dari aliran darah koroner total meninggalkan sinus koronarius, dan sebagian besar darah dari vena dan ventrikel kanan mengalir melalui vena kardiakus anterior kecil langsung ke dalam atrium kanan tanpa melalui sinus koronarius. Sebagian kecil darah koroner mengalir kembali ke dalam jantung melalui vena thebesi yang ukurannya sangat kecil, yang mengosongkan darahnya langsung ke dalam semua ruang jantung (Guyton, 1997: 321-322). 4) Sirkulasi Portal Darah dari lambung, usus, pankreas dan limpa dikumpulkan oleh vena porta (pembuluh gerbang). Di dalam hati vena ini membelah diri ke dalam sistem kapiler dan kemudian bersatu dengan kapiler-kapiler arteria hepatika. Arteri ini mengantarkan darah dari aorta ke hati dan menjelajahi seluruh organ ini. Persediaan darah ganda ini dikumpulkan oleh sebuah sistem vena yang bersatu untuk membentuk vena hepatika. Vena ini mengantarkan darahnya ke vena cava inferior dan kemudian ke
59
jantung. Bendungan portal (obstruksi) dapat terjadi jika satu atau beberapa cabang vena portal terbendung misalnya karena ada cedera parah pada hati atau dalam beberapa keadaan pada peradangan hepar. Bila obstruksi ini parah, dapat diikuti komplikasi asites, yaitu penimbunan cairan berlebihan dalam rongga peritoneum (Pearce, 2005: 130). Vena portal terbentuk oleh bersatunya vena splenika dan vena mesinterika superior, tetapi darah dari lambung, pankreas, dan vena mesienterika inferior mengalirke dalam vena splenika sebelum bergabung dengan vena mesienterika superior (Soewolo, 2005: 257). 5) Peredaran Darah Fetus Sirkulasi darah sebelum kelahiran dibedakan dari sirkulasi darah sesudah kelahiran karenadua alasan. Pertama, darah janin mendapatkan oksigen dari darah ibu sebagai ganti dari udara paru janin. Kedua, darah janin mendapatkan zat makanan dari darah ibu sebagai ganti dari organ pencernaan janin. Ada struktur tertentu untuk membawa darah janin menuju darah ibu dan kembali ke dalam tubuh janin. Struktur tersebut adalah arteri umbilikalis, vena umbilikalis, dan duktus venosus. Harus ada juga beberapa struktur yang berfungsi sebagaimana setelah kelahiran, yaitu suatu tempat pertukaran gas, makanan, dan bahan sisa antara janin dan darah ibu yang dinamakan plasenta. Pertukaran zat-zat terjadi tanpa
60
percampuran darah janin dengan darah ibu, karena masing-masing mengalir dalam kapilernya sendiri (Soewolo, 2005: 257-258). Paru-paru belum berfungsi sebelum kelahiran, sehingga darah tidak melewati sisi kanan jantung menuju paru sebelum mencapai sisi kiri jantung kembali. Ada dua struktur lain dalam sirkulasi janin yang berhenti fungsinya pada saat lahir dan segera hilang sesudahnya, yaitu foramen ovale dimana darah melewatinya langsung dari atrium kanan jantung ke atrium kiri tanpa melalui paru, dan duktus arteriosus, yaitu suatu pembuluh kecil yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta toraksikus desenden, sehingga lebih banyak darah yang terbelokkan dari paru. Secara ringkas, struktur berikut merupakan struktur yang berguna bari sirkulasi fetal dan secara normal akan berhenti setelah kelahiran. a)
Dua arteri umbilikalis yang merupakan lanjutan dari dari arteri iliaka internal (hipogastrik) dan membawa darah janin ke plasenta.
b) Plasenta yang menggantung pada dinding uterina ibu. c)
Vena umbilikalis, mengembalikan darah beroksigen dari plasenta ke janin. Dua arteri umbilikalis dan vena umbilikalis bersama-sama merupakan korda umbilikalis, karenanya lepas bersama plasenta pada waktu kelahiran.
61
d) Duktus venosus, sebuah pembuluh kecil yang menghubungkan vena umbilikalis dengan vena kava inferior janin, menutup pada saat kelahiran dan akan hilang. e)
Foramen ovale, sebuah lubang pada septum antara atrium kiri dan kanan, biasanya menutup pada saat lahir.
f)
Duktus
arteriosus,
sebuah
pembuluh
kecil
yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta toraksikus desenden, sesudah kelahiran biasanya darah tidak melewati duktus arteriosus. Hanya dua pembuluh darah janin yang membawa darah beroksigen yaitu vena umbilikalis dan duktus venosus, setelah darah memasuki vena kava inferior, ia menjadi satu dengan darah vena (Soewolo, 2005: 258-259). 2.
Sistem Limfatik Sistem limfatik merupakan jalur tambahan dimana cairan dapat mengalir dari ruang interstisial ke dalam darah. Sistem limfatik ini dapat pula mengangkut protein dan zat-zat berpartikel besar yang tidak dapat dipindahkan dengan absorpsi langsung ke dalam kapiler darah untuk keluar dari ruang jaringan. Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan kelebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial. Beberapa pengecualian diantaranya pada bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam dari saraf perifer, bagian endomisium otot, dan pada tulang. Jaringan-jaringan tersebut tetap
62
mempunyai pembuluh interstisial berukuran kecil yang dinamakan prelimfatik yang dapat dialiri oleh cairan interstisial, namun pada akhirnya cairan ini tetap mengalir ke dalam pembuluh limfatik. Pada otak, cairan akan mengalir ke dalam cairan serebrospinal dan kemudian langsung kembali ke dalam aliran darah. Cairan limfe dari bagian bawah tubuh secara keseluruhan mengalir ke duktus toraksikus dan bermuara dalam sistem vena pada pertemuan antara vena jugularis interna kiri dan vena subklavia. Cairan limfe dari sisi kiri kepala, lengan kiri, dan sebagian daerah toraks juga memasuki duktus toraksikus sebelum bermuara ke dalam vena. Cairan limfe dari sisi kanan leher dan kepala, lengan kanan dan sebagian toraks memasuki duktus limfatikus kanan, yang kemudian bermuara ke dalam sistem vena pada pertemuan antara vena subklavia kanan dan vena jugularis interna (Guyton, 1997: 243). Sistem limfatik memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh manusia,
diantaranya
adalah:
(1)
Mengangkut
limfosit;
(2)
Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke sirkulasi darah; (3) Membawa lemak emulsi dari jaringan sekitar usus halus ke darah; (4) Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran; dan (5) Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat imun (antibodi) untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme (Rika Andriyani, 2015: 95-96).
63
a. Anatomi Sistem Limfatik Secara anatomis, sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfatik dan organ limfatik. 1) Pembuluh limfatik Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh linfe tampak seperti rangkaian petasan atau tasbih. Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan hanya terdiri atas selapis endothelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ. Pembuluh limfe khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak (kilomikron), disebut lacteral villi. Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan untuk kembali ke peredaran darah (Rika Andriyani, 2015: 96). 2) Organ limfatik Menurut Rika Andriyani (2015: 97-99), organ limfatik dibedakan menjadi dua, yaitu organ limfatik primer dan organ limfatik sekunder. a)
Organ limfatik primer (a) Sumsum tulang merah, merupakan jaringan penghasil limfosit. Sel-sel limfosit yang dihasilkan tersebut akan mengalami perkembangan. Limfosit yang berkembang di dalam sumsum tulang akan berkembang menjadi limfosit
64
B. Sedangkan limfosit yang berkembang di dalam kelenjar timus akan menjadi limfosit T. Limfosit-limfosit ini berperan penting untuk melawan penyakit. (b) Kelenjar timus, memiliki fungsi spesifik yaitu sebagai tempat perkembangan limfosit yang dihasilkan dari sumsum merah untuk menjadi limfosit T. Timus tidak berperan dalam memerangi antigen secara langsung seperti pada organ-organ limfoid yang lain. Untuk memberikan kekebalan pada limfosit T ini, maka timus mensekresikan hormon tipopoietin. b) Organ limfatik sekunder (a) Nodus limfe, berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang pembuluh limfe. Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag.
Fungsi
nodus limfa adalah untuk
menyaring mikroorganisme yang ada di dalam limfa. Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan paha. (b) Limpa, merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang dihasilkan dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang lambung. Fungsi limpa antara
65
lain untuk membunuh kuman penyakit, membentuk sel darah putih (leukosit) dan antibodi, serta menghancurkan sel darah merah yang sudah tua. (c) Nodulus limfatikus, merupakan sekumpulan jaringan limfatik yang tersebar di sepanjang jaringan ikat yang terdapat pada membran mukus yang membatasi dinding saluran pencernaan, saluran reproduksi, saluran urine, dan saluran respirasi. Beberapa bentuk nodulus limfatikus yaitu tonsil yang terdapat di tenggorokan dan folikel limfatik yang terdapat di permukaan dinding usus halus. b. Cairan Limfa (Getah Bening) Limfa berasal dari cairan plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem peredaran darah. Cairan yang keluar tersebut menjadi cairan intersisial yang mengisi ruang antara sel-sel di jaringan. Setelah beredar ke seluruh tubuh, sairan tersebut dikumpulkan dan dikembalikan ke sistem peredarandarah melalui sistem limfa (Rika Andriyani, 2015: 95). Konsentrasi protein dalam cairan interstisial sebagian besar jaringan rata-rata sebesar 2 g/dl, dan konsentrasi protein cairan limfe yang mengalir dari jaringan tersebut mendekati nilai ini. Sebaliknya, cairan limfe yang dibentuk dalam hati mempunyai konsentrasi protein setinggi 6 g/dl. Cairan limfe yang dibentuk dalam usus mempunyai konsentrasi protein sebesar 3 – 4 g/dl. Kurang lebih dua per tiga dari
66
seluruh cairan limfe normalnya berasal dari hati dan usus. Cairan limfe toraksikus yang merupakan campuran cairan limfe dari seluruh tubuh mempunyai konsentrasi protein sekitar 5g/dl (Guyton, 1997: 245). c. Aliran Limfa Sirkulasi limfe merupakan proses yang rumit dan sulit dipahami. Satu fungsi utama sistem limfe adalah untuk berpartisipasi dalam pertukaran kontinyu cairan interstial, yang merupakan filtrat plasma yang menyilang dinding kapiler dan
kecepatan pembentukannya
tergantung pada perbedaan tekanan di antara membran ini. Pori-pori kapiler kecil dan hanya permeabel sebagian bagi molekul besar seperti protein plasma. Molekul besar yang tertangkap di dalam kapiler ini menimbulkan efek osmotik yang cenderung menjaga volume cairan di dalam ruang kapiler, sehingga pertukaran cairan antara kapiler dan ruang interstisial tergantung pada empat faktor, yaitu tekanan hidrostatik di dalam kapiler, tekanan hidrostatik di dalam ruang interstisial, tekanan osmotik di dalam kapiler, dan tekanan osmotik di dalam ruang interstisial (Rika Andriyani, 2015: 100). Ada aliran bersih cairan keluar dari kapiler ke dalam ruang interstisial pada ujung arteriola yang bertekanan tinggi dari suatu kapiler, dan aliran bersih ke dalam pada ujung venula. Normalnya, aliran keluar bersih melebihi aliran masuk bersih dan cairan ini kembali ke sirkulasi melalui pembuluh limfe. Aliran limfe normal 2 sampai 4 liter per hari. Kecepatan aliran sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor
67
lokal dan sistemik, yang mencakup konsentrasi protein dalam plasma dan cairan interstisial, hubungan tekanan arteri dan vena lokal, serta ukuran pori dan keutuhan kapiler (Rika Andriyani, 2015: 100-101). 1) Duktus Limfatikus Sinistra Pembuluh limfa kiri disebut juga pembuluh dada (duktus limfatikus toraksikus). Pembuluh limfa kiri terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari kepala dan leher bagian kiri dan dada kiri, lengan kiri, dan tubuh bagian bawah. Pembuluh limfa ini bermuara di vena bagian bawah selangka kiri. 2) Duktus Limfatikus Dekstra Pembuluh limfa kanan terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari daerah kepala dan leher bagian kanan, dada kanan, lengan kanan, jantung dan paru-paru yang terkumpul dalam pembuluh limfa. Pembuluh limfa kanan bermuara di pembuluh balik (vena) di bawah selangka kanan. 3. Gangguan sistem sirkulasi Dalam sistem sirkulasi manusia, ada beberapa gangguan yang dikenal oleh masyarakat luas, diantaranya sebagai berikut. a. Hemofilia Hemofilia adalah suatu penyakit turunan kekurangan faktor pembeku
yang diderita oleh setiap satu dari 10.000 orang, tidak
mempedulikan populasi, suku, atau negara. Pada awal tahun 1950, ditemukan adanya dua jenis hemofilia. Jenis A disebabkan defisiensi
68
anti hemophilic factor (AHF = faktor VIII), sedangkan jenis Bdisebabkan defisiensi komponen PTC (IX) tromboplastin plasma. Kira-kira 75% penderita hemofilia dari hemofili jenis A, dan kira-kira 20% dari jenis B. Sisanya karena kekurangan faktor lain, seperti PTA dan faktor Von Willebrand. Hemofili berat biasanya nampak jelas selama masa kecil awal masa kanak-kanak. Perpanjangan pendarahan biasanya terjadi setelah khitan atau sunat. Ketika anak giat berjalan, sering terjadi pendarahan kecil pada kulit atau membran mukosa. Pendarahan sendi juga terjadi pada anak-anak. Wanita yang berasal dari keluarga yang sejarahnya berhemofili, sampel plasmanya harus diuji untuk melihat kemungkinan adanya hemofili. Hasil uji derajat antigen dapat membantu untuk menentukan adanya carrier (pembawa). Wanita dengan carrier hemofilia disarankan melakukan konsultasi genital untuk mengetahui dengan teliti gejala klinis penyakit, sifat pewarisannya, dan barangkali gejala kelainan (Soewolo, 2003: 232-233). b. Anemia 1) Anemia Hemorrhagik Anemia hemorrhagik adalah kehilangan eritrosit besarbesaran melalui perdarahan. Sebab umum adalah luka besar, luka lambung, dan pendarahan besar-besaran dalam menstruasi. Bila pendarahan sangat berat dinamakan anemia akut. Pendarahan
69
lama, perlahan, menimbulkan anemia kronis, gejala utamanya adalah lemah badan. 2) Anemia Hemolitik Anemia hemolitik berasal dari kata hemolisis, rusaknya membran eritrosit. Perusakan prematur eritrosit dapat akibat dari beberapa sebab seperti kekurangan sintesis Hb, abnormalitas enzim eritrosit, atau kerusakan membran eritrosit. Parasit, toksin, dan antibodi dari darah yang tidak sesuai dapat menyebabkan anemia hemolitik. 3) Anemia Sel Sabit Anemia sel sabit adalah suatu kelainan yang diwariskan dan diderita oleh kira-kira 1% - 2% populasi orang kulit hitam. Gejalanya meliputi anemia berat dan kematian jaringan pada organ vital, seperti paru-paru dan ginjal. Bila eritrosit penderita anemia sel sabit mencapai daerah dengan tekanan oksigen rendah, mereka akan berubah menjadi lebih buruk. 4) Anemia Aplastik Anemia aplastik, adalah anemia yang terjadi akibat perusakan atau penghambatan sumsum merah tulang. Secara khusus sumsum diganti jaringan lemak, jaringan fibrosa, atau sel tumor. Tekanan sel-sel sumsum tulang oleh radiasi, obat-obatan, zat kimia atau toksin dapat menyebabkan anemia aplastik. c. Bayi Biru Bayi biru adalah kondisi yang dikibatkan dari gagal menutupnya sebuah lubang pada septum antara atrium kiri dan kanan (foramen
70
ovale) pada saat bayi lahir. Akibatnya hanya sebagian darah yang akan melewati paru-paru. Karenanya bagian darah tersebut tidak beroksigen, sehingga bayi akan berwarna kebiruan (Soewolo, 2003: 268). f. Leukemia Leukemia merupakan pertumbuhan dan peningkatan leukosit secara abnormal. Peningkatan yang tidak terkontrol ini dapat menyebabkan
anemia,
infeksi,
trombositopenia,
dan
dapat
menyebabkan kematian. Berdasarkan tipe jaringan dan sel abnormal yang terlibat, leukemia dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mieloid, yang mencakup granulosit, monosit, dan limfositik (Jan Tambayong, 2000: 81). Leukemia dapat terjadi karena tiga kelompok faktor utama, yaitu (1) Faktor genetik yang terlihat pada kembar identik yang akan beresiko bila kembaran yang lain mengalami leukemia. Saudara sekandung dari individu yang leukemia dan individu dengan sindrom Down juga beresiko terhadap terjadinya leukemia; (2) Penyakit yang didapat dengan resiko terkena leukemia mencakup mielofibrosis, polistemia vera, dan anemia refraktori sideroblastik; dan (3) Agens kimia dan fisik yang merupakan resiko signifikan terhadap leukemia mencakup radiasi dan pemajanan jangka lama terhadap benzen (Jan Tambayong, 2000: 81).
71
g. Edema Edema adalah akumulasi cairan yang berlebihan dalam jaringan tubuh. Keadaan yang memungkinkan terjadinya edema adalah gangguan proses metabolik jaringan dan tidak adanya nutrisi sel yang adekuat. Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sel akibat aliran darah yang berkurang akan mengakibatkan gangguan kerja pompa ion, kelebihan elektrolit dalam sel akan meningkatkan tekanan osmotik di dalam sel sehingga menyebabkan terjadinya pergerakan cairan dari luar ke dalam sel (Ronny, 2009: 72). h. Jantung Koroner Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai
dari terjadinya
aterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Peter Kabo, 2008: 29). Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri dengan perlahan-lahan. Arteri tersebut mengalami pergeseran yang disebabkan oleh endapan lemak pada dinding, sehingga menyempitkan lumen yang terdapat di dalam pembuluh darah yang akan membuat aliran darah menjadi terhalang. Jika pembuluh arteri koroner terkena maka menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner (Diana Zahrawardani, 2013: 19).
72
Usia merupakan faktor risiko PJK dimana penambahan usia akan meningkatkan risiko terjadinya PJK. Semakin tua usia maka semakin besar kemungkinan timbulnya karat yang menempel di dinding dan menyebabkan
mengganggu
aliran
cairan
yang
melewatinya.
Berdasarkan penelitian Donald Nababan di RSU Dr.Pirngadi Medan penderita PJK didapatkan lebih banyak pada kelompok usia 40 tahun (Diana Zahrawardani, 2013: 18). i. Hipertensi Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole yang pada biasanya tingginya tergantung pada umur individu yang terkena. Hipertensi secara umum dibedakan menjadi hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Hipertensi ringan terjadi bila tekanan diastole 95-104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastole 105-114 mmHg, dan hipertensi berat jika tekanan diastole lebih dari 115 mmHg. Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole tanpa disertai dengan peningkatan diastole biasanya terjadi pada lansia. Sedangkan hipertensi dengan peningkatan tekanan diastole tanpa disertai peningkatan sistole lebih sering terjadi pada orang dewasa muda. Penyakit hipertensi berdasarkan perjalanannya dapat pula dibedakan menjadi hipertensi benigna dan maligna. Benigna merupakan hipertensi yang timbul secara berangsur, sedangkan maligna merupakan hipertensi yang timbul secara progresif dan cepat (Jan Tambayong, 2000: 94).
73
Hipertensi dapat terjadi akibat penyakit yang tidak diketahui. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi, baik hipertensi primer maupun sekunder. Tabel berikut merupakan jenis dan penyebab hipertensi secara umum. Tabel 5. Jenis dan Penyebab Hipertensi Jenis Hipertensi Hipertensi primer
Penyebab Hipertensi Berhubungan dengan obesitas, aterosklerosis, diabetes, stres, riwayat keluarga, merokok, kurang olahraga.
Hipertensi sekunder
Renovaskular Penyempitan arteri renalis, akibat aterosklerosis atau fibroplasia bawaan. Sindrom Cushing Dapat
disebabkan
peningkatan
sekresi
glukokortikoid akibat penyakit adrenal atau disfungsi hipofisis. Aldosteronisme primer Peningkatan sekresi aldosteron, akibat dari tumor adrenal (Jan Tambayong, 2000:96) j. Stroke Stroke merupakan manifestasi dari rusaknya struktur jaringan otak sebagai akibat dari rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai macam sebab. Penyebab stroke bida berasal dari pembuluh darah di otak ataupun darah yang mengalir di dalamnya.
74
Beberapa faktor penyebab stroke dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu stroke yang disebabkan oleh faktor pembuluh darah dan dari faktor dari luar pembuluh darah. 1) Faktor pembuluh darah a) Aterosklerosis pembuluh darah otak Aterosklerosis merupakan penumpukan aterom atau lemak pada lapisan dalam pembuluh darah. Jika aterom sudah menutupi seluruh lumen pembuluh darah, maka aliran darah akan tersumbat. Akibatnya, jaringan yang ada di depan pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan akibat lebih lanjut dapat terjadi kematian jaringan. b) Malformasi arteri otak Adanya aneurisma (kelemahan) pembuluh darah otak dan tipisnya dinding pembuluh darah akan memudakan dinding pembuluh darah robek jika terjadi peningktan tekanan aliran darah. Aneurisma dibedakan menjadi dua, yaitu congential (bawaan dari lahir) dan bukan bawaan (didapatkan setelah lahir). Aneurisma tidak memberikan gejala apapun sampai pada suatu saat dapat pecah sendiri ketika terjadi peningkatan aliran darah ke otak dan terjadilah stroke. c) Trombosis vena (penyumbatan vena) Trombosis vena dapat disebabkan oleh thrombus, embolus, cacing, dan parasit.
75
d) Pecahnya pembuluh darah otak Pecahnya pembulu darah otak dapat terjadi di ruang subarachnoid (di bawah selaput otak), atau intracerebral (dalam jaringan otak). Akibatnya adalah darah dari arteri otak akan terus mengalir keluar. Darah akan menutupi dan menekan sebagian besar jaringan otak sehingga jaringan otak yang tertekan akan mengalami hipoksia disertai dengan ematian jaringan otak, bahkan mungkin pula disertai dengan kematian biologis. 2) Faktor dari luar pembuluh darah a) Penurunan aliran darah ke otak Penurunan aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti hipertensi menahun yang menyebabkan terjadinya perubahan anatomi jantung, gagal jantung kongestif, atau
hiperkolesterol.
Perubahan-perubahan
tersebut
menyebabkan darah menjadi relatif lebih pekat dan alirannya akan menjadi lebih lambat. b) Embolus atau thrombus Embolus atau thrombus yang mengalir di dalam pembuluh darah dapat tersangkut di salah satu cabang pembuluh darah otak yang berukuran kecil, sehingga akan menyumbat aliran darah. Kejadian ini dapat menyebabkan kematian jaringan otak dan menyebabkan stroke (Mahendra, 2005:18-19).
76
k. Demam Berdarah Demam berdarah atau Dengue Haemorrhagik Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes. Virus dengue termasuk ke dalam genus Flavivirus dari marga Flaviviridae. DHF pada umumnya dimulai dengan peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba dan disertai kemerahan pada wajah dan beberapa gejala fisik nonspesifik lain seperti muntah, sakit kepala, anoreksia, dan nyeri pada otot serta sendi. Suhu tubuh biasanya tinggi hingga mencapai 400C sehingga dapat terjadi kejang demam. Semua tanda gejala akan berkurang setelah demam mereda pada kasus demam berdarah ringan atau sedang. Peredaan ini ditandai dengan adanya keringat berlebihan dan adanya sedikit prubhan denyut nadi maupun tekanan darah. Perubahan ini menandakan adanya gangguan ringan sementara pada sirkulasi akibat kebocoran plasma darah. Setelah suhu tubuh menurun akan muncul tanda-tanda kegagalan sirkulasi pada kasus yang parah, diantaranya adalah kulit terasa dingin, bercak yang lebar dengan permukaan tidak rata dan kongesti, dan denyut nadi menjadi lemah dan cepat. Denyut nadi yang lemah dan cepat disertai tekanan denyut yang menajam menandakan adanya syok. Syok berlangsung dengan singkat, jika tidak segera ditangani akan menimbulkan asidosis metabolik, perdarahan yang paah dai saluran gastrointestinal juga dari organ lainnya. Perdarahan yang terjadi di otak akan menyebabkan penderita
77
mengalami kejang dan hilang kesadaran. Perubahan patofisiologis yang terjadi pada DHF diantaranya adalah: 1) Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah yang mengakibatkan adanya kebocoran plasma, hipovolemia, dan syok. DHF memiliki ciri yang unik dikarenakan kebocoran plasma secara khusus mengarah ke rongga pleura dan peritoneum. Periode kebocoran plasma cukup singkat, yaitu sekitar 24 sampai 48 jam. 2) Hemostasis
abnormal
yang
terjadi
akibat
vaskulopati,
trombositopenia, sehingga terjadi berbagai manifestasi perdarahan (World Health Organization, 2004: 16-19). 4. Teknologi peredaran darah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global ini menyebabkan banyaknya terobosan baru berupa teknologi yang berkaitan dengan sistem sirkulasi manusia, di antaranya sebagai berikut. a. Hemodialisis Klinis Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah dengan menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiseruntuk dibersihkan melalui proses difusi danultrafiltrasi dengan dialisat (cairan khusus untuk dialisis), kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali
78
seminggu di rumah sakit, dan setiap kali prosesnya memerlukan waktu sekitar 2-5 jam. Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, perlu dibuatkan akses untuk keluar-masuknya darah dari tubuh. Akses tersebut dapat bersifat sementara (temporer) maupun menetap (permanen). Akses temporer berupa kateter yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah leher. Sedangkan akses permanen biasanya dibuat dengan akses fistula, yaitu menghubungkan salah satu pembuluh darah balik dengan pembuluh nadi (arteri) padalengan bawah, yang dikenal dengan nama Cimino (Syamsir Alam, 2007: 56). b. Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan atau CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) Dialisis peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak perlu lagi dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada mesin dialisis. CAPD adalah pengembangan dari APD (Automated Peritoneal Dialysis), yang dapat dilakukan di rumah pada malam hari sewaktu tidur dengan bantuan mesin khusus yang sudah diprogram terlebih dahulu (Syamsir Alam, 2007: 56). c. Elektrokardiograf (EKG) Elektrokardiograf (EKG) adalah grafik yang mencatat aktivitas elektrik jantung. Grafik pembacaan EKG atau elektrokardiogram terdiri dari beberapa gelombang. Elektrokardiogram normal terdiri atas satu
79
gelombang P, satu kompleks QRS, dan satu gelombang T. Gelombang P muncul karena adanya potensial listrik saat atrium berdepolarisasi sebelum berkontraksi. Kompleks QRS disebabkan oleh potensial listrik yang dibangkitkan saat ventrikel berdepolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu saat gelombang depolarisasi menyebar melewati ventrikel. Gelombang P dan kompleks QRS disebut dengan gelombang depolarisasi. Gelombang T disebabkan oleh potensial listrik yang muncul saat ventrikel pulih dari keadaan depolarisasi. Di dalam otot ventrikel, proses ini biasanya terjadi selama 0,25 sampai 0,35 detik sesudah depolarisasi,
dan
gelombang
ini
dikenal
sebagai
gelombang
repolarisasi. Jadi, gambaran elektrokardiogram terdiri dari gelombang depolarisasi dan gelombang repolarisasi (Guyton, 1997: 161).
Gambar 13. Komponen Grafik EKG (Sumber: Guyton, 1997: 162)
80
Sebagai contoh pembacaan grafik EKG, apabila ada bagian otot jantung yang tidak terekam aktivitas elektrik (tidak ada gelombang R), hal ini menunjukkan bahwa bagian ini pernah terjadi serangan jantung. Apabila gelombang T di EKG mendatar atau mencekung kebawah, hal ini menunjukkan suplai darah ke otot jantung berkurang. Apabila pada EKG tampak segmen ST elevasi, hal ini menandakan bahwa otot jantung sedang mengalami gangguan suplai darah secara mendadak, atau pasien sedang mengalami serangan jantung akut yang harus segera dirawat di ruang ICCU untuk penanganan khusus (Peter Kabo, 2008: 69-72). Pemeriksaan EKG tidak ada efek samping karena alat ini hanya merekam aktivitas elektrik melalui permukaan tubuh. Walaupun demikian, tidak semua orang perlu mendapatkan pemeriksaan EKG. Indikasi dilakukan EKG adalah: (1) Penyakit katup jantung, atau pasien yang pada pemeriksaan jantung ditemukan bising jantung; (2) Kondisi dimana ada buktipenyakit jantung bawaan; (3) Evaluasi kondisi aorta; (4) Hipertensi pulmonal, massa intrakardiak termasuk emboli, efusi perikard; dan (5) Untuk menilai fungsi jantung (Peter Kabo, 2008: 76). d. Transplantasi Jantung Pencangkokan jantung merupakan salah satu cara untuk pengobatan pasien penderita sakit jantung yang parah (stadium terminal). Dengan cara ini, masa hidup penderita diperkirakan masih bisa dipertahankan kurang lebih satu tahun. Pada bulan Desember 1967,
81
Dr.Christian Barnard melakukan transplantasi jantung untuk pertama kalinya di Rumah Sakir Cape Town, Afrika Selatan, dan berhasil dengan baik. Pelaksanaan operasi cangkok jantung (transplantasi jantung) harus melalui penyaringan yang ketat baik pada donor dan penerima jaringan. Donor yang ideal adalah berusia antara 15-45 tahun, karena fungsi jantung harus baik secara EKG (Elektrokardiogram). Demikian pula dengan kondisi psikis pendonor harus baik (Faisal Yatim, 2005: 4). e. Operasi By-pass Pembuluh Darah Jantung Jika pembuluh darah tersumbat, maka timbul keluhannyeri seperti teriris di dada sebelah kiri (angina pectoris), atau bisa berakibat lebih buruk, yaitu kerusakan otot jantung. Pada kondisi seperti ini diperlukan operasi by-pass pada pembuluh darah untuk mengatasi daerah pembuluh yang tersumbat. Pembuluh darah diambil dari daerah kaki, atau pembuluh darah daerah dada. Operasi by-pass memang tidak menjamin penderita akan sembuh dengan sempurna, tetapi paling tidak penderita dapat melakukan aktivitas dengan normal untuk sementara waktu. Namun sayangnya operasi by-pass memerlukan biaya yang besar (Faisal Yatim, 2005: 5).
82
f. Alat Pacu Jantung (pace-maker) Jika pusat pengendali denyut jantung (yang terletak pada otot jantung) terganggu, bisa digantikan fungsinya dengan menanamkan suatu alat elektronik di bawah kulit yang dihubungkan ke otot jantung melalui kabel elektroda yang halus. Yang perlu diingat, orang yang menggunakan alat pacu jantung ini dilarang melewati detektor logam seperti yang terdapat di bandara karena fungsi alat tersebut dapat terganggu (Faisal Yatim, 2005: 6).
83