BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Konsep Produksi
2.1.1.1 Pengertian Produksi Produksi adalah salah satu dari kegiatan ekonomi suatu perusahaan, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak akan ada barang atau jasa yang dihasilkan. Menurut Ahman (2004:116), pengertian produksi mengalami perkembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Menurut aliran Fisiokrat, produksi adalah kegiatan untuk menghasilkan barang baru (product nett). 2) Menurut aliran Klasik, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang. Barang yang dihasilkan tidak harus barang baru, tetapi bisa juga barang yang hanya diubah bentuknya. 3) Pengertian produksi terus berkembang yang pada akhirnya para ekonom memberikan pengertian produksi sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa, atau kegiatan menambah manfaat suatu barang. Produksi juga dapat diartikan sebagai tempat kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan falsafah baru (Ahyari, 1985:6). Menurut Adiningsih (1999:3), produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input terdiri dari bahan mentah yang
14
digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Input dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap berupa sumber daya alam seperti tanah, gedung dan lainnya sedangkan input variabel adalah input yang dapat diubah jumlahnya dalam jangka pendek (Suryawati, 1996:57).
2.1.1.2 Faktor-faktor Produksi Menurut Wiwit (2006:18), faktor produksi atau input merupakan hal yang mutlak harus ada untuk menghasilkan suatu produksi. Dalam proses produksi, seorang pengusaha dituntut mampu menganalisa teknologi tertentu yang dapat digunakan dan bagaimana mengkombinasikan beberapa faktor produksi sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang optimal dan efisien. Menurut Ahman (2004:118), faktor produksi merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan atau dikorbankan dalam proses produksi. Faktor-faktor produksi menurut Soekarwati (2003:167) adalah: 1).Tenaga Kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan hanya dilihat dari tersedianya jumlah tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhitungkan. 2).Modal, dalam hal ini proses produksi modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap, dimana perbedaan tersebut disebabkan karena ciri-ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin dimasukkan ke dalam modal tetap dan sering disebut investasi. Modal tetap adalah biaya yang dilakukan dalam proses produksi dan
15
tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam waktu satu kali produksi, misalnya modal yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku penolong dan yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja. 3). Manajemen, dalam suatu usaha peranan manajemen menjadi sangat penting dan strategis. Manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi dalam suatu proses produksi dimana dalam prakteknya faktor manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain tingkat pendidikan, tingkat ketrampilan, skala usaha, besar kecilnya kredit, macam komoditas serta teknologi yang digunakan. Untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi atau input dengan output.
2.1.1.3 Fungsi Produksi Proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi juga dapat diartikan sebagai fungsi matematis yang menyatakan berapa jumlah suatu masukan dalam jumlah unit tertentu, sedangkan menurut Sukirno (2000:194), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara input sumber daya perusahaan (faktor-faktor produksi) dan keluarannya (output) yang berupa barang dan jasa per unit waktu yang dirumuskan sebagai berikut.
A = f(K,L,R,T) ...............................................................
16
(2.1)
Keterangan : A = Barang yang diproduksi K = Kapital / Modal L = Labour / Tenaga kerja R = Resources / Alam T = Teknologi Input modal seringkali sulit dihitung menurut periode karena modal perusahaan sendiri terdiri dari barang modal dengan berbagai variasi usia, baik masa pakai atau produktivitasnya, begitu pula dengan input tenaga kerja dimana perusahaan memperkerjakan orang-orang dengan kualitas yang bervariasi. Akibatnya para peneliti terfokus menggandaikan fungsi produksi, dengan konsep yang lazim disebut produksi Coob Douglas. Secara umum Formulasinya adalah: Q = A. La. Kb...................................................................
(2.2)
Keterangan: Q = Output A = Konstanta L = Kualitas jasa tenaga kerja K = Kualitas jasa modal a = Koefisien tenaga kerja b = Koefisien modal Persamaan 2.3 dan 2.4 merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang bergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi
yang berbeda-beda dengan sendirinya
akan
memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda
17
pula. Disamping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda-beda.
2.1.1.4 Siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle) Konsep ini menyatakan bahwa hampir semua produk baru yang ditawarkan kepada masyarakat akan menjalani suatu siklus kehidupan yang terdiri dari 4 tahap dalam periode waktu yang terbatas (Purnawati, 2004:13) yaitu : Gambar 2.1 Tahapan Siklus Kehidupan Produk Volume Penjualan Kedewasaan
Penurunan
Pertumbuhan Perkenalan
waktu Sumber: Purnawati (2004:13) 1) Tahap Perkenalan (Introduction), tahapan ini volume penjualan masih rendah, terdapat masalah-masalah teknis, sehingga biaya produksi tinggi. Pembeli produk mungkin hanya konsumen yang mencoba-coba sehingga kegiatan pemasaran yang gencar sangat diperlukan untuk menimbulkan keinginan, perhatian, percobaan, dan pembelian. Kegiatan produksi yang diperlukan adalah perhatian pada mutu dan desain. 2) Tahap Pertumbuhan (Growth), tahapan ini volume penjualan meningkat pesat, biaya produksi lebih rendah. Bagian R&D penting untuk meningkatkan
18
keandalan produk, perbaikan produk yang kompetitif dan di standarisasi serta mengembangkan model-model baru serta feature pada produk, kapasitas dan distribusi ditingkatkan untuk meningkatkan penjualan. 3) Tahap Kedewasaan (Maturity), tahapan ini ditandai dengan peningkatan volume penjualan yang semakin kecil bahkan tidak bertambah, karena setiap orang atau pembeli potensial sekarang telah memiliki produk, sehingga penjualan sangat tergantung pada pergantian (replacement) dan pertambahan penduduk. Tugas manajemen produksi pada tahap ini adalah memodifikasi produk dan mengusahakan inovasi produk. 4) Tahap Penurunan (Decline), hampir semua produk akan sampai pada tahapan ini, terjadi penurunan permintaan, diferensiasi produk sangat kecil, karena semakin banyaknya bermunculan produk-produk baru di pasaran. Manajemen dapat melakukan pemangkasan terhadap produk-produk yang tidak memberikan margin yang baik dan pengurangan kapasitas untuk meminimalkan biaya. Tidak semua produk yang dikembangkan mampu melewati keempat tahapan tersebut, ada produk yang bisa berpindah dari tahap perkenalan ke tahap penurunan atau dari tahap kejenuhan ke tahap pertumbuhan kedua. Begitu juga dengan lama waktu siklus akan berbeda-beda sesuai dengan strategi operasi perusahaan. Perubahan pasar, kemajuan teknologi dan faktor-faktor lingkungan akan menciptakan kecenderungan bagi perusahaan untuk mendisain produk-produk baru.
19
2.1.1.5 Perluasan Produksi Biasanya pengusaha selalu berusaha meningkatkan hasil produksinya dengan berbagai cara diantaranya dengan usaha perluasan produksi dalam berproduksi. Menurut Ahman (2004:121), perluasan produksi mengandung arti memperluas dan meningkatkan produksi dengan maksud meningkatkan produk, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perluasan produksi dapat dilakukan dengan cara : 1) Intensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperbaiki atau mengganti alat produksi yang digunakan baik dengan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi maupun memperbaiki metode kerja. 2) Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperluas atau menambah faktor produksi. 3) Diversifikasi, merupakan cara untuk meningkatkan produksi memperluas usaha dengan menambah jenis produksi atau hasil. Misalnya mula-mula memproduksi benang, kain, kemudian pakaian jadi. 4) Rasionalisasi, merupakan usaha untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan manajemen keilmuwan melalui jalur pendidikan dan teknologi, serta mempertinggi efisiensi kerja dan modal.
2.1.2
Skala Ekonomi dan Sifat Produksi
Skala ekonomis menunjukan hubungan antara output dengan biaya sebagai akibat adanya proses produksi. Perusahaan mendapatkan skala ekonomi bila peningkatan biaya operasi dengan tingkat yang lebih rendah dari outputnya (Hadri, 2005:82).
20
Skala ekonomis yang ditentukan oleh hubungan antara biaya rata-rata dengan output disebut skala ekonomis yang bersumber dari dalam (intern economis), yaitu faktor ekonomi yang timbul dari peningkatan ukuran perusahaan. Eksternal ekonomi seperti perubahan teknologi dan perubahan harga-harga input adalah faktor ekonomis yang timbul akibat perubahan faktor-faktor luar, selanjutnya menurut Adiningsih dan Kadarusman (2008:37), skala ekonomis dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1) Increasing Return To Scale yaitu skala yang semakin meningkat ditunjukan oleh laju pertambahan produksi lebih besar daripada laju pertambahan biaya ratarata. 2) Constan Return To Scale yaitu penerimaan skala tetap, yang ditunjukan oleh laju pertambahan produksi yang besarnya sama dengan laju pertambahan biaya rata-rata.
3) Decreasing Return To Scale yaitu penerimaan skala yang semakin menurun yang ditunjukan oleh laju pertambahan produksi yang lebih kecil dari laju pertambahan biaya rata-rata Menurut Sudarsono (1995:143), ada 3 jenis hukum produksi terhadap skala yang berlaku yaitu : 1. Kenaikan hasil lebih dari sebanding dengan skala industri (law of increasing returns to scale). 2. Kenaikan hasil sebanding dengan skala industri (law of constant returns to scale).
21
3. Kenaikan hasil yang kurang dari sebanding dengan skala industri (law of decreasing returns to scale). Ketiga jenis hukum tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 2.2
Hukum kenaikan hasil yang lebih sebanding dengan skala industri
M (Modal)
B B’ Q > 2Q0 A 2Q0 Q0 0
TK (Tenaga kerja)
Sumber : Sudarsono (1995:144)
Gambar 2.3
Hukum kenaikan hasil yang sebanding dengan skala industri
M (Modal)
B Q = 2Q0 A Q0 0
TK (Tenaga Kerja)
Sumber : Sudarsono (1995:144)
22
Gambar 2.4 Hukum kenaikan hasil yang kurang sebanding dengan skala industri M (Modal)
B’ B 2Q0 A
Q < 2Q0 Q0
0
TK (Tenaga Kerja)
Sumber : Sudarsono (1995:144)
Gambar 2.2 menunjukkan hukum kenaikan produksi lebih dari sebanding dengan kenaikan skala. Untuk mendapatkan hasil produksi 2Q0 atau dua kali lipat dari semula hanya dibutuhkan kuantitas faktor produksi kurang dari dua kali lipat, hasil produksi naik dengan lebih dari dua kali lipat. Gambar 2.3 menunjukkan bahwa bila seluruh faktor produksi dinaikkan dua kali lipat secara seragam, produksi juga naik dua kali lipat. Jadi kenaikan produksi sebanding dengan kenaikan skala. Gambar 2.4 mencerminkan hukum kenaikan produksi kurang sebanding dengan kenaikan skala. Untuk menaikkan produksi dua kali lipat dibutuhkan kenaikan faktor produksi lebih dari dua kali lipat. Atau sebaliknya bila faktor hanya dinaikkan dua kali lipat, kenaikkan produksi kurang dari dua kali lipat. Skala ekonomis mengacu pada apa yang terjadi terhadap output bila semua masukan berubah secara proporsional atau bagaimana laju peningkatan produksi bila
23
semua masukan digandakan secara proposional (Gujarati, 1997:99). Secara matematis konsep skala ekonomis dinyatakan pada persamaan berikut. Y=.L1.K2.................................................................. (2.3) LnY=ln+1lnL+2lnK+u..........................................
(2.4)
Keterangan : Y= Output L= Labour / Tenaga Kerja K= Kapital / Modal = Konstanta = Koefisien Regresi Dari Persamaan 2.1 yang kemudian dinyatakan dalam bentuk logaritma menjadi Persamaan 2.2 dapat ditentukan skala ekonomis dalam proses produksi industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar. 1) Jika 1+2 > 1, maka industri pakaian jadi tekstil di kota Denpasar, berada dalam kondisi increasing return to scale. 2) Jika 1+2 = 1, maka industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar, berada dalam kondisi constant return to scale. 3) Jika 1+2 < 1, maka industri pakaian jadi tekstil di Kota Denpasar, berada dalam kondisi decreasing return to scale. Parameter 1 dan 2 juga menggambarkan hubungan antara faktor produksi L dan K . Bila nilai 1 > 2 fungsi produksinya bersifat padat karya, dan apabila sebaliknya, maka fungsi produksinya bersifat padat modal.
24
2.1.3
Konsep Tenaga Kerja Soeroto (1983:6) mengatakan, bahwa istilah tenaga kerja sama dengan istilah
employment dalam bahasa inggris yang berasal dari kata kerja to employ yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan. Employment
berarti keadaan orang yang sedang mempunyai
pekerjaan. Penggunaan istilah employment
sehari-hari biasa dinyatakan dengan
jumlah orang dan yang dapat dimaksudkan adalah sejumlah orang
yang
dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut. Jadi pengertian employment dalam bahasa inggris sudah jelas yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki (Soeroto, 1983:6). Tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan dan menggerakkan segala kegiatan, menggunakan peralatan dengan teknologi dalam menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan manusia (Herawati, 2008:13). Ritonga (2001:165) mendefinisikan tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang memiliki potensi untuk bekerja, potensi ini berada pada batasan umur dari penduduk. Menurut Simanjuntak (1990:20), mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah dan sedang bekerja, yang sedang mencari dan yang sedang melakukan kegiatan lain, seperti sekolah atau mengurus rumah tangga, walaupun tidak bekerja namun mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktuwaktu dapat ikut bekerja. Tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dapat dibedakan oleh batasan umur. Tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas, sementara Sumitro Djojohadikusumo (1994:197), berpendapat bahwa tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang berusia 10-64 tahun.
25
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Menurut Simanjuntak (1990:16), angkatan kerja adalah bagian penduduk yang berada pada usia kerja yang potensial untuk bekerja, secara operasional batasan umurnya adalah 10 tahun keatas yang terdiri dari: (1) pengangguran adalah orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari kerja, (2) setengah menganggur yaitu jam kerja mereka kurang dimanfaatkan sehingga produktivitas kerja dan pendapatannya rendah, (3) bekerja penuh adalah orang yang sedang bekerja dengan jam kerja yang optimal, sedangkan bukan angkatan kerja adalah bagian dari penduduk usia kerja yang tidak aktif secara ekonomi, seperti yang masih bersekolah, mengurus rumah tangga, penerima pensuinan, mereka yang hidupnya tergantung dengan orang lain karena lanjut usia, cacat, berada dalam penjara dan sakit kronis.
2.1.4 Konsep Investasi/Penanaman Modal Teori
ekonomi
mengartikan
atau
mendefinisikan
investasi
sebagai
pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barangbarang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan (Sukirno, 2000:76). Menurut Sukirno (2000:117), secara garis besar investasi dapat dibedakan menjadi dua antara lain: 1) Autonomus Investment, yaitu jenis investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, misalnya investasi pada rehabilitas prasarana jalan, irigasi dan sebagainya, walaupun investasi ini tidak mempunyai kaitan dengan tingkat
26
pendapatan tetapi secara tidak langsung (dengan sendirinya) dilaksanakan untuk memperlancar roda perekonomian itu sendiri. Investasi jenis ini biasanya banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek sosial budaya yang ada di masyarakat. 2) Induced Investment, yaitu jenis investasi yang mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang sudah tentu akan mendorong untuk melakukan investasi. Faktor- faktor yang menentukan jumlah investasi menurut Deliarnov (1999:84), antara lain: 1)
Inovasi dan teknologi Adanya temuan-temuan baru yang menyebabkan cara-cara produksi lama yang menjadi tidak efisien. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli peralatan mesin-mesin yang canggih.
2)
Tingkat perekonomian Masih banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapatan nasional dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung yang pada gilirannya akan diinvestasikan pada usaha yang menguntungkan.
3)
Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian dimasa mendatang Jika ramalan atau harapan tentang kondisi perekonomian dimasa mendatang bagus, maka investor akan tertarik untuk mlakukan investasinya.
27
4)
Tingkat keuntungan perusahaan Makin besar tingkat keuntungan perusahaan, maka makin banyak bagian laba yang dapat ditahan dan dapat digunakan untuk tujuan investasi.
5)
Situasi politik Jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan kemudahankemudahan bagi perusahaan, tingkat investasi akan tinggi.
2.1.5 Konsep Industri Industri dalam konsep industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Menurut Badan Pusat Statistik Semarang (2002:96), industri di Indonesia dapat digolongkan kedalam beberapa macam kelompok. Industri didasarkan pada banyaknya tenaga kerja dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu: 1) Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2) Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20 – 99 orang. 3) Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5 – 19 orang. 4) Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1 – 4 orang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah kriteria-kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah yaitu sebagai berikut. (1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
28
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.1.6
Industri Pakaian Jadi Tekstil Industri Pakaian jadi dari tekstil merupakan industri yang cukup berkembang
di Provinsi Bali khususnya di Kota Denpasar yang merupakan sentra industri pakaian jadi dari tekstil,Bahan baku utamanya adalah kain atau tekstil dimana hasil produksinya diolah menjadi pakaian jadi seperti baju,celana,jaket,dan jenis pakaian jadi lainya yang berbahan dari kain.
29
2.2 Hasil Pembahasan Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Nia Arisantini (2008) mengenai analisis economic of scale dan efisiensi produksi industri genteng tanah liat di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan variabel dummy yang estimasinya dengan model Cobb Douglas. Hasil penelitian economic of scale industri tanah liat di Desa Nyitan dan Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan secara simultan adalah decreasing return to scale, secara parsial untuk input modal dan tenaga kerja adalah decreasing return to scale dimana efisiensi produksinya dilihat dari komponen input modal dan tenaga kerja di Desa Nyitan dan Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan yang berada dalam tingkat belum efisien dan sifat produksinya padat modal. Penelitian yang dilakuakan oleh Agus Indra Mahayana (2009) mengenai skala ekonomis dan efisiensi penggunaan faktor – faktor produksi dalam usahatani padi sawah di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng dengan teknik analisis yang digunakan adalah model hubungan antara produksi dengan penggunaan luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dengan hasil penelitian skala ekonomis (economic of scale) dari usahatani padi sawah di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng adalah increasing return to scale, jika dilihat dari segi input yang digunakan, secara parsial input lahan yang digunakan dalam usahatani padi sawah di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng berada dalam kondisi increasing return to scale, sedangkan input lainnya seperti benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja berada dalam kondisi decreasing return to scale.
30
Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Arioka (2010) mengenai skala ekonomis industri kerajinan tenun ikat di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung dengan teknik analisis regresi linier dengan model hubungan antara produksi, tenaga kerja dan modal dengan hasil penelitian skala ekonomi industri kerajinan tenun ikat Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung secara simultan adalah increasing return to scale, dan secara parsial untuk tenaga kerja dan modal adalah decreasing retun to scale, dengan sifat produksi industri kerajinan tenun ikat di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung adalah bersifat padat karya. Penelitian – Penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni sama – sama menjadikan skala ekonomis dan efisiensi suatu usaha sebagai objek penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian – penelitian sebelumnya adalah pada lokasi penelitian, dan jenis objek penelitian yang dipilih . Penelitian ini meneliti industri Pakian jadi di tekstil Di Kota Denpasar.
31