BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Jersild (dalam Sagala, 2010 : 12) belajar yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan. Belajar adalah: “suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan kognitif , afektif, dan psikomotorik” (Winkel, 2004 : 22). Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau proses pendidikan yang dilakukan seseorang melalui pengalaman dan latihan yang didapat dari usaha sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
6
7
Menurut Hamalik (2011 : 36) belajar adalah merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Menurut Cronbach (dalam Suprijono, 2012 : 2) belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. (Djamarah, 2010 : 13). Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan untuk memperoleh hasil berupa pengalaman interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2.1.1.2 Prinsip – Prinsip Belajar Menurut Suprijono (2010 : 4) prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut: 1. Prinsip-prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaiu perubahan yang disadari. b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. d. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
8
e. Permanen atau tetap. f. Bertujuan dan terarah. g. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. 2. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. 3. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Sedangkan Sukmadinata (2009 : 165) mengemukakan prinsip – prinsip belajar sebagai berikut : 1. Belajar merupakan bagian dari pengalaman. Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi berhubungan erat. 2. Belajar berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian, sedikit demi sedikit dan terus menerus . 3. Keberhasilan belajar dipengaruhi dipengaruhi oleh faktor – faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri. 4. Belajar mencakup semua aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni, ketrampilan dll. 5. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
9
Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana saja bisa terjadi perbuatan belajar. 6. Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru. Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru, tetapi juga tetap berjalan meskipun tanpa guru. 7. Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi. Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan, pemecahan atau pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi yang dilakukan secara sadar dan terencana. 8. Perbuatan belajar bervariasi dari paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks. 9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan – hambatan. Proses kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi kelambatan atau perhentian. 10. Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain. Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri. Hal – hal tertentu perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru. Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip – prinsip belajar merupakan perubahan perilaku seseorang sebagai bentuk dari pengalaman yang berlangsung seumur hidup di setiap waktu dengan guru atau tanpa guru.
10
2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002 : 36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Menurut Bloom (dalam dalam Sudjana, 2009 : 23) hasil belajar dicapai dalam tiga ranah yaitu: 1. Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011 : 22).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah belajar yang mencakup domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pada umumnya hasil belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian maupun tes obyektif (Sudjana, 2011 : 55). Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Menurut Sudjana (2011 : 65) menyatakan
11
hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Hasil belajar tergantung pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Perubahan perilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan dengan guru tersebut (Hadis dan Nurhayati, 2010 : 60). Dari uraian tentang hasil belajar di atas semua merujuk terhadap perubahan siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam dirinya mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengukuran hasil belajar siswa dapat diukur dengan kriteria atau patokan-patokan tertentu. Dalam pengukuran hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan hasil tes berupa nilai. 1) Faktor – Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011 : 39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi, faktor fisik dan faktor psikis. Menurut Syah (2006 : 144) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor yang datang dari luar diri siswa
12
(eksternal factor) kondisi lingkungan di sekitar siswa Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1). Faktor internal, meliputi: a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain : (1)Intelegensi, (2) Sikap (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi. 2). Faktor eksternal meliputi: a) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, sifat para guru, staf adminitrasi dan teman-teman sekelas. b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak. c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode, model dan media pembelajaran yang digunakan. Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yaitu internal dan eksternal.
13
Faktor internal terdapat dalam diri siswa dan faktor eksternal terdapat di luar diri siswa. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruh hasil belajar yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan siswa untuk mempelajari materi – materi pelajaran. Materi pelajaran akan sampai pada siswa apabila metode pembelajaran yang digunakan itu tepat. 2.1.3 Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). 2.1.3.1 Metode Pembelajaran Kooperatif 2.1.3.1.1 Pengertian Menurut Uno (2010 : 2) metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran
adalah
cara
tertentu
yang
digunakan
untuk
membelajarkan siswa (Akbar dan Sriwiyana, 2011 : 236). Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah
cara
yang
digunakan
oleh
guru
untuk
membelajarkan siswa dan fungsinya mencapai tujuan pembelajaran. Belajar kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaraboratif yang anggotanya terdiri dari dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012 : 202).
14
Menurut Slavin (2010 : 11) belajar kooperatif (Cooperatif Learning) adalah sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Belajar kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain (Johnson & Johnson dalam Isjoni, 2012 : 17). Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6 orang secara heterogen untuk saling berinteraksi. Menurut Artzt & Newman (dalam Huda 2012 : 32) pembelajaran kooperatif adalah kelompok kecil pembelajar / siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mencapai satu tujuan bersama. Menurut Slavin (2010 : 10) pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok. Anita Lie (dalam Isjoni, 2012 : 16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas – tugas yang terstruktur. Pembelajaran
15
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok sebagai suatu tim di dalamnya anggotanya saling menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang terstruktur untuk mencapai tujuan bersama. 2.1.3.1.2 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2012 : 208) unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. b. Siswa
bertanggung
jawab
atas
segala
sesuatu
di
dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa
terbagi
kepemimpinan
dan
mereka
membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
16
g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002 : 30) lima unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah : a. Saling ketergantungan positif. b. Tanggung jawab perseorangan. c. Tatap muka. d. Komunikasi antar anggota . e. Evaluasi proses kelompok. Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur dari pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar secara berkelompok untuk memahami materi bersama – sama dimana setiap anggotanya mempunyai tanggung jawab terhadap materi kemudian di akhirnya dilakukan evaluasi kelompok. 2.1.3.1.3 Karakteristik atau Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Menurut Isjoni (2012 : 20) beberapa karakteristik atau ciri dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman - teman sekelompoknya. d. Guru membantu mengembangkan ketrampilan – ketrampilan interpersonal kelompok.
17
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Menurut Rusman (2012 : 207) karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pembelajaran secara tim. b. Didasarkan pada manajemen kooperatif c. Kemauan untuk bekerja sama d. Ketrampilan bekerja sama Dari pendapat – pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakterikstik pembelajaran kooperatif yaitu adanya pembelajaran secara tim dimana terjadi interaksi antar siswa untuk mengembangkan ketrampilan bekerja sama. 2.1.3.1.4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Isjoni (2012 : 21) tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman – temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya
dengan
menyampaikan
pendapat
mereka
secara
berkelompok. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam
18
organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam (Rusman, 2012 : 210). Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa dapat belajar secara berkelompok, kerja sama dengan cara menghargai pendapat dan memberikan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya. 2.1.3.1.5 Langkah - Langkah Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2012 : 211) sintaks pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. 2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3. Guru menjelaskan kepada siswa caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. 5. Guru mengevaluasi hasil belajar tenang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
19
2. 1. 4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) 2.1.4.1. Pengertian STAD Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi (2003 : 63). Menurut Slavin (2010 : 11) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi, jenis kelamin atau etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersama-sama berdiskusi dan saling membantu dalam kelompoknya. Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu tipe belajar kelompok kecil yang menekankan pada aktivitas dan interaksi dimana siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Tipe belajar yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan “kompetisi”
antarkelompok.
Siswa
dikelompokkan
berdasarkan
kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama – tama siswa mempelajari materi bersama dengan teman – teman satu kelompoknya, kemudian diuji secara individual melalui kuis – kuis. (Huda, 2012 : 116).
20
Dari berbagai pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tipe
Student
Team
Achievement
Divisions
(STAD)
merupakan
pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, mempelajari materi bersama dengan teman – teman satu kelompoknya, kemudian diuji secara individual melalui kuis – kuis. 2.1.4.2 Langkah – Langkah STAD Menurut Slavin (2010 : 143) pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai lima tahapan, yaitu (a) tahap penyajian materi, (b) tahap kegiatan kelompok, (c) tahap individu, (d) tahap skor perkembangan individu, (e) tahap penghargaan kelompok. Secara rinci tahap – tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah : a.
Tahap penyajian materi Pada tahap ini guru memulainya dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang kandungan materi tersebut..
b. Tahap kegiatan kelompok Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Salah satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini sebagai guru sebagai fasilitator dan motivator. c. Tahap tes individu
21
Pada tahap ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan telah dicapai, diadakan tes secara individual atau kuis yang mengenai materi yang telah dipelajari dengan menggunakan pertanyaan atau lembar kerja. Tujuanya agar siswa dapat menunjukkan pemahaman dari apa yang telah dipelajari sebelumnya. Skor yang diperoleh siswa per individu didata dan diarsipkan sebagai bahan perhitungan skor akhir kelompok. d.
Tahap skor perkembangan individu Tahap skor perkembangan skor individu dihitung dari awal. Penghitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi sesuai dengan kemampuannya. Adapun penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (2010 : 159) sebagai berikut: Pedoman skor perkembangan individu Skor
Poin Kemajuan
> 10 poin di bawah skor awal
5 poin
10 – 1 poin di bawah skor awal
10 poin
0 – 10 poin di atas skor awal
20 poin
> 10 poin di atas skor awal
30 poin
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor masing – masing perkembangan skor invidu dan hasilnya dibagi sesuai anggota jumlah kelompok. e. Tahap penghargaan kelompok
22
Penskoran kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing – masing skor perkembangan individu yang kemudian dirata – rata. Selanjutnya memberikan perhargaan kelompok jika skor – rata – rata mereka mencapai kriteria tertentu. Menurut Slavin (2010 : 160) dikategorikan sebagai kelompok baik, kelompok sangat baik dan kelompok super dengan kriteria sebagai berikut : (a) kelompok dengan skor rata – rata 15 sebagai tim baik, (b) kelompok dengan skor 16 sebagai tim sangat baik, (c) kelompok dengan skor rata – rata 17 sebagai tim super. Dalam mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif, guru harus mempersiapkan materi yang sudah dirancang untuk keperluan kerja kelompok. Menurut Slavin (2010 : 144) yaitu berdasarkan prestasi akademik. Selanjutya keragaman kemampuan dalam kelompok ditentukan dengan rincian siswa dikelompokkan menjadi 4-5 kelompok besar dengan kriteria sebagai berikut, satu kelompok siswa terdiri dari satu atau dua orang siswa kemampuan akademik kemampuan tinggi, dua siswa dengan kelompok akademik sedang, satu orang siswa dengan kemampuan akademik rendah.
23
Menurut Rusman (2012 : 215) langkah – langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut : Langkah – Langkah a. Penyampaian tujuan dan motivasi
Perilaku Guru dan Siswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. b. Pembagian kelompok Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas ke dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. c. Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut diakhiri. d. Kegiatan belajar dalam tim Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing – masing memberikan kontribusi. e. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian hasil kerja masing – masing kelompok. Siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. f. Penghargaan Prestasi Tim Guru memeriksa hasil kerja 1. Menghitung skor individu siswa dan selanjutnya
24
2. Menghitung kelompok 3. Pemberian hadiah pengakuan kelompok. Dari kedua pendapat di atas
skor pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok. dan skor dapat disimpulkan bahwa langkah –
langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu guru menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen. Setiap anggota dalam satu kelompok harus memahami materi setelah itu guru mengadakan kuis individu untuk mengukur keberhasilan belajar dalam kelompok dan yang terakhir memberikan penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan skor paling banyak. 2.1.4.3 Tujuan STAD Menurut Slavin (2010 : 12) tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Tipe STAD juga bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa. 2.1.4.4 Keunggulan dan Kelemahan STAD Menurut Slavin (2010 : 129) kelebihan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah meningkatkan perasaan pada siswa bahwa hasil yang mereka keluarkan tergantung pada kinerjanya dan bukan pada keberuntungannya. Menurut Soewarso (1998 : 22 ) kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan dibantu oleh anggota kelompoknya, hadiah atau penghargaan yang diberikan memberikan dorongan yang tinggi bagi
25
siswa untuk pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi, pembelajaran kooperatif dapat menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain dan mencatat hal – hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama – sama, pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar yang lebih tinggi, menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya, siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan, pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa bekerja sama dalam sebuah tim. Menurut Slavin (2010 : 82) pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai kelemahan apabila anggota yang tidak memahami materi, teman sekelompoknya akan gagal dan kelompoknya juga akan gagal. Slavin (2010 : 274) kelemahan yang terjadi saat STAD adalah tidak bisa berteman, siswa tidak hadir karena saling bergantung antara satu sama lain untuk belajar bersama dan untuk memberi kontribusi poin. 2.1.5 Metode Kerja Kelompok 2.1.5.1 Pengertian Menurut Rahardja (2002 : 96) metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas beberapa berkelompok siswa untuk bekerja sama antara anggota kelompok mengerjakan tugas secara bersama – sama dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Sagala (2010 : 215) metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok, mengandung pengertian bahwa siswa
26
dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok – kelompok atau sub – sub kelompok untuk mencapai satu tujuan pelajaran. Kerja kelompok adalah kerja sama yang dilakukan oleh kumpulan peserta didik yang jumlahnya terbatas, sekitar 15 – 20 orang untuk melaksanakan tugas tertentu dalam kegiatan pembelajaran. (Sudjana, 2010 : 138). Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode kerja kelompok adalah cara menyajikan bahan pelajaran secara berkelompok dan kerja sama untuk melaksanakan tugas dalam kegiatan pembelajaran. 2.1.5.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Kerja Kelompok Menurut Sagala (2010 : 216) ada beberapa keunggulan dari metode kerja kelompok antara lain yaitu: 1. Membiasakan siswa bekerja sama menurut paham demokrasi, memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap musyawarah dan bertanggung jawab. 2. Kesadaran akan adanya kelompok menimbulkan rasa kompetitif yang sehat, sehingga membangkitkan kemauan belajar dengan sungguh – sungguh. 3. Guru tidak mengawasi masing – masing murid secara individual, cukup hanya dengan memperlihatkan kelompok saja atau ketua – ketua kelompoknya.
27
4. Melatih ketua kelompok menjadi pemimpin yang bertanggung jawab
dan
membiasakan
anggota
–
anggotanya
untuk
melaksanakan tugas kewajiban sebagai warga yang patuh pada aturan. Selain keunggulan yang dipaparkan di atas metode kerja kelompok terdapat juga kelemahan antara lain yaitu: 1. Segi penyusunan kelompok a. Sulit untuk membuat kelompok yang homogen, baik intelegensi, bakat dan minat. b. Murid – murid yang oleh guru telah dianggap homogen, sering tidak merasa cocok dengan anggota kelompoknya itu. c. Pengetahuan guru tentang pengelompokkan itu kadang – kadang masih belum mencukupi. 2. Segi kerja a. Pemimpin kelompok kadang – kadang sukar untuk memberikan pengertian kepada anggota, sulit untuk menjelaskan dan membagikan kerja. b. Anggota kadang – kadang tidak mematuhi tugas – tugas yang diberikan oleh pemimpin kelompok. c. Belajar bersama kadang – kadang tidak terkendali sehingga menyimpang dari rencana yang berlarut – larut.
28
Menurut Sudjana (2010 : 140) mengemukakan keunggulan dan kelemahan metode kerja kelompok adalah : a. Dapat menumbuhkan kegairahan belajar bagi para peserta didik. b. Meningkatkan motivasi belajar, kerjasama, saling belajar, keakraban, saling menghargai, dan partisipasi pada peserta didik. c.
Lebih memberi peluang untuk menyampaikan gagasan, pendapat, dan pengalaman karena jumlah peserta didik lebih terbatas.
d. Kegiatan belajar akan lebih mantap. Selain keunggulan di atas metode kerja kelompok mempunyai kelemahan yaitu: a. Persiapan membutuhkan lebih banyak pikiran, tenaga, alat dan waktu. b. Memerlukan pendidik yang mampu mengelola kegiatan kerja kelompok. c. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. d. Sering didominasi oleh pimpinan kelompok.
29
2.1.5.3 Langkah – Langkah Metode Kerja Kelompok Menurut Rahardja (2002 : 98) langkah – langkah metode kerja kelompok yaitu: 1. Persiapan a. Memilih bahan pelajaran / tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuan/ minat siswa. b. Pembentukan kelompok sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan memperhatikan jenis – jenis pengelompokan. c. Pembagian tugas kepada semua kelompok. 2. Pelaksanaan a. Setelah semua memahami tugas yang harus dikerjakan maka siswa –siswa melaksanakan tugas tersebut. b. Bila tugas sudah selesai maka setiap kelompok membuat laporan hasil kerja kelompok tersebut. c. Menyampaikan laporan hasil kerja kepada guru pada kelas baik secara lisan maupun tertulis. 3. Penutup Guru mengadakan evaluasi terhadap proses pelaksanaan dan hasil akhir laporan kerja tersebut. Menurut Roestiyah (1998 : 19) ada 6 langkah – langkah metode kerja kelompok yaitu : 1. Menjelaskan tugas kepada siswa. 2. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok
30
3. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok. 4. Setiap kelompok menunjuk pencatat yang akan membuat laporan tentang hasil kerja kelompok. 5. Guru berkeliling selama kerja kelompok berlangsung, bila perlu memberi saran/ pertanyaan. 6. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. Menurut Moedjiono (1991 : 66) langkah - langkah metode kerja kelompok yaitu : 1. Pemilihan topik atau tugas kerja kelompok. Pemilihan topik merupakan langkah awal pemakaian metode kerja kelompok dapat dilaksanakan oleh guru dengan jalan : a. Memilih dan menetapkan sendiri. b. Memilih dan menetapkan bersama dengan siswa. 2. Pembentukan kelompok sesuai tujuan. Tahap ini merupakan kewajiban guru untuk membagi kelas menjadi kelompok sesuai tujuan yang ingin dicapai melalui kerja kelompok. 3. Pembentukan topik atau tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok.
Tahap
ini
meminta
kepada
guru
untuk
memberitahukan topik atau tugas untuk tiap – tiap kelompok dimana topik atau tugas yang diberitahukan harus jelas bagi kelompok agar kerja kelompok berjalan lancar.
31
4. Proses kerja kelompok. Pada tahap ini setiap kelompok melaksanakan : a. Penjajagan terhadap tugas atau topik yang diberikan oleh guru. b. Pemahaman terhadap tugas atau topik kelompok. c. Penyelesaian tugas 5. Pelaporan hasil kerja kelompok. Setelah siswa menyelesaikan tugas, maka mereka berkewajiban melaporkan hasil kerja mereka. 6. Penilaian pemakaian kerja kelompok. Guru perlu melakukan penilaian untuk menentukan keberhasilan metode kerja kelompok. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah – langkah metode kerja kelompok yaitu guru menjelaskan tugas kepada siswa kemudian membagi kelas dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mengerjakan tugas masing – masing dan setelah selesai siswa menyampaikan hasil kerja kelompok kepada guru. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok. 2.1.6 Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.6.1 Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang bersifat interdisipliner ilmu-ilmu sosial yang secara struktural bertumpu pada disiplin ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik untuk aspek
32
hak dan kewajiban (Aziz dkk, 2011: 316). Menurut Sofhian (2011 : 6) pendidikan kewarganegaraan didefinisikan sebagai proses pendewasaan bagi warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada warga negara tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis dan emansipatoris. Tim ICCE UIN Jakarta (dalam Sofhian 2011 : 8) pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungannya dengan negara, demokrasi, ham, dan masyarakat madani yang dalam implementasinya menerapkan pendidikan demokratis dan humanis”. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungannya dengan negara, demokrasi, ham, dan masyarakat madani yang dalam implementasinya menerapkan pendidikan demokratis dan humanis”. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mansoer (dalam Erwin, 2010 : 2) Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan hasil dari sintesis antara civic education, democracy education, serta citizenship yang berdasarkan pada Filsafat Pancasila serta mengandung identitas nasional Indonesia serta materi muatan tentang bela negara. Dengan hakikat
Pendidikan
Kewarganegaraan
Indonesia
yang
berbasis
Pancasila tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa Pendidikan
33
Kewarganegaraan di Indonesia merupakan pendidikan kebangsaan dan kewarganegaraan
yang
berhadapan
dengan
keberadaan
Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Demokrasi, HAM dan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat madani Indonesia dengan menggunakan Filsafat Pancasila sebagai pisau analisisnya. 2.1.6.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Sofhian (2011 : 10) ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan
meliputi
nasionalisme,
(bangsa
dan
identitas
nasional), pancasila, warga negara, kewarganegaraan, konstitusi, good governance, pemerintah dan pemerintahan, hubungan sipil militer, hubungan agama dan negara, masyarakat madani, demokrasi, dan hak asasi manusia. 2.1.6.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Fajar (2009 : 143) tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi – kompetensi sebagai berikut : 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpatisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara
cerdas
berbangsa dan bernegara.
dalam
kegiatan
bermasyarakat,
34
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter – karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya. 4. Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi. Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
(Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tentang Standar Isi (dalam Murdiono, 2012 : 48) tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1.
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2.
Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan bernegara anti korupsi.
3.
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter – karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya.
4.
Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lainnya dalam percaturan dunia
secara
langsung
atau
tidak
langsung
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
dengan
35
2.1.6.4 Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 8 Semester Genap Standar Kompetensi 44.Memahami pelaksanaan demokrasi
Kompetensi Dasar 4.1Menjelaskan hakikat demokrasi.
Indikator
1.Pengertian Demokrasi. 2.Menguraikan sejarah perkembangan demokrasi. 3.Mengidentifikasi Prinsip-prinsip pemerintahan demokrasi. 4.Menyebutkan macam – macam demokrasi. 5.Menjelaskan demokrasi pancasila. 6.Menyebutkan pelaksanaan demokrasi Indonesia. 4.2Menjelaskan 1.Menjelaskan pentingnya pentingnya kehidupan kehidupan demokrasi demokrasi dalam dalam kehidupan bermasyarakat. bermasyarakat berbangsa dan bernegara. 2.Menunjukkan kebaikan budaya demokrasi, dibanding dengan sistem pemerintahan non demokrasi. 3.Memberikan contoh masyarakat yang demokratis. 1.Memberikan sikap 4.3Menunjukkan dan contoh terhadap sikap positif perilaku demokrasi terhadap dalam kehidupan pelaksanaan keluarga, sekolah, demokrasi dalam masyarakat. berbagai kehidupan
Materi Pokok Pengertian demokrasi. Unsur – unsur demokrasi. Sejarah perkembangan demokrasi. Macam – macam demokrasi. Pengertian demokrasi pancasila. Landasan pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Pentingnya kehidupan demokrasi
Kebaikan budaya demokrasi, dibanding dengan sistem pemerintahan non demokrasi Contoh masyarakat yang demokratis.
Pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.
36
5.2 Memahami 5.1
Pengertian
kedaulatan
kedaulatan
rakyat
Menjelaskan 1.Merumuskan makna kedaulatan pengertian
dalam rakyat.
kedaulatan.
sistem
2.Menjelaskan
Pengertian
pemerintahan
pengertian
Indonesia.
kedaulatan rakyat.
kedaulatan rakyat
3.Menjelaskan
Pengertian
pengertian
kedaulatan kedaulatan kedalam dan keluar dan keluar. 4.Menjelaskan
dalam
Macam-macam
macam-macam teori
teori kedaulatan
kedaulatan. 5.Menjelaskan kedaulatan
Kedaulatan yang
dianut oleh bangsa Indonesia
dan
landasan
yang
dianut oleh bangsa Indonesia
dan
landasan hukumnya .
hukumnya. 5.2Mendeskripsikan 1.Menjelaskan sistem
pengertian
pemerintahan
pemerintahan.
Indonesia dan peran 2.Menjelaskan lembaga sebagai
negara pelaksana
Pengertian sistem
sistem
pemerintahan.
sistem
pemerintahan
Sistem
presidentil.
pemerintahan presidentil.
kedaulatan rakyat. 3.Menjelaskan
sistem Sistem
pemerintahan
pemerintahan
parlementer.
parlementer.
4.Menjelaskan
sistem Sistem
37
pemerintahan
RI pemerintahan
menurut UUD 1945.
menurut
RI UUD
1945. 5.Menjelaskan
Pembagian
pembagian kekuasaan kekuasaan menurut menurut Montesque.
Montesque.
6.Menjelaskan
tugas Tugas lembagalembaga-lembaga lembaga pelaksana pelaksana kedaulatan
5.3Menunjukkan
kedaulatan rakyat.
rakyat.
positif 1.Memberikan contoh Contoh sikap sikap positif terhadap kedaulatan positif dalam pelaksanaan rakyat dan sistem pelaksanaan. pemerintahan kedaulatan rakyat kedaulatan rakyat sikap
Indonesia.
dalam
lingkungan
masyarakat sekolah.
dalam lngkungan dan masyarakat dan sekolah
Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dengan standar kompetensi memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia dan kompetensi dasar mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia.
38
2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN Penelitian yang dilakukan oleh Nita Wahyuni (2012 : 86 ) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Metode Ekspositori Terhadap Hasil Belajar PKn Kelas X Di SMA N 3 Salatiga. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif Model STAD dengan metode Ekspositori terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMAN 3 Salatiga. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn pada kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD lebih baik dari pada kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan metode Ekspositori. Penelitian yang dilakukan oleh A.A Wicaksono (2012 : 54) dengan judul “ Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN Kandangan 03 Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode konvensional pada mata pelajaran IPS di SDN Kanangan 03. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kelompok siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD lenih baik daripada kelompok siswa yang belajar menggunakan metode konvensional.
39
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Nadzifah (2012 : vi) dengan judul “ Pengaruh Metode Kerja Kelompok Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas IV Minu Waru II Sidoarjo. Penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh metode kerja kelompok terhadap siswa pada mata pelajaran fiqih. Hasil korelasi product moment nilai rxy= 0,808 berkisar antara 0, 700 – 0, 900 tergolong kuat atau tinggi kemudian tabel r product moment dengan taraf 5% = 0, 381 dan taraf 1% = 0,487 maka dapat diketahui terdapat pengaruh antara pengaruh metode kerja kelompok terhadap hasil belajar. 2.3 KERANGKA BERPIKIR Secara sistematis kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut:
Tipe STAD
Proses Pembelajaran
Metode yang berpusat pada siswa merupakan pembelajaran secara berkelompok. Di dalam proses pembelajaran terdapat skor perkembangan individu dan penghargaan.
Kerja Kelompok Metode hampir sama dengan tipe STAD berpusat pada siswa dan pembelajaran secara kelompok. Namun yang membedakan yaitu tidak terdapat skor perkembangan individu dan penghargaan.
Perbedaan Hasil belajar
40
Proses pembelajaran adalah suatu bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah direncanakan untuk suatu tujuan tertentu sebagai pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Proses pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode kerja kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang membelajarkan siswa melalui kuis – kuis individual setelah mempelajari materi bersama secara berkelompok yang anggotanya secara heterogen. Akhir dari pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan adanya skor penghargaan untuk kelompok. Kegiatan dalam pembelajaran ini dimulai dengan penyampaian meteri atau informasi secara singkat oleh guru dengan menggunakan ceramah. Setelah guru selesai menyampaikan materi kemudian siswa di masukan dalam kelompok yang telah terbentuk untuk melakukan diskusi dan mempelajari materi yang baru saja disampaikan oleh guru. Seluruh proses pembelajaran ini terpusat pada siswa. Proses pembelajaran
ini
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengembangkan materi yang didapatkan dari guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengkondisikan siswa untuk menjalin kerja sama untuk mencapai satu penghargaan. Adanya penghargaan tersebut bertujuan motivasi siswa untuk lebih aktif belajar.
41
Pembelajaran yang kedua yang dipergunakan adalah metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok hampir sama dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode kerja kelompok merupakan cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas beberapa berkelompok siswa untuk bekerja sama antara anggota kelompok mengerjakan tugas secara bersama – sama dalam mencapai tujuan belajar. Di dalam metode kerja kelompok tidak terdapat adanya skor penghargaan untuk tim dan tidak terdapat tanggung jawab individu terhadap materi yang diajarkan sehingga terdapat perbedaan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran menggunakan tipe STAD dan kerja kelompok diterapkan pada mata pelajaran PKn kemudian akan dilihat pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Apabila ditinjau secara teoritis maka hasil belajar siswa setelah menggunakan STAD dan kerja kelompok berbeda. Hasil belajar setelah menggunakan STAD diharapkan yang lebih baik karena di dalam kelompok itu setiap anggota bertanggung jawab untuk menguasai materi yang diajarkan. 2.4 HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran kooperatfif tipe STAD dan metode kerja kelompok terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas 8 SMP Stella Matutina Salatiga Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013.