BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu Lawrence (2013) melakukan studi mengenai Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Harga Komoditas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh harga minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan harga emas Antam terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Sampel yang diambil dalam penelitian adalah harga minyak WTI, inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), harga emas Antam dan IHSG periode 2009-2012. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan memakai analisa regresi linear berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara parsial harga minyak dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG dan secara bersama-sama harga minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan harga emas Antam berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Anwar (2010) melakukan studi mengenai Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Kurs dan IHSG terhadap Kinerja Reksadana. Tujuan penelitian untuk menguji apakah tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar dan IHSG secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja reksadana. Hasil penelitian menunjukkan tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara bersama – sama mempunyai
Universitas Sumatera Utara
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Tingkat inflasi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, tingkat suku bunga SBI secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, tetapi perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, dan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Ningsih (2013) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Perusahaan Go Publik yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur modal dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan dengan melakukan studi kasus pada Perusahaan Otomotif dan Komponen yang terdaftar di BEI untuk periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Struktur modal diwakili Debt to Equity Ratio (DER), dan kinerja perusahaan diwakili Return on Investment (ROI). Hasil penelitian menunjukkan struktur modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan taraf signifikansi sebesar (0,002 < 0,05). Dewi (2006) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Optimalisasi Laba (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Go Publik Masuk ke dalam Jakarta Islamic Index Periode 2001-2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan struktur modal dapat mempengaruhi optimalisasi (peningkatan) laba. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh signifikan terhadap optimalisasi laba dengan nilai regresi -0,092 dengan tingkat signifikansi 0,027 (
Universitas Sumatera Utara
sig 5%). Sedangkan uji independent test menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti tidak ada perbedaan terkait dengan optimalisasi laba baik pada perusahaan dengan struktur modal tinggi dan rendah. Velnampy (2012) melakukan studi mengenai The Relationship between Capital Structure and Profitability. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara struktur modal dan profitabilitas dari sepuluh bank yang terdaftar di Srilanka selama periode 2002 data 2009. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Variabel independen yang digunakan Debt to Equity dan Debt to Total Funds dan variable dependen yang digunakan Net Profit, Return on Capital Employed, Return on Equity dan Net Interest Margin. Hasil analisis menunjukkan bahwa Debt to Equity memiliki hubungan positif dengan Net Profit, Return on Capital Employed dan Return on Equity sedangkan dengan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif. Debt to Total Funds memiliki hubungan posititf dengan Return on Capital Employed dan Return on Equity sedangkan dengan Net Profit dan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif. Ferati (2011) melakukan studi mengenai Capital Structure and Profitability: The Macedonian Case. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal Perusahaan Macedonia terhadap profitabilitas. Data yang digunakan adalah laporan keuangan 150 perusahaan yang masing-masing dikumpulkan selama sepuluh tahun terakhir. Analisis data menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa Return on Equity memiliki korelasi positif dengan utang jangka pendek dan ekuitas, dan memiliki korelasi negatif dengan utang jangka panjang. Shubita (2012) melakukan studi mengenai The Relationship between Capital Structure and Profitability. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek struktur
Universitas Sumatera Utara
modal terhadap profitabilitas dengan memeriksa efek dari struktur modal terhadap profitabilitas perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Amman selama enam periode tahun (2004-2009). Sampel penelitian terdiri dari 39 perusahaan dengan menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan negatif antara short-term debt dan total debt dengan profitabilitas. Kusumajaya (2011) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Populasi penelitian ini adalah industri manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2006 sampai dengan 2009. Metode penentuan sampel dengan metode purposive sampling, dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan maka jumlah sampel adalah sebanyak 27 perusahaan manufaktur. Data penelitian merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Metode penelitian menggunakan teknik analisis jalur (path analysis), dengan alat bantu aplikasi SPSS versi 13.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 2) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 3) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan 5) profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Indrajaya (2011) melakukan studi mengenai Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal (leverage), ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal (leverage). Kurniawati (2012) melakukan studi mengenai Pengaruh Arus Kas Bersih
terhadap Likuiditas dan Dampaknya terhadap Ptofitabilitas (Studi Kasus pada PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Tasikmalaya). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) arus kas bersih , likuiditas, dan profitabilitas (2) pengaruh arus kas bersih terhadap likuiditas (3) pengaruh arus kas bersih secara parsial terhadap profitabilitas (4) pengaruh likuiditas secara parsial terhadap profitabilitas (5) pengaruh arus kas bersih dan likuiditas secara simultan terhadap profitabilitas pada PT. Asuransi Jasa Indonesia. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus pada PT. Asuransi Jasa Indonesia. Penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan tahun 2001 – 2011 yang dipublikasikan, dengan teknik pengumpulan data yaitu library research. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dengan skala pengukuran rasio. Hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
menunjukan bahwa: (1) kondisi arus kas bersih dari sudut pandang likuiditas dinilai cukup baik, sedangkan dari sudut pandang profitabilitas masih kurang baik. Likuiditas dinilai sudah cukup baik sedangkan profitabilitas masih kurang baik (2) arus kas bersih berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (3) arus kas bersih secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (4) likuiditas terhadap profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (5) arus kas bersih dan likuiditas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Iqbal (2007) melakukan studi mengenai Pengaruh Tingkat Harga Jual Komoditi Teh terhadap Laba Optimal Perusahaan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan tingkat harga jual komoditi, laba optimal, dan bagaimana pengaruh tingkat harga jual komoditi teh terhadap laba optimal pada PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui besarnya pengaruh harga jual (variabel X) terhadap laba optimal (variabel Y) digunakan Analisis Regresi Sederhana, Koefisien Korelasi Sederhana, dan Koefisien Determinasi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t dua pihak dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat dan positif antara variabel independen dan variabel dependen yang artinya setiap kenaikan tingkat harga jual akan meningkatkan laba optimal, demikian juga sebaliknya setiap penurunan tingkat harga jual akan menurunkan laba optimal. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara harga jual terhadap laba optimal.
Universitas Sumatera Utara
Windasari
(2013)
melakukan
studi
mengenai
Analisis
pengaruh
Tumpangsari terhadap Pendapatan Petani di Desa Munduktemu Kabupaten Tabanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam kerja) dan harga komoditi secara serempak maupun parsial terhadap pendapatan petani di Desa Munduktemu. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis linier berganda dan beda dua rata-rata (pair sample t test). Hasil analisis data menunjukan luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam kerja) dan harga komoditi secara serempak dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani dengan koefisien determinasi (R2) 0,912. Luas lahan adalah variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pendapatan petani, serta terdapat perbedaan pendapatan dengan atau tanpa menggunakan sistem tumpangsari. Tumoka (2013) melakukan studi mengenai Analisis pendapatan Usaha Tani Tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh produksi dan harga terhadap pendapatan usaha tani Tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat. Dimana pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer.
Adapun metode yang digunakan adalah
metode analisis tabel dan metode analisis regresi berganda dengan menggunakan data OLS (Ordinary Least Square) dan diolah menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan jumlah produksi dan harga tomat memiliki pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pendapatan petani tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Judul penelitian
Variabel Dependen Indeks Harga Saham Gabungan
Variabel Independen Harga minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bungan SBI dan harga emas antam
1
Lawrence (2013
Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Harga Komoditas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia
2
Anwar (2010)
Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Kurs dan IHSG terhadap Kinerja Reksadana
Kinerja Reksadana
Tingkat inflasi, Suku bunga SBI. Kurs dan IHSG
3
Ningsih, Elfiswandi dan Wijaya (2013)
Kinerja perusahaan (ROI)
Struktur modal (Debt to Equity Ratio)
4
Dewi (2006)
Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Perusahaan Go Publik yang Listing di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Struktur Modal terhadap Optimalisasi Laba (Studi Kasus pada Perusahaanperusahaan Go Publik Masuk ke dalam Jakarta Islamic Index Periode 2001-2005)
Optimalisasi (peningkatan) Laba
Struktur Modal
5
Velnampy and Niresh (2012)
The Relationship between Capital Structure and Profitability
Net Profit Return on Capital Employed Return on Equity Net Interest Margin
Debt to Equity Debt to Total Funds
Hasil Penelitian Hasil penelitian diperoleh bahwa secara parsial harga minyak dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG dan secara bersama-sama harga minyak, inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan harga emas Antam berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hasil penelitian menunjukkan tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Tingkat inflasi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, tingkat suku bunga SBI secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, tetapi perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana, dan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana. Hasil penelitian menunjukkan struktur modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan taraf signifikansi sebesar (0,002 < 0,05). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh signifikan terhadap optimalisasi laba dengan nilai regresi -0,092 dengan tingkat signifikansi 0,027 (sig 5%). Sedangkan uji independent test menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti tidak ada perbedaan terkait dengan optimalisasi laba baik pada perusahaan dengan struktur modal tinggi dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt to Equity memiliki hubungan positif dengan Net Profit, Return on Capital Employed dan Return on Equity sedangkan dengan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif. Debt to Total Funds memiliki hubungan posititf dengan Return on Capital Employed dan Return on Equity
Universitas Sumatera Utara
6
No
Ferati dan Ejupi ( 2011)
Capital Structure and Profitability: The Macedonian Case
Profitability (ROE)
Peneliti
Judul penelitian
Variabel Dependen Profitability (ROE)
Capital Structure (short-term debt and equity, and long-term debt Variabel Independen Capital Structure (short-term debt dan total debt) Struktur modal Pertumbuhan perusahaan
7
Shubita dan Alsawalhah (2012)
The Relationship between Capital Structure and Profitability
8
Kusumajaya (2011)
Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Profitablitas Nilai perusahaan
9
Indrajaya, Herlina dan Setiadi (2011)
Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Resiko Bisnis terhadap Struktur Modal
Struktur Modal
Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Resiko Bisnis
10
Kurniawati (2012)
Pengaruh Arus Kas Bersih terhadap Likuiditas dan Dampkanya terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada PT. Asuransi Jaya Indonesia Cabang Tasikmalaya)
Likuiditas Profitabilitas
Arus kas
11
Iqbal (2007)
Laba optimal
Harga jual
12
Windasari dan SriBudhi (2013)
Pengaruh Tingkat Harga Jual Komoditi The terhadap Laba Optimal Perusahaan pada PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Analisis pengaruh Tumpangsari terhadap Pendapatan Petani di Desa
Pendapatan
Luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam kerja) dan
sedangkan dengan Net Profit dan Net Interest Margin memiliki hubungan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Equity memiliki korelasi positif dengan utang jangka pendek dan ekuitas, dan memiliki korelasi negatif dengan utang jangka panjang. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan negatif antara short-term debt dan total debt dengan profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 2) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 3) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan 5) profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal (leverage), ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal (leverage). Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) arus kas bersih berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (2) arus kas bersih secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (3) likuiditas terhadap profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (4) arus kas bersih dan likuiditas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Ada pengaruh yang signifikan antara harga jual terhadap laba optimal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa luas lahan, jumlah tenaga kerja (jam kerja) dan harga komoditi secara serempak dan
Universitas Sumatera Utara
13
Tumoka (2013)
Munduktemu Kabupaten Tabanan Analisis pendapatan Usaha Tani Tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa
harga komoditi Pendapatan
Jumlah produksi dan harga
parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani Hasil penelitian menunjukan jumlah produksi dan harga tomat memiliki pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pendapatan petani tomat di Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.
2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan 2.2.1. Pengertian Kinerja Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement“, yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanafi,2003: 69). Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan. 2.2.2. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan Munawir (2002:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Mengetahui tingkat likuiditas yaitu menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. b. Mengetahui tingkat solvabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. c. Mengetahui tingkat rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. d. Mengetahui tingkat stabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja keuangan memberikan penilaian atas pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen dan manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi dan tindakan perbaikan atas kinerja keuangan perusahaan yang tidak sehat.
2.3. Analisis Rasio Keuangan 2.3.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Menurut Munawir (2007:65), analisis rasio keuangan adalah “suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut”.
Universitas Sumatera Utara
Rasio
merupakan
alat
ukur
yang
digunakan
perusahaan
untuk
menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Menurut
Sutrisno
(2007:214),
analisis
rasio
keuangan
adalah
menghubungkan elemen-elemen yang ada dilaporan keuangan agar bisa diinterprestasikan lebih lanjut. Dengan demikian analisis rasio keuangan berguna untuk menentukan kesehatan atau kinerja keuangan perusahaan baik pada saat sekarang maupun di masa mendatang sehingga sebagai alat untuk menilai posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, melainkan harus diperbandingkan dengan rasio yang lain agar rasio tersebut menjadi lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu, selain itu dapat pula dilakukan dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui bagaimana keuangan dalam industri. Untuk memahami kondisi neraca dan laba rugi suatu perusahaan, seorang analyst umumnya menggunakan metode analisis rasio keuangan. Metode ini
Universitas Sumatera Utara
digunakan sebagai suatu alat ukur untuk dapat memahami neraca dan laporan laba rugi. Menurut Mardiyanto (2008:51) analisis rasio keuangan merupakan peralatan (tools) untuk memahami laporan keuangan (khususnya neraca dan laba rugi). Menurut Mardiyanto (2008:53) terdapat 4 (empat) macam standar dalam analisis rasio, yakni: 1. Rata-rata industri, perusahaan membandingkan rasionya dengan rasio rata-rata industri 2. Perusahaan paling unggul, mungkin sulit memperoleh data rata-rata industri yang lengkap. Untuk mengatasinya, perusahaan cukup membandingkan rasionalnya dengan rasio perusahaan paling unggul. 3. Data historis, perusahaan membandingkan rasionya dengan rasio tahun-tahun yang lalu 4. Anggaran serta realisasinya, perusahaan membandingkan rasio berdasarkan anggaran (rencana) dengan realisasinya. Menurut Jumingan (2006:118), rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk sistematis yang sederhana. Rasio standar ini dapat ditentukan berdasarkan alternatif di bawah ini: 1. Didasarkan pada catatan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan tahuntahun yang telah lampau. 2. Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya, dipilih satu perusahaan yang tergolong maju dan berhasil.
Universitas Sumatera Utara
3. Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibudgetkan (goal ratio). 4. Didasarkan pada rasio industri, dimana perusahaan yang bersangkutan masuk sebagai anggotanya. Dengan perbandingan rasio standar ini akan diketahui apakah rasio perusahaan yang bersangkutan terletak diatas average, average atau dibawah average.
2.3.2. Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antara data dari neraca dan data laporan laba rugi. 1. Rasio likuiditas Rasio ini memberi gambaran kelemahan dan kemampuan financial perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada 2 macam rasio likuiditas yang digunakan, yaitu: a) Current Ratio b) Quick Ratio atau Acid Test Ratio 2. Rasio Solvabilitas Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang). Ada 4 (empat) rasio solvabilitas yang digunakan, yaitu: a. Total Debt to Equity Ratio b. Total Debt to Total Assets Ratio c. Long Term Debt to Equity
Universitas Sumatera Utara
d. Long Term Debt to Total Assets 3. Rasio Profitabilitas Rasio
ini
berguna
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Ada 4 (empat) rasio profitabilitas yang digunakan, yaitu: a. Return on Equity (ROE) b. Return on Assets (ROA) c. Net Profit Margin d. Gross Profit Margin Setiap kegiatan bisnis yang dijalankan baik secara perorangan maupun berkelompok bertujuan untuk mensejahterakan pemilik atau menambah nilai perusahaan dengan laba yang maksimal. Harapan untuk mendapatkan laba perusahaan secara berkelanjutan bukanlah suatu pekerjaan yang gampang tetapi memerlukan perhitungan yang cermat dan teliti dengan memperhatikan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap perusahaan baik faktor intern maupun faktor ekstern. Menurut Kuswadi (2005:5) rasio kemampulabaan (profitability ratio) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif. Selanjutnya Kasmir (2008:196) mengemukakan bahwa Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Dikatakan rentabilitasnya baik apabila mampu memenuhi
Universitas Sumatera Utara
target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimiliki. Menurut Martono (2005:60) Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan efektivitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam membuat keputusan investasi dan pembiayaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu : 1. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. untuk menilai produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk : 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Jumingan (2006:120) analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi: 1. Rasio neraca (ibalance sheet rations) yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan utang jangka panjang dan sebagainya. 2. Rasio laporan laba rugi (income statement rations) yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi, misalnya laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio dan sebagainya. 3. Rasio antar laporan (inter statement rations) yaitu membandingkan angkaangka dari dua sumber (data campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan sebagainya. Berikut ini juga jenis analisis rasio menurut Mardiyanto (2008:52) yakni: 1. Analisis silang (cross sectional) yaitu membandingkan rasio dalam waktu (tahun) yang sama. 2. Analisis runtun waktu (time series) yaitu membandingkan rasio dalam waktu (tahun) yang berbeda. 3. Analisis gabungan (combined) yaitu menyatukan kedua analisis sebelumnya.
2.3.3. Manfaat Analisis Rasio Keuangan Manfaat
analisis
rasio
adalah
untuk
mengetahui
keadaan
dan
perkembangan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengambil
Universitas Sumatera Utara
manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan dengan pola industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan beroperasi. Menurut Kasmir (2008:104) hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja keuangan manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target kerja seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat di nilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif. Berikut ini beberapa akun yang di nilai menggunakan analisis rasio menurut Kuswadi (2005:71), yaitu: 1. Kemampulabaan (profitability Ratio) 2. Kemampuan likuiditas (Liquidity Ratio) 3. Aktivitas rasio (Activity Ratio) 4. Efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dan biaya
2.3.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Beberapa keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain: Menurut Mardiyanto (2008:65), yaitu: 1. Sukar diterapkan pada perusahaan dengan banyak divisi. Perusahaan besar dengan banyak divisi yang berbeda-beda industrinya mungkin akan sulit menentukan perusahaan pembanding yang tepat. Pada kenyataannya, analisis rasio keuangan lebih mudah diterapkan untuk perusahaan kecil dengan bidang usaha yang terbatas. 2.
Inflasi dengan metode akuntansi Dengan adanya inflasi, nilai buku yang tercatat di neraca dapat sangat menyimpang dari nilai yang terjadi di pasar. Demikian pula metode akuntansi
Universitas Sumatera Utara
misalnya dalam pencatatan persediaan dapat memberikan nilai yang berbeda bagi suatu perkiraan yang termuat dalam neraca. Dua hal itu perlu dicermati meskipun sering agak susah mengatasinya apabila harus dilakukan analisis rasio dalam waktu singkat. 3. Teknik merekayasa laporan keuangan, disebut juga dengan palsuan indah (window dressing). Jika tidak berhati-hati, pengguna laporan keuangan dapat saja terkecoh dengan angka-angka pada laporan keuangan. Menjelang tutup buku perusahaan sengaja meminjam uang tunai untuk disimpan beberapa hari sehingga menambah kas pada neraca dan menjadikan tingkat likuiditas perusahaan tampak baik.
2.4. Faktor Ekonomi Makro 2.4.1. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukar sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2001:63). Rayun (2007:4) menyatakan bahwa nilai tukar mata uang (exchange rate) atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro-ekonomi yang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Thobarry (2009:46) kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun faktor-faktor makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang Valuta asing (foreign exchange) adalah semua mata uang negara yang dapat digunakan untuk kegiatan perekonomian suatu negara dengan negara lain. Misalnya mata uang Amerika serikat berupa US $, mata uang Yen dari Jepang, dan lain sebagainya. Setiap valuta asing tersebut mempunyai harga tertentu dalam mata uang suatu negara lain. Misalnya US $ dengan Rp, $1=Rp 9.600, (artinya harga 1 US $ sama dengan Rp 9.600). harga tersebut menggambarkan berapa banyak suatu mata uang harus dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Istilah lain rasio pertukaran tersebut adalah nilai tukar (exchange rate) atau kurs valuta asing (Asfia, 2006:72). Menurutnya nilai kurs valuta asing dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran dalam pasar valuta asing dan juga dapat ditentukan oleh pemerintah. Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh sekali dalam menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara Indonesia yang sebelum tanggal 14 Agustus 1997 menerapkan sistem nilai tukar mengambang terkendali, maka laju depresiasi sangat ditentukan oleh pemegang otoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas kendali nilai tukar menyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan pengaruh-pengaruh dari luar. Untuk
Universitas Sumatera Utara
mengurangi tekanan terhadap rupiah, upaya lain yang telah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestik antar bank melalui band intervensi. Dengan band intervensi, nilai tukar diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan. Apabila valuta asing diperdagangkan melebihi band yang telah ditetapkan maka Bank Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar pada posisi semula (Wibowo, 2013:2). Berdasarkan definisi tersebut, nilai tukar mata uang kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya dan merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun faktor-faktor makro ekonomi yang lain dan pada dasarnya merupakan jaringan kerja dari perbankan dan lembaga keuangan dalam melayani masyarakat untuk membeli (permintaan) dan menjual (penawaran) valuta asing. 2.4.2. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Menurut Case (2004:167), bunga adalah biaya yang dibayarkan oleh seseorang peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya. Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga pinjaman tahun yang dinyatakan sebagai persentase dari pinjaman; persentase itu sama dengan jumlah bunga yang diterima pertahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Menurut Darmawi (2006:181), tingkat bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dan dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Selanjutnya menurut Yogi (2009:3) Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat, dengan kata lain pemerintah melakukan kebijakan moneter. Peredaran uang yang terlalu banyak dimasyarakat akan mengakibatkan masyarakat cenderung membelanjakan uangnya yang pada akhirnya
Universitas Sumatera Utara
bisa berdampak pada kenaikan harga-harga barang, yang salah satu faktor pemicu inflasi dengan menaikan bunga SBI berarti bank-bank dan lembaga keuangan akan terdorong untuk membeli SBI. Adanya bunga yang tinggi dalam SBI membuat bank dan lembaga keuangan menikmatinya, ini otomatis akan memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk produknya. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi pada produk bank seperti deposito/tabungan jelas lebih kecil resikonya atau dapat dikatakan investasi bebas resiko oleh karena itu investor akan menjual sahamnya dan dananya serentak akan berdampak pada penurunan harga saham. Selain itu dampak dari tingkat suku bunga bank yang tinggi juga berdampak pada bunga pinjaman modal kerja perusahaan. Ini artinya penambahan pengeluaran perusahaan jika ini terjadi maka kondisi fundamental perusahaan akan terganggu. Hal ini didukung oleh Wibowo (2013:4) bahwa tingkat suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan demikian suku bunga yang tinggi diharapkan berkurangnya jumlah uang yang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga dapat diatasi. Sedangkan menurut Bank Indonesia, tingkat suku bunga adalah beban biaya yang dinyatakan dengan persentase tertentu dalam rangka peminjaman uang untuk jangka waktu tertentu. Tujuan penerbitan SBI adalah sebagai alat pemerintah untuk melakukan kontraksi pasar dalam primary market dan sebagai secondary reserve dan trading instrument dalam secondary market (untuk situasi tingkat suku bunga turun). Jadi SBI menurut Prakarsa (2008:3) adalah salah satu instrument investasi yang menarik bagi
Universitas Sumatera Utara
investor mengingat instrument ini diterbitkan oleh Bank Indonesia yang merupakan lembaga keuangan milik negara. Berdasarkan definisi tersebut, suku bunga SBI merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat dan mengendalikan tingkat harga yang bertujuan sebagai alat pemerintah untuk melakukan kontraksi pasar dalam primary market dan sebagai secondary reserve dan trading instrument dalam secondary market (untuk situasi tingkat suku bunga turun) dan menjadi salah satu instrument investasi yang menarik bagi investor mengingat instrument ini diterbitkan oleh Bank Indonesia yang merupakan lembaga keuangan milik Negara. 2.4.3. Inflasi Inflasi merupakan faktor ekonomi makro yang menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat, karena harga-harga barang secara umum meningkat sehingga melemahkan daya beli masyarakat. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/ insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, dan regulasi (Pangamenan, 2013:191). Menurut Sukirno (1997: 302) tingkat inflasi yaitu persentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam
Universitas Sumatera Utara
perekonomian yang pesat berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap (angka inflasi antara 2 – 4%). Inflasi didefinisikan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001 : 241). Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, komponen tersebut yaitu: a) Adanya kecenderungan harga‐harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat. b) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya. c) Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga secara umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum. Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi antara lain: a) Consumer price index (CPI), indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup. b) Produsen price index (PPI), indeks yang lebih menitik beratkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah, bahan baku, atau bahan setenga jadi. c) Gross National Product (GNP) deflator, merupakan jenis indeks yang berbeda dengan dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencakup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP.
Universitas Sumatera Utara
Hooker (2004:379) menemukan bahwa tingkat inflasi mempengaruhi secara signifikan terhadap harga saham. Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Jika profit yang diperoleh perusahaan kecil, hal ini akan mengakibatkan para investor enggan menanamkan dananya di perusahaan tersebut sehingga harga saham menurun (Kewal, 2012:57). 2.5. Faktor Fundamental Perusahaan 2.5.1. Struktur Modal Struktur modal merupakan pengaruh yang ditimbulkan pengungkit keuangan (financial leverage) terhadap biaya modal secara keseluruhan yang harus ditanggung perusahaan dan nilai sahamnya (Warsono 2003:238). Menurut Sartono (2009:257) struktur modal adalah hasil atau akibat dari pengunaan leverage keuangan. Cara yang terbaik untuk memahami penggunaan yang tepat dari leverage keuangan adalah menganalisis dampaknya atas kemampuan untuk memperoleh laba. Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of fund) oleh perusahan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.
Syamsuddin (2000:9) menyatakan struktur modal merupakan penentuan komposisi modal, yaitu perbandingan antara hutang dan modal sendiri atau dengan kata lain struktur modal merupakan hasil atau akibat dari keputusan pendanaan (financing decision) yang intinya memilih apakah akan mengunakan hutang atau ekuitas untuk mendanai operasi perusahaan. Sumber dana perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dapat berasal dari dalam perusahaan yaitu laba ditahan dan dari luar perusahaan yaitu dengan menggunakan hutang. Berdasarkan penjelasan tersebut, struktur modal menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang pada suatu perusahaan. Berkaitan dengan target stuktur modal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, perubahan komposisi struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan melalui peningkatan atau penurunan nilai pasar sekuritas perusahaan. Kedua, manajemen struktur modal harus memperhatikan faktor-faktor yang menentukan kombinasi optimal antar hutang dan ekuitas sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. Menurut Sutrisno (2000:307-308) struktur modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain: 1.
Persesuaian atau Suitability yaitu persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan berjangka pendek bila dibelanjai dengan utang, obligasi atau dengan mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang.
2.
Pengawasan atau Control yaitu pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para pemegang saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya sebuah perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan apakah tugas pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan menambah saham.
Universitas Sumatera Utara
3.
Laba/Earning per Share yaitu memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara finansial harusnya bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham lebih besar.
4.
Tingkat Risiko/Riskness yaitu utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu semakin besar penggunaan dana dari utang mengindikasikan perusahaan mempunyai tingkat risiko yang lebih besar.
Menurut Brigham (2006:6), ada empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu: 1. Risiko Bisnis yaitu risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan utang, makin besar risiko bisnis perusahaan maka makin rendah rasio utang yang optimal. 2. Posisi Pajak Perusahaan yaitu dalam menggunakan utang maka biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya. 3. Fleksibilitas Keuangan yaitu kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil. 4. Konservatisme atau Agresivitas Manajemen yaitu ada sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba, dimana hal ini tidak
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan.
2.5.2. Arus Kas Perusahaan Kas merupakan suatu alat ukur yang dapat diterima oleh bank dalam nilai nominalnya, yang antara lain meliputi koin, uang kertas, cek, wesel (money order) atau kiriman uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek bank; dan uang yang disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank yang bersangkutan. Baridwan (2003:85) mengatakan kas merupakan suatu alat pertukaran dan digunakan sebagai suatu ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca kas merupakan aktiva yang paling sering berubah. Hampir dalam setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kas merupakan alat pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan hutang, dan dapat diterima sebagai setoran dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga simpanan bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Informasi laba sebagai parameter kinerja perusahaan bermanfaat untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan sumber daya yang
Universitas Sumatera Utara
ada,
dan
merumuskan
pertimbangan
tentang
efektivitas
perusahaan
dalam
memanfaatkan tambahan sumber daya (Ervanto. 2004:118) Selain laba, arus kas juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Informasi arus kas dapat memberikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas), dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Selain itu, informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, menilai dan membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan, dan meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan. 2.5.3. Potensi Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003:2). Growth adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004:4). Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan Growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun). Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan (Putrakrisnanda, 2009:7). Ukuran yang digunakan adalah dengan menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva. Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur
Universitas Sumatera Utara
dari proporsi perubahan aset, untuk membandingkan kenaikan atau penurunan atas total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara tetatur. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki kecendrungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal rendah, oleh sebab itu, laverage memiliki hubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka semakin rendah pula rasio hutang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang lain konstan. Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhan. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya dari pada dibayarkan sebagai dividen. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan yang mapan, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksternal lainnya, maka keadaannya adalah berbeda.
2.5.4. Harga Komoditas
Universitas Sumatera Utara
Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu (Wikipedia Bahasa Indonesia). Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Permintaan selalu berhubungan dengan pembeli, sedangkan penawaran berhubungan dengan penjual. Apabila antara penjual dan pembeli berinteraksi, maka terjadilah kegiatan jual beli. Pada saat terjadi kegiatan jual beli di pasar, antara penjual dan pembeli akan melakukan tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Pembeli selalu menginginkan harga yang murah, agar dengan uang yang dimilikinya dapat memperoleh barang yang banyak. Sebaliknya, penjual menginginkan harga tinggi, dengan harapan ia dapat memperoleh keuntungan yang banyak. Perbedaan itulah yang dapat menimbulkan tawar-menawar harga. Harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak disebut harga pasar. Pada harga tersebut jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Dengan demikian harga pasar disebut juga harga keseimbangan (ekuilibrium). Faktor terpenting dalam pembentukan harga adalah kekuatan permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran akan berada dalam keseimbangan pada harga pasar jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya harga pasar jika terdapat hal-hal berikut ini. a. Antara penjual dan pembeli terjadi tawar-menawar. b. Adanya kesepakatan harga ketika jumlah barang yang diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan.
Universitas Sumatera Utara
Komoditas
adalah
sesuatu
benda
nyata
yang
relatif
mudah
diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka (Wikipedia Bahasa Indonesia). Ciri khas dari perdagangan di pasar komoditas primer adalah pergerakan harga yang fluktuatif dan perkembangan trend harga mengikuti pola tertentu, sehingga menarik untuk dimasuki dan dilakukan oleh para investor, Pakasi (2008:11). Kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi serta harga komoditas yang dijual di pasar. Semakin tinggi harga komoditas yang dijual maka semakin tinggi earning yang diperolah. Harga yang terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil interaksi antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kuantitas barang yang ditransaksikan. Dari sisi pembeli (demand) semakin banyak barang yang ingin dibeli akan meningkatkan harga, sementara dari sisi penjual (supply) semakin banyak barang yang akan dijual akan menurunkan harga. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku permintaan maupun penawaran dalam interaksi pembentukan harga. Namun untuk komoditas pangan/pertanian, pembentukan harga tersebut disinyalir lebih dipengaruhi oleh sisi penawaran (supply shock) karena sisi permintaan cenderung stabil mengikuti perkembangan trennya. Menurut Marshall dalam Suherwin (2012:21) selain oleh biaya-biaya, harga juga dipengaruhi oleh unsur subjektif lainnya, baik dari pihak konsumen maupun pihak produsen. Unsur subjektif pihak konsumen adalah pendapatan (daya beli) dan unsur subjektif pihak produsen adalah keadaan keuangan perusahaan. Jika keuangan perusahaan dalam keadaan sulit, misalnya mungkin perusahaan mau menerima harga yang rendah tetapi kalau keadaan keuangan cukup kuat, mereka juga akan lebih berani
Universitas Sumatera Utara
dalam mempertahankan harga. Jadi teori harga menurut Alfred Marshall adalah sebagai berikut: “Harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan pasar: penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen”. Semakin tinggi pendapatan nasional (kesejahteraan suatu negara), semakin tinggi pula permintaan uang untuk tujuan transaksi, dan sebaliknya. Selain dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan domestik, harga komoditas juga dapat dipengaruhi oleh harga komoditas di pasar internasional. Pada rezim perdagangan bebas, harga komoditas domestik akan bergerak mengikuti harga internasional, sehingga akan lebih volatile jika pemerintah tidak melakukan intervensi. Banyak negara reluctant untuk bergerak ke arah perdagangan bebas secara penuh untuk komoditas pangan/pertanian karena komoditas tersebut merupakan komoditas penting yang dapat menimbulkan instabilitas politik (Dawe, 2001:165). Untuk itu banyak negara, termasuk negara maju sekalipun seperti Jepang, yang masih memberikan proteksi berupa larangan impor untuk komoditas tertentu maupun pemberian tarif impor. Karakteristik penawaran dan permintaan untuk komoditas pangan/ pertanian memang ‘unik’ karena keduanya cenderung bersifat inelastic terhadap perubahan harga. Petani sebagai produsen tidak bisa serta merta meningkatkan produksinya ketika harga mengalami peningkatan. Konsumen juga tidak bisa mengurangi permintaannya ketika harga meningkat karena komoditas pangan/pertanian tersebut menjadi kebutuhan pokok. Kondisi tersebut membuat harga komoditas menjadi sangat sensitif terhadap stock, baik dari sisi penawaran maupun permintaan, termasuk indirect stock yang berpengaruh secara tidak langsung seperti gangguan distribusi. Tekanan sisi permintaan juga berpotensi meningkatkan harga komoditas pertanian walaupun derajatnya relatif rendah dibanding tekanan dari sisi penawaran. Sumber utama peningkatan permintaan komoditas pangan adalah peningkatan jumlah
Universitas Sumatera Utara
penduduk dan pendapatan (Tomek, 2000:49). Namun untuk negara maju, income effect kepada permintaan komoditas pertanian relatif kecil bila dibandingkan dengan negara berkembang yang mempunyai income elasticity lebih tinggi. Sementara Borensztein et al (1994:6) berpendapat bahwa permintaan komoditas pertanian lebih dipengaruhi oleh aktivitas perekonomian (economic growth). Membaiknya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang selanjutnya mendorong konsumsi. Kondisi ini memacu sektor industri untuk meningkatkan produksi makanan sehingga permintaan komoditas pertanian sebagai bahan baku meningkat.
2.5.5. Luas Areal dan Produksi Tanaman Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Sebaliknya pada luasan lahan yang sempit, upaya pengusahaan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian seperti ini sering lebih efisien. Meskipun demikian, luas lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi, 2003:17). Menurut Noer (2007:17), luas areal tanam dan produksi per hektar dipengaruhi oleh perubahan harga dan produksi per hektar juga dipengaruhi oleh perubahan luas areal tanam. Lains dalam Triyanto (2006:57), menunjukkan selama 1971-1986 kenaikan luas lahan berkontribusi 41,3% terhadap pertumbuhan produksi. Luas lahan sangat mempengaruhi produksi, karena apabila luas lahan semakin luas maka penawaran beras akan semakin besar, sebaliknya apabila luas lahan semakin sempit maka produksi padi akan semakin sedikit. Jadi hubungan luas lahan dengan produksi padi adalah positif.
Universitas Sumatera Utara
Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Menurut Joesron
(2003:36),
produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Lebih lanjut Putong (2002:84) mengatakan produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum. Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut. Dengan demikian produksi tidak terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Namun komoditi bukan hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. Menurut Salvatore (2001:81) produksi adalah merujuk
pada
transformasi
dari
berbagai
input atau
sumber
daya
menjadi output beberapa barang atau jasa. Bidang pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, antara lain tanah, benih, pupuk, obat hama dan tenaga kerja. Seorang produsen yang rasionil tentunya akan mengkombinasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usaha tani yang efisien (Mubyarto, 1994:61), dan tidak akan menambah input kalau tambahan output yang dihasilkannya tidak menguntungkan (Endaryati, dkk , 2000:5). Menurut Maulana
dalam Triyanto (2006:58), tujuan perusahaan dalam
memproduksi adalah mengubah masukan menjadi keluaran. Dalam bidang pertanian,
Universitas Sumatera Utara
produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, antara lain tanah, benih, pupuk, obat hama dan tenaga kerja. Seorang produsen yang rasional tentunya akan mengkombinasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usaha tani yang efisien (Mubyarto, 1994:62), dan tidak akan menambah input kalau tambahan output yang dihasilkannya tidak menguntungkan (Endaryati, dkk , 2000:6).
2.6. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sistensi atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antar faktor yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.
FAKTOR MAKRO Nilai Kurs Rupiah Suku Bunga SBI Inflasi
FAKTOR FUNDAMENTAL Struktur Modal Arus Kas Potensi Pertumbuhan
Kinerja Keuangan 1. NPM 2. ROI 3. ROE
Harga Komoditi Karet Harga Komoditi Sawit Luas Areal Karet Luas Areal Sawit
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas Produksi Karet Produktivitas Produksi Sawit Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian Kurs/Nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh utama terhadap perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor. Depresiasi rupiah akan menyebabkan kenaikan biaya produksi yang akan berdampak kepada penurunan profitabilitas perusahaan (Darminto 2010:68). Perusahaan yang mengandalkan ekspor juga sangat rentan terhadap nilai tukar, depresiasi nilai tukar justru akan berdampak terhadap naiknya profitabilitas, karena harga produksi menjadi lebih murah dalam pasar internasional. Harga komoditi dapat terpengaruh oleh fluktuasi kurs melalui tindakan permintaan dan penawaran perdagangan internasional yang mana keputusan investasinya dipengaruhi oleh kondisi kurs. Hasil penelitian Waspodo (2006) menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Return on Equity (ROE). Bila jumlah uang beredar ingin dikurangi, Bank Indonesia menjual SBI. Begitu sebaliknya. Agar minat membeli SBI semakin tinggi, Bank Indonesia dapat menaikkan tingkat suku bunga SBI atau sebaliknya. Mengingat risiko SBI sangat kecil (paling kecil), biasanya tingkat bunga SBI paling rendah diantara instrumen pasar uang lainnya. Karena itu bila Bank Indonesia menaikkan tingkat bunga SBI maka tingkat bunga tabungan juga akan naik, agar nasabah perbankan tidak memindahkan depositonya ke SBI (Manurung, 2004:92). Tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia adalah hasil rata-rata tertimbang (weighted average) dan tingkat diskonto yang ditawarkan pasar pemilik SBI. Hasil penelitian Oktaria (2009) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI sebelum dan
Universitas Sumatera Utara
sesudah privatisasi perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Inflasi merupakan sebuah fenomena moneter yang selalu terjadi dimanapun dan tidak dapat dihindari. Menurut Sunariyah (2010:20) inflasi merupakan kenaikan hargaharga barang dan jasa secara terus-menerus. Dilihat dari segi konsumen, inflasi yang tinggi mengakibatkan daya beli konsumen (masyarakat) menurun. Jika dilihat dari segi perusahaan, inflasi dapat meningkatkan biaya faktor produksi dan menurunkan profitabilitas perusahaan. Perusahaan mungkin dapat mempergunakan hutang yang berjumlah relatif besar untuk mambatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan tidak menghamburhamburkan uang para pemegang saham. Kebanyakan pengambilalihan perusahaan dan pembelian melalui hutang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dengan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi para manajer (Brigham, 2006). Pembelanjaan yang dilakukan oleh manajemen keuangan akan membentuk struktur keuangan yang dapat menunjukkan komposisi perbandingan sumber dana perusahaan dalam membiayai operasioal perusahaan. Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas. Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang diukur dengan debt to equity ratio (DER). Jika DER semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan profitabilitas. Struktur modal adalah pencerminan dari perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri dari suatu perusahaan. Perbaikan struktur permodalan dunia
Universitas Sumatera Utara
usaha merupakan keharusan untuk meningkatkan efisiensi dan memperkokoh daya saing perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam terutama dalam era globalisasi (Anwar, 2008:3). Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang dapat meminimumkan biaya dan mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian, sehingga memaksimumkan harga saham. Struktur modal erat kaitannya dengan harga saham, hal ini dikarenakan salah satu unsur yang membentuk harga saham adalah persepsi investor atas kinerja perusahaan, dan struktur modal adalah salah satu unsur yang menentukan baik buruknya kinerja perusahaan, karena struktur modal akan menentukan sumber pembiayaan dan pembelanjaan yang dilakukan oleh perusahaan atas kegiatan operasionalnya (Kusuma, et al, 2012:4). Dari semua aspek keputusan investasi modal, keputusan struktur modal adalah salah satu yang penting, karena profitabilitas perusahaan secara langsung dipengaruhi oleh keputusan tersebut (Velnampy, 2012:66 ; Chisti, et al, 2013:183). Teori ini didukung oleh penelian Morita (2010:1) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur modal dengan kinerja keuangan perusahaan. Christianti (2006:1) menyatakan bahwa adanya perbedaan kepentingan outsider dengan insider menyebabkan terjadinya agency cost dimana manajer cendrung menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan tetapi untuk kepentingan opportunistic. Arus kas dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Informasi arus kas dapat memberikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas), dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Selain itu, informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, menilai dan
Universitas Sumatera Utara
membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan, dan meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan. Salah satu cara pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Growth mempengaruhi profitabilitas, melalui aset yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada profitabilitas. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat pengembalian) dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih. Perusahaan
sangat
memperhatikan
harga
pokok
produksinya,
dalam
memaksimalkan labanya, karena pada saat harga pokok produksi rendah, perusahaan berusaha menjual hasil produksi sebanyak-banyaknya, untuk meningkatkan pendapatan. Perusahaan BUMN perkebunan PTPN menyadari fenomena permintaan dan penawaran dalam menjual hasil produksinya. Hal ini dikarenakan harga jual komoditi ditentukan berdasarkan pasar. Oleh karena itu, harga pasar sangat mempengaruhi volume penjualan perusahaan. Hasil penjualan perusahaan ini juga yang akan dipakai perusahaan dalam menutupi biaya produksinya, yang pada akhirnya akan menghasilkan laba bagi perusahaan. Harga yang tidak stabil merupakan penyebab berfluktuasinya pendapatan. Hasil penelitian Iqbal (2007) menyimpulkan ada hubungan yang sangat kuat dan positif antara variabel independen dan variabel dependen yang artinya setiap kenaikan tingkat harga jual komoditi teh akan meningkatkan laba optimal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), demikian juga sebaliknya setiap penurunan tingkat harga jual komoditi teh akan menurunkan laba optimal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara harga jual teh terhadap laba optimal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Penelitian Windasari (2013) juga menyimpulkan hal yang sama harga komoditi kopi secara serempak dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. Penelitian Tumoka (2013) menunjukan bahwa harga memiliki pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap tingkat pendapatan petani . Selain itu penelitian Prayitno (2013) menemukan bahwa harga komoditas berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Luas areal tanaman tanaman karet dan sawit merupakan faktor produksi penting dalam pengelolaan usaha perkebunan di negara-negara yang sedang berkembang. Tanah meliputi 70-90 persen dari modal seluruhnya, sehingga merupakan faktor dominan untuk meningkatkan pendapatan. Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang penting dalam proses produksi suatu usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya kepemilikan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang luas. Semakin sempit lahan pertanian, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan, kecuali bila usaha tani tersebut dikelola dengan tertib. Luas kepemilikan lahan atau penguasaan lahan berhubungan dengan efisiensi. Penggunaan masukan akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin besar. Hasil penelitian Windasari (2013) menemukan bahwa luas lahan dan harga komoditi secara serempak dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. Luas lahan adalah variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Produksi
tanaman
perkebunan
berpengaruh
terhadap
pendapatan
perusahaan perkebunan. Peningkatan hasil produksi tanaman perkebunan maka
Universitas Sumatera Utara
dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga dapat menunjang kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik. Hasil
penelitian
Tumoka (2013)
menemukan bahwa jumlah produksi memiliki pengaruh yang signifikan baik secara
parsial
maupun
simultan terhadap tingkat pendapatan petani di
Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.
2.7. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2003 : 51). Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekonomi makro (nilai kurs rupiah terhadap dolar AS, suku bunga SBI dan inflasi) dan faktor fundamental perusahaan (struktur modal, arus kas, tingkat pertumbuhan perusahaan, harga komoditi karet, harga komoditi sawit, luas areal karet, luas areal sawit, produktivitas produksi karet dan produktivitas produksi sawit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Net Profit Margin / NPM) BUMN perkebunan PTPN I-VII (Persero). 2. Faktor ekonomi makro (nilai kurs rupiah terhadap dolar AS, suku bunga SBI dan inflasi) dan faktor fundamental perusahaan (struktur modal, arus kas, tingkat pertumbuhan perusahaan, harga komoditi karet, harga komoditi sawit, luas areal karet, luas areal sawit, produktivitas produksi karet dan produktivitas produksi sawit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Return On Investment / ROI) BUMN perkebunan PTPN I-VII (Persero).
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor ekonomi makro (nilai kurs rupiah terhadap dolar AS, suku bunga SBI dan inflasi) dan faktor fundamental perusahaan (struktur modal, arus kas, tingkat pertumbuhan perusahaan, harga komoditi karet, harga komoditi sawit, luas areal karet, luas areal sawit, produktivitas produksi karet dan produktivitas produksi sawit) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Return On Equity / ROE) BUMN perkebunan PTPN I-VII (Persero).
Universitas Sumatera Utara