BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang
mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar IPA.
2.1.1
Hakikat IPA Prihantoro dkk (Trianto, 2010:137) menjelaskan hakikat IPA merupakan
suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains. Dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat member kemudahan bagi kehidupan. Sejalan dengan pendapat Prihantoro dkk, Trianto (2010:137) mengemukakan bahwa hakikat pembelajaran IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen penting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Adapun Susanto (2013:167) menyatakan hakikat pembelajaran IPA dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap. Dari ketiga komponen ini Sutrisno (2007) menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan teknologi. Akan tetapi penambahan ini bersifat pengembangan dari ketiga komponen di atas, yaitu pengembangan prosedur dan proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk
6
7
Berdasarkan pendapat para ahli tentang hakikat pembelajaran IPA, maka dapat diartikan bahwa hakikat pembelajaran IPA di SD adalah proses pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada siswa SD untuk menemukan sendiri fakta, konsep, dan prinsip tentang alam sekitar yang meliputi sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur sehingga akan melahirkan teknologi yang dapat member kemudahan bagi kehidupan.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA SD Tujuan pembelajaran IPA di jelaskan dalam BSNP (2006:62) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
8
2.1.3 Pengertian Belajar Hamalik (1990: 21) menyatakan bahwa belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Pengertian belajar selanjutnya dikemukakan oleh Hakim (2005:1) “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”. Slameto (2003: 3) menegaskan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar tidak sama dengan perbuatan juga tidaklah sama dengan kematangan yaitu dimana suatu fungsi berada dalam keadaan siap pakai. Tetapi langkah dalam proses belajar memang membutuhkan kematangan dan usaha. Untuk meningkatkan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain. Dari berbagai pengertian belajar dari para ahli dapat diperoleh kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan pada diri seseorang yang melakukan perbuatan belajar itu. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu kebiasaan, suatu sikap, suatu pengertian sebagai pengetahuan atau apresiasi (penerimaan atau penghargaan) dan lain-lain. Tujuan dari belajar adalah untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka setelah mengupas mengenai belajar akan dilanjutkan pada pembahasan hasil belajar.
2.1.4
Pengertian Hasil Belajar Menurut Reigeluth (Uno 2007:137) hasil belajar adalah semua aspek yang
dapat dijadikan indikator nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Jika siswa memperoleh hasil belajar yang telah ditentutakan guru maka dapat dikatakan pembelajaran yang dilakukan dikatakan berhasil, jika siswa
9
memperoleh hasil belajar yang belum sesuai dapat dikatakan siswa belum mencapai hasil belajar. Metode pembelajaran sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa. Menurut Degeng (Uno 2007:139) hasil belajar biasanya mengikuti pelajaran tertentu yang harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar yang didapatkan siswa mencerminkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dicapai siswa. Sudjana (2009:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran”. Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar diperoleh dari kegiatan belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
2.1.5
Pembelajaran Cooperative Learning Menurut
Slavin
(Rusman,
2010:201)
Pembelajaran
kooperatif
menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini memperoleh pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktifitas serta daya cipta, sehingga menjamin dinamika dalam proses pembelajaran. Menurut Suprijono (2009:54) Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati
10
sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Menurut Hayati (Rusman 2010:203) Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggungjawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu konsep pembelajaran yang menenkankan kerja kelompok untuk memberikan kesempatan peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari berbagai sumber. Dalam pembelajaran kooperatif guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung antar kelompok belajar. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interpendensi peserta didik dalam struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajad kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward . 2.1.6
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Proses pembelajaran pada kooperatif lebih menekankan pada kerja sama
kelompok, hal ini yang menyebabkan kooperatif berbeda dengan yang lainnya. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2012:207) adalah:
11
a)
Pembelajaran secara tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim harus mampu membuat seluruh anggotanya belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b)
Didasarkan pada manajemen kooperatif. Manajemen ini mempunyai tiga fungsi yaitu: sebagai perencanaan, sebagai organisasi, dan sebagai kontrol.
c)
Kemauan untuk bekerja sama. Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenannya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal..
d)
Keterampilan bekerja sama. Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
2.1.7 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan Johnson (Rusman 2010:212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut: 1)
Prinsip ketergantungan positif Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu solusi tugas sangat tergantung pada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompok. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan solusi tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota, dengan demikian semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
12
2)
Tanggung jawab tunggal Yaitu keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3)
Interaksi tatap muka Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4)
Partisipasi dan komunikasi Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5)
Evaluasi proses kelompok Pemebalajaran kooperatif menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
2.1.8 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran
kooperatif
mempunyai
langkah-langkah
yang harus
diterapkan dalam proses pembelajaran. Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Enam tahap pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tahap-1 Menyampaikan tujuan memotivasi siswa
Tingkah laku guru Guru menyampaikan semua dan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
13
Tahap-2 Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Tahap-3 Guru menjelaskan kepada siswa Mengorganisasikan siswa bagaimana caranya membentuk kedalam kelompok-kelompok kelompok-kelompok belajar dan belajar membentu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Tahap-4 Guru membimbing kelompokMembimbing kelompok bekerja kelompok belajar pada saat dan belajar mereka mengerjakan tugas mereka. Tahap-5 Guru mengevaluasi hasil belajar Evaluasi tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap-6 Guru mencari cara menghargai Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok Sumber: Rusman 2010:211 2.1.9 Pembelajaran Kooperatif Model STAD Model pembelajaran STAD model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robertt Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (Rusman, 2010:213) model STAD (Student Team Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga mudah diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Teknik dan banyak subyek lainya pada tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dalam model pembelajaran STAD, siswa akan dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari empat siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku yang berbeda-beda. Guru merupakan fasilitator dalam pembelaajran, tugas siswa dalam kelompok adalah memastikan semua anggotanya menguasai pelajaran yang diajarkan guru dengan baik karena pada akhir pembelajaran semua siswa akan mengerjakan kuis individu tentang materi yang telah diajarkan.
14
Slavin memaparkan bahwa gagasan utama dalam model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran STAD dapat memacu siswa agar saling mendorong dan membantu siswa yang satu dan lainnya untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.
2.1.9.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD Suatu model pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tersebut. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Rusman (2012:215) yaitu: a)
Penyampaian Tujuan dan Motivasi Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b)
Pembagian kelompok Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam presentasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.
c)
Presentasi dari Guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberikan motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demostrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
d)
Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi.
e)
Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.
15
f)
Penghargaan prestasi tim Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Untuk kelompok yang memperoleh skor 18 tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru berupa sertifikat. Pemberian penghargaan dari guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Menghitung skor individu Skor individu diperoleh dari poin kemajuan yang dikumpulkan siswa untuk tim mereka berdasarkan tingkat di mana skor kuis mereka melampaui skor awal. Tujuan dari skor awal dan poin kemajuan adalah agar siswa memebrikan poin maksimum bagi kelompok mereka.
Tabel 2.2 Skor Kemajuan Individual
Skor Kuis Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10-1 poin di bawa skor dasar Skor 0-10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar) Sumber: Rusman (2012:216)
Poin Kemajuan 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin
Hasil dari kuis individu yang dijadikan skor kemajuan untuk dikumpulkan menjadi skor tim dicatat dengan menggunakan tabel berikut:
16
Tabel 2.3 Lembar Skor Kuis Individu Siswa
Tanggal
Tanggal:
Tanggal:
Kuis
Kuis:
Kuis:
Skor
Skor
Poin
Skor
Skor
Poin
Skor
Skor
Poin
dasar
kuis
kemaj-
dasar
kuis
kemaj-
dasar
kuis
kemaj-
uan
uan
uan
Sumber: Slavin (2005:162) 2) Menghitung Skor Kelompok Skor kelompok dihitung dari menjumlahkan skor perkembangan anggota kelompok dan kemudian dirata-rata. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok yang dapat dilihat pada tabel 2.4:
Tabel 2.4 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok
Kriteria (Rata-rata Tim)
Penghargaan
0≤N≤5
-
6 ≤ N ≤ 15
Tim baik (Good team)
16 ≤ N ≤ 20
Tim hebat ( Great Team)
21 ≤ N ≤ 30
Tim Super (Super Team)
Sumber: Rusman (2012:216)
17
2.1.9.2 Kelebihan Model Pembelajaran kooperatif STAD Menurut Yurisa (2010 dalam Nico) kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kecakapan individu. b. Meningkatkan kecakapan kelompok. c. Meningkatkan komitmen. d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya. e. Tidak bersifat kompetitif. f. Tidak memiliki rasa dendam
2.1.9.3 Implementasi Model STAD dalam Pembelajaran IPA Implementasi
model STAD dalam pembelajaran IPA adalah sebagai
berikut: a)
Apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang kompetensi dasar berkaitan dengan materi yang dipelajari sebelumnya.
b)
Guru memberi motivasi kepada siswa untuk mengikuti pelajaran.
c)
Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran IPA yang akan dilakukan.
d)
Guru membagi siswa menjadi 4-5 kelompok.
e)
Guru menyampaikan materi pelajaran IPA.
f)
Guru mengenalkan alat peraga.
g)
Siswa diberi LKS dan melalukan diskusi kelompok.
h)
Guru membimbing kegiatan diskusi kelompok.
i)
Setiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan diskusi kelompok.
j)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang halhal yang belum jelas dari materi yang dipelajari.
k)
Guru mengadakan kuis secara individu.
l)
Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
m)
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai yang paling tinggi.
18
Penggunaan STAD dalam pembelajaran IPA kelas 5 pada materi Pesawat Sederhana akan meningkatkan kerja sama diantara siswa dan kemampuan berpikir secara kritis sehingga hasil belajar akan meningkat.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Utami, Ning Asih (2011) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas V SDN 1 Tlogo, Kec. Sukoharjo, Kab. Wonosobo Semseter II Tahun Pelajaran 2010/2011. Penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya materi pecahan di kelas V SDN 1 Tlogo, kec. Sukoharjo, kab. Wonosobo. Pada awal pembelajaran siklus 1 diadakan preetes dengan nilai ratarata 54,4. Setelah diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 1 diadakan evaluasi nilai rata-rata kelas naik menjadi 70,1. Dan pada siklus 2 nilai rata-rata naik lagi menjadi 78,5. Dengan adanya kenaikan nilai rata-rata pada setiap siklus di atas indikator kinerja adalah 60, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya materi pecahan di kelas V SDN 1 Tlogo, Kec. Sukoharjo, Kab. Wonosobo. Penelitian yang dilakukan oleh Donatus (2012) dengan judul Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA (SAINS) Melalui Metode Cooperative Learning Tipe Students Teams Achievment Division (STAD) Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Ledok 02 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.Dari
seluruh
pelaksanaan
penelitian
tindakan
kelas
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya ketuntasan klasikal hasil belajar IPA. Sebelum diberikan tindakan, ketuntasan belajar siswa adalah sebesar 56,82%. Setelah tindakan pada siklus I terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan persentase sebesar 79,55%. Pada siklus II terjadi lagi peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan
19
mencapai persentase sebesar 97,73% atau sebanyak 43 siswa dari 44 siswa.Selain terjadi peningkatan hasil belajar, juga terjadi peningkatan motivasi belajar siswa kelas III SDN Ledok pada pelajaran IPA, yaitu pada siklus I 63,75% kemudian terjadi lagi peningkatan motivasi belajar pada siklus II menjadi 80%. Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan beberapa penelitian di atas adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran STAD dan sama-sama mengukur hasil belajar dengan menggunakan teknik tes. Sedangkan perbedaan terletak pada masalah, tujuan, tindakan, variable dan subyek penelitian.
2.3 Kerangka Berpikir Tujuan pembelajaran pada prinsipnya dapat dicapai secara maksimal jika guru memahami dengan baik komponen-komponen pembelajaran terutama penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa. Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang abstrak, kurang disukai siswa dan terkesan menakutkan. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan agar hasil belajar siswa meningkat. Pembelajaran yang baik adalah terlibatnya siswa selama proses belajar mengajar. Hal ini dapat dibangkitkan melalui model pembelajaran STAD karena dalam pelaksanaannya, siswa dilatih untuk belajar mandiri melalui kerja kelompok, diskusi dan presentasi dari tugas yang diberikan. Adapun kerangka pikir mengenai penggunaan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran Matematika dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai berikut:
20
Pembelajaran IPA
Guru menyampai kan materi
Guru sebagai fasilitator
Siswa kurang Pembelajaran
konsentrasi
Konvesional
Model
Proses berpikir
pembelajaran
abstrak ke
STAD
kongkrit
Diskusi dan presentasi
Hasil belajar kurang dari KKM
Kuis individu
Proses berfikir kongkrit
ke
abstrak
Siswa mengkonstruksi pengetahuan
Hasil belajar>KKM
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
21
2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Penggunaan Model Pembelajaran STAD dapat meningkatkan Hasil belajar IPA secara signifikan pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, Tahun Pelajaran 2013 / 2014”. Dengan kriteria ketuntasan 85% di atas KKM 70.