BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1
Hakikat Belajar Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang definisi belajar. Menurut
Bloom (1988) definisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Secara praktis dan diasosiasikan sebagai proses memperoleh informasi. Menurut Kupferman (1981) belajar adalah proses dimana manusia dan binatang menyesuaikan tingkah lakunya sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Ani (2004) berpendapat bahwasuatu organisme yang mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman disebut dengan belajar. Menurut, Slameto (2010:2) belajar adalah suatu rangkaian upaya untuk menciptakan suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan yang dilakukan seseorang melalui hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Nashar (2004) berdefinisi bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang mengarah ke arah yang lebih baik, yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. Sejalan dengan Nashar, Sardiman (2007) mendefinisikan bahwa: ”belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, medengarkan, meniru dan lain sebagainya”. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sadar dalam menambah pengetahuan atau kecakapan yang dapat berguna bagi diri pribadi dan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan formal dan lingkungan nonformal. Lingkungan formal meliputi sekolah, sedangkan lingkungan nonformal yakni lingkungan sekitar dimana seseorang berinteraksi. Jika seseorang tidak mengalami peningkatan perilaku, keterampilan
6
7
dan perubahan perilaku, maka seseorang tersebut belum mengalami suatu proses belajar. Seseorang yang belum dapat mengalami proses belajar disebabkan oleh beberapa hal yang meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang timbul dari diri seseorang itu sendiri, dapat berupa rasa bosan, rasa sakit, maupun rasa lelah yang ditimbulkan dari segi jasmani. Sedangkan faktor ekstern yaitu di luar jasmani seseorang, dapat meliputi keluarga, masyarakat, teman bergaul, dan juga sekolah. 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengalami suatu pembelajaran atau setelah mengalami pengalaman belajar. Soedijarto dalam (Masnaini, 2003:6) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini meliputi kawasan kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang pelajar. Sedangkan Keller dalam (Abdurrahman, 1999:39), mengemukakan hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugastugas belajar) yang dilakukan oleh anak. Sejalan dengan pendapat Soedijarto dan Keller, hasil belajar
adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22). Menurut pendapat Soedijarto, Keller, dan Sudjana definisi hasil belajar difokuskan pada sisi pelajar atau anak, lain halnya dengan pendapat Dimyati dan Mudjiyono (2006:3) yakni hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar, sedangkan dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
8
Menurut Slameto (2010:54) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: a. Faktor intern, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, yang termasuk di dalamnya: 1) Faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh). 2) Faktor
psikologis
(intelegensi,
perhatian,
minat,
bakat,
motif,
kematangan, dan kesiapan). 3) Faktor kelelahan. b. Faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu, yang termasuk di dalamnya: 1) Faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan). 2) Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah). 3) Faktor masyarakat (kegiatan anak dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Dari pengertian para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri seseorang
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. 2.1.3
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1) Hakekat Pembelajaran Matematika Belajar matematika bagi para siswa merupakan alat untuk memahami atau menyampaikan informasi, misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabletabel dalam pembelajaran matematika. Dalam mempelajari matematika terjadi proses pembentukkan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun
9
penalaran suatu hubungan. Matematika berasal dari bahasa Yunani atau Latin “Thanein” atau “Maathein” yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, dalam bahasa Belanda disebut “Wiskunde” yang berarti ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2006:2) Menurut pendapat Karso (2007:14) matematika merupakan ilmu yang deduktif, aksiomatik, formal, hirakis, abstrak, bahasa symbol yang padat arti dan semacamnya. Terdapatnya perbedaan karakteristik, maka diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia siswa yang belum berpikir secara deduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif. Herman Hudojo (1988:3) berpendapat bahwa matematika dapat diartikan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur dan hubungannya diatur secara logik sehingga matematika berkaitan dengan konsep abstrak. Dan kebenaran dalam matematika muncul dari alasan logik dengan menggunakan pembuktian deduktif. Sebagai standar kompetensi pembelajaran matematika menurut Yuliawati (2004:133), terdapat dua hal penting yang perlu dipelajari dalam belajar matematika untuk usia sekolah dasar seperti berikut. a. Pengetahuan algoritmik: strategi umum dalam pemecahan masalah dengan menggunakan langkah, aturan-aturan atau rumus-rumus matematika, b. Pengetahuan koseptual: memadukan pemahaman verbal (soal cerita) dengan aturan-aturan atau rumus-rumus matematika. Berdasarkan pengertian para ahli matematika, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang tidak sempurna karena dirinya sendiri. Perlu adanya kemampuan untuk menganalisis sehingga jawaban dari masalah-masalah yang terdapat di dalamnya dapat muncul. Matematika dapat membantu manusia menghadapi permasalahan di bidang sosial, ekonomi, dan alam. Matematika adalah konsep yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, dan lebih memahami konsep yang terdapat dalam materi tersebut. 2)
Tujuan Pembelajaran Matematika Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada
SD/MI (Depdiknas, 2006:417), sebagai berikut.
10
a.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d.
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yakni memiliki rasa ingin taahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
3)
Ruang Lingkup Materi Matematika Sekolah Dasar Ruang lingkup pembelajaran matematika di SD meliputi aspek-aspek
sebagai berikut. a. Bilangan : malakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah dan menaksir operasi hitung. b. Geometri : mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang menurut sifat, unsur, dan kesebangunannya. Namun di SD, istilah geometri tidak diperkenankan. Bangun-bangun geometri diperkenalkan melalui proses non formal, konkret, dan diawali dengan bangun-bangun yang dijumpai para siswa dalam kehidupan sehari-hari. Bangun-bangun datar yang diperkenalkaan seperti segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, trapezium, jajar genjang, dan macam-macam sudut. Sedangkan bangun ruang seperti kubus, balok, limas, kerucut, bola, tabung, dan berbagai macam prisma. c. Pengukuran : Pengukuran diperkenalkan sejak kelas I sampai kelas VI diawali dengan pengukuran tanpa menggunakan satuan baku. Di kelas-kelas yang lebih tinggi baru diperkenalkan pengukuran dengan satuan baku. Adapun konsep-konsep yang diperkenalkan dalam pengukuran mencakup, melakukan
11
operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume, dan satuan pengukuran, menaksir ukuran (panjang, luas, volume) dari benda atau bangun geometri, menentukan dan menggambarkan letak titik atau benda dalam kordinat. d. Pengolahan data : pembahasan materi statistik secara sederhana di SD. Hanya diberikan di kelas V dan VI. Terdapat topik kegiatan pengumpulan data, menyususn data, dan menyajikan data secara sederhana, dan membaca data yang telah disajikan dalam bentuk diagram. Data yang dikajipun diambil dari lingkungan sehari-hari siswa. Dalam pencapaian materi matematika SD diperlukan suatu kurikulum yang menjadi pegangan guru.Saat ini kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Termuat Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).SK dan KD yang termuat dalam standar isi merupakan tujuan minimum yang harus dicapai oleh siswa, dan merupakan acuan untuk mengembangkan kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan. SK dan KD dapat tercapai berdasarkan pada kemampuan guru memfasilitasi siwa dalam proses pembelajaran. 2.1.4
Pembelajaran Bilingual pada Matematika
1) Pembelajaran Bilingual Bilingual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:151) adalah mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Menurut Hurlock (1993), dwibahasa (bilingualism) adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara
dan
menulis
tetapi
juga
kemampuan
memahami
apa
yang
dikomunikasikan orang lain secara lisan dan tertulis. Anak yang memiliki kemampuan dwi bahasa memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya pemahaman anak terhadap bahasa ibunya. Anak mampu berbicara, membaca dan menulis dalam dua bahasa dengan kemampuan yang sama. Pelaksanaan pembelajaran secara bilingual menjadikan anak dapat memiliki pemahaman berkomunikasi lisan dan dapat berbicara dalam dua bahasa. Berdasarkan dua pendapat tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa bilingual adalah kempuan menggunakan dua bahasa sekaligus dengan kombinasi yang baik.
12
Colin Baker (2006:213) mengemukakan bahwa “bilingual education is education that uses and promotes two languages” yang berarti bahwa pembelajaran
bilingual
adalah
pembelajaran
yang
menggunakan
dan
mengembangkan dua bahasa. Colin Baker dan Sylvia Prys Jone (1998:464) mengemukakan bahwa “bilingual education would seem to describe a situation where two languages are used in school” yang berarti bahwa pembelajaran bilingual ditujukan untuk menggambarkan pembelajaran yang menggunakan dua bahasa. Carlos J Ovando (2000:9) mengemukakan karakteristik pembelajaran bilingual sebagaimana pernyataannya, yaitu “In its most basic form a bilingual education programs is one that include these characteristics:1) The continued development of the students primary language; 2) Acquicition of the second language;3) Instruction in the content areas utilizing both primary language and second language (Karakteristik pembelajaran bilingual meliputi: 1) Melanjutkan pengembangan bahasa asli; 2) Mengembangkan bahasa kedua (asing); 3) Komunikasi dengan menggunakan kombinasi bahasaasli dan bahasa kedua (asing)). 2) Pembelajaran Matematika dalam Bahasa Inggris Pembelajaran matematika dalam bahasa Inggris berdasarkan panduan dari Depdiknas (2008:171) dan menurut Karnadi, dkk (2008:137) adalah pembelajaran yang materi pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya disampaikan dalam bahasa Inggris dengan tujuan sebagai berikut. a.
Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam matematika sesuai dengan perkembangannya.
b.
Menghasilkan lulusan yang memiliki kemahiran berbahasa Inggris.
c.
Meningkatkan penguasaan matematika dalam bahasa Inggris sesuai dengan perkembangan internasional.
d.
Meningkatkan kemampuan daya saing secara internasional tentang ilmu matematika sebagai ilmu dasar bagi perkembangan teknologi.
e.
Menghubungkan Indonesia dalam perkembangan internasional di bidang matematika.
13
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
dalam bahasa
Inggris
diimplementasikan
untuk
pencapaian
kompetensi mata pelajaran matematika dan kompetensi pelajaran bahasa Inggris. Pembelajaran matematika dalam bahasa Inggris adalah pembelajaran matematika yang materinya disajikan dalam bahasa Inggris, bahasa pengantar dalam pembelajaran menggunakan bahasa Inggris. Pembelajaran matematika tidak hanya sekedar penyampaian materi yang berupa angka. 2.1.5
Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah Sekolah Dasar Menurut Supandi (1992:44) di sekolah dasar terdapat dua tingkatan kelas,
yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Menurut
Akhadiah
(1994:8-9),
perkembangan
kognitif
serta
perkembangan bahasa pada anak usia lima sampai dengan delapan tahun atau anak kelas awal SD mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Kemampuan kognitif dan bahasa anak usia tersebut telah memadai untuk belajar dalam situasi yang lebih formal, b. Anak-anak seusia itu masih memandang sesuatu lebih sebagai keseluruhan c. Sesuatu lebih mudah mereka paham jika diperoleh melalui interaksi sosial dengan mengalaminya secara nyata dalam situasi yang menyenangkan, d. Situasi yang akrab, dilandasi penghargaan, pengertian, dan kasih sayang, serta lingkungan belajar kondusif dan terencana sangat membantu proses belajar yang efektif. 2.1.6
Pembelajaran Diskusi Menurut Roestiyah (2008) pembelajaran diskusi di dalam kelas biasanya
bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman
14
diantara siswa. Sehinggan dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapau kesepakatan tersebut, sisea saling beradu argumentasi untuk meyakinkan siswa lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian menjadi hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permaianan, dan lain-lain. Sejalan dengan pendapat Roestiyah, Putra (2004) berpendapat bahwa pembelajaran diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya memalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan bersama. Dari pendapat para ahli, makan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran diskusi adalah cara pelaksanaan proses belajar dimana guru memberikan kesempatan perbincangan ilmiah, saling bertukar pendapat dan membuat kesimpulan untuk memcahkan masalah tertentu. Tujuan dari diskusi adalah untuk melatih siswa mengemukakan pendapatnya secara teratur dalam forum bersama-sama dan memecahkan masalah atau persoalan tertentu. Forum diskusi dapat berasal dari semua siswa di dalam kelas atau dapat pula berupa kelompok-kelompok kecil. Hal yang perlu diperhatikan adalah, hendaknya siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam forum diskusi.Semakin banyak siswa yang terlibat menyumbangkan pikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Menurut Davies (1984:239) keunggulan metode diskusi terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan tujuan pembelajaran ranah efektif. Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. 2.1.7 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil
15
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orangdengan struktur kelompok yang heterogen. Menurut Slavin (dalam Robert E. Salvin 2008:8) Pembelajaran Kooperatif adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang akan disampaikan oleh guru. Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dansaling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Model
pembelajaran
kooperatif,
tidak
hanya
unggul
dalam
membantusiswa memahami kosep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran Menurut Suprijono (2009:58) Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) d. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) e. Group processing (pemrosesan kelompok) Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interpendensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya.
16
2.1.8 Metode Pembelajaran Picture and Picture Hamdani (2011:89) berpendapat bahwa metode picture and picture adalah sebuah metode pembelajaran yang menggunakan gambar yang dipasangpasangkan atau diurutkan sehingga hubungan antar gambar satu dengan yang lainnya menjadi logis. Diharapkan dengan adanya metode picture and picture kegiatan pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Gambar adalah media utama dalam metode pembelajaran ini. Karena gambargambar ini adalah faktor utama berlangsungnya kegiatan pembelajaran maka guru harus mempersiapkan terlebih dahulu gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu maupun carta ukuran besar atau dengan media Power Point jika sekolah sudah memiliki sarana ICT. Klinger ( 1999, 1998) dalam artikelnya yang berjudul “Effects Of Pictures on Memory & Learning” mengatakan: “The pictures often enough did prompt the gist of the sentence, if not the exact grammatically correct sentence, so to that extent the pictures had some effect on memory”. Gambar-gambar sering kali cukup mendorong inti dari kalimat, jika tidak tepat kalimat tata bahasa yang benar, sehingga sampai batas bahwa gambargambar memiliki beberapa efek pada memori. Hal ini memperjelasbahwa penggunaan gambar dapat mempengaruhi daya ingat anak dalam kalimat dengan tata bahasa yang benar dan tepat. Sejalan dengan Klinger, Peeck (1993: 228) mengemukakan bahwa: “Pictures can be understood very quickly. The global meaning or the gist of a picture can generally be attained in an easy and rapid way, in as little as 300 ms (Peeck 1993:228). Gambar dapat sangat cepat dipahami. Arti umum atau maksud utama dari sebuah gambar biasanya dapat diperoleh dengan mudah dan secara cepat, tidak lebih dari 300 mili detik (Peeck 1994:228). Dari uraian yang dikemukakan oleh Peeck, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan gambar siswa dapat dengan cepat belajar dan memahami apa makna dari materi yang diberikan melalui gambar.
17
Timothy Gangwer (2009:2) berpendapat bahwa: “Visual literacy in the classroom has become increasingly important as more as information and entertainment is accessed through technology. Students must maintain the ability to think critically and visually about the images presented to them in today’s society. The Dale Cone of Experience model based on the concept that learning evolves from the concrete to the abstract; visual symbols are nonverbal representations that precede verbal symbols (Sinatra, 1986). Because pictures or actual events, several representations may be able to capture and communicate the concrete experience in various ways.” Melek (mengerti) visual di dalam kelas telah menjadi semakin penting sebagaimana
lebihnya
informasi
dan
hiburan
yang
diakses
melalui
teknologi.Siswa harus mempertahankan kemampuan untuk berpikir secara kritis dan secara visual tentang gambar yang disajikan kepada mereka di masyarakat saat ini. Model The Dale Cone of Experience didasarkan pada konsep bahwa belajar berkembang dari konkrit ke abstrak; simbol-simbol visual adalah representasi dari tidak verbal yang mendahului simbol-simbol verbal (Sinatra, 1986). Karena gambar-gambar atau kejadian nyata, beberapa representasi mungkin mampu untuk menangkap dan mengkomunikasikan kekonkritan pengalaman dalam beberapa cara. Pendapat Gangwer dapat diartikan lebih lanjut bahwa, representasi gambar pada saat ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa di kelas. Dikarenakan kemajuan teknologi dan hiburan yang semakin pesat, siswa harus mampu berpikir secara kritis dan visual tentang beberapa gambar yang disajikan pada mereka saat ini. Karena beberapa gambar mampu untuk menangkap dan mengkomunikasikan pengalaman secara konkret dengan berbagai cara. Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan metode picture and picture ini menurut Istarani (2011:7) adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. 2. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. 3. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi).
18
4. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada. 5. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar. 6. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan 7. Guru menyampaikan kesimpulan. Menurut Istarani kelebihan dan kekurangan picture and pictureadalah : Kelebihan metode pembelajaran picture and picture: 1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu. 2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambargambar mengenai materi yang dipelajari. 3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada. 4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar. 5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru Kelemahan metode pembelajaran picture and picture: 1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran. 2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki. 3. baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran. 4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambargambar yang diinginkan. Menurut Djamarah (2002:137) teknik penggunaan picture and picture turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
19
2.1.9 Media Pembelajaran Sukiman (2012:29) beranggapan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai penyalur pesan dari pengirim ke penerima sehingga terjadi perangsangan pikiran, perasaan, perhatian dan minat dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar yang dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Pengertian media pembelajaraan menurut Sukiman didasarkan pada asumsi bahwa proses pendidikan/ pembelajaran identic dengan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi terdapat komponenkomponen di dalamnya seperti sumber pesan, pesan, penerima pesan, media, dan umpan balik. Menurut Indriana (2011:13) media adalah sebuah alat untuk menyalurkan komunikasi.Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni definisi dari bentuk jamak kata medium. Dari segi kebahasaan, media merupakan perantara antara sumber pesan dan penerima pesan. Beberapa contoh dari media diantaranya adalah film, televisi, media cetak, komputer, instruktur. Contoh-contoh tersebut dapat dijadikan media pembelajaran apabila dapat mengangkut pesan-pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, harus ada kecocokan antara media, metode, dan pesan yang akan dikirim. Sejalan dengan pendapat Indriana, Briggs (dalam Indriana 2011:2) mengutarakan bahwa media pembelajaran adalah alat fisik untuk menyampaikan materi dalam bentuk film, rekaman video, gambar, dan sebagainya. Penggunaan media dapat merangsang peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sujana dan Rivai (1990) memberikan pendapat bahwa media pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran adalah: a. Ketepatannya terhadap tujuan pembelajaran, b. Dukungan terhadap isi meteri pelajaran, c. Kemudahan memperoleh media, d. Ketrampilan guru dalam menggunakannya, e. Ketersediaan waktu dalam pelaksanaannya,
20
f.Sesuai dengan taraf belajar siswa. Dari pendapat para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan menggunakan media pembelajaran dapat membantu siswa untuk menyerap materi dengan baik dalam proses belajar. Media pembelajaran diyakini dapat memicu rangsangan pada siswa untuk memahami materi atau subjek yang sedang dipelajari dalam cara yang lebih efisien dan efektif. Alat ini berguna untuk memfasilitasi siswa untuk meraih tujuan pembelajaran. 2.1.10 Media gambar Dalam pendidikan, media merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran. Gambar atau foto merupakan media yang paling umum dipakai. Hal tersebut dikarenakan gambar atau foto merupakan media yang dapat diartikan sebagai bahasa umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu ada sebuah pepatah Cina mengatakan sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. (Sadiman, 2008). Sejalan dengan pendapat Sadiman, media gambar atau bisa disebut media gambar diam adalah media visual yang dihasilkan melalui proses fotografi (Indriana, 2011:64-65). Menurut Indriana (2011:66) syarat media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa aspek dibawah ini: a. Harus bersifat asli dan dapat dipercaya, b. Harus sederhana agar mudah dipahami, c. Ukuran harus menyesuaikan keadaan pebelajar, d. Mengandung sebuah aktivitas gerak dan perbuatan, e. Pemilihan gambar harus tepat, jangan sampai terlalu rumit atau terlalu sederhana. Rohani (1997:6-7) menyatakan bahwa media gambar memiliki fungsi praktis, sebagai berikut: a. Dapat mengatasi perbedaan pengalaman antar peserta didik, b. Menghindari dari keterbatasan ruang dan waktu, jadi bisa dipergunakan di mana saja serta kapan saja,
21
c. Materi yang rumit dapat disederhankan dengan gambar. Kelebihan penggunaan media gambar menurut Sadiman (1996:31) adalah: a. Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal, b. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, c. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, d. Memperjelas masalah bidang apa saja, e. Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan. Kelemahan media gambar menurut Rahadi (2003:27) diantaranya adalah: a. Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa. b. Gambar diinterpretasikan secara personal dan subjektif. c. Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran. 2.1.11 Flashcard Flashcard sering dikenal dengan sebutan education card. Flashcard adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania (Domba, 2009). Flashcard termasuk ke dalam media yang digunakan dalam pembelajaran berupa media visual. Doman beranggapan bahwa flashcard merupakan media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk kartu bergambar yang dilengkapi huruf. Gambar-gambar pada flashcard dikelompok-kelompokkan antara lain: seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk, angka, dan sebagainya. Proses dasar penggunaan flashcard dalam pembelajaran menurut Indriana (2011:136): a. Proses Pembuatan Flashcard. 1) Siapkan kertas tebal sebagai menyimpan atau menempelkan gambar-gambar yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, 2) Tandai dengan menggunakan pensil dan penggaris ukuran 25 x 30 cm,
22
3) Potong kertas sesuai tanda lalu tempelkan gambar yang sesuai dengan materi yang diajarkan, 4) Berikan tulisan atau pesan pada bagian belakang kartu tersebut sesuai dengan objek yang ada di bagian depannya yang menjelaskan tentang isi atau materi yang diajarkan. b. Proses Persiapan 1) Kuasai dan latih terlebih dahulu materi yang akan diajarkan kemudian asah ketrampilan untuk menggunakan flashcard. Siapkan pula bahan dan alat-alat pendukung yang diperlukan. Periksa media terlebih dahulu agar tidak ada hal yang terlewatkan dalam presentasi. 2) Siapkan jumlah flashcard yang cukup dan susun sesuai urutannya. Penggunaan media lainnya juga harus ditentukan terlebih dahulu jika diperlukan. 3) Siapkan tempat atau setting tempat duduk dimana guru dapat menyampaikan pesan dengan jelas dan dapat disimak oleh seluruh siswa. 4) Atur kondisi agar siswa yang terdapat pada posisi duduknya dapat melihat media dengan jelas. Posisi duduk melingkar adalah posisi yang baik dan dapat mendukung kegiatan guru dalam menyampaikan pesan dengan menerangkan dengan cara memutar pada poros lingkaran. c. Proses Pengoprasian Flashcard 1) Kartu-kartu yang telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke arah siswa, 2) Cabut satu-persatu kartu setelah guru selesai menerangkan, 3) Berikan kartu-kartu pada siswa yang berada di dekat guru, mintalah untuk mengamati kartu tersebut, lalu teruskan kepada siswa yang lain hingga seluruh siswa mendapat bagiannya masing-masing, 4) Padukan dengan permainan yang kreatif. Flashcard adalah kartu permainan yang dilakukan dengan cara menunjukkan gambar secara cepat untuk memicu otak anak agar dapat menerima informasi yang ada di hadapan mereka, dan sangat efektif untuk membantu anak
23
belajar membaca, mengenal angka, mengenal huruf di usia sedini mungkin. Adapun manfaat dari metode flashcard antara lain (Kaskus, 2010)adalah : 1. Anak akan dapat membaca pada usia sedini mungkin. 2. Mengembangkan daya ingat otak kanan. 3. Melatih kemampuan konsentrasi anak. 4. Memperbanyak perbendaharaan kata dari anak. Kelebihan flashcard (Ulah, 2012) antara lain : 1. Mudah dibawa kemana-mana Dengan ukuran yang kecil flashcard dapat disimpan di tas bahkan di saku, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas. Dapat diaplikasikan dimana saja, di kelas maupun di luar kelas. 2. Praktis Dilihat dari cara pembuatan dan dari segi penggunaannya, media flashcard sangat praktis. Tidak perlu memiliki keahlian khusus dalam menggunakan dan mengaplikasikan media ini. Media ini tidak memerlukan sumber daya energi lainnya seperti halnya menggunakan listrik. Kita dapat menyusun urutan gambar sesuai keinginan. Pastikan posisi gambar tepat dan tidak terbalik. 3. Mudah diingat Flashcard memiliki karakteristik yakni menyajikan pesan-pesan pendek di setiap kartu. Misalnya mengenal huruf, mengenal angka, mengenal bentuk, mengenal nama binatang dan sebagainya. Sajian pesan pendek di dalam flashcard akan memudahkan siswa untuk mengingat pesan yang terkandung di dalamnya. Gambar dan teks yang dikombinasikan cukup membantu siswa untuk mengenali konsep sebuah materi, misalnya untuk mengetahui nama sebuah benda dapat dibantu dengan gambar yang ditunjukkan, begitu juga sebaliknya. 4. Menyenangkan Permainan merupakan cara yang efektif dalam mengaplikasikan media flashcard. Sebagai contoh, siswa berlomba-lomba mencari satu benda atau nama-nama tertentu dari flahcard yang disimpan secara acak, dengan berlari siswa berlomba untuk mencari sebuah perintah.Hal tersebut membuktikan
24
bahwa media flashcard selain dapat mengasah kemampuan kognitif juga dapat melatih ketangkasan siswa (fisik). 2.1.12 Flashcard Bangun Datar Flashcard bangun datar atau shape flahcard (Have Fun Teaching, Online, 2013) terdiri dari rangkaian kartu yang memuat 21 gambar bangun datar yang berbeda-beda jenis, yang terdiri dari bangun kotak/ persegi (square), segitiga (triangle), lingkaran (circle), persegi panjang (rectangle), belah ketupat (diamond/ rhombus) , hati (heart), lonjong (oval), bintang (star), panah (arrow), jajar genjang (parallelogram), segi lima (pentagon), hexagon (segi enam), trapezium (trapezoid), segi delapan (octagon), palang (cross). Contoh rangkaian flashcardseribangun datar dapat dilihat dari gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rangkaian Flashcard seri Bangun Datar
Di dalam implementasinya pada pembelajaran matematika di kelas 2 bilingual dengan Standard Kompetensi mengenal unsur-unsur bangun datar, mengulas lebih dalam tentang 3 bentukdasar bangun datar, yakni bangun segi empat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajar gentang, trapesium), segitiga, dan lingkaran. 2.2 Sintaks Metode Picture and Picture dengan Media Gambar Flashcard Dalam Proses Pembelajaran MenurutIstarani (2011:7) secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui tiga tahapan yakni: (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir. 1. Kegiatan pendahuluan
25
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Guru menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan.Dalam penelitian ini, Kompetensi Dasar yang digunakan adalah mengelompokkan bangun datar sesuai bentuk.Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana materi yang harus dikuasainya mengenai pengenalan bangun datar sebelum mengarah ke dalam pengelompokkannya.Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikatorindikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. b. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai pengantar merupakan hal yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. c. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi). Eksplorasi: Guru
dapat
menunjukkan/
memperlihatkan
gambar-gambar
yang
bersangkutan dengan materi dengan menggunakan media gambar flashcard dan ikut melibatkan siswa agar aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar oleh guru terhadap siswa. 2. Kegiatan Inti Elaborasi; a. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada. Dalam langkah ini guru melakukan inovasi dengan membagi siswa dalam kelompok kemudian mengundi siswa, siswa yang mendapat giliran maju memasangkan gambar (media gambar flashcard) pada tempat yang sudah disediakan.
26
b. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar. Guru mengajak siswa menanyakan mengapa siswa memasangkan gambar pada tempat yang dipilih, sehingga guru merujuk pada tuntutan KD dengan indikator yang dicapai. 3. Kegiatan Penutup Konfirmasi; a. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Guru memberikan penekanan-penekanan dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan ke dalam buku dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetepkan. Pastikan siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan. b. Guru menyampaikan kesimpulan. Guru bersama dengan siswa mengambil keputusan sebagai penguatan materi pelajaran. 2.3
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Di bawah ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian “Pengaruh Penggunaan Metode Picture and Picture dengan Media Gambar Flashcard terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas II SD” adalah: a. “Efektivitas Penggunaan Media Gambar Flash Card dalam Meningkatkan Penguasaan Vocabulary Bahasa Inggris Siswa Kelas II SDN Salatiga 06 Kota Salatiga”, oleh Ardi Bangkit Purwoko salah satu mahasiswa PGSD UKSW yang diterbitkan tahun 2012. Di akhir penelitiannya Bangkit berhasil membuktikan bahwa pengguaan flashcard efektif dalam meningkatkan penguasan vocabulary pada pelajaran Bahasa Inggris siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan variabel terikat hasil belajar Bahasa Inggris dan variabel bebasnya adalah penggunaan media gambar flashcard. Subjek penelitian sebanyak 53 siswa yang terdiri dari 28 siswa kelas II B SDN
27
Salatiga 06 sebagai kelas eksperimen, dan 25 siswa dari kelas kontrol SDN Salatiga 06 sebagai kelas kontrol. Instrumen pengumpulan data terdiri : (1) nilai awal dari pre-test kelas eksperimen dan nilai pre-test kelas kontrol, (2) nilai akhir setelah diberi perlakuan yaitu nilai post-test kelas eksperimen dan nilai post-test kelas kontrol. Data dianalisis dengan menggunakan analisis independent sample t-test pada taraf signifikansi 5% dengan bantuan program penghitungan statistik SPSS for windows version 17, uji t ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen dan rata-rata kelas kontrol. b. “Penggunaan Metode Picture and Picture dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di Kelas IV SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2011/2012”, oleh Fida Reni Susanti salah satu mahasiswi PGSD UKSW yang diterbitkan tahun 2012. Di akhir penelitiannya Fida berhasil membuktikan bahwa penggunaan metode picture and picture dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di kelas IV SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester II tahun 2011/2012. Berdasarkan analisis data dipreroleh peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang sudah mencapai KKM 65 sebanyak 5 siswa dengan persentase 33,33% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa dengan persentase 66,67%. Pada pelaksanaan siklus I siswa yang sudah tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase 53,33% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 46,67%. Pada pelaksanaan siklus II jumlah siswa yang sudah tuntas meningkat sebanyak 15 siswa dengan persentase 100%. 2.4
Kerangka Pikir Dalam penelitian, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara kelas
biasa(tidak menggunakan metode picture and picture dengan media gambar flashcard) dengan kelas yang menggunakan metode picture and picture dengan
28
media gambar flashcard dimana pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan seperti biasa dan kelas eksperimen pembelajaran menggunakan metode picture and picture dengan media gambar flashcard. Jika siswa belajar dengan diberikan perlakuan menggunakan metode picture and picture dengan media gambar flashcard memperoleh penguasaan materi bangun datar pada mata pelajaran matematika yang lebih tinggi daripada kelas kontrol maka penggunaan metode picture and picture dengan media gambar flashcard dirasa berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas 2 bilingual SD Kristen Satya Wacana Salatiga. 2.5
Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian kerangka berfikir, peneliti mengemukakan hipotesis
penelitian yaitu terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang menggunakan metode picture and picture dengan media gambar flashcard sebagai berikut: 1) Hipotesis nol H0 : X1 = X2 dan nilai sig > 0,05. Yaitu “Rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen (Kelas 2A SD Kristen Satya Wacana Salatiga) sama dengan rata-rata hasil matematika kelas kontrol (Kelas 2B SD Kristen Satya Wacana Salatiga). Artinya tidak ada perbedaan pengaruhpembelajaran pada penggunaan metode picture and picture dengan media gambar flashcard dengan pembelajaran biasanya. 2) Hipotesis alternatif H1 : X1 > X2 dan nilai sig < 0,05. Yaitu “Rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen (Kelas 2A SD Kristen Satya Wacana Salatiga) lebih besar dari rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol (Kelas 2B SD Kristen Satya Wacana). Artinya ada pengaruh pembelajaran pada penggunaan metode picture and picture dengan media gambar flashcard dibanding dengan pembelajaran biasanya.