BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1
Bahasa Anak Usia Dini Menurut Vygotsky (dalam Santrock, 2007), anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa untuk merencanakan, membimbing dan memonitor perilaku anak. Penggunaan bahasa untuk kemandirian pribadi disebut kemampuan private speech. Anak harus menggunakan bahasa untuk komunikasi dengan orang lain sebelum anak dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri.
Anak
juga
harus
berkomunikasi secara eksternal dan
menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum anak membuat transisi dari kemampuan bicara eksternal menjadi internal. Masa transisi ini terjadi pada usia 3 sampai 7 tahun dan meliputi berbicara dengan dirinya sendiri. Setelah beberapa waktu, berbicara pada diri sendiri menjadi hal yang alami bagi anak, dan anak mampu bertindak tanpa melakukan aktivitas verbal. Ketika hal ini terjadi, anak telah menginternalisasikan pembicaraan egosentris anak dalam bentuk inner speech, yang menjadi pemikiran-pemikiran anak. Vygotsky percaya bahwa anak yang kerap menggunakan private speech akan lebih kompeten secara sosial dibandingkan anak yang tidak. 6
2.1.2
Membedakan Huruf
2.1.2.1 Huruf Menurut Soejono (dalam Artini, dkk, 2011) memahami dan mengetahui huruf sekaligus membunyikan dan terampil mengubah huruf menjadi suara merupakan tujuan dari membaca permulaan. Menurut Brunner (dalam Suwarsono, 2002) berpendapat bahwa salah satu tahap dalam proses belajar adalah tahap ikonik, dimana pada tahap ikonik tahap pembelajaran diwujudkan dalam bentuk bayangan visual dan gambar yang menggambarkan kegiatan konkrit. 2.1.3
Konsep Bermain Kartu Huruf Bergambar
2.1.3.1 Pengertian Bermain Kartu Huruf Vygotsky (dalam Mutiah, 2012)
berpendapat bahwa bermain
mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang anak. Vygotsky menekankan pemusatan hubungan sosial sebagai hal penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif karena pertamatama anak menemukan pengetahuan dalam dunia sosialnya, kemudian menjadi bagian dari perkembangan kognitifnya. Bermain merupakan cara berpikir anak dan cara anak memecahkan masalah. Anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi mereka, meaning (makna) dan objek berbaur menjadi satu. Menurtu Dyah (dalam Artini, dkk, 2011) kartu huruf merupakan abjad-abjad yang dituliskan pada potongan-potongan suatu media, baik karton, kertas maupun tripleks. Menurut Anggraini (dalam Artini, dkk,
7
2011) kartu huruf adalah media yang berfungsi untuk mengenalkan huruf-huruf. Kartu huruf adalah media yang digunakan untuk memeperkenalkan huruf-huruf kepada anak agar anak lebih mudah untuk memahami konsep huruf. Kartu huruf bergambar digunakan dengan memanfaatkan kardus atau kertas yang dibuat membentuk kartu-kartu yang ditulis a-z. Kertas tebal yang diberi tulisan huruf abjad dan gambar sebagai tanda untuk mengenalkan huruf dalam bentuk permainan. Kartu huruf bergambar dapat juga diartikan media yang dibuat oleh pabrik atau buatan sendiri sesuai kreatifitas guru berbentuk potongan yang berisikan gambaran atau tulisan
dan
bersifat
menyampaikan
komunikasi
atau
stimulus
pembelajaran kepada anak. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud kartu huruf bergambar adalah media pembelajaran visual yang merupakan alat permainan untuk mengembangkan kemampuan mengenal huruf agar anak dapat bermain sambil belajar. 2.1.3.2 Manfaat Permainan Kartu Huruf Manfaat permainan kartu huruf menurut Mackey (dalam Winarsih, 2013) antara lain : 1. Selain permainan yang bersifat menyenangkan tetapi juga untuk belajar keterampilan berbahasa tertentu, misalnya menyimak dan berbicara.
8
2. Dapat membantu dan meningkatkan daya imajinasi anak melalui proses belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak. 3. Membantu
guru
menginterpretasikan
dan
mengembangkan
kurikulum menjadi bentuk pelajaran yang menarik. 4. Dalam pelajaran akan memberikan rasa yang menyenangkan dalam proses belajar sehingga akan belajar seolah- olah proses belajar anak dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar dengan rasa keharmonisan. 5. Dengan bermain kartu huruf anak dapat berbuat agak santai. Sel-sel otak anak dapat berkembang akhirnya anak dapat menyerap informasi dan memperoleh kesan yang mendalam terhadap materi pelajaran, materi pelajaran tersebut dapat disimpan terus dalam ingatan jangka panjang. Selain itu permainan kartu huruf bergambar termasuk dalam klasifikasi permainan assosiative play, yang menurut Parten (dalam Mutiah, 2010) assosiative play terjadi ketika permainan melibatkan interaksi sosial dengan sedikit organisasi. Anak cenderung tertarik dan terjadi tukar-menukar mainan. Meminjam atau meminjamkan mainan dan mengikuti atau mengajak anak-anak. Oleh karena itu permainan kartu huruf bergambar mampu mengembangkan sosial anak.
9
2.2
Temuan-temuan yang Relevan Kajian penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian yang terdahulu yang menjadi upaya peneliti untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan antara lain: Berdasarkan penelitian RR. Nunung Sinta Sari (2013) yang berjudul “Analisis Penggunaan Media Kartu Huruf Dalam Pembelajaran Pengenalan Huruf Abjad TK Pertiwi II Pontianak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media kartu huruf pada pembelajaran pengenalan huruf anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi II Pontianak dapat membuat proses belajar pengenalan huruf adjad menjadi efektif dan bermanfaat bagi anak. Tingkat keberhasilan pembelajaran pengenalan huruf abjad dengan media kartu huruf pada anak kelompok B1 di TK Pertiwi II Pontianak bila dipresentasikan adalah 72.7% anak mengenal huruf abjad dan 27,7% anak belum mengenal huruf abjad. Berdasarkan penelitian Winarsih (2013) di kelompok A TK Mutiara Bangsa Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui permainan media kartu huruf, aktivitas anak dan guru mengalami peningkatan. Aktivitas anak dalam siklus 1 sebesar 51,5% dan siklus 2 sebesar 79%, aktivitas guru pada siklus 1 sebesar 64,3% dan siklus 2 sebesar 96,42%. Kemampuan mengenal huruf yang semula belum mampu siklus 1 memperoleh skor 37,5% pada siklus 2 menjadi sangat
10
mampu dengan skor 81%. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memacu tenaga pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga hasil belajar anak akan lebih baik. Berdasarkan penelitian Ni Made Sri Artini, Nyoman Jampel dan Gde Wawan Sudatha (2012) di kelompok B TK Tunas Mulia Sambangan Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan
anak
dalam
mengenal
konsep
huruf.
Kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf anak didik pada siklus I dengan persentase klasikal 51% , dan pada siklus II 73% dengan peningkatan sebesar 22%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu huruf terbukti dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf pada kelompok B di TK Tunas Mulia Sambangan.
2.3
Kerangka Berpikir Kerangka
berpikir
merupakan alur
yang
ditujukan untuk
mengarahkan jalannya penelitian. Pada kondisi awal, anak belum paham dalam membedakan huruf b, d, p dan q. Melalui pembelajaran menggunakan metode bermain kartu huruf bergambar diperoleh ada peningkatan membedakan huruf b, d, p dan q.Adapun alur skema kerangka berpikir sebagai berikut:
11
Keadaan Awal
1. Model pembelajaran masih terpaku pada guru sehingga anak belum aktif dalam proses pembelajaran, sehingga prestasi pada anak masih rendah.
Tindakan
1. Penjelasan dan pemberian contoh tentang kegiatan permainan kartu huruf bergambar. 2. Penerapan Gambarkegiatan 1 permainan kartu huruf bergambar 3. Refleksi dari hasil siklus mengenai penerapan kegiatan permainan kartu huruf bergambar.
Kondisi Akhir
1. Peningkatan kemampuan anak dapat dilihat dari aktifitas selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dan hasil pengamatan selama anak mempraktikkan tugas dari guru.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
2.4
Hipotesis Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka berpikir, maka disusun hipotesis yaitu penerapan metode permainan kartu huruf bergambar mampu meningkatkan kemampuan membedakan huruf b, d, p dan q melalui permainan kartu huruf bergambar pada siswa di TK A Dharma Wanita 1 Ngraji Tahun Pelajaran 2013 / 2014.
12