5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar menurut Slameto (2003) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian hasil pengamatannya sendiri dalam intreraksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Darsono (2001) adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap. Djamarah (2002) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir. 2.1.1.1 Unsur-unsur dalam belajar Menurut Gagne dalam Eveline Siregar (2010) unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni: a. Pembelajar Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.
5
6
b. Rangsangan / Stimulus Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus. Contoh dari stimulus tersebut adalah suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang. Agar pembelajar mampu belajar optimal maka harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati. c. Memori Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya. d. Respon Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada didalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut. 2.1.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar Menurut Baharuddin (2007) menyatakan secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua katagori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor tersebut meliputi faktor fisiologis dan psikologis. 1. Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan dalam dua macam. Pertama keadaan jasmaniah. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang bugar akan berpengaruh positif terhadap hasil kegatan individu. Kedua adalah keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar berlangsung peran fungsi jasmani pada tubuh manisia sangat mempengaruhi hasil
7
belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi baik akan memudahkan aktivitas belajar dengan baik pula. 2. Faktor psikologis Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologi seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat 1. Kecerdasan intelegensi siswa Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian , kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otakmerupakan organ yang penting dibandingkan dengan organ yang lain. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang penting dalam proses belajar siswa, karena menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi seorang individu, semakin sulit individu tersebut meraih sukses dalam belajar. 2. Motivasi Motivasi adalah suatu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar individu. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses didalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,1994). Di dalam sumbernya motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti siswa yang gemar membaca, maka tanpa disuruh untuk membaca, dengan sendirinya akan membaca karena ada dorongan dari dalam diri siswa tersebut.
8
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi member pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, orang tua dan sebagainya. Kurangnya respon dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. 3. Minat Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan gairah yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, maka ia akan tidak bersemangat atau tidak mau belajar. 4. Sikap Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala interal untuk mereaksi dengan cara yang relative tetap terhadap objek, orang, peristiwa atau yang lain baik secara positif ataupun negatif. 5. Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dala proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. b. Faktor eksternal Faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar antara lain faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. 1. Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar. Lingkungan sosial masyarakat seperti kondisi masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Lingkungan sosial keluarga juga mempengaruhi kegiatan belajar,
9
seperti hubungan antara anggota keluarga yang harmonis maka akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. 2. Lingkungan nonsosial Lingkungan alamiah, seperti udara yang segar, tidak panas, suasana yang sejuk dan tenang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Selain itu faktor instrumental yaitu perangkat perangkat yang mendukung untuk belajar seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, peraturan sekolah, kurikulum sekolah juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Tidak lupa faktor materi pelajaran, faktor ini hendaknya di sesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga metode mengajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Sedangkan menurut Slameto (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor Intern 1.1 Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/ bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguangangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. 1.2 Perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat
10
belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. 1.3 Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. 1.4 Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the city to learn”. Dengan perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancer dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat dibidangnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya. 2. Faktor Ekstern 2.1 Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran
11
atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. 2.2 Alat pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju. 2.3 Waktu sekolah Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, sore, /malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan kecuali ada hal yang mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemas, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi. 2.1.2 Minat Belajar Slameto (2003) mengatakan, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Makin kuat atau dekat hubungan tersebut, makin besar minat. Minat tidak
12
dibawa sejak lahir, tetapi diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dapat diekspresiakan melalui parsitipasi dalam suatu aktivitas. Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995), seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang. Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu obyek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985) Minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman. Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik atau terlihat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitankesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bahwa minat adalah alat motivasi. Proses belajar berjalan lancar bila di sertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti (Hasnawiyah, 1994). Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian
13
psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995). Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama, dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, 1995). Hilgard dalam Slameto (2003) memberikan rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: “interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat merupakan alat motivasi pokok dalam belajar. Minat merupakan suatu kemauan yang timbul dalam diri sendiri dan mau untuk sibuk, dan rasa yang terikat pada aktivitas serta mau untuk berpartisipasi, memperhatikan secara konsisten. Khusunya minat dalam pembelajaran adalah suatu rasa yang mampu untuk mendapatkan hasil dalam pembelajaran tanpa ada yang menyuruh sehingga mampu untuk menyadari bahwa dengan timbulnya rasa senang atau minat dapat memperoleh kesenangan dalam pembelajaran dan secara tidak langsung dapat mendapatkan prestasi yang baik dalam belajar. Dari pengertian di atas dapat dikaji bahwa minat adalah suatu rasa yang lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh yang dapat menumbuhkan konsentrasi untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal. Dalam penelitian ini minat dapat diukur dari aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Yang meliputi keaktifan siswa dalam pembelajaran, mendengarkan penjelasan guru, mencatat, mau mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi yang kurang jelas dan perhatian siswa terhadap pelajaran yang meliputi senang dalam pembelajaran, dapat berdiskusi dengan teman, dan rajin membaca buku. Jadi pengumpulan data yang akan dibuat penelitian dengan menggunakan angket minat.
14
Dimana angket ini berisi tentang penilaian yang mempunyai aspek tentang aktifitas siswa dalam pembelajaran untuk mengetahui minat siswa. 2.1.3 Prestasi Belajar Prestasi belajar yaitu „‟Hasil yang dicapai dalam usaha belajar yang dapat dinyatakan dalam suatu evaluasi. tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Menurut Poerwanto (1986) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (1996) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Winkel (1996) Winkel berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang berhasil diraihnya. Winkel lebih menekankan prestasi belajar itu pada kemampuan siswa secara umum S. Nasution (1996) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta didik dalam berpikir, merasa dan berbuat Menurut Nasution prestasi belajar seorang peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu: (1) Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan erat dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir peserta didik. Sejak dahulu aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Hal itu dapat dilihat dari metode penilaian pada sekolah-sekolah di negeri kita dewasa ini sangat mengedepankan kesempurnaan pada aspek kognitif. (2) Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat pada kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan dan lain sebagainya. Aspek afektif berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) peserta didik. (3) Aspek psikomotorik menurut kamus besar bahasa indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi sederhananya aspek ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) peserta didik setelah menerima sebuah pengetahuan.
15
Pretasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh seseorang yang telah mengikuti proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang diraihnya, prestasi juga usaha yang dapat dinyatakan dalam suatu evaluasi pada akhir pembelajaran. Prestasi merupakan hasil bagi seseorang yang telah mendapatkan suatu pembelajaran untuk menentukan berhasil tidaknya orang tersebut dalam mengikuti pembelajaran. Dari beberapa pengertian di atas dapat dikaji bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah diperoleh karena adanya aktivitas belajar. Dan untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka diperlukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Jadi prestasi belajar sangat berkaitan erat dengan seluruh kegiatan siswa dalam pembelajaran, prestasi belajar merupakan suatu prestasi dari proses pembelajaran, dimana prestasi merupakan ukuran dan landasan bagi peneliti untuk mengetahui berhasil tidaknya dalam suatu proses pembelajaran. 2.1.4 Penggunaan Alat Peraga KIT IPA a. Pengertian Alat Peraga Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Banyak para ahli mendefinisikan alat peraga. E.T.Ruseffendi (Sulianto, 2001), Alat peraga, yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep IPA. Benda-benda itu misalnya batu-batuan dan kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk menjelaskan konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar, dan wujud dari kubus itu sendiri; benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep pecahan; bendabenda seperti cincin, gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk menerangkan konsep lingkaran dan sebagainya. Aristo Rohadi (Sulianto, 2001), Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkret. Menurut Estiningsih (1994) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Menurut Anitah (2008) Alat peraga matematika adalah alat yang dibuat untuk mempermudah siswa memahami pelajaran matematika.Berdasarkan uraian pendapat ahli hampir semua menjelaskan bahwa alat
16
peraga adalah alat bantu yang digunakan guru dalam penyampaian materi pembelajaran,. dan penggunaan alat peraga dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi, konsep yang disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran, karena mudah dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleg guru maka hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal. Jadi dengan menggunakan alat peraga, dapat membantu dalam penyampaian materi sehingga materi/ konsep tampak lebih konkret atau nyata dan siswa akan lebih mudah dalam memahami materi/ konsep tersebut. Dengan demikian dapat dikaji bahwa alat peraga adalah benda-benda yang digunakan guru dalam penyampaian materi pelajaran sehingga materi pelajaran tampak lebih konkret dan mudah dipahami oleh siswa sehingga dapat membantu atau mempermudah dalam pencapaian tujuan pembelajaran. b. Penggunaan Alat Peraga Menurut Anitah (2008), penggunaan utama dari alat peraga adalah untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut, dengan melihat, meraba dan memanipulasi obyek alat peraga maka siswa mengalami pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep. Sedangkan menurut Sukayati (2001) penggunaan alat peraga untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari.Berdasarkan uraian tentang penggunaan alat peraga, pada dasarnya penggunaan alat peraga menjembatani antara konsep yang abstrak seperti pada mata pelajaran ipa dan siswa SD yang baru mencapai tahap pemikiran operasional konkret, karena dengan menggunakan alat peraga, siswa lebih aktif dalam pembelajaran yaitu mengutak atik, memegang alat peraga, siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran dan dapat diartikan pembelajarannya lebih bermakna, sehingga siswa SD mudah dalam memahami materi, konsep yang disampaikan oleh guru, sebagai contoh materi operasi hitung campuran bilangan bulat yang biasanya sulit dipahami oleh siswa terutama siswa yang masih berada di bangku Sekolah Dasar dan siswa yang baru mencapai tahap operasional konkret yang hanya dapat memfokuskan pada kegiatan-kegiatan, peristiwa yang konkret atau nyata. Dengan adanya alat peraga siswa dapat memahami konsep yang abstrak dengan lebih mudah dengan peragaan karena siswa dapat
17
mengutak-atik ,memegang, bagaimana penggunaannya sehingga siswa memperoleh pengalaman yang nyata sehingga tidak mudah untuk dilupakan. Jadi dapat dikaji bahwa penggunaan alat peraga adalah membantu menurunkan keabstrakan dari konsep yang dipelajari sehingga siswa lebih mudah dalam memahami konsep yang dipelajari, dimana penggunaan alat peraga ini akan mampu untuk mempengaruhi minat siswa dan prestasi belajar siswa. c. Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. Poedijati (2005)
menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam
pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintergrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk- produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru. Dari pengertian diatas dapat dikaji bahwa pembelajaran IPA adalah suatu proses yang didalamnya terkandung tahap-tahap atau langkah-langkah suatu pembelajaran secara sistematis atau terperinci dengan tujuan menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran secara ilmiah untuk menghasilkan gambaran-gambaran yang lebih nyata. d. Penggunaan Alat Peraga KIT IPA Dalam pengajaran IPA, Kit Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu: (1) Membantu pengembangan konsep-konsep Ilmu
18
Pengetahuan Alam; (2) Media dapat memberi dasar yang konkrit untuk berpikir sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme; (3) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan sendiri; dan (4) Menimbulkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. Menurut
Budiningsih
dalam
Jurnal
Teknologi
Pendidikan
(1996)
mengemukakan bahwa “media yang diproduksi dan dikemas dalam bentuk kotak unit pengajaran (KIT), yang dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaannya adalah untuk menanamkan konsep atau pemahaman siswa terhadap suatu objek atau peristiwa-peristiwa pembelajaran secara utuh”. Menurut Ditjen Dikdasmen pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang baik memang tidak cukup hanya bersumber pada buku. Pengajaran itu harus dilengkapi dengan alat praktik serta dihubungkan dengan lingkungan alam, sehingga dapat mendorong anak untuk mengembangkan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kit Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar yang dilengkapi dengan pedoman penggunaannya untuk guru ini akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar serta dapat dijadikan media atau alat bantu dalam mencapai tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam sesuai dengan kurikulum. Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan memanfaatkan alat peraga atau media Kit Ilmu Pengetahuan Alam,bermuara pada keterampilan proses. Pemakaian atau penggunaan alat peraga Komponen Instrumen Terpadu Ilmu Pengetahuan Alam dalam pembelajaran IPA tersebut disesuaikan dengan jenis percobaan yang akan diajarkan guru di Sekolah. Agar dalam menggunakan alatalat pengajaran dalam suatu pengajaran dapat mencapai keberhasilan dan daya guna yang tinggi maka guru harus dapat memilih alat-alat pengajaran yang tepat. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih atau menentukan alat-alat pengajaran dari Kit IPA yang akan digunakan pada waktu mengajar, diantaranya adalah: (1) materi yang akan diajarkan, (2) tujuan pembelajaran (3) spesifikasi alat yang akan digunakan, (4) proses urutan mendemonstrasikan alat, serta (5) validitas alat. Proses belajar dan mengajar yang menggunakan alat peraga KIT Ilmu Pengetahuan Alam, diupayakan menuju keberhasilan. Supaya siswa lebih
19
memahami proses dari semua peristiwa yang terjadi mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) Guru harus meyakinkan diri bahwa para siswa mengetahui nama yang benar dari bagian-bagian peralatan; (2) Guru harus memberikan petunjuk yang jelas bagaimana cara menggunakannya; (3) Guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan dengan teliti dan akhirnya menunjukkan kepada mereka bagaimana mengamati suatu percobaan serta fokus perhatian; (4) Guru harus selalu memperhatikan bahwa para siswa hanya mencatat hasil pengamatan dari apa yang benar-benar mereka lihat dan perhatikan. Para siswa dan guru harus menghindari tercampurnya interpretasi dan pengamatan; (5) Siswa menulis pengamatan masing-masing dengan menggunakan buku catatan Ilmu Pengetahuan Alam. Jika perlu guru menyediakan suatu format tertentu untuk mencatat pengamatan siswa; (6) Guru berkeliling untuk melihat bagaimana hasil kerja para siswa. Jika perlu guru memberikan bantuan kepada siswa tersebut; (7) Guru perlu mengetahui kapan kegiatan pengamatan berakhir dan menjaga agar semua siswa memperhatikan kegiatan belajar dan mengajar yang sedang berlangsung; dan (8) Guru harus memutuskan kapan mengumpulkan peralatan dan harus selalu menjaga agar peralatan tidak rusak (Depdikbud, 2000). e. Penerapan Alat Peraga KIT IPA dalam Proses Pembelajaran Pembelajaran yang baik ialah pembelajaran yang dikemas berdasar prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan, Akhmad Sudrajat (2008) yaitu: (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut. Sebelum kegiatan dilaksanakan, langkah awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan (Permendiknas No 41, 2007).
20
(1) Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Permendiknas No 41, 2007). (2) Kegiatan inti Sesuai Permendiknas No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (3) Kegiatan Akhir Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (Permendiknas No 41, 2007). Sebelum guru melaksanakan pembelajaran menggunakan KIT IPA guru wajib membuat: 1) Rencana Pembelajaran (Persiapan), meliputi : a. Merumuskan indikator yang akan dicapai. b. Merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran dengan KIT IPA dalam pembelajaran IPA melalui penyusunan RPP. c. Menyiapkan alat peraga KIT IPA dan bahan yang diperlukan. d. Membuat lembar observasi guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat tindakan berlangsung. e. Membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat prestasi siswa dalam pembelajaran. f. Membuat angket minat siswa untuk melihat berapa besar minat siswa. 2) Pelaksanaan, meliputi : 1) Kegiatan awal (1) Membuka pelajaran dengan salam
21
(2) Melakukan absensi siswa (3) Melakukan apersepsi dan motivasi 2) Kegiatan inti a. Eksplorasi: Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema materi IPA tentang struktur bumi 2.
Menyampaikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA tentang struktur bumi
3. Guru harus meyakinkan bahwa para siswa mengetahui nama yang benar dari bagian-bagian KIT IPA 4. Guru
harus
memberikan
petunjuk
yang
jelas
bagaimana
cara
menggunakannya. 5. Guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan dengan teliti dan focus perhatian. b. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: 6. Siswa menulis pengamatan masing-masing dengan menggunakan buku catatan Ilmu Pengetahuan Alam. 7. Guru berkeliling untuk melihat bagaimana hasil kerja para siswa. c. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 8. Meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. 9. Meminta siswa menulis rangkuman tentang struktur bumi 10. Memberikan penguatan kepada siswa atas pekerjaan yang mereka kerjakan 11. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpatisipasi aktif. d. Kegiatan akhir (1) Menyimpulkan hasil pelajaran (2) Melakukan evaluasi akhir pertemuan (3) Melakukan refleksi
22
Dengan demikian dalam proses belajar dan mengajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar sebaiknya banyak mengaktifkan anak didik dengan kegiatan atau percobaan-percobaan untuk mengembangkan ketrampilan proses dan mengembangkan sikap serta kreatifitas siswa sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami perubahan-perubahan melalui proses mentalnya. Siswa juga dapat mengembangkan daya imajinasinya sehingga siswa mampu menuangkan hasil kreatifitasnya. Hal yang perlu dilakukan siswa yaitu: (a) masing-masing siswa harus mempunyai buku catatan Ilmu Pengetahuan Alam untuk menulis atau catatan dan konsep-konsep yang diperoleh selama proses belajar dan mengajar khusunya dalam penggunaan media KIT Ilmu Pengetahuan Alam, (b) guru perlu mengembangkan teks dan format untuk pengamatan atau kesimpulan di papan tulis agar siswa belajar melakukan percobaan dengan cara yang benar dan terstruktur, dan (c) di akhir proses belajar dan mengajar, siswa menyalin catatan dari papan tulis ke dalam buku catatan sendiri, termasuk pengamatan individual mereka sendiri dan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat bersama-sama guru (Depdikbud 2000). Ciri-ciri keberhasilan siswa dalam penggunaan KIT IPA adalah siswa menyadari arah yang dituju dalam proses belajar mengajar, siswa merasa mendapat tanggung jawab pada beban yang diberikan, siswa merasa tidak bosan, mengantuk, dan berkonsentrasi terhadap materi yang diberikan guru, minat siswa banyak tumbuh dari dalam diri siswa, dan berkembang dengan baik. Penggunaan KIT IPA dalam pembelajaran IPA sangatlah penting, karena didalam mental dan pemikiran anak usia SD masih dalam tahap operational concret, yang menjelaskan bahwa dalam pembelajaran anak usia SD harus lebih mengkonkretkan benda yang abstrak, sehingga anak SD mampu untuk lebih menangkap dari suatu konsep pembelajaran, dan dapat menuntun anak SD untuk lebih masuk ke dalam pembelajaran sehingga anak juga lebih dapat berimajinasi dan menggambarkan pembelajaran yang lebih nyata. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga KIT IPA dalam pembelajaran IPA sangat penting, karena dengan KIT IPA dalam pembelajaran, dapat mengembangkan imajinasi siswa, seolah-olah siswa melihat
23
kejadian yang nyata, sehingga siswa tidak merasakan cepat jenuh ataupun bosan disaat berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam penggunaan alat peraga KIT IPA, akan dilihat perbedaan yang mendasar dimana penggunaan alat peraga KIT IPA ini akan digunakan dalam pembelajaran pada saat kegiatan inti, yaitu pada saat elaborasi, dari sinilah pengukuran minat dan prestasi belajar siswa dapat terlihat, seberapa besar pengaruh minat dan prestasi belajar siswa dengan adanya alat peraga KIT IPA. 2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Nanik
Tisnoherawati
yang
berjudul
“penggunaan peralatan KIT IPA dalam pembelajaran IPA terhadap minat dan prestasi belajar siswa.”.Hasil penelitian menunjukan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 64,11 dan presentase ketuntasan belajar sebesar 68,4%, aktifitas siswa 45,5% pada pertemuan pertama dan pada pertemuan kedua 56,8%, presentase kemampuan guru 67% pada pertemuan pertama dan pada pertemuan kedua 70,8%. Hasil penelitian pada siklus kedua rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,62 dan presentase ketuntasan belajar sebesar 77,5%, aktivitas siswa pada pertemuan pertama 70% pada pertemuan kedua 88,6%, presentase kemampuan guru pada pertemuan pertama 75% dan pada pertemuan kedua 94,2%. Dari penelitian ini dapat dikaji bahwa Penggunaan alat peraga KIT IPA dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Malang pada pokok pembahasan fotosintesis Tahun Ajaran 2005/2006 dan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat siswa dan prestasi belajar siswa yang didasarkan pada tingkat kemampuan siswa. 2.3 Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sangatlah penting karena terdapat beberapa faktor yang mengharuskan untuk menggunakan alat peraga, faktor yang dimaksud adalah pertama karakteristik pembelajaran IPA adalah mempunyai kajian yang abstrak jadi seorang guru harus mengurangi keabstrakan pada pembelajaran IPA. Kedua karakteristik siswa Sekolah Dasar berada pada tahap
24
operasional konkret oleh karena itu seharusnya siswa SD dihadapkan pada benda yang nyata atau situasi konkret. Ketiga fungsi alat peraga adalah untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba dan memanipulasi obyek/ alat peraga maka siswa mengalami pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep, Oleh karena itu pemikiran peneliti bahwa pembelajaran yang menggunakan alat peraga, siswa akan lebih mudah memahami konsep, materi yang disampaikan guru dapat berpengaruh terhadap minat siswa dan prestasi belajar, sehingga minat dan prestasi belajar siswa dapat tercapai secara maksimal. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara pembelajaran yang dilakukan seperti biasa guru kelas mengajar dan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga KIT IPA. Dalam penelitian ini diharapkan dapat membuat perubahan yang signifikan terhadap minat dan prestasi belajar siswa sehingga sebagian besar siswa nilainya mencapai KKM. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan,dapat diajukan hipotesis tindakan: 1. diduga Penggunaan Alat peraga KIT IPA dapat meningkatkan Minat belajar siswa pada materi struktur bumi pada kelas V SD Negeri 2 Kembaran. 2. diduga Penggunaan Alat peraga KIT IPA dapat meningkatkan Prestasi Belajar siswa pada materi struktur bumi pada kelas V SD Negeri 2 Kembaran.