4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah sebagai penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungannya. Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar: 1. Pengertian belajar menurut Gagne adalah interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan. Proses kognitif terebut terdiri dari informasi verbal, ketrampilan, intelektual, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif (Dimyanti dan Mudjiono, 1999:11). 2. Uzer Usman (1993:4) berpendapat belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkunganya sehingga mereka mampu berintaraksi dengan lingkungnya. 3. Ngalim Purwanto (1995:85) berpendapat belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. 4. Belajar harus menghasilkan perubahan tingkah laku. Hasil tersebut dapat berupa: Pengetahuan, ketrampilan, (dari tidak dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan), serta nilai dan sikap (dari tidak dapat berlaku sopan sampai mengetahui, memahami, manguasai, dan dapat bertingkah laku sopan). Belajar akan berlangsung dengan baik apabila perubahan-perubahan berikut terjadi: (1) penambahan informasi, (2) mengembangkan atau meningkatakan pengertian, (3) penerimaan sikap–sikap baru, (5) mengerjakan sesuatu dengan apa yang telah dipelajari (Surjadi, 1983:3). Jadi belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku menjadi lebih baik dengan latihan atau pengalaman yang dipengaruhi oleh keadaan internal dan lingkungan yang menghasilkan suatu hasil belajar atau kemandirian diri.
5 2.1.2 Hakekat Pembelajaran Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik siswa dalam pengelolaan pesan sehingga tercapai sasaran belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1993:185). Menurut Muhibin Syah (2004:256) pelajaran atau yang dulu sering disebut proses belajar mengajar adalah sebuah kesatuan kegiatan yang internal dan resiprokal antar guru dan siswa dalam situasi instruksional. Dalam situasi ini, guru mengajar siswa belajar. Proses pembelajaran terdapat empat unsur yang saling kait mengkait. Empat unsur ini yang mendasari pengertian pembelajaran. Pembelajaran adalah proses mengkoordinasi sejumlah komponen penting pada pembelajaran yaitu: tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metode dan alat yang digunakan pada pembelajaran, serta penilaian pembelajaran, agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (Nana Sudjana, 2003:31) Belajar dan pelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karena itu belajar merupakan gejala yang terkait dengan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2001:24). Jadi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sehingga siswa mendapatkan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman siswa itu sendiri dalam interaksinya dengan lngkungan. Gagne dan Briggs (1979) berpendapat pembelajaran adalah suatu rangkaian kejadian yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajarnya berlangsung dengan mudah. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komonikator, siswa sebagai komunikasikan, bahan ajar yang diajarkan berisi pesan ilmu pengetahuan. 2.1.3 Hasil Belajar Menurut Purwanto (1989:3) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang tekah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu.
6 Suharsimi (1993:21) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 Jenis yaitu: 1. Faktor dari dalam diri siswa Faktor dari dalam diri siswa diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu: a) Faktor Biologis, yang termasuk faktor Biologis adalah usia, kematangan dan kesehatan. b) Faktor Psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar. 2. Faktor yang bersumber dari luar siswa yang belajar Faktor dari luar diri siswa juga diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: a) Faktor manusia (human). b) Faktor non manusia (alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik). Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, (1) Aspek kognitif, aspek kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Aspek afektif, aspek afektif yang meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. (3) Aspek Psikomotorik, aspek psikomotorik yang meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek, gerakan penyesuaian dan kreativitas. (Hamalik, 2003:160). 2.1.4 Hakekat Matematika Mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sangat penting, hal ini terbukti banyaknya yang mendefinisikan tentang matematika. 1. Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu proses diperolah sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Depdiknas, 2004:75) 2. Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa symbol yang padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah system matematika. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu, maka diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antar dunia anak yang belum berfikir secara dedukatif untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif (Karso 2004:14).
7 2.1.5
Penerapan Metode Demonstrasi Metode pembelajaran demonstrasi adalah cara penyajian materi pembelajaran dengan
cara memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun bentuk tiruan yang sering disertai dengan penjelasan oleh guru. Winarno Surakhmad (1994:10). Metode demonstrasi digunakan untuk memperjelas gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu,serta mengunakan suatu komponen-komponen tertentu. Winarno Surakhmad (1994:113). Menurut Drs. H. Udin S Winaputra, M.A. dkk (2004:4:24) metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan secara langsung obyeknya atau cara melakukan sesuatu untuk mempertunjukan proses tertentu. Sedangkan menurut Fat Hurrahman metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau memperhatikan bagaimana berjalanya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Pendapat para ahli yang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi ialah upaya atau praktek dengan menggunakan peragaan yang ditunjukan pada siswa yang tujuanya ialah agar semua siswa lebih mudah mamahami dan mempraktekan dari apa yang telah diperolehnya dan dapat mengatasi permasalahan apabila terdapat perbedaan. Dengan mencermati pengertian metode demonstrasi diatas maka ada beberapa aspek penting dalam menggunakan metode demonstrasi adalah: 1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas. 2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktifitas dimana siswa sendiri tidak dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktifitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. 3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas sebab alat–alat yang terlalu besar atau yang berada ditempat lain, yang tempatnya jauh dari kelas. 4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang sifatnya praktis. Adapun dalam metode demonstrasi ini memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai mana akan dipaparkan di bawah ini:
8 1. Kelebihan metode Demonstrasi adalah a) Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati. b) Perhatian anak didik akan lebih berpusat pada apa yang didemonstrasikan, jadi pada proses pembelajaran anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain. c) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar. d) Dapat menambah pengalaman anak didik. e) Bisa membuat siswa ingat lebih lama tentang materi yang disampaikan. f) Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih jelas dan konkrit. g) Dapat menjawab semua masalah yang timbul dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta berperan langsung. 2. Kelemahan metode Demonstrasi adalah a) Memerlukan waktu yang cukup banyak. b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efisien. c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya. d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit. e) Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif. 2.1.6. Langkah–Langkah Pembelajaran Dengan Metode Demonstrasi 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan. 3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan 4. Menunjuk salah satu siswa untuk mendemonstrasikan sesuai scenario yang telah disiapkan. 5. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya. 6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalamannya siswa setelah mendemonstrasikan. 7. Guru membuat kesimpulan. 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan tentang penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang satuan waktu bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngaringan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 adalah penelitian yang dilakukan oleh:
9 2.2.1
Ikhsan, S. Pd (Guru SD Negeri 2 Pamijen, Banyumas) dengan judul
“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG CAMPURAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 PAMIJEN”. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada penerapan metode demonstrasi dengan mengunakan media kartu bilangan dalam pembelajaran matematika materi “Operasi Hitung Campuran”. Hasil penelitian ini didapat bahwa melalui metode pembelajaran demonstrasi, dimana guru sebagai pendahuluan, memberi pengertian dan landasan dari apa yang akan didemonstrasikan. Dan adapun sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus lebih dulu mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru diikuti siswa yang sesuai dengan petunjuk. Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti di kelas V SD Negeri 2 Pamijen diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Pada pelaksanaan pembelajaran prasiklus ketuntasan klasikal baru mencapai 29,78% dan rata-rata nilai yang diperoleh 49,51, sehingga pembelajaran belum dikatakan berhasil, (2) Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I ketuntasan klasikal yang diperoleh mencapai 61,70% dan rata-rata nilai 65,17. Peningkatan ketuntasan klasikal 31,92% yang diperoleh sebagai indikasi peningkatan, (3) Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II ketuntasan klasikal yang diperoleh mencapai 83,36% dan rata-rata nilai yang diperoleh 87,95. Ketuntasan klasikal yang meningkat 26,25% merupakan usaha dari peneliti yang menerapkan metode demonstrasi dan menggunakan alat peraga kartu bilangan yang lebih menarik untuk membantu menyampaikan pelajaran sehingga siswa lebih mudah menguasai materi. 2.2.2 Hermawan, Dwi Widagdo (2010), Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DENGAN MODEL KARTU PECAHAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN”. (PTK pembelajaran Matematika pada siswa Kelas IV SDN 1 Pracimantoro). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa SD dalam pembelajaran matematika melalui metode Demonstrasi yang penerapannya menggunakan kartu pecahan pada pokok bahasan bilangan pecahan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Pracimantoro dengan hasil sebagai berikut: (1) Kemampuan siswa dalam mengajukan idea atau gagasan sebelum tindaan sejumlah 3 siswa (10%) dan pada akhir tindakan sejumlah 22 siswa
10 (73%); 2) Kemampuan siswa dalam memanipulasi matematika sebelum tindakan sejumlah 4 siswa (13,3%) dan pada akhir tindakan sejumlah 27 siswa (90%); 3) Kemampuan siswa dalam memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi sebelum tindakan sejumlah 5 siswa (16,7%) dan pada akhir tindakan sejumlah 25 siswa (83,3%); 4) Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari suatu pernyataan sebelum tindakan sejumlah (13,3%) dan pada akhir tindakan sejumlah 24 siswa (80%); 5) Kemampuan siswa dalam menarik kesahihan suatu argument sebelum tindakan sejumlah 4 siswa (13,3%) dan pada akhir tindakan sejumlah 25 siswa (83,3%); 6) Kemampuan siswa dalam menemukan pola atau sifat dari gejala matematis sebelum tindakan sejumlah 4 siswa (13,3%) dan pada akhir tindakan sejumlah 27 siswa (90%) 2.3 Kerangka Berpikir Keadaan siswa SD Negeri 2 Ngaringan khususnya kelas IV dalam proses pembelajaran selama ini tingkat konsentrasinya kurang sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar rendah. Dalam proses pembelajaran sebagian siswa sering ramai sendiri, tidak memperhatikan guru pada saat proses belajar mengajar. Sehingga akan berdampak bila diberi pertanyaan siswa tidak bisa menjawab dengan benar, disamping itu sebagian siswa malas mengerjakan bila diberi tugas PR maupun Kelas. Melihat kondisi seperti ini maka seorang guru dituntut untuk melakukan berbagai upaya. Dalam upaya perbaikan pembelajaran guru merupakan salah satu pendukung, unsur pelaksana pendidikan mempunyai tanggung jawab sebagai pelaksana yang dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep pembelajaran yang ideal dan efektif. Dalam upaya perbaikan pembelajaran guru tidak hanya membuat perangkat pembelajaran saja, tetapi yang lebih penting guru dituntut memilih media, bahan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran akan berhasil ditandai dengan siswa mampu menguasai materi pelajaran yanag dibuktikan lewat hasil nilai yang diperolehnya. Penerapan metode demonstrasi merupakan upaya guru dalam perbaikan belajar mengajar. Harapannya dengan menerapkan metode demonstrasi ini maka seorang siswa menjadi tertarik pada mata pelajaran matematika sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Secara skematis dapat digambarkan kerangka pemikirannya sebagai berikut:
11 Skema kerangka berpikir KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Guru belum Menerapkan metode demonstrasi
Guru menerapkan Metode demonstrasi
Hasil belajar siswa pada Matematika rendah
Akan dilakukan tahaptahapan kegiatan dalam siklus pembelajaran yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi
Diduga penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika Gambar 1 tentang satuan waktu bagi siswa kelas IV kerangka berpikir I SDN 2 Skema Ngaringan pada semester tahun pelajaran 2011/2012
Gambar 1 Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian diatas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: dengan penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngaringan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012.