BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mata Pelajaran IPA Pada subbab mata pelajaran IPA akan dibahas tentang ilmu pengetahuan alam untuk sekolah dasar, tujuan mata pelajaran IPA di SD, ruang lingkup mata pelajaran IPA di SD, yang akan di jabarkan dibawah ini secara jelas. 2.1.1
Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD) Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehizngga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sementara itu, Powler (dalam Winataputra, 1999: 122) mengatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan sistematis, yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu (BNSP: 13):Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta
5
6
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekita, serta prospek pembangunan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
2.1.2 Tujuan Mata Pelajaran IPA di SD/MI Menurut Depdiknas (2003: 3), pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang
dan
dilaksanakan
sebagai
cara
“mencari
tahu
dan
cara
mengerjakan/melakukan yang dapat membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam. Pada tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Berdasarkan fungsi yang demikian, maka menurut Depdiknas (2006: 27) tujuan pembelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut: 1) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidpuan sehari-hari. 2) Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA dan teknologi; 3) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 4) Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 5) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; dan 6) Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7
Selanjutnya menurut BNSP (2007: 13), Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat; 4) Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.3
Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA di SD/MI Berdasarkan KTSP 2006, ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI
meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
8
2.2 Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD akan dibahas tentang pengertian model pembelajaran, cooperative learning, cooperative learning tipe STAD, langkah-langkah cooperative tipe STAD,dan kelebihan dan kelemahan cooperative tipe STAD yang akan di jabarkan dibawah ini: 2.2.1
Pengertian Model Pembelajaran Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala,2008: 175- 176). Mills berpendapat (dalam Suprijono 2009: 45-46) bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang dipeoleh dari sistem.Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
9
Joyce dan Weil (dalam Sagala 2008: 176) menambahkan bahwa model mengajar adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar melalui komputer. Selanjutnya Wahab (2008: 52), memaparkan bahwa model mengajar adalah suatu perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan.
2.2.2
Cooperative Learning Cooperative learning merupakan salah satu pembelajaran
yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustamanet al., 2003: 206). Cooperative learning bergantung pada kelompokkelompok kecil si pebelajar. Meskipun isi dan petunjuk yang diberikan oleh pengajar mencirikan bagian dari pengajaran, namun pembelajaran kooperatif secara berhati-hati menggabungkan kelompok-kelompok kecil sehingga anggotaanggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran satu sama lainnya. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab untuk mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman anggotanya untuk belajar. Ketika kerjasama ini berlangsung, tim menciptakan atmosfir pencapaian, dan selanjutnya pembelajaran ditingkatkan (Karen L.Medsker and Kristina M. Holdsworth, 2001: 287). Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja
bersama
dalam
kelompok
kecil
saling
membantu
dalam
belajar.Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994: 19), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda (Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992; Sharan & Sharan, 1992). Model pembelajaran cooperative learning didasarkan atas falsafah manusia sebagai homohomini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah
10
makhluk sosial (Lie, 2008: 28). Slavin (dalam Solitahin dan Raharjo, 2008: 5), menambahkan bahwa cooperative learning berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu getting better together atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama.Kerjasama dalam kelompok merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri lagi pada kenyataan bahwa manusia tidak dapat hidup secara individual tanpa bantuan dari orang lain. Sehingga dalam proses belajar juga manusia diusahakan dapat saling bekerja sama untuk memperoleh tujuan belajar yang sesuai dengan harapan.
2.2.3
Cooperative Learning tipe STAD Stundent Teams Achievement Divisions atau STAD merupakan salah satu
dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif. Dalam STAD siswa akan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok terdiri dari individu-individu yang mempunyai latar belakang berbeda-beda baik dari tingkat prestasi, jenis kelamin maupun suku. Pada kelompok tersebut, siswa akan belajar bekerjasama. Mesikpun sama dengan pembelajaran cooperative learning pada umumnya, ada perbedaan antara pembelajaran tipe STAD ini dengan lainnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, langkah pertama yang dilakukan adalah penyampaian materi pembelajaran kepada siswa, selanjutnya siswa diminta untuk berlatih bekerjasama dengan anggota lain dalam kelompoknya. Selanjutnya seluruh siswa diberikan tes untuk dikerjakan masing-masing.Skor siswa tersebut dibandingkan dengan skor siswa terdahulu.Poin diberikan pada siswa yang mampu menyamai atau melampaui skor yang diperoleh sebelumnya. Seperti dipaparkan oleh Nurhadi (2004: 49) bahwa cooperative learning tipe STAD merupakan model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan
11
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Seperti yang dipaparkan oleh Nuhardi (2004:49), dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan cooperative learning tipe STAD adalah salah satu dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen; dimana setelah pembagian kelompok tersebut, guru memberikan materi dan meminta siswa bekerjasama dengan cara berdiskusi dan bertanya jawab dengan anggota dalam satu kelompok; selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal yang diberikan guru. Siswa yang mendapat poin adalah siswa yang mampu menyamai atau melampaui skor yang telah diperoleh sebelumnya.
2.2.4
Langkah-langkah Cooperative Learning tipe STAD Menurut Slavin (2009: 34) langkah-langkah cooperative learning tipe
STAD terdiri dari lima langkah, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor, perkembangan individu dan penghargaan kelompok. Kelima langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut diuraikan dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: a)
Kegiatan pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan, hal-hal yang perlu dilakukan guru antara lain: 1) Guru memberikan apersepsi dan motivasi tentang materi pelajaran yang akan diberikan 2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan diberikan 3) Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen
b)
Kegiatan inti Pada kegiatan inti, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: 1)
Guru memberikan materi pelajaran yang dibahas pada hari itu
2)
Guru memberikan tugas untuk dibahas secara berkelompok oleh masing-masing kelompok
12
3)
Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk menemukan jawaban pada tugas yang diberikan
4)
Kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
5)
Tanggapan dari kelompok lain (tanya jawab)
c) Kegiatan penutup 1)
Guru menyimpulkan materi pelajaran yang diberikan
2)
Guru memberikan tes yang dikerjakan secara individual.
3)
Guru memberikan penghargaan terhadap individu ataupun kelompok yang aktif di dalam berdiskusi pada tugas yang diberikan Dari penjelasan menurut Slavin (2009:34) maka dapat disimpulkan
bahwa
cooperative
learning
tipe
STAD
menempuh
5
langkah
pembelajaran yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor, perkembangan individu dan penghargaan kelompok.
2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning tipe STAD Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Pembelajaran cooperative learning tipe STAD memiliki kelebihan antara lain: 1) 2)
Aktivitas belajar siswa dalam kelas meningkat Melatih siswa berbicara dan mengajukan pendapat di depan umum dan kelompok.
3)
Terciptanya interaksi antar siswa, dan antar siswa dengan guru.
4)
Proses belajar yang diperoleh dalam kelompok mudah diingat kembali karena merupakan hasil berpikir dan bekerjasama.
5)
Prestasi belajar lebih bermakna, karena siswa belajar memecahkan persoalannyya melalui diskusi dalam kelompok.
6)
Memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secara aktif
7)
Membantu siswa yang lemah atau kurang menguasai pelajaran oleh siswa yang pandai. Selain itu, model pembelajaran ini memiliki kekurangan antara lain:
13
1)
membutuhkan banyak waktu, sehingga seringkali tujuan utama pembelajaran tidak tercapai.
2)
kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa yang pandai, sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang menguasai topik yang dibahas.
3)
keberhasilan belajar bergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja mandiri dan kekompakan antar kelompok.
4)
Keberhasilan dari tiap-tiap individu juga berbeda-beda, karena motivasi dan semangatnya juga tidak sama.
Adapun solusi dari kelemahan model pembelajaran STAD tersebut adalah sebagai berikut: 1)
Atur waktu yang cukup
2)
Bagi peran dalam pembagian kelompok: Misalnya siswa yang pandai supaya tidak dominan dan diberi peran sebagai moderator atau pencatat, jadi pendamping rekan atau siswa yang lain.
3)
Guru memberi motivasi/penguatan atau memperhatikan karakter tiap siswa. Misalnya: Siswa yang pendiam diberi tugas tujuanya agar siswa tersebut lebih banyak berbicara
14
2.3 Alat Peraga Pada kajian teori ini akan dijabarkan berbagai landasan atau teori yang menjadi pendukung alat peraga dalam penelitian ini. Untuk penjelasan lebih rinci dapat dilihat di bawah ini: 2.3.1
Pengertian Alat Peraga Menurut KBBI, alat peraga ialah alat bantu untuk mendidik atau mengajar
supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik (KBBI 1988 : 21). Menurut Nasution (1985: 100) “alat peraga adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif”. Pendapat lain dari pengertian alat peraga adalah media yang pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran (Suhardi, 1978: 11). Sejalan dengan itu Sumadi (1972: 4) mengemukakan bahwa alat peraga adalah alat untuk memberikan pelajaran ata yang dapat diamati melalui panca indera. Menurut Ali (1992: 89) alat peraga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Sedangkan Rustiyah (1986: 61) alat peraga adalah alat metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi educatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan danpengajaran di sekolah. Dari beberapa pengertian tentang alat peraga, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa alat peraga ialah suatu alat yang digunakan untuk membantu dalam mendidik atau mengajar, sehingga materi yang diajarkan mudah dimengerti dan dipahami oleh anak didik secara efektif.
2.3.2 Manfaat Alat Peraga Menurut Rustiyah (1986: 64), mengemukakan bahwa manfaat alat peraga antara lain : 1) Memperbesar atau meningkatkan perhatian siswa. 2) Mencegah verbalisme. 3) Memberikan pengalaman yang nyata dan langsung. 4) Membantu menumbuhkan pemikiranyang teratur dan sistematis.
15
5) Mengembangkan sikap eksploratif. 6) Dapat berorientasi langsung dengan lingkungan dan dapat memberi kesatuan (kesamaan) dalam pengamatan. 7) Membangkitkan motivasi kegiatan belajar dan memberikan pengalaman yang menyeluruh. Sementara itu, Nasution (1986 : 100), mengemukakan bahwa manfaat alat peraga adalah sebagai berikut: 1) Menambah kegiatan belajar siswa. 2) Menghemat waktu belajar. 3) Menyebabkan agar hasil belajar lebih permanen dan mantap. 4) Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajarannya. 5) Memberikan alasan yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat perhatian (motivasi) dan aktivitas pada siswa. 6) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.
2.4 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Ada berbagai pendapat yang mencoba membuat definisi dan batasanbatasan tentang belajar. Sudjana (1989: 5), mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditinjau dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sementara itu, Slameto (2003: 2), mencoba membuat batasan tentang pengertian belajar bahwa, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Masih dalam batasan tentang perubahan yang terjadi akibat aktivitas tertentu, Gagne (Suprijono, 2009:2), mendefinisikan belajar sebagai perubahan disposisi atau kemampuan melalui aktivitas. Hampir sependapat dengan Gagne, Travers dan Cronbach (Suprijono, 2009: 2), mengatakan
16
bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku, atau dalam definisi yang dibuat Cronbach sebagai perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Sedikit berbeda dengan beberapa pernyataan pengertian belajar dan hasil belajar,Harold Spears (Suprijono 2009: 2), mencoba memberi pemahaman bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap belajar. Burhanudin (2007:11) melengkapi berbagai pernyataan di atas dengan mengatakan bahwa belajar merupakan aktivitas manusia sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Dari pengertian belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seumur hidup oleh manusia yang menghasilkan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan melalui proses penyesuaian akibat hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya
2.4.1 Hasil Belajar Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009: 6) hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan
analitis-sintesis
fakta-konsep
dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah.
17
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom (Suprijono, 2009: 6), hasil belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.Sedangkan menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2009: 7), hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Ketiga aspek yang disebut Bloom inilah yang menjadi ukuran dalam menilai hasil belajar siswa.Meskipun demikian, dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan aspek kognitif sebagai ukuran dalam menilai hasil belajar siswa. Aspek ini digunakan atas pertimbangan bahwa, pada umumnya di sekolah, aspek ini yang paling sering digunakan guru dalam menilai hasil belajar siswa.
2.4 Hubungan Antara Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Berbantuan Alat Peraga dengan Hasil Belajar IPA Dalam penjelasan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD telah dipaparkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatifadalah pencapaian hasil belajar individu melalui kerjasama kelompok.Pembelajaran kooperatif memiliki falsafah “getting better together”.Sementara itu, diketahui bahwa salah satu faktor yang ikut mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model pembelajaran, juga bagaimana interaksi siswa dengan teman-teman lainnya dalam kelas.Melalui pembelajaran kooperatif, teman-teman siswa disetting menjadi sumber belajar siswa. Asumsinya adalah dengan belajar dengan rekan seusianya, siswa menjadi lebih mudah untuk terbuka belajar pada hal-hal yang tidak diketahui, ataupun siswa lebih mudah berbagi apa yang diketahuinya, dibandingkan jika itu dilakukan terhadap gurunya.
18
Dengan menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement Division atau STAD,dimana model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mengeksplorasi kemampuan individu dari masing-masing siswa dalam bekerja sebagai kelompok, maka dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
2.5 Hasil Kajian Penelitian yang Relevan Asbullah.2005. Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Sains pada Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa dan Penguasaan Konsep Pencemaran Lingkungan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktiviats belajar dan penguasaan konsep siswa.Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep pencemaran lingkungan efektif meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan konsep pencemaran lingkungan. Wulandari, 2005.Peningkatan Hasil Belajar Menerapkan Dasar-dasar Elektronika Melalui Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) di SMKN 5 Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar pada pokok pembahasan kompetensi dasar menjelaskan sifat-sifat elektronik pasif dan aktif di SMNK 5.Penelitian ini menggunakan strategi Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD.Dalam pelaksanaan Pelaksanaan tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa pendekatan peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.Karena itu, strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat diterapkan sebagai variasi strategi pembelajaran mata pelajaran menerapkan dasar-dasar elektronik
19
2.7 Kerangka Pikir Kerangka berpikir model pembelajaran Cooperative learning tipe STAD dapat digambarkan sebagai berikut: Pembelajaran menggunakan metodekonvensional
Guru memaksimalkan siswa di kelas
kurang kegiatan
Hasil belajar IPA siswa rendah di bawah KKM <70
Siswa menjadi bosan dan malas serta tidak termovitasi dalam belajar diajarkan
Diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
aktivitas belajar siswa dalam kelas meningkat melatih siswa berbicara dan mengajukan pendapat di depan umum dan kelompok. terciptanya interaksi antar siswa, dan antar siswa dengan guru. proses belajar yang diperoleh dalam kelompok mudah diingat kembali karena merupakan hasil berpikir dan bekerjasama. prestasi belajar lebih bermakna, karena siswa belajar memecahkan persoalannyya melalui diskusi dalam kelompok. memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secara aktif. membantu siswa yang lemah atau kurang menguasai pelajaran oleh siswa yang pandai.
Kegiatan pembelajaran lebih bermakna
Hasil belajar IPA siswa kelas 5 meningkat di atas KKM >70
Bagan 2.1 Kerangka berpikir Penelitian
Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran
20
2.6 Hipotesis Tindakan Mengacu pada keseluruhan pemaparan kajian pustaka dan kerangka berfikir,maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga semester II tahun pelajaran 2012/2013.