BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori Dalam kajian teori ini akan diuraikan mengenai tinjauan pembelajaran akuntansi dan tinjauan mengenai kompetensi profesional guru. a.
Pembelajaran Akuntansi Tinjauan pembelajaran akuntansi yang akan dijelaskan dalam uraian berikut adalah pengertian pembelajaran akuntansi, fungsi dan tujuan pembelajaran akuntansi, serta proses pembelajaran akuntansi. 1) Pengertian Pembelajaran Akuntansi Salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh di Sekolah Menengah Kejuruan adalah mapel akuntansi. Pengertian pembelajaran menurut Usman (2005:4) “proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan akuntansi berasal dari bahasa Inggris “to account” yang artinya memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan dari pengelola perusahaan kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Pengertian akuntansi akan diulas dengan berpedoman pada pendapat para ahli berikut ini. Pengertian akuntansi yang pertama dikeluarkan oleh AICPA (American Institute of Certified Public Accountans) dalam Baridwan (2008: 1) : Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan. Berdasarkan pendapat AAA (American Accounting Association) dalam Kardiman dkk (2009: 2) juga mengemukakan pendapatnya 11
12 mengenai akuntansi sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang memungkinkan dilakukannya penilaian dan keputusan yang tepat bagi para pemakai informasi tersebut. Menurut Depdiknas (2003; 6), akuntansi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan tanggungjawab di bidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (akuntansi perusahaan), pemerintah (akuntansi
pemerintah),
ataupun
organisasi
masyarakat
lainnya
(akuntansi publik). Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran akuntansi merupakan suatu rangkaian aktivitas yang melibatkan hubungan timbal balik guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mendukung terjadinya proses belajar siswa untuk menyampaikan sekumpulan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan akuntansi yang akan dibelajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan tertentu demi mencapai tujuan pembelajaran akuntansi yang telah ditetapkan. Mata pelajaran akuntansi mengajarkan mengenai suatu sistem yang menghasilkan informasi kaitannya dengan transaksi keuangan dan informasi tersebut akan digunakan dalam pengambilan keputusan serta evaluasi suatu organisasi. Mata pelajaran akuntansi yang diajarkan di Sekolah Menengah Kejuruan juga memiliki fungsi dan tujuan.
2) Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Akuntansi a) Fungsi Pembelajaran Akuntansi Berdasarkan Permendikbud No.70 Tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SMK/MAK, pembelajaran akuntansi ditetapkan sebagai mata pelajaran C2 (Dasar Program Keahlian) pada kelas X dan mapel C3 (Paket Keahlian) pada kelas XI dan XII Program Jurusan Akuntansi SMK. Ada beberapa fungsi pembelajaran
13 akuntansi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) antara lain untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). b) Tujuan PembelajaranAkuntansi Selain fungsi, pembelajaran akuntansi juga memiliki tujuan menurut Depdiknas: 2003 adalah : Membekali tamatan dalam berbagai kompetensi dasar agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi maupun untuk terjun ke masyarakat, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa. Pembelajaran akuntansi membekali tamatan SMK dalam berbagai komponen dasar agar mereka mampu memenuhi standar kompetensi dunia kerja di bidang teknisi akuntansi. Tamatan SMK akuntansi nantinya dapat mengembangkan sikap profesional dalam lingkup keahlian akuntansi, memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup keahlian akuntansi, serta menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang.
3) Ruang Lingkup Pembelajaran Akuntansi di SMK Ruang lingkup pembelajaran
akuntansi
di
SMK
menurut
Depdiknas: 2003 dimulai dari dasar-dasar konseptual, struktur, dan siklus akuntansi yang terdiri dari beberapa materi pokok diantaranya: 1) MYOB 2) Akuntansi biaya 3) Laporan keuangan
14 4) Buku besar 5) Pajak 6) Komunikasi bisnis 7) Dana kas. Dipandang dari karakteristik ilmu, akuntansi merupakan ilmu yang selalu berkembang.
Mata diklat
produktif
akuntansi
membawa
konsekuensi bagi guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan ilmu yang mutakhir dan perkembangan teknologi pengolah data dalam akuntansi. b. Kompetensi Profesional Guru 1) Pengertian Kompetensi Profesional Guru Sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab atas pendidikan muridnya, guru harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya, Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab guru untuk mendidik, mengajar, dan melatih, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan kompetensi sebagai wujud profesionalisme guru. Istilah kompetensi dalam
bahasa
Indonesia
berasal
dari
serapan
Bahasa
Inggris
“competence” yang berarti kecakapan atau kemampuan. Kompetensi mengarah pada sikap, kepribadian, profesionalitas yang harus dimiliki anggota profesi untuk dapat sesuai dengan kompetensi profesinya. Kompetensi dapat diartikan kemampuan, kecakapan dan wewenang. Menurut Charles yang dikutip oleh Mulyasa (2012: 25) menyatakan “Competency as rational performance with satisfactority meets the objective for desired condition”. Artinya kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Definisi tersebut lebih menekankan pada pola sikap dan tingkah laku seseorang dalam hal normatif.
15 Menurut Sagala (2009: 23) “kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya pisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan”. Dengan kata lain, kompetensi merujuk pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan tugas dan profesinya masing-masing. Selain itu, makna kompetensi menurut McLeod yang dikutip dari Suyanto dan Jihad (2013: 1) menyatakan “kompetensi sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”. Pengertian ini mengarah pada kemampuan guru untuk dapat melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pengajar. Karena sebagai pengajar, guru harus memiliki kompetensi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian-pengertian yang disampaikan para ahli mengenai kompetensi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi adalah gabungan dari pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan seseorang untuk dapat menjalankan tugas atau pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sehingga kompetensi harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas keprofesionalannya. Mengenai kompetensi guru, lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, bagian ke-satu tentang Pendidik, pasal 20 ayat (3): Kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi : 1) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2) Kompetensi kepribadian yaitu pendidik yang mantap, stabil, dan dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 3) Kompetensi profesional yaitu kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaram secara luas dan
16 mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. 4) Kompetensi social yaitu kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik, dan masyarakat. Pembahasan lebih mendalam dari keempat kompetensi, penulis fokuskan pada kompetensi profesional. Tanpa mengabaikan kompetensi yang lainnya, kompetensi profesional ini merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang profesional. Kompetensi tersebut harus dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Kompetensi profesional mengacu pada perbuatan yang bersifat rasional dan
memiliki
kependidikan.
spesifikasi Kompetensi
tertentu
dalam
profesional
melaksanakan
dipandang
penting
tugas untuk
dikembangkan oleh guru karena kompetensi profesional mencakup kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran. Sesuai dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 10 ayat (1), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Pengertian tersebut didukung beberapa pendapat mengenai pengertian kompetensi profesional menurut Mulyasa dan Sudjanto. Mulyasa (2012:138) menjelaskan mengenai kompetensi profesional guru sebagai kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. Kompetensi profesional juga dijelaskan oleh Sujanto (2007) dalam Firdausi dan Barnawi (2012: 40) : Kompetensi profesional adalah kemampuan untuk dapat menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru mampu membimbing peserta didik dapat menguasai standar kompetensi minimal yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik. Pengertian diatas melihat kompetensi profesional guru tidak hanya mengarah pada penguasaan materi saja, tetapi sedikit lebih luas, dimana guru harus mampu menjadi pembimbing bagi peserta didiknya.
17 Pendapat mengenai pengertian kompetensi profesional tersebut diperkuat dengan pendapat mengenai kemampuan yang diperlukan untuk mewujudkan kemampuan profesional guru seperti yang dijelaskan oleh Surya (2003:138) dalam Firdausi dan Barnawi (2012) mengemukakan bahwa kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Arikunto (1993:239) menjelaskan bahwa kompetensi profesional guru berarti : Guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, maupun memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi profesional yaitu kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran. pemahaman
Pengelolaan terhadap
pembelajaran
peserta
didik,
yang
dimaksud
perencanaan
adalah
pelaksanaan
pembelajaran, penguasaan metode dan media pembelajaran serta penilaian hasil belajar siswa. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran sangat penting guna menunjang keberhasilan pembelajaran. Samana (1994: 61) menekankan pentingnya penguasaan bahan ajar oleh seorang guru untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Guru harus membantu siswa dalam akalnya (bidang ilmu pengetahuan) dan membantu agar siswa menguasai kecapakan kerja tertentu (selaras dengan tuntutan teknologi), sehingga mutu penguasaan bahan ajar para guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Lebih lanjut Samana (1994: 61) menjelaskan : Guru hendaknya mampu menjabarkan serta mengorganisasikan bahan ajar secara sistematis (berpola), relevan dengan tujuan, selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (mutakhir),
18 dan dengan memperhatikan kondisi serta fasilitas yang ada disekolah dan atau yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Selanjutnya secara lengkap, Hamalik (2004: 38-49) menyebutkan karakteristik kompetensi profesional guru antara lain a) Guru mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya., b) Guru mampu melaksanakan perannya secara berhasil, c) Guru mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan intruksional) sekolah, d) Guru mampu melaksanakan perannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas. Pendapat ini menilai kompetensi profesional guru merupakan aspek yang paling bersifat menyeluruh bila dibandingkan dengan kompetensi guru lainnya, karena kompetensi profesional guru tidak hanya menekankan pada aspek penguasaan materi saja, tetapi juga mencakup aspek kepribadian serta sosial. Kompetensi profesional seorang guru dapat terlihat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Penguasaan materi pembelajaran, keterampilan mengajar dan cara guru melakukan evaluasi pembelajaran dapat dijadikan indikator kompetensi profesional guru. Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
profesional
guru
adalah
seperangkat
pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam mengusai materi pelajaran secara luas dan mendalam; konsep dan metode disiplin keilmuan, serta teknologi atau seni yang relevan yang sesuai dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu yang memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang sudah ditetapkan. 2) Perlunya Mengukur Tingkat Penguasaan Kompetensi Profesional Kompetensi profesional guru perlu diketahui dan diukur sejauh mana guru menguasai kompetensi tersebut. Priatna mengemukakan
19 beberapa alasan yang mendasari perlunya mengetahui kompetensi profesional dilihat dari manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penilaian kinerja guru (2013). Alasan pertama, dapat dijadikan tolak ukur bagi guru dalam mempersiapkan pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru yang dilakukan oleh dinas yang berwenang. Kedua, adanya kesempatan yang sama bagi setiap guru untuk menunjukan prestasinya dalam kemampuan profesional. Ketiga, kompetensi profesional pendidik dalam hal ini adalah guru dapat diukur secara kuantitatif. Keempat, sebagai pendorong bagi guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam hal kompetensi profesional bagi pengembangan kegiatan pembelajaran (belajar-mengajar). Dan kelima, sebagai bentuk penilaian kompetensi profesional bagi guru. 3) Komponen Kompetensi Profesional Guru Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru (Permendiknas No 12, 13, Dan 16), dijelaskan bahwa “Guru yang profesional khususnya pada jenjang pendidikan menengah harus memiliki indikator : a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Indikator diatas mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya, pemanfaatan teknologi untuk dalam pembelajaran serta upaya pengembangan keprofesionalan melalui pengembangan individu guru itu sendiri. Kompetensi pertama yaitu menguasai materi, struktur, konsep, dan pola
20 pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu menurut Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dijabarkan lagi menjadi : a) Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran akuntansi, b) Membedakan pendekatan-pendekatan akuntansi c) Menunjukan manfaat mata pelajaran akuntansi. Kompetensi kedua yaitu menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu kemudian dijabarkan lagi menjadi 3 (tiga) kompetensi yaitu : a) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu b) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu c) Memahami tujuan pembelajaran yang diampu. Kompetensi ketiga yaitu mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, juga dijabarkan lagi menjadi 2 (dua) kemampuan antara lain : a) Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik b) Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkay perkembangan peserta didik. Kompetensi keempat yaitu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, yang kemudian dijabarkan lagi menjadi 4 (empat) kemampuan antara lain : a) melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus b) memanfaatkan
hasil
refleksi
dalam
rangka
peningkatan
untuk
peningkatan
keprofesionalan c) melakukan
penelitian
tindakan
kelas
keprofesionalan d) mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
21 Kompetensi kelima yaitu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri, yang kemudian dijabarkan lagi menjadi 2 kemampuan antara lain : a) memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
dalam
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
berkomunikasi b) memanfaatkan
pengembangan diri. Indikator tersebut juga didukung oleh pendapat Uno (2007) yang menyatakan bahwa “kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajar” (hlm.18). Adapun kompetensi profesional mengajar yang harus dimiliki oleh guru meliputi : a) Kemampuan dalam merencanakan pembelajaran Menurut Usman (2006:19) mencakup kemampuan guru dalam menyusun program pengajaran yang meliputi : 1) menetapkan tujuan pembelajaran 2) memilih dan mengembangkan bahan pengajaran 3) memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar 4) memilih media pembelajaran yang sesuai 5) memilih dan memanfaatkan sumber belajar Mulyasa
(2013:98)
berpendapat
untuk
persiapan
pembelajaran, guru mempersiapkan mengenai tujuan yang ingin dicapai, materi yang perlu dipelajari, dan sejumlah pertanyaan untuk menilai kemampuan belajar peserta didik. b) Melaksanakan proses pembelajaran Menurut Mulyasa (2013:99) kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran terdiri atas tahap persiapan, penyajian, aplikasi, dan penilaian. 1) Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam pembelajaran dilakukan sebelum penyampaian materi. Tujuannya agar materi yang disampaikan
22 nantinya dapat mudah diterima oleh siswa karena mereka lebih siap menerima materi. Tahap persiapan terdiri dari : (a) Mempersiapkan ruang belajar, alat dan bahan, media, serta sumber belajar (b) Mengkondisikan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik siap belajar. 2) Tahap Penyajian, Tahap penyajian merupakan inti dari pembelajaran yang meliputi kegiatan penyajian materi oleh guru. 3) Tahap Aplikasi atau praktek Tahap aplikasi atau praktek terjadi setelah materi disampaikan, yang meliputi kegiatan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan. 4) Tahap Penilaian Tahap
penilaian
dalam
melaksanakan
program
pembelajaran merupakan tahap dimana guru melakukan penilaian dan memberi umpan balik atas hasil kerja peserta didik pada tahap aplikasi. c) Mengevaluasi sistem pembelajaran. Menurut Mulyasa (2013: 99), mengevaluasi pembelajaran dilakukan untuk menggambarkan perilaku hasil belajar dengan respon peserta didik yang dapat diberikan berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar. Kegiatan evaluasi dilakukan agar guru dapat melakukan tindak lanjut setelah mengetahui prestasi belajar siswa. Seperti yang dikatakan oleh Sardiman (2003:174) : Dengan mengetahui potensi belajar siswa, apalagi secara individual guru yang bijaksana dan memahami karakteristik siswa akan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lebih bervariasi serta akan memberikan kegiatan belajar mengajar yang berbeda antar siswa yang berprestasi tinggi dan akan mencarikan kegiatan belajar mengajar tertentu bagi siswa yang
23 berprestasi rendah seperti kegiatan remidi dan kegiatankegiatan lain yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa akan memberikan banyak informasi kepada guru tentang berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang telah dilakukanya. Melalui hasil evaluasi dapat memberikan motivasi kepada guru untuk lebih bervariasi dalam menggunakan metode dan media, melakukan remidi untuk siswa yang berprestasi rendah. Lebih lanjut Usman (2008:17) yang menyatakan bahwa kompetensi profesional meliputi hal-hal berikut : a) b) c) d) e)
Menguasai landasan pendidikan Menguasai bahan pengajaran Menyusun program pengajaran Melaksanakan program pengajaran Menilai hasil dan proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan. Pernyataan mengenai komponen kompetensi profesional diatas
memiliki arti bahwa guru harus memiliki kemampuan mengenai landasan kependidikan, penyusunan program pengajaran, pelaksanaan program pengajaran, serta penilaian proses belajar-mengajar. Komponen tersebut juga perlu didukung oleh beberapa kemampuan profesional lain. Seperti yang dijelaskan oleh Soediarto dalam Uno (2007:64), kemampuan tersebut antara lain: disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran, bahan ajar yang diajarkan, pengetahuan tentang karakteristik siswa, pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan, pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar, penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, dan pengetahuan terhadap penilaian, serta mampu merencanakan dan memimpin guna kelancaran proses pendidikan. Beberapa teori mengenai komponen kompetensi profesional guru di atas, didukung oleh pendapat Mulyasa (2012: 135) yang berjudul Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, dijelaskan bahwa ruang lingkup kompetensi profesional guru antara lain sebagai berikut :
24 a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media sumber belajar yang relevan f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik Mulyasa secara lebih rinci, menjabarkan kompetensi profesional guru meliputi kemampuan guru dalam memahami standar nasional pendidikan, mengembangkan kurikulum KTSP, menguasai materi standar,
mengelola
program
pembelajaran,
mengelola
kelas,
menggunakan media dan sumber pembelajaran, memahami dan melaksanakan
pengembangan
peserta
didik,
memahami
dan
menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami penelitian dalam pembelajaran, menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran, mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan, dan memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individu. a) Memahami standar nasional pendidikan Guru dituntut untuk dapat memahami beberapa standar pendidikan. Standar nasional pendidikan menurut UU No 20 tahun 2003 antara lain : (1) Standar isi (2) Standar proses (3) Standar kompetensi lulusan (4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan (5) Standar sarana dan prasarana (6) Standar pengelolaan (7) Standar pembiayaan
25 (8) Standar penilaian pendidikan b) Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan Guru diharapkan dapat menguasai kurikulum yang berlaku beserta kelengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Tidak hanya menguasai, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan kurikulum. Hal ini tercermin pada beberapa kemampuan yang meliputi : (1) Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) (2) Mengembangkan silabus (3) Menyusun RPP (4) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik (5) Menilai hasil belajar (6) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan zaman c) Menguasai materi standar Guru harus menguasai materi standar yang disampaikan dalam proses pembelajaran. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat menguasai materi standar antara lain : (1) Menguasai bahan pembelajaran (bidang studi) (2) Menguasai bahan pendalaman (pengayaan) d) Mengelola program pembelajaran Guru harus mampu mengelola program pembelajaran yang telah ditentukan. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat mengelola program pembelajaran antara lain : (1) Merumuskan tujuan (2) Menjabarkan kompetensi dasar (3) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran (4) Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran (5) Melaksanakan pembelajaran
26 e) Mengelola kelas Guru
harus
mampu
mengelola
kelas
yang
diajar.
Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat mengelola kelas antara lain : (1) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran (2) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif f) Menggunakan media dan sumber pembelajaran Guru harus mampu menggunakan media dan sumber pembelajaran. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat Menggunakan media dan sumber pembelajaran antara lain : (1) Memilih dan menggunakan media pembelajaran (2) Membuat alat-alat pembelajaran (3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran (4) Menggunakan dan mengelola laboratorium (5) Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran (6) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar g) Menguasai landasan kependidikan Guru harus mampu menguasai landasan kependidikan. Landasan kependidikan tersebut meliputi : (1) Landasan fisiologis (2) Landasan psikologis (3) Landasan sosiologis (4) Landasan hukum h) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik Guru
harus
mampu
memahami
dan
melaksanakan
pengembangan peserta didik. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik antara lain : (1) Memahami fungsi pengembangan peserta didik
27 (2) Menyelenggarakan ekstra kurikuler dalam rangka pengembangan peserta didik (3) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan peserta didik i) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah Guru harus mampu memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah antara lain : (1) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah (2) Menyelenggarakan administrasi sekolah j) Memahami penelitian dalam pembelajaran Guru
harus
mampu
memahami
penelitian
dalam
pembelajaran. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat memahami penelitian dalam pembelajaran antara lain : (1) Mengembangkan rancangan penelitian (2) Melaksanakan penelitian (3) Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran k) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran Guru
harus
mampu
menampilkan
keteladanan
dan
kepemimpinan dalam pembelajaran. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran antara lain : (1) Memberikan contoh perilaku keteladanan (2) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran l) Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan Guru harus mampu mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan antara lain : (1) Mengembangkan teori-teori kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik
28 (2) Mengembangkan konsep-konsep dasar kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik m) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individu Guru harus mampu memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individu. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individu antara lain : (1) Memahami strategi pembelajaran individual (2) Melaksanakan pembelajaran individual Memahami uraian mengenai komponen kompetensi profesional guru di atas, nampak bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. Berdasarkan kelima pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa, seorang guru yang menguasai kompetensi profesional guru memiliki kemampuan menyebutkan landasan kependidikan, menjelaskan landasan kependidikan, mengorganisasikan program pembelajaran, melaksanaan proses
pembelajaran,
mengevaluasi
proses
pembelajaran,
dan
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan. a) Kemampuan menyebutkan landasan kependidikan Guru memiliki
latar belakang pendidikan
keilmuan
sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki pengetahuan mengenai landasan kependidikan. Menurut Kunandar (2007: 87) terdapat dua kategori guru dalam memahami landasan kependidikan yaitu : (1) mempelajari konsep pendidikan dengan bersumber pada landasan sebagai standar pelaksanaan pembelajaran, (2) menganalisis, memahami, dan memberikan penilaian terhadap masalah pendidikan yang ada sekarang berdasarkan landasan atau
29 standar. Untuk indikator kemampuan menyebutkan landasan kependidikan, merujuk pada kategori pertama yaitu mempelajari konsep pendidikan dengan bersumber pada landasan sebagai standar pelaksanaan pembelajaran. Guru harus mampu mengetahui dan menyebutkan konsep landasan kependidikan yang terkait acuan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Firdausi & Barnawi (2012) yang menyebutkan guru harus mengerti dan menerapkan landasan kependidikan sebagai acuan bagi guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Landasan kependidikan yang dimaksud adalah tujuan kependidikan dan landasan hukum yang melandasi pelaksanaan pendidikan di Indonesia, yang terdiri dari undang-undang dasar 1945, undang-undang kependidikan, peraturan pemerintah, peraturan menteri, ketetapan sampai dengan surat keputusan terkait kependidikan. Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat menyebutkan landasan kependidikan antara lain : (1) Menyebutkan tujuan pendidikan (2) Menyebutkan standar nasional pendidikan (3) Menyebutkan beberapa peraturan perundang-undangan terkait kependidikan. b) Kemampuan menjelaskan landasan kependidikan Untuk
indikator
kemampuan
menjelaskan
landasan
kependidikan, merujuk pada pendapat Kunandar (2007: 87) kategori kedua yaitu menganalisis, memahami, dan memberikan penilaian terhadap masalah pendidikan yang ada sekarang berdasarkan landasan atau standar. Guru harus mampu menjelaskan landasan kependidikan. Berdasarkan pendapat Firdausi dan Barnawi (2012), guru harus memahami serta menerapkan landasan kependidikan sebagai
acuan
bagi
guru
dalam
menjalankan
tugas
keprofesionalannya. Landasan kependidikan merupakan norma dasar bersifat imperatif; artinya mengikat dan mengharuskan semua pihak yang
terlibat
dalam
pelaksanaan
pendidikan
untuk
setia
30 melaksanakan
dan
mengembangkan
berdasarkan
landasan
pendidikan yang dianut. Jika guru kurang mampu menguasai landasan kependidikan secara mendalam, maka landasan dari pelaksanaan pendidikan menjadi tidak kokoh, sehingga sulit untuk mencapai tujuan pendidikan (Pidarta.2009). Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat menjelaskan landasan kependidikan antara lain : (1) Menjelaskan tujuan pendidikan (2) Menjelaskan standar nasional pendidikan (3) Menjelaskan beberapa peraturan perundang-undangan terkait kependidikan. c) Kemampuan mengorganisasikan program pembelajaran Muslich
(2007:45)
memberikan
definisi
rencana
pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu rencana pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan. Guru harus dapat merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Firdausi dan Barnawi (2012:82) yang menyatakan bahwa pada kondisi apapun guru dituntut untuk melayani dan memfasilitasi peserta didik, oleh karena itu metode, media, sumber belajar, tempat harus dipersiapkan. Jika guru kurang mampu mengorganisasikan program pembelajaran, maka pembelajaran yang dilaksanakan menjadi kurang terarah (Firdausi dan Barnawi 2012). Kemampuan
yang
menunjang
guru
untuk
mengorganisasikan program pembelajaran antara lain : (1) Menetapkan tujuan pembelajaran (2) Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran (3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
dapat
31 (4) Memilih media pembelajaran yang sesuai (5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar d) Kemampuan melaksanaan proses pembelajaran Menurut Muslich (2007:72), secara teknis pelaksanaan kegiatan pembelajaran menampakkan pada beberapa hal yaitu pengelolaan
tempat
belajar/ruang
kelas,
pengelolaan
bahan
pelajaran, pengelolaan kegiatan dan waktu, pengelolaan siswa, pengelolaan sumber belajar dan pengelolaan perilaku mengajar. Guru harus mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Firdausi & Barnawi (2012;92) yang menyatakan, “guru harus
dapat menguasai
pengetahuan dan teori belajar-mengajar, kemahiran dan keterampilan teknik belajar seperti prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, serta keterampilan menilai hasil belajar peserta didik”. Jika guru kurang mampu melaksanakan berdampak
program
pada
pembelajaran
buruknya
dengan
pengelolaan
baik,
hal
pembelajaran
ini yang
dilaksanakan (Firdausi dan Barnawi 2012).Pelaksanaan proses pembelajaran terdiri atas tahap persiapan, penyajian, aplikasi atau praktek, dan penilaian. (1) Tahap persiapan Kemampuan yang menunjang guru pada tahap persiapan antara lain : (a) Mempersiapkan ruang belajar, alat dan bahan, media, dan sumber belajar (b) Mengkondisikan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik siap belajar (2) Tahap penyajian Kemampuan yang menunjang guru pada tahap penyajian adalah kemampuan dalam menyajikan materi. (3) Tahap aplikasi atau praktek
32 Kemampuan yang menunjang guru pada tahap aplikasi atau praktek adalah kemampuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan (4) Tahap penilaian Kemampuan yang menunjang guru pada tahap penilaian adalah kemampuan memeriksa dan memberikan umpan balik atas hasil kerja peserta didik pada tahap aplikasi atau praktek. e) Kemampuan mengevaluasi proses pembelajaran Evaluasi menurut Arikunto (2002: 56) ialah suatu upaya untuk mengadakan penilaian terhadap apa yang sudah dikerjakan, mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan selesai dikerjakan. Menurutnya, evaluasi dilakukan untuk mengetahui bagian-bagian mana dari sederetan kegiatan tersebut yang belum mencapai
sasaran
dan
mengumpulkan
informasi
tentang
penyebabnya dan evaluasi tersebut diharapan dapat diupayakanuntuk memperbaiki langkah yang akan datang. Guru harus mampu mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Firdausi & Barnawi (mengutip simpulan Sutrisna,1993) bahwa melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar peserta didik (2012: 99). Jika guru kurang mampu melaksanakan evaluasi proses pembelajaran, hal ini
berdampak
pada
tidak
akuratnya
tingkat
keberhasilan
pembelajaran sehingga tidak ada upaya perbaikan (Firdausi dan Barnawi: 2012). Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat mengevaluasi proses pembelajaran antara lain : (1) Menilai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. (2) Menyimpulkan respon peserta didik dari proses pembelajaran
33 f) Kemampuan mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan Guru harus mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Firdausi & Barnawi (mengutip simpulan Sulipan, 2007) bahwa tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya
(2012:106).
Jika
guru
kurang
mengembangkan
keprofesionalan, hal ini berdampak pada buruknya mutu guru (Firdausi dan Barnawi: 2012). Kemampuan yang menunjang guru untuk dapat mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan antara lain : (1) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri (2) Memanfaatkan
hasil
refleksi
dalam
rangka
peningkatan
keprofesionalan (3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan (4) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi dan pengembangan diri.
2. Penelitian yang Relevan Ada sejumlah penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Diantara yang penting adalah penelitian yang dilakukan oleh Kardiyem (2013, Erni Suharini (2009), Budi Arty (2011), dam M. Djazari dkk (2012). Masing-masing akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya. Kardiyem (2013) dalam penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Guru Pascasertifikasi: Studi Empiris pada Guru Akuntansi SMK se-Kabupaten Grobogan”. Penelitian dilaksanakan dengan mengambil tempat penelitian di SMK se-Kabupaten Grobogan. Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis
34 deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil analisis data menunjukan bahwa keseluruhan kinerja guru akuntansi tersertifikasi di SMK se-Kabupatem Grobogan adalah tidak baik. Pada kompetensi profesional guru akuntansi belum sesuai target pemerintah dalam memberikan tunjangan sertifikasi, kinerja guru masih dalam kategori kurang maksimal dan cenderung ajeg. Terdapat keterkaitan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian ini memberikan gambaran awal dan referensi tentang kompetensi profesional, kemudian peneliti melakukan potret kompetensi profesional pada guru dalam pembelajaran akuntansi di SMK Negeri Kota Surakarta. Penelitian selanjutnya, Erni Suharini (2009) dalam penelitian tentang kompetensi pedagogik dan profesional guru dengan judul “Studi Tentang Kompetensi Pedagogik dan Profesional Bagi Guru Geografi di SMA Negeri Kabupaten Pati”. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil tempat penelitian di SMA Negeri Kabupaten Pati dan sumber berasal dari Jurnal Geografi Unnes Penelitian
tersebut
menggunakan
metode
pengumpulan
data
observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan analisis deskriptif prersentase dan analisis statistic dengan uji MannWhitney. Hasil penelitian diketahui bahwa kompetensi pedagogik yang dimiliki guru geografi adalah sebesar 68,8% termasuk dalam kriteria baik. Namun ada satu indikator yang termasuk dalam kriteria kurang baik, yaitu pada ketepatan alat evaluasi. Hal ini dikarenakan kurangnya kompetensi guru dalam memberikan umpan balik dan pelaksanaan penilaian selama proses pembelajaran. Sedangkan pada kompetensi profesional yang dimiliki guru geografi adalah sebesar 70,5% termasuk dalam kriteria baik. Ada dua indikator yang termasuk dalam kriteria kurang baik, yaitu pada indikator kemampuan membuka pelajaran dan kemampuan mengadakan variasi pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru kurang dalam kemampuan memotivasi siswa untuk memulai pembelajaran, dan guru hanya menyampaikan kompetensi dasar secara sepintas saja pada waktu memulai pelajaran sedangkan dalam kemampuan mengadakan variasi pembelajaran, guru kurang baik dalam memilih sumber belajar, menentukan metode dan media
35 pembelajaran. Terdapat keterkaitan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian ini menunjukan bagaimana mengolah data-data yang diambil dari sampel penelitian, dimana penelitian tersebut menggunakan deskriptif persentase dan analisis statistic dengan uji MannWhitney. Perbedaannya terletak pada objek penelitiannya, jika penelitian ini meneliti kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru geografi di SMA Negeri Kabupaten Pati, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis mengambil objek kompetensi profesional guru dalam pembelajaran akuntansi di SMK Negeri Surakarta dengan tujuan dapat mengetahui tingkat kompetensi profesional guru akuntansi SMK Negeri Surakarta. Penelitian selanjutnya, Budi Arty (2011) dalam penelitian tentang kompetensi profesional dan pedagogik guru dengan judul “Kompetensi Profesional dan Pedagogik Guru Biologi SMA Negeri di Kabupaten Banjarnegara”. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil tempat penelitian SMA Negeri se Kabupaten Banjarnegara dan sumber berasal dari digital library Unnes. Penelitian tersebut menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian diketahui bahwa kompetensi profesional guru PNS yang telah tersertifikasi memperoleh skor 81%, guru PNS yang belum tersertifikasi memperoleh skor 75,5% dan guru Wiyata Bakti memperoleh skor 83,6%. Berdasarkan kriteria yang digunakan, maka kompetensi profesional guru biologi subjek penelitian ini dalam kategori baik dengan rentangan skor 70%84%. Untuk kompetensi pedagogik, guru biologi baik PNS yang telah tersertifikasi, guru PNS belum tersertifikasi maupun guru Wiyata Bakti secara umum termasuk dalam kriteria baik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan perlu adanya peningkatan kompetensi guru biologi terutama pada aspek kemampuan mengadakan variasi pembelajaran, baik melalui pelatihan, seminar, MGMP, maupun kegiatan lainnya sehingga guru lebih kreatif menciptakan variasi pembelajaran dalam KBM. Pada aspek kompetensi pedagogic juga perlu ditingkatkan pada aspek penggunaan teknologi dalam pembelajaran, variasi alat evaluasi dan kemampuan penelitian guru biologi. Terdapat keterkaitan antara
36 penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis. Perbedaannya terletak pada objek penelitiannya, jika penelitian ini meneliti kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik guru biologi di SMA Negeri Kabupaten Banjarnegara, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis mengambil objek kompetensi profesional guru dalam pembelajaran akuntansi di SMK Negeri Surakarta. Penelitian selanjutnya yang relevan dengan judul tentang kinerja guru adalah penelitian Djazari dkk (2012) dalam penelitian tentang kinerja guru akuntansi SMK Bismen. Penelitian dilakukan di seluruh SMK Bisnis dan Manajemen di Daerah Istimewa Yogyakarta. Judul penelitian “Analisis Kinerja Guru Akuntansi SMK Bisnis dan Manajemen di Daerah Istimewa Yogyakarta Aplikasi
Teori
Hierarki
Kebutuhan
Menurut
Maslow”.
Penelitian
ini
menggunakan desain survei, dengan populasi seluruh guru Akuntansi SMK Bisnis dan Manajemen di DIY. Sampelnya adalah guru yang sudah bersertifikat pendidik. Teknik analisis data adalah deskriptif kuantitatif dengan persentase dan analisi regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru akuntansi SMK Bisnis dan Manajemen di DIY ditinjau dari aspek Kompetensi Profesional menunjukan hanya 21,74% yang menunjukan kategori sangat tinggi. Sisanya sebesar 58,70% dinyatakan tinggi, 17,39% cukup dan 2,17% ada pada kategori rendah. Terdapat keterkaitan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai jenis penelitian, sampling, teknik analisis data serta teknik pengumpulan data. Perbedaannya terletak pada luasnya ranah penelitiannya. Penelitian ini lebih luas karena mengaplikasikan dengan teori kebutuhan Maslow untuk menganalisis kinerja guru akuntansi SMK Bisnis dan Manajemen di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti hanya merambah pada masalah kompetensi profesional guru pada pembelajaran akuntansi di SMK Negeri Surakarta, atau peneliti memperdalam penelitian tersebut dengan berkonsentrasi pada salah satu kompetensi guru.
37 B. Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah, serta didasarkan pada kajian teoretis untuk dapat sampai kepada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, dapat dijabarkan dalam gambar. Untuk mencapai suatu keadaan ideal dimana proses pembelajaran berjalan efektif dan meningkatnya kualitas pendidikan tergantung pada beberapa hal seperti guru, sarana prasarana pembelajaran, peserta didik, lingkungan kelas, serta iklim pembelajaran. Guru yang profesional merupakan salah satu komponen berperan dalam menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan pendidikan yang berkualitas. Makna guru yang profesional adalah guru yang menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan untuk dapat menjalankan tugas atau pekerjaan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Salah satu kompetensi yang wajib dikuasai oleh guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru merupakan hasil yang diperoleh antara lain dari pendidikan LPTK, pengalaman mengajar, dan pelatihan pra jabatan selama menjadi guru. Tinggi rendahnya mutu pembelajaran di LPTK serta diklat, pelatihan, seminar, workshop, maupun lokakarya yang diikuti oleh guru akan mempengaruhi tingkat kompetensi profesional guru. Untuk dapat mengetahui seberapa besar tingkat kompetensi profesional guru, perlu diukur melalui suatu penelitian. Penelitian yang memotret guru sebagai subyek penelitiannya, untuk diteliti aspek-aspek kompetensi profesional dari masing-masing guru. Hasil penelitian inilah yang digunakan sebagai dasar evaluasi bagi guru yang bersangkutan untuk memperbaiki kinerjanya. Selain itu sebagai acuan bagi kepala sekolah maupun dinas terkait dalam penentuan kebijakan program. Evaluasi dan perbaikan yang dilaksanakan nantinya akan memberikan dampak positif terhadap pembelajaran dan pendidikan yang berkualitas. Pengukuran kompetensi profesional guru merupakan hal yang sangat bermanfaat sebagai langkah untuk awal meningkatkan profesionalisme guru
38 dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas demi mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertera dalam tujuan pendidikan nasional. Kerangka pemikiran mengenai kompetensi profesional guru pada pembelajaran akuntansi di SMK Negeri Kota Surakarta dapat digambarkan pada gambar 2.1
Kemampuan dalam menyebutkan landasan kependidikan Kemampuan dalam menjelaskan landasan kependidikan
Tinggi/Rendahnya mutu pembelajaran di LPTK
KOMPETENSI PROFESIONAL
v Tinggi/Rendahnya mutu pembelajaran pada Diklat, Seminar, Lokakarya, Workshop pra jabatan
Kemampuan dalam mengorganisasikan program pembelajaran Kemampuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran Kemampuan dalam mengevaluasi proses pembelajaran Kemampuan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
Tingkat Kompetensi Profesional Guru
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
39 C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pengamatan pendahuluan terhadap kompetensi profesional guru dalam pembelajaran akuntansi SMK Negeri Kota Surakarta, pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat pemahaman landasan kependidikan dalam kompetensi profesional guru? 2. Bagaimana tingkat kemampuan mengorganisasikan program pembelajaran dalam kompetensi profesional guru? 3. Bagaimana tingkat kemampuan melaksanakan proses pembelajaran dalam kompetensi profesional guru? 4. Bagaimana tingkat kemampuan mengevaluasi proses pembelajaran dalam kompetensi profesional guru? 5. Bagaimana tingkat kemampuan pengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan dalam kompetensi profesional guru?