7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1
Pengertian Belajar dan Mengajar Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan,
pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar (Chauhan dalam Muhammad,2004:13) dalam bukunya ”Guru Dalam Proses Belajar Mengajar”. Dengan melalui pengajaran siswa menjadi lebih tahu dan semakin menunjukkan keaktifan dan kreaktifitasnya sehingga terjadi komunikasi guru-siswa yang menjadikan proses belajar lebih maksimal. Pada dasarnya kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh guru sebagai sarana komunikasi penyampaian materi pelajaran kepada siswa. Pendapat lain dikemukakan Mc.Donald dalam Oemar (2007:48) Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan tingkah laku manusia, maksudnya dengan pendidikan melalui pengajaran dapat merubah tingkah laku manusia dari tidak tahu menjadi tahu dan mengerti sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan (Burton dalam Muhamad,2004:14). Lingkungan diartikan dalam lingkungan belajar siswa baik di sekolah, rumah maupun lingkungan masyarakat yang dapat mendukung proses belajar. Belajar merupakan suatu proses dari pengalaman yang sifatnya langsung melalui kegiatan pembelajaran. Dengan keterlibatan langsung anak menerima pelajaran dalam proses belajar menjadikan hasil belajar meningkat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Prinsip-prinsip belajar dikemukakan Burton dalam Oumar (2007:31), meliputi : 1.
Proses belajar merupakan pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
2.
Proses belajar dan hasil belajar disyaratkan oleh hereditas dan lingkungan.
3.
Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaanperbedaan individual di kalangan murid-murid.
4.
Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasilhasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.
5.
Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.
8
8
6.
Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pendapat dari Mehl-Mills-Douglas dalam Oumar (2007:172) mengemukakan tentang “The Principle of Activity”, yaitu: One learns only by some activities in the natural system: seeings, hearing, smelling, feeling, thingking, physical or motor activity. The learn must actively engage in the “learning”, whether it be of information a skill, an understanding, a habit, an idealo, an attitude, an interest or the nature of a task. Macam-macam aktifitas belajar menurut Dierich dalam Oumar(2007:172-173), meliputi : 1.
Kegiatan-kegiatan visual, meliputi: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, dll.
2.
Kegiatan-kegiatan lisan, meliputi: mengajukan pertanyan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dll.
3.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan, meliputi: mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu pemainan, dll.
4.
Kegiatan menulis, meliputi: membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengisi hasil pengamatan, dll.
5.
Kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi: menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola.
6.
Kegiatan-kegiatan metrik, meliputi: melakukan percobaan, memilih alat-alat, membuat model, dll.
7.
Kegiatan-kegiatan mental, meliputi: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dll.
8.
Kegiatan-kegiatan emosional, meliputi: minat, membedakan, berani, tenang, dll. Penilaian ialah kegiatan membandingkan hasil pengukuran (skor) suatu objek
dengan acuan yang relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kualitas yang bersifat kuantitatif dan merupakan langkah yang ditempuh sebagai hasil belajar berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran dalam suatu materi atau tema tertentu dalam pembelajaran. Hendaklah dalam mengarahkan anak untuk mengetahui isi pengetahuan
9
dilakukan melalui proses atau aktivitas yang bermakna untuk mencapai penilaian yang maksimal (Masidjo,2006:149) dalam bukunya ” Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah”. Nilai sains terhadap perkembangan anak, jika dilihat berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan secara hirarkis berada pada level tinggi (Ibrahim dalam Ali,2005:36). Sumbangan pengembangan pembelajaran sains menjadikan anak berada pada suatu pembentukan karakter yang lebih manusiawi dan dihargai sebagai individu yang harus berkembang di dunianya dan lingkungannya, maksudnya adalah sifat-sifat sains yang empiris, obyektif, logis, dan ilmiah akan memberikan nilai yang sangat berharga bagi anak untuk dapat menjadi pribadi yang memiliki rasional dan dapat mengendalikan diri secara lebih jujur, terbuka serta berpegang teguh pada realitas yang ada. Model pembelajaran IPA yang bagaimana yang cocok untuk anak-anak sekolah dasar Indonesia dengan kondisi, karakteristik dan sikap budaya Indonesia?. Pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling efektif untuk menjawab tantangan di atas adalah pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi kehidupan yang berbedabeda akan meningkatkan kemampuan menalar, berupa karsa, dan berpikir kreatif pada anak didik. Selanjutnya model belajar yang cocok adalah belajar melalui pengalaman langsung ( Learning by doing ), model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biaya yang sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri. Efisiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistensi anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkis dan integratif. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapan dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, tetapi pengajaran IPA yang bagaimana yang paling tepat untuk anakanak?. Oleh karena struktur kognitif anak-anak tidak bisa dibandingkan dengan ilmuwan, padahal mereka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih ketrampilan-ketrampilan proses IPA yang perlu dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya. Paolo dan Marten dalam Samatowa, Drs M.Pd juga menegaskan bahwa dalam IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Dalam IPA,
10
anak bersikap skeptis sehingga ia selalu siap memodifikasi model-model yang mereka punyai tentang alam ini sejalan dengan penemuan-penemuan yang mereka dapatkan. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistimatis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Tujuan pembelajaran IPA kelas III SD menurut Sulistiyorini ( 2007:40 ) dalam ’Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar’ serta dalam peraturan Mendiknas (2006:487) menjelaskan tentang tujuan sebagai berikut : 1)
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2)
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA bermanfaat dan dapat diterima dalam kehidupan sehari-hari.
3)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4)
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5)
Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan.
6)
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7)
Memnperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP / MTs. Ruang Lingkup pembelajaran IPA yang terdapat dalam peraturan Mendiknas
(2006:487) mengemukakan, Mata pembelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1)
Makhluk Hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2)
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi: cair, padat dan gas.
11
3)
Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4)
Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
2.1.2PendekatanTematik Inkuiri 2.1.2.1 Strategi Inkuiri Teori yang dikemukaan Berlyne(1960) Teori Berlyne/ rasa ingin tahu dalam Chemistry (2007). Menurut Berlyne, ketidakpastian muncul ketika kita mengalami sesuatu yang baru, mengejutkan, tidak layak, atau kompleks. Ini akan menimbulkan rangsangan yang tinggi dalam sistem syaraf pusat kita. Respon manusia ketika menghadapi suatu ketidakpastian inilah yang disebut dengan curiosity atau rasa ingin tahu. Curiosity akan mengarahkan manusia kepada perilaku yang berusaha mengurangi ketidakpastian (Gagne, 1985). Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan curiosity siswa adalah inquiry teaching. Dalam metode ini, siswa lebih banyak ditanya daripada diberikan jawaban. Dengan mengajukan pertanyaan, bukan hanya pernyataan-pernyataan, curiosity siswa akan meningkat karena siswa mengalami ketidakpastian terhadap jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut (Gagne, 1985). W.Gulo dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar (2002:83-86), mengungkapkan pengertian strategi inkuiri merupakan serangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistimatis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah : a.
Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
b.
Keterarahan kegiatan secara logis dan sistimatis pada tujuan pengajaran.
c.
Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri Bruner dalam Sofa (2008) melihat beberapa segi keuntungan dari pendekatan
inkuiri, antara lain : a.
Pembelajar akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih banyak dan lebih baik.
12
b.
Membantu pembelajar menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.
Mendorong pembelajar berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
d.
Mendorong (memotivasi) pembelajar berpikir dan merumuskan hipotesis dalam proses belajar.
e.
Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik.
f.
Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
g.
Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh bersifat merangsang kegairahan belajar. W.Gulo juga mengungkapkan dalam proses inkuiri dimungkinkan adanya variasi
penyelesaian masalah sehingga inkuiri bersifat open ended, jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa masing-masing dengan argumen yang berbeda. Untuk itu peran guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut : a.
Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
b.
Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
c.
Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat.
d.
Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
e.
Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
f.
Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g.
Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat siswa.
2.1.2.2. Proses Inkuiri Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan ketrampilan. Pada hakikatnya, inkuiri merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara.(W.Gulo:2002:93-94), Proses inkuiri dapat dirumuskan :
13
(1) MERUMUSKAN MASALAH
(5)
(2)
MENARIK KESIMPULAN SEMENTARA
SISWA
MERUMUSKAN HIPOTESIS
(4)
(3)
MENGUJI HIPOTESIS
MENGUMPULKAN BUKTI
Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motifator, fasilotator, pengarah.
2.1.2.3. Pendekatan Pembelajaran Tematik inkuiri. Model pembelajaran tematik inkuiri adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan menentukan
topik tertentu sebagai tema atau topik sentral. Setelah tema
ditetapkan maka tema itu dijadikan dasar untuk menentukan sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait.(Fogarty) dalam Hesty, (2008:8). Setelah penetapan tema kemudian pelaksanaanya dengan pendekatan inkuiri atau pertanyaan anak. Berikut ini adalah karakteristik pembelajaran tematik antara lain : a.
Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus.
b.
Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antara skema yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
c.
Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.
14
d.
Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasarkan kepada pendekatan discoveri inkuiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi. Dalam hal ini guru dalam proses pembelajaran harus mampu bertindak sebagai pengarah dan pengontrol siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Seperti yang diungkap oleh Surya dalam Hesty, (2008:10) bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam pendekatannya pembelajaran tematik mempunyai beberapa keuntungan
baik bagi guru maupun siswa (Depdikbud Kab.Kudus,2005:3-4) dintaranya: a.
Keuntungan bagi guru:
1)
Guru memiliki kewenangan untuk menentukan/memilih tema-tema yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, serta karakteristik sekolahan dan lingkungan daerah setempat.
2)
Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran dapat disajikan dalam tema yang sama, sehingga guru mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk remidial, pengayaan dan pemantapan.
3)
Guru dapat lebih banyak mengembangkan kemampuan siswa dalam menumbuhkan kepekaan
terhadap
lingkungan,
menumbuhkan
potensi
kreaktivitas,
serta
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. 4)
Guru dapat menanamkan nilai-nilai moral melalui tema-tema yang dipilih sehingga menjadi pembiasaan yang baik.
b.
Keuntungan bagi siswa:
1)
Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada tema tertentu.
2)
Siswa dapat mengembangkan berbagai kompetensi dalam satu tema.
3)
Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4)
Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan beberapa mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa.
5)
Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.
15
6)
Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata melalui berbagai pendekatan, semisal lingkungan sekitar. Pembelajaran tematik inkuiri dilaksanakan pada anak kelas rendah yaitu antara
kelas I-III SD, dengan pengembangannya. Dilaksanakan dengan pembelajaran yang menekankan pada rasa ingin tahu siswa terhadap suatu obyek tertentu yang menjadi fokus belajar siswa. Pendekatan tematik dilaksanakan dengan beberapa prinsip (Depdikbud Kab.Kudus,2005:4), diantaranya: a.
Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa pelajaran yang lain.
b.
Tema yang digunakan dekat dengan siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain.
d.
Berpusat pada siswa (child centred), bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan perlu memperhatikan kebutuhan dan perkembangan siswa.
e.
Memberikan pengalaman langsung yang bermakna.
f.
Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran.
g.
Pemisahan antar pelajaran tidak nampak.
h.
Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minat.
i.
Bersifat fleksibel. Penekanan terhadap pembelajaran tematik inkuiri diarahkan pada keaktifan
siswa melalui pembelajaran yang dikemas dalam satu tema dengan pendekatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang efektif. Dikembangkan dalam pendekatan inkuiri yang mengarah pada rasa keingintahuan siswa pembelajaran.
2.1.2.4. Model Pembelajaran interaktif dalam inkuiri Kaitanya
dengan
model
pembelajaran
http://www.teknologipendidikan.net) menyampaikan
(Suprayekti,
2009 dalam
bahwa istilah model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
16
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Guru dan siswa memilih topik dan menemukan informasi
Bagan Model Pembelajaran Interaktif dalam Usman Samatowa, ( 2006:63 )
Pembelajaran yang dilakukan melalui pembelajaran interaktif dalam pendekatan inkuiri dengan berdasarkan siswa mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan dan mencoba menemukan jawaban pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan (observasi, penyelidikan) menjadikan siswa kritis dan aktif belajar, serta menampilkan pembelajaran yang menyenangkan.
17
2.2 Penelitian yang Relevan Menurut Jasti Wiyani ( 2010 ) peningkatan aktivitas belajar IPA melalui penggunaan pembelajaran model scientific inquiri pada siswa kelas V SD N 1 Taruman kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran IPA melalui pendekatan scientific inquiri dapat meninkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N 1 Taruman, kecamatan Kelambu, Kabupaten Grobogan dengan nilai rata-rata siklus I 60,7 %, siklus II 71,43% dan siklus III 82,14%. 2. 3 Kerangka Berfikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan tematik inkuiri pada siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III semester I tahun ajaran 2012/2013. Apabila dalam penerapan pendekatan tematik inkuiri secara efektif maka akan menghasilkan peningkatan pada hasil belajar IPA. Hal ini dapat di lihat seperti pada skema di bawah ini
KONDISI AWAL
Tindakan
KONDISI AKHIR
Guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan memberikan contohcontoh abstrak
Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar IPA melalui pendekatan tematik
Diduga dengan menerapkan pendekatan tematik inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 3 semester I tahun Ajaran 2012 / 2013
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Siswa merasa bosan dengan model tersebut, sehingga minat, perhatian dan hasil belajar rendah
Siklus I : Memberikan pembelajaran IPA di dalam kelas dengan pemanfaatan benda konkrit dan melakukan tes akhir kegiatan SIKLUS II: Memberikan pembelajaran IPA dengan pengamatan diluar kelas dan melakukan tes akhir kegiatan
18
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan beberapa kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut : “ Pendekatan tematik inkuiri dapat meningkatakan hasil belajar mata pelajaran IPA kelas III semester 1 SD N 2 Bacin, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus Tahun Ajaran 2012/2013 “.