BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Gagal Ginjal Kronik a. Pengertian Menurut Depkes (2008) dan National Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) Guidelines Update (Rasjidi dkk 2008) Penyakit Ginjal Kronik atau Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah 1) Suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, yang didefinisikan sebagai abnormalitas struktur atau fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang berman festasi sebagai kelainan patologis atau kerusakan ginjal, termasuk ketidakseimbangan komposisi zat di dalam darah atau urin serta ada atau tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan. 2) LFG yang kuang dari 60ml/menit/1,73 m2 lebih 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Sedangkan Brunnerdan Suddarth(2001) mengemukakan gagal ginjal dinyatakan terjadi jika fungsikedua ginjal terganggu sampai pada titik ketika keduanya tidak mampu menjalani fungsi regulatorik dan ekskretorik untukmempertahankan keseimbangan.Selanjutnya, gagal ginjal adalah tahap akhir dari penyakit ginjal kronik yang ditandai dengan kerusakan ginjal secara permanen danpenurunan fungsi ginjal yang ireversibel, dengan glomerular filtaration rate (GFR)< 15 mL/min/1,73 m2, yang memerlukan renal replacement therapy (RRT) berupa hemodialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2006). b. Patofisiologi Menurut Brunnerdan Suddarth (2001) gagal ginjal kronik terjadi setelah ginjal atau salurannya mengalami berbagai penyakit yang
8
9
merusak nefron di ginjal, dimana penyakit ini lebih banyak di parenkim ginjal, meskipun demikian lesi obstruksi pada saluran kemih juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Perjalanan umum gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu: 1) Fungsi renal menurun. Produk akhir metabolisme protein yang normalnya disekresikan dalam urin, tertimbun dalam darah menjadi uremia dan mempengaruhi semua sistem tubuh. Semakin banyak timbunan sampah dalam tubuh,maka gejala semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. 2) Gangguan klirens renal. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibar dari penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi, yang menyebabkan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. 3) Retensi cairan dan natrium. Ginjal tidak mampu mensekresikan dan mengencerkan urin secara normal pada pemyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai engan perubahan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. 4) Asidosis metabolik. Dengan berkembangnya penyakit renal terjadi asidosis metabolik seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama karena tubulus ginjal untuk mensekresi amonia dan mengabsorpsi natrium bikarbonat. 5) Anemia. Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari saluran gastroestinal. 6) Ketidakseimbangan kalsium dan posfat. Ketidaknormalan utama yang lain dari gagal ginjal kronik adalah gangguan metabolisme kalsium dan posfat. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dan akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang
10
c. Etiologi Menurut Guyton dan Hall (2007) penyebab gagal ginjal kronik adalah diabetes mellitus, hipertensi, glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik dan selebihnya tidak diketahui. d. Gejala Menurut
Brunner
dan
Suddarth
(2001)
pasien
akan
menunjukkan tanda dan gejala dimana keparahan kondisi bergantung pada tingkat kerusperakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia pasien. Manifestasi klinis gagal ginjal kronik adalah : 1) Manifestasi kardiovaskular seperti hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema pulmonal dan perikarditis. 2) Gejala-gejala dermatologis yaitu gatal-gatal hebat. 3) Gejal-gejala gastroestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan cegukan,
penurunan
aliran
saliva,
haus,
rasa
kehilangan
kemampuan pengecap dan parotitisatau stomatitis. 4) Perubahan neuromuskular seperti perubahan tingkat kesadaran, kacau mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang. 5) Perubahan hematologik seperti kecenderungan perdarahan. 6) Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum 7) Pasien secara bertahap akan lebih mengantuk, karakter perapadan berubah, terjadi koma, konvulsi (kedutan mioklonik) atau kedutan otot. 8) Reproduktif seperti amenore, atrofi testikuler e. Diagnosis Rasjidi (2008) mengemukakan diagnosis gagal ginjal kronik ditegakkan berdasarkan : 1) Anamnesis seperti sering berkemih pada malam hari,pergelangan kaki bengkak, lemah, lesu,mual,muntah, nafsu makan turun, kram otot terutama malam hari, sulit tidur, bengkak disekitar mata terutama saat bangun tidur dan mata merahserta berair (uremic red
11
eye) 2) Pemeriksaan fisik seperti anemia, kulit gatal dan kering, edema tungkai atau palpebra, tanda bendungan apru, amata merah dan berair. 3) Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu terdapat gangguan fungsi ginjal. f. Komplikasi Brunner dan Suddarth (2001) mengemukakan komplikasi yang muncul pada pasien gagal ginjal kronik adalah : 1) Hiperkalemia yaitu akibat dari penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan diet yang berlebih. 2) Hipertensi, akibat dari retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-angiotensin-aldosteron 3) Anemia, akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan gastroestinal sebagai akibat iritasi toksin 4) Penyakit tulang, sebagai akbiat retensiposfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormaldan peningkatan kadar alumunium. g. Jenis-jenis Terapi Ginjal Pengganti Terapi Ginjal Pengganti (TGP) adalah usaha untuk mengganti fungsi ginjal penderita yang telah menurun, baik dengan secara alamiah yaitu menggantinya dengan ginjal orang lain yang sehat (transplantasi/cangkok ginjal), maupun secara artifisial yaitu dengan menggantinya dengan ginjal buatan (dialisis/hemofiltrasi).TGP yang paling mendekati fungsi fisiologis normal adalah dengan transplantasi ginjal. Karena dengan penatalaksanaan TGP seperti ini, maka baik fungsi eksokrin dan endokrin dari ginjal dapat diambil alih. Pada TGP artifisial seperti dialisis atau fremofiltrasi hanya fungsi eksokrin yang dapat diambil alih, sedangkan fungsi endokrinnya tidak. Fungsi pengaturan cairan dan elektrolit, serta ekskresi sisa-sisa metabolisme protein dapat diambil alih. Tetapi fungsi pengaturan tekanan darah,
12
pembentukan eritrosit, fungsi-fungsi hormonal maupun integritas tulang tidak dapat digantikan oleh terapi jenis ini (Roesli, 2004). Menurut Roesli (2004), berdasarkan prinsip kerja dari ginjal pengganti maupun indikasi penggunaannya Terapi Ginjal Pengganti (TGP) dapat dibedakan secara garis besar sebagai berikut : 1) Artifisial a) Hemodialysis (hemodialisis) yang terdiri dari hemodialisis akut dan hemodialisis kronis (rutin). b) Peritoneal dialysis (dialisis peritoneal) yang terdiri dari acute Peritoneal Dialysis (APD), Intermitent Peritoneal Dialysis (IPD) dan Chronic Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). c) Hemofiltration (hemofiltrasi) yang terdiri dari Chronic Hemofiltration, Hemo-diafiltration, Continous Arterio Venous Hemofiltration
(CAVH),
Continous
Veno
Venous
Hemofiltration (CVVH) dan Slow Continous Ultrafiltration (SCUF). 2) Alamiah Cangkok (transplantasi ginjal) yang meliputi : transplantasi donor hidup dan transplantasi dari jenazah (cadaveric) 2. Terapi Hemodialisa a. Pengertian Menurut Depkes (2008) hemodialisis adalah suatu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibatlaju filtrasi glomerulus yang rendah sehingga diharapkan dapat memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Hemodialisa adalah salahsatu tindakan yang bertujuan untukmengambil zat-zat nitrogen yang bersifattoksik dari dalam darah dan mengeluarkanair yang berlebih (Smeltzer & Bare, 2001). Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis
13
jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer& Bare, 2001). b. Tujuan Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Ada tiga prinsip yangmendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisat yang konsentrasinya rendah.Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan: dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapar ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi
pengeluaran
air.
Karena
pasien
tidak
dapat
mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan ) (Smeltzer& Bare, 2001).
14
c. Teknik Hemodialisis Menurut Siregar (2010), berbagai teknik hemodialisis adalah sebagai berikut : 1) Hemodialisis Tradisional Pada hemodialisis tradisional darah mengaalir di satu sisi membran dialiser sedangkan dialisat mengalir di sisi lainnya dari membran dialiser. Untuk memaksimalkan gerakan zat terlarut darah dan dialisat dialirkan dalam arah yang berlawanan (counter current flow). 2) Hemofiltrasi Teknik hemofiltrasi menggunakan tekanan hidrostatik yang besar. Plasma ultrafiltrat diganti dengan plasma seperti larutan elektrolit. Pembuangan zat terlarut dicapai dengan konveksi dan control volume berdasarkan perbedaan antara volume cairan yang dikeluarkan dan cairan penggantinya. Teknik hemofiltrasi dapat berupa hemofiltrasi intermiten (Intermitten Hemofiltration : IHF), atau Slow Continuous (CHF), CHF digunakan gagal ginjal akut dan menggunakan kateter arteri untuk mengalirkan darah dari pasien dan keteter vena untuk mengembalikan darah. Tehnik ini disebut Continue ArterioVenosa Hemofiltration (CAVH). Teknik yang sama menggunakan dual lumen vena kateter disebut Continue Veno Venous Hemofiltration (CVVH). 3) Hemodiafiltrasi Hemodiafiltrasi
adalah
kombinasi
dari
dialisis
dan
hemofiltrasi dimana dialisis dan penggantian cairan dilakukan. d. Proses Hemodialisa Ginjal buatan (dialyzer), mempunyai 2 kompartemen, yaitu kompartemen
darah
dan
kompartemen
dialisat.
Kedua
kompartementersebut, selain dibatasi oleh membran semi-permeabel, jugamempunyai perbedaan tekanan yang disebut sebagai transmembranpressure (TMP) (Swartzendruber et al., 2008). Selanjutnya,
15
darah daridalam tubuh dialirkan ke dalam kompartemen darah, sedangkan
cairan
pembersih
(dialisat),
dialirkan
ke
dalam
kompartemen dialisat. Pada proses hemodialisis, terjadi 2 mekanisme yaitu, mekanisme difusi dan mekanisme ultrafiltrasi. Mekanisme difusi bertujuan untukmembuang zat-zat terlarut dalam darah (blood purification), sedangkanmekanisme kelebihan
ultrafiltrasi
cairandalam
bertujuan
tubuh
(volume
untuk
mengurangi
control)
(Roesli,
2006).Mekanisme difusi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi antara kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Zat-zat terlarutdengan konsentrasi tinggi dalam darah, berpindah dari kompartemendarah ke kompartemen dialisat, sebaliknya zat-zat terlarut dalam cairandialisat dengan konsentrasi rendah, berpindah dari kompartemen dialisatke kompartemen dialisat. Proses difusi ini akan terus berlangsunghingga konsentrasi pada kedua kompartemen telah sama(Rahardjo et al., 2006). Pada mekanisme ultrafiltrasi, terjadi pembuangan cairan karena adanya
perbedaan
tekanan
antara
kompartemen
darah
dankompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik akan mendorong cairanuntuk keluar, sementara tekanan onkotik akan menahannya. Bilatekanan di
antara
kedua kompartemen
sudah seimbang,
makamekanisme ultrafiltrasi akan berhenti (Suwitra, 2006). e. Dosis hemodialisa Dosis hemodialisa yang diberikan pada umumnya sebanyak 2kali seminggu dengan setiap hemodialisa selama 5 jam atausebanyak 3 kali seminggu dengan setiap hemodialisa selama 4 jam(Suwitra, 2006).Lamanya hemodialisis berkaitan erat dengan efisiensi dan adekuasi
hemodialisis,
sehingga
lama
hemodialisis
juga
dipengaruhioleh tingkat uremia akibat progresivitas perburukan fungsi ginjalnyadan faktor-faktor komorbiditasnya, serta kecepatan aliran darah dankecepatan aliran dialisat (Swartzendruber et al., 2008).
16
f. Komplikasi Menurut Rahardjo et al., (2006). Komplikasi hemodialisa dapatdisebabkan oleh karena penyakityang mendasari terjadinya penyakit ginjal kronik tersebut atau olehkarena proses selama menjalani hemodialisa itu sendiri. Sedangkankomplikasi akut hemodialisa adalah komplikasi yang terjadi selamaproses hemodialisis berlangsung Komplikasi hemodialisa sebagai berikut: 1) Komplikasi yang sering terjadi a) Hipotensi adalah komplikasi akut hemodialisa yang paling sering terjadi. Dapat disebabkan oleh karenapenurunan volume plasma, disfungsi otonom, vasodilatasi karenaenergi panas, obat anti hipertensi. b) Kram
otot,
Terjadi
pada
20%
pasien
hemodialisa,
penyebabnya idiopatiknamun diduga karena kontraksi akut yang dipicu olehpeningkatan volume ekstraseluler 2) Komplikasi yang jarang terjadi a) Dialysis disequilibrium syndrome (DDS). Ditandai dengan mual dan muntah disertai dengan sakit kepala,sakit dada, sakit punggung. Disebabkan karena perubahan yangmendadak konsentrasi elektrolit dan pH di sistem saraf pusat. b) Aritmia dan angina. Disebabkan oleh karena adanya perubahan dalam konsentrasipotasium, hipotensi, penyakit jantung. c) Perdarahan.
Dipengaruhi
oleh
disebabkan oleh karenasindrom
trombositopenia
yang
uremia, efek samping
penggunaan antikoagulan heparinyang lama dan pemberian anti-hypertensive agents d) Hipertensi. Disebabkan oleh karena kelebihan cairan, obatobat hipotensi,kecemasan meningkat, dan DDS.
17
g. Perubahan
yang
Terjadi
pada
Pasien
Ginjal
yang
MenjalaniHemodialisis Menurut Santoso (2012) perubahan yang terjadi pada pasien ginjal yang menjalani hemodialisis adalah : 1) Perubahan Fisik Tingkat keparahan tanda dan gejala bergantung seberapabanyak kerusakan pada renal dan keadaan lain yang mempengaruhi dan usia pasien. tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu: a) Neurologi:
kelemahan,
penurunankonsentrasi,
fatigue,
disorientasi,
kecemasan,
tremor,
seizures,
kelemahan padalengan, nyeri pada telapak kaki, perubahan tingkah laku. b) Integumen: kulit berwarna coklat keabu-abuan, kering, kulitmudah terkelupas, pruritus, ekimosis, purpura tipis, kuku rapuh,rambut tipis c) Kardiovaskular: Hipertensi, edema pitting (kaki, tangan, dansakrum),
edema periorbita, precordial
friction rub,
pembesaranvena pada leher, perikarditis, efusi perikardial, tamponadepericardial, hiperkalemia, hiperlipidemia d) Paru-paru: krakles,
sputum
yang lengket
dan kental,
depresirefleks batuk, nyeri pleuritik, napas pendek, takipnea napaskussmaul, uremic pneumonitis, “uremic lung”. e) Gastrointestinal:
bau
ammonia,
napas
uremik,
berasa
logam,ulserasi pada mulut dan berdarah, anoreksia, mual dan muntah,hiccup, konstipasi atau diare, perdarahan pada saluranpencernaan. f) Hematologi: anemia, trombositopenia g) Reproduksi: amenorrhea, atropi testis, infertile, penurunan libido h) Muslukoskleletal: kram otot, hilangnya kekuatan otot,
18
renalosteodistropi, nyeri tulang, fraktur, dan foot drop
2) Perubahan Psikologis Perubahan fungsi secara progresif akibat penyakit ginjal yang diderita membuat pasien gagal ginjal mengalami berbagai strespsikologis. Masalah psikologis lain adalah perubahan harga diri pasien, perubahan pola hidup, perubahan nilai-nilai personal dan pola rutinitas pasien (Santoso, 2012) 3) Perubahan Sosial Peran sosial lain yang berubah pada pasien GGK adalah perubahan
pekerjaan.
Pasien
dengan
keterbatasan
fisik
akanmengalami penurunan kemampuan kerja. Pasien dapat mengambil cutiatau kehilangan pekerjaannya. Hal ini akan menimbulkanpermasalahan lain yaitu penurunan kualitas hidup pasien. Pasien GGKyang tidak mempunyai pekerjaan mempunyai penurunan skor yangsangat signifikan pada dimensi fungsi fisik, peran fisik, kesehatanumum, vitalitas, peran emosional dan peningkatan intensitas nyeri(Santoso,2012). 4) Perubahan Ekonomi Perubahan ekonomi akibat dari penyakit ginjal dan dialisis tidak hanya terjadi pada individu dan keluarga pasien. Masalahekonomi ini juga akan berakibat kepada perekonomian negara sebagai penanggung jawab atas penduduknya. Biaya dialisis yang mahal akan membuat pengeluaran di sektor kesehatan akan meningkat (Santoso 2012) 3. Harga Diri a. Pengertian Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan nilai ideal diri(Stuart & Sunden, 1998). Sedangkan Suliswati, dkk (2005) mengemukakan bahwa harga diri dibentuk sejak
19
kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat seiring meningkatnya usia.KemudianStuart dan Laraia (2005 dalam Santoso 2011) menambahkan bahwa, harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang ingin dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. b. Harga Diri Tinggi Harga diri yang tinggi adalah perasaan berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakuakan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi merasa sebagai orang yang penting dan berharga (Stuart & Sunden, 1998).KemudianStuart dan Laraia (2005 dalam Santoso 2011) menambahkan bahwa, frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Seseorang dengan harga diri tinggi dapat menerima orang lain, berekspresi tanpa cemas/takut dan berfungsi efektif di lingkungan sosial. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicinta dan menerima penghargaan dari orang lain. c. Harga Diri rendah Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2011). Sedangkan menurut Potter dan Perry (2005), orang dengan harga diri rendah sering merasa tidak dicintai dan sering merasa mengalami depresi dan ansietas. Harga diri berfluktuasi sesuai dengan kondis sekitarnya, meskipun inti dari dari perasaan negatif dan positif dipertahankan. 1) Faktor Predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan faktor
20
presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun (Yosep, 2011). 2) Faktor Presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasiional misalnya karena trauma yang
muncul
secara
tiba-tiba
misalnya
harus
dioperasi,
kecelakaan, perkosaan atau dipenjara termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah yang disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Penyebab lain adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Sedangkan harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau dirawat, klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat (Yosep, 2011). Penyakit, pembedahan atau kecelakaan yang mengubah pola hidup dapat juga menurunkan perasaan nilai diri. Penyakit kronis seperti diabetik, artitis, disfungsi jantung dan disfungsi ginjal membutuhkan perubahan dalam pola perilaku yang telah lama diterima dan dijalani. Jika perubahan lambat dan progresif, maka individu mempunyai kesempatan untuk mengatasi berduka. Namun demikian perubahan mendadak dalam kesehatan lebih mungkin menciptakan situasi krisis. Makin kronis suatu penyakit yang mengganggu kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas yang menunjang perasaan berharga atau berhasil, makin besar pengaruhnya pada harga diri (Potter & Perry, 2005).
21
3) Tanda-tanda Harga Diri Rendah Menurut Yosep (2011), tanda-tanda harga diri rendah meliputi : a) Mengejek dan mengkritik diri b) Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri. c) Mengalami gejala fisik, misal tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat. d) Menunda keputusan e) Sulit bergaul. f) Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas. g) Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi. h) Merusak diri, harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup. i) Merusak/melukai orang lain. j) Perasaan tidak mampu. k) Pandangan hidup yang pesimistis. l) Tidak menerima pujian. m) Penurunan produktivitas. n) Penolakan terhadap kemampuan diri. o) Kurang memperhatikan perawatan diri. p) Berpakaian tidak rapih. q) Berkurang selera makan. r) Tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk. s) Bicara lambat dengan nada suara lemah. 4. Hubungan Terapi Hemodialisa dengan Harga Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik Penyakit apapun yang berlangsung dalam kehidupan manusia dipersepsikan sebagai suatu penderitaan dan mempengaruhi kondisi
22
psikologis dan sosial orang yang mengalaminya. Aspek psikososial menjadi penting diperhatikan karena perjalanan penyakit yang kronis dan sering membuat pasien tidak ada harapan. Pasien sering mengalami ketakutan, frustasi dan timbul perasaan marah dalam dirinya.. Penelitian oleh para profesional di bidang penyakit ginjal menemukan bahwa lingkungan psikososial tempat pasien gagal ginjal tinggal mempengaruhi perjalanan penyakit dan kondisi fisik pasien. Kondisi ini bisa terjadi pada kasus gagal ginjal akut maupun yang kronis (Andri, 2012). Pasien dengan gagal ginjal sering kali merasa kehilangan kontrol akan dirinya. Mereka memerlukan waktu yang panjang untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan apa yang dialaminya. Perubahan peran adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Sebagai contoh seorang pencari nafkah di keluarga harus berhenti bekerja karena sakitnya. Perasaan menjadi beban keluarga akan menjadi masalah buat individu ini.Selain itu juga pasien sering kali merasa dirinya “berubah”. Adanya kateter yang menempel misalnya pada pasien dengan dialisis peritoneal, lesi di kulit, nafas berbau ureum dan perut yang membuncit membuat percaya diri dan harga diri pasien terpengaruh.Perubahan fungsi secara progresif akibat penyakit ginjal yang diderita membuat pasien gagal ginjal mengalami berbagai strespsikologis. Masalah psikologis lain adalah perubahan harga diri pasien, perubahan pola hidup, perubahan nilai-nilai personal dan pola rutinitas pasien (Santoso, 2012).
23
B. Kerangka Teori
Gagal Ginjal Kronis
Terapi Ginjal Pengganti 1. Ariifisial 2. Alamiah
Pengertian Hemodialisa
Konsep Diri
Komponen konsep diri : 1. Citra tubuh 2. Ideal diri 3. Harga diri 4. Penampilan peran 5. Identitas personal
Harga Diri 1. Rendah 2. Tinggi
Aspek-aspek konsep diri : 1. Pengetahuan mengenai diri sendiri 2. Pengharapan untuk dirinya sendiri. 3. Penilaian terhadap diri sendiri
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : Stuart & Sunden (1998), Roesli (2004) Potter & Perry (2005), Suliswati, dkk (2005), Manik (2007), Siregar (2010), Yosep (2011)
24
C. Kerangka Konsep Variabel Bebas
Variabel Terikat
Terapi hemodialisa
Harga Diri
1. 1 kali seminggu 2. > 1 kali seminggu
1. Harga diri tinggi 2. Harga diri rendah
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri rendah : 1. Faktor predisposisi a. Penolakan orang tua yang tidak realistis b. Kegagalan berulang kali c. Kurang mempunyai tanggung jawab personal d. Ketergantungan pada orang lain e. Ideal diri yang tidak realistis 2. Faktor presipitasi a. Kehilangan bagian tubuh b. Perubahan penampilan/bentuk tubuh c. Kegagalan atau produktivitas yang menurun
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :
area yang diteliti
: area yang tidak diteliti
D. Hipotesis Menurut Arikunto (2010) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
25
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara terapi hemodialisa dengan harga diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Cilacap tahun 2014”.