BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 2.1.1.1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial selain itu model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Wina Sanjaya dalam Hamdani (2010:30) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Ibid dalam Hamdani (2010:31) mengemukakan: Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat atau enam orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Dalam penelitian ini, dipilih model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Selanjutnya terdapat beberapa pengertian mengenai model pembelajaran kooperatif Think Pair Share yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Alma (2009:91) menyimpulkan Think Pair Share; pertanyaan diajukan untuk seluruh kelas, lalu tiap siswa memikirkan jawabannya, kemudian siswa dibagi berpasangan dan diskusi. Pasangan ini melaporkan hasil diskusinya dan berbagi pemikiran dengan seluruh kelas. Menurut Lie (2005:57) Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekannya di Maryland pada tahun 1981. Slavin (2010:257) menyatakan bahwa:
7
8
Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timya masing-masing. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas. Menurut Trianto (2011: 132-133), Think Pair Share dapat memberi siswa banyak waktu untuk berfikir, merespon, dan saling membantu. Ibrahim dalam Estiti (2007:10) mengemukakan Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. International Jurnal of Education Research dalam Brown & Lara (2007) menyatakan bahwa: Think Pair Share is a quick cooperation learning activity in which the instructor ask an open-ended question and then allows student about a minute to think about it. Next, pair of student discuss their ideas about the question or problem. Finally, the instruction soluciti comment or feedback such as a class vote regarding the question. Pendapat tersebut mengandung makna bahwa Think Pair Share adalah aktivitas cooperative learning yang cepat. Guru mengajukan pertanyaan terbuka untuk seluruh siswa kemudian memberi siswa beberapa menit untuk memikirkan jawabannya. Setiap pasangan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan tersebut. Akhirnya guru mengumpulkan tanggapan dari satu kelas yang berhubungan dengan pernyataan tersebut. Menurut Isjoni (2009:-) menyatakan pada tahap Think, terdapat “wait or think time” yakni waktu berpikir. Maksudnya, siswa diberi waktu terlebih dahulu untuk memikirkan dan memahami permasalahan yang diberikan. Waktu tersebut diharapkan dapat digunakan oleh siswa untuk mencari solusi permasalahan yang diberikan berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Dengan adanya waktu berpikir ini tentu saja dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir dan mengungkapkan pendapatnya. Namun perlu diingat, waktu berpikir ini sebaiknya
9
diberikan batasan yang tidak terlalu lama agar siswa dapat lebih cekatan dalam berpikir dan dapat segera bertukar pikiran dengan sesama siswa lain seperti yang terdapat pada langkah berikutnya dari model ini. Setelah siswa memperoleh solusi versi mereka masing-masing dalam waktu berpikir tersebut, mereka akan dipasangkan dengan siswa lainnya pada tahap Pair. Di sini, mereka dapat saling bertukar pikiran dan pendapat guna memperoleh solusi terbaik dari keduanya. Selanjutnya guru akan kembali membimbing siswa untuk memasuki diskusi kelas pada tahap Share. Tiap pasangan akan mempresentasikan solusi yang telah mereka peroleh pada saat berpasangan. Dengan adanya “pasangan”, siswa tidak akan merasa malu lagi dalam mengungkapkan pendapatnya ketika jawaban dari solusi permasalahan yang mereka utarakan dirasa belum memenuhi. Mereka tidak akan takut salah karena mereka merasa dapat berbagi “rasa malu” yang mungkin timbul. Pada tahap Share ini juga dapat menyadarkan siswa bahwa seringkali pendapat mereka yang pada awalnya mereka anggap salah, ternyata tidak salah sama sekali. Dengan kata lain, secara tidak langsung dapat menumbuhkan keberanian siswa dalam berkomunikasi di depan kelas. Dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe Think Pair Share adalah model pembelajaran kooperatif yang bertujuan memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain serta mempunyai tiga tahapan penting yaitu berpikir (think), berpasangaan (pair), berbagi (share). Tahap pertama yaitu think, guru memberi soal pada siswa kemudian siswa diberi kesempatan berpikir secara mandiri mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru. Tahap kedua yaitu pair, guru membagi siswa dalam kelompok berpasangan. Setiap kelompok pasangan mendiskusikan dan bertukar pikiran untuk mencapai
10
sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Tahapan yang ketiga yaitu share, setiap kelompok pasangan saling berbagi pendapat mengenai hasil jawaban yang telah didiskusikan dalam kelompok pasangan dengan seluruh kelas kemudian kelompok lain dapat memberikan tanggapan dan saran kepada kelompok yang maju. 2.1.1.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Hamdani (2010:31) mengemukakan ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah a) Setiap anggota memiliki peran; b) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa; c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya; d) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok; e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nurhadi, dkk dalam Wena (2009:190) bahwa ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran koperatif, yaitu (a) saling ketergantungan positif (positive interdependence); (b) interaksi tatap muka (face to face interaction); (c) akuntabilitas individual (individual accountability), dan (d) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (use of collarative/ social skill). Agus Suprijono (2009:91) mengemukakan ciri-ciri model Think Pair Share adalah sebagai berikut: 1) “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. 2) “Pairing”, pada tahap ini meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan melalui intersubjektif dengan pasangannya. 3) Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian
11
pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajari. 2.1.1.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibrahim dalam Isjoni (2009:39-41) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu: 1) Hasil belajar akademik. Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugs-tugas penting lainnya. Beberapa ahli pendapat bahwa model ini lebih unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan telah dapat meningkatkan nilai siswa dalam belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang
yang
berbeda
berdasarkan
ras,
budaya,
kelas
sosial,
kemampuannya, dan ketidak kemampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh para siswa sebagai warga masyarakat, bangsa, dan Negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan
12
bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan tersebut. Trianto (2011:58) mengemukakan bahwa: Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Slavin dalam Alma (2009:82) bahwa: Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Jika kelompok memperoleh nilai di atas kriteria yang ditentukan dalam hal hasil yang dicapai, proses pencapaian hasil dengan kerjasama yang baik dalam kelompok, akan diberikan penghargaan. Model pembelajaran kooperatif membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Seperti yang diungkapkan Stahl dalam Isjoni (2010:110) “The cooperative behavior and attitudes that contributed to the success and or failure of there group”. Dalam kelompok mereka bekerja tidak hanya sebagai kumpulan individual tetapi merupakan sesuatu tim kerja yang tangguh. Seorang anggota kelompok tergantung kepada anggota kelompok lainnya. Seorang yang memilili keunggulan tertentu akan membagi keunggulannya dengan lainnya. Di samping itu, pembelajaran kooperatif sekaligus dapat melatih sikap dan keterampilan sosial sebagai bekal kehidupannya di masyarakat. Sedangkan menurut Slavin (2010:257) dengan Think Pair Share ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, siswa dapat memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya para siswa dapat berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas. Menurut Agus Suprijono (2009:91) model Think Pair Share mempunyai tujuan:
13
1) “Thinking” guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya 2) “Pairing” diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. 3) “Sharing”
diharapkan
terjadi
tanya
jawab
yang mendorong pada
pengonstruksian pengetahuan secara integrative. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajari. 2.1.1.4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dalam sebuah model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing, demikian juga dengan pembelajaran Think Pair Share . Lie (2002:46) mengemukakan kelebihan dari kelompok berpasangan yaitu 1) meningkatkan partisipasi anak, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih banyak kesempatan untuk mentribusi masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, 5) lebih mudah dan cepat membentuknya. Lie (2005:46) mengemukakan kelebihan pembelajaran Think Pair Share diantaranya sebagai berikut: (1) meningkatkan partisipasi anak, (2) cocok untuk tugas sederhana, (3) lebih banyak kesempatan untuk mentribusi masing-masing anggota kelompok, (4) interaksi lebih mudah, (5) lebih mudah dan cepat membentuknya. Alma (2009:91) mengemukakan: Model Think Pair Share merupakan teknik sederhana yang mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan pertisipasi siswa mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa meningkatkan daya pikir (think) lebih dulu, sebelum masuk ke dalam kelompok berpasangan (pair), kemudian berbagi dalam kelompok (share). Setiap siswa saling berbagi ide, pemikiran atau informasi yang mereka ketahui tentang permasalahan yang diberikan oleh guru, dan bersama-sama mencari solusinya. Menurut Isjoni (2010:112) menyatakan bahwa Model Think Pair Share adalah memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Selain itu dapat mengoptimalkan partisipasi siswa, yaitu memberi
14
kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arends dalam Trianto (2011:132) bahwa: “Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”. Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Selain kelebihan, pembelajaran Think Pair Share juga memiliki beberapa kelemahan antara lain 1) Model pembelajaran Think Pair Share belum banyak diterapkan di sekolah; 2) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal; 3) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak; 4) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan seramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut maka kelebihan dari pembelajaran Think Pair Share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, model Think Pair Share ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. 2.1.1.5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Adapun
langkah-langkah
atau
alur
pembelajaran
dalam
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share adalah Langkah 1 : Pendahuluan Pada tahap ini guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan. Tahap ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
15
Langkah 2 : Think Pada tahap ini siswa dituntut berpikir secara individual.Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya masing-masing. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. Langkah 3 : Pair Selanjutnya, setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS berupa kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. Langkah 4 : Share Pada langkah ini, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil kelompoknya. Langkah 5 : Evaluasi Langkah akhirnya yaitu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan penguatan terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan. 2.1.2. Media Pembelajaran 2.1.2.1. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Selain itu, kata media juga berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, dan secara harfiah berarti perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
16
Arsyad (2011:3) mengatakan media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media berasal dari kata wasaail yang berarti pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks serta lingkungan sekolah merupakan media belajar. Heinich dkk dalam Arsyad (2011:4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi Televisi, film, foto, radio rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Media pembelajaran sering kali diganti dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang disampaikan oleh Hamalik dalam Arsyad (2011:4) dimana ia melihat bahwa komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Menurut Iswidayati (2010:2), media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari ”medium” yang secara harfiah berarti ”perantara” atau ”pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media diartikan sebagai
segala sesuatu
yang dapat
digunakan
untuk
menyampaikan pesan, atau informasi kepada siswa serta dapat dimanfaatkan untuk memperjelas materi atau mencapai tujuan pembelajaran, memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Selain itu media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak untuk dapat menimbulkan motivasi belajar, dan membentuk interaksi yang lebih langsung antara siswa dan guru, siswa dan lingkungannya dan dapat memacu siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Selain pendapat tersebut, Sanjaya dalam Hamdani (2010:244) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Media tidak hanya berupa
17
alat atau bahan, tetapi juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan. Berdasarkan penjelasan para ahli tentang pengertian media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi yang mengandung tujuan instruksional kepada penerima pesan dalam pembelajaran. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong keberhasilan proses belajar. Peranan media dalam pembelajaran adalah sebagai teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pengajaran atau sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. 2.1.2.2. Fungsi Media Pembelajaran Media
pembelajaran
merupakan
media
yang
digunakan
dalam
pembelajaran. Fungsi utama media adalah menambah pengalaman serta menanggulangi
keterbatasan
pengalaman
yang
dimiliki
siswa.
Media
pembelajaran dapat digunakan untuk menggantikan objek-objek riil yang sulit ditemukan siswa sebagai pengalaman belajar. Materi belajar seperti binatang buas, organ tubuh manusia, sifat cahaya, planet dan sebagainya yang umumnya sulit ditemukan secara konkrit, dalam hal ini media pembelajaran dapat digunakan sebagai sarana untuk menggantikannya, kendati dalam bentuk buku, film, video, slide, bentuk miniature, film, model atau bentuk gambar-gambar/foto yang disajikan secara audio, visual, dan audio visual. Menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2011:19) menyatakan bahwa “Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyaikan informasi dan (3) memberi instruksi”. Berdasarkan penjelasan mengenai fungsi media dalam pembelajaran tersebut tampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, media
18
memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (Guru) menuju penerima (Siswa). Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungannya, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan dan hambatannya yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. 2.1.2.3. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan, media pembelajaran terus mengalami perkembangan, tampil dalam berbagai jenis. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan pengelompokkan media, mengarah kepada taksonomi media pendidikan di sekolah yaitu yang dilakukan oleh Hamdani (2010:248) media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu media visual, media audio, dan media audio visual. Media visual adalah media yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam atau bergerak. Adapun media yang tidak dapat diproyeksikan adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan atau isi pelajaran, yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk media audio. Penggunaan media audio dalam pembelajaran pada umumnya untuk menyampaikan materi pelajara tentang mendengarkan. Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang dengar. Audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batasbatas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh guru, dan guru bisa beralih menjadi fasilator belajar, yaitu
19
memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh media audio visual, diantarnya program video atau televisi, video atau televisi instruksional, dan program slide suara. Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya taksonomi menurut Bretz dalam Sadiman (2008:20) mengidentifikasi ciri utama media menjadi 3 unsur yaitu: visual, suara dan Gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Disamping itu Bretz juga membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi media yaitu: Media audiovisual gerak, media audio visual diam, media visual gerak, media visual diam, media semi gerak, madia audio, media cetak. Rudy bretz menekanan pada media yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan menurut
Duncan
dalam
Arief
Sadiman
(2008:20)
Hierarki
media
mempertimbangkan aspek aspek antara lain: biaya, kelangkaan, keluesan, cakupan sasaran, pengadaan, kemudahan. Semakin rumit jenis perangkat media yang digunakan, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaannyadan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan lebih murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan lingkup sasarannya lebih terbatas. Pada dasarnya, hierarki Duncan disusun menurut tingkat kerumitan perangkat dan media yang digunakan dan menekankan pada pemanfaatan media dalam pemanfaatanya dalam pendidikan menurut kerumitan perangkat media. Berbeda lagi dengan Taksonomi menurut Gagne dalam Sadiman (2008: 21) yang membuat tujuh macam pengelompokan media yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Sadiman (2008:19) menyatakan “media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan”. Media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan format masing-masing dengan ciri dan kemampuannya sendiri.
20
Dari hal tersebutlah muncul pengelompokan atau klasifikasi menurut ciri dan karakteristiknya. Menurut Sadiman dalam Sanaky (2009:39) mengemukakan dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional, disamping pesan, orang, dan peralatan. Tetapi yang sering terjadi media masih dikacaukan dengan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau informasi pengajaran yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan yang disebut perangkat keras (hardware), yang merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut. 2.1.2.4. Kelebihan dan Manfaat Media Pembelajaran Menurut Gerlach dan Ely dalam Hamdani (2010:245-246) ada tiga kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut: 1) kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya; 2) kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya; 3) kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau radio. Menurut Iswidayati (2010:10-11) media pembelajaran mempunyai kelebihan dalam beberapa hal di antaranya: a) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknya lah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang
21
dapat disajikan secara audiovisual dan audial; b) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan karena : obyek terlalu besar, obyek terlalu kecil, obyek yang bergerak terlalu lambat, obyek yang bergerak terlalu cepat, obyek yang terlalu kompleks, obyek yang bunyinya terlalu halus, obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik; c) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya; d) Media menghasilkan keseragaman pengamatan; e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis; f) Media membangkitkan keinginan dan minat baru; g) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; h) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. Selain memiliki kelebihan, media pembelajaran juga memiliki manfaat antara lain: 1) lebih menarik perhatian; 2) menumbuhkan motivasi belajar; 3) bahan pengajaran lebih terstruktur, logis, dan jelas; 4) metode pembelajaran dapat bervariasi; 5) pembelajar banyak melakukan kegiatan belajar. 2.1.2.5. Kriteria Pemilihan Media Sanjaya dalam Hamdani (2010:257) mengungkapkan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, yaitu menggunakan kata ACTION (Access, Cost, Technology, Interactivity, Organization, Novelty). Access artinya kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan. Akses juga juga menyangkut aspek kebijakan, apakah media tersebut diizinkan untuk digunakan. Cost artinya pertimbangan biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan suatu media harus seimbang dengan manfaatnya. Technology artinya ketersediaan teknologinya dan kemudahan dalam penggunaannya. Interactivity artinya mampu menghadirkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Organization artinya dukungan organisasi atau lembaga dan cara pengorganisasiannya. Novelty artinya
22
aspek kebaruan dari media yang dipilih. Media yang baru biasanya lebih menarik dan lebih baik. Selain kriteria-kriteria yang telah diuraikan menurut Hamalik dalam Sanaky (2009:33) mengemukakan desain media juga harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Alat-alat yang dibuat harus memenuhi syarat sebagai berikut: a) Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita; b) Ilmiah, sesuai dengan perkembangan akal dan mampu dipikirkan oleh kita; c) Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada, hemat, dan efisien; d) Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktek di sekolah dan bersifat sederhana. 2.1.2.6. Media Power Point Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah microsoft power point. Program ini adalah salah satu aplikasi dalam paket microsoft office. Dengan bantuan media power point, seorang guru dapat mempresentasikan materi ajar kepada siswa bisa lebih mudah dalam mentransformasikan ilmunya melalui presentasi yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya di kelas. Disamping memudahkan seorang guru menguasai kelas dan membantu anak-anak didik untuk tetap fokus dengan apa yang diterangkan oleh seorang guru. Menurut Hamalik (2008:-) menyatakan bahwa jenis teknologi yang digunakan dalam pengajaran terdiri dari media audiovisual (film, filmstrip, televisi, dan kaset video) dan komputer. Media komputer adalah salah satu media interaktif yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara cermat, cepat dan hasil yang akurat. Sebagai sebuah media pembelajaran komputer dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Selain itu, komputer sendiri dapat berfungsi sebagai salah satu sumber informasi, dengan demikian dapat menjadi sumber belajar bagi seorang siswa beberapa bagian utama dalam pembelajaran yang menggunakan media komputer. Dalam perkembangannya komputer dewasa ini, memiliki kemampuan menggabungkan berbagai peralatan antara lain: CD player, video tape, dan audio tape.
23
Microsoft Office Power Point adalah suatu jenis program yang tergabung dalam Microsoft Office Power Point sebagai program aplikasi yang dirancang khusus untuk menampilkan program multimedia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Riyana dalam Smaldino (2011:102) bahwa Program Power Point merupakan salah satu software yang dirancang secara khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data (data storage). Riyana
dalam
Smaldino
(2011:103)
mengatakan
prosedur
pengembangan media menggunakan Microsoft Office Power Point dilakukan melalui empat tahap yaitu identifikasi program, mengumpulkan bahan pendukung, proses pembuatan di Microsoft Office Power Point dan penggunaan program tersebut yang sebelumnya telah dilakukan review program. Identifikasi program dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara program yang dibuat dengan materi, sasaran dan sumber pendukung seperti animasi, gambar, video dan sebagainya. Mengumpulkan bahan pendukung dapat dilakukan dengan cara memproduksi sendiri bahan-bahan yang diperlukan dan dapat dilakukan dengan cara browsing. Setelah bahan terkumpul selanjutnya proses pengerjaan di Microsoft Office Power Point sampai selesai. Program Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage). Power Point dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan yaitu 1) Personal Presentation, pada umumya power point digunakan untuk presentasi dalam classical learning. Pada penyajian ini power point sebagai alat bantu bagi guru untuk presentasi menyampaikan materi dengan bantuan media power point. Dalam hal ini kontrol pembelajaran terletak pada guru; 2) Stand Alone, pada pola penyajian ini power point dirancang khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak terlalu tinggi namun power point mampu menampilkan feedback yang sudah di
24
program; 3) Web Based, pada pola ini power point dapat diformat menjadi file web (html) sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat menampilkan internet. Pada umumnya Microsoft Office Power Point digunakan untuk presentasi dalam classical learning, karena Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi. Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa Microsoft Office Power Point yang digunakan untuk presentasi dalam classical learning disebut personal presentation. Microsoft Office Power Point pada pola penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru. Power
Point
juga
merupakan
peranti
lunak
presentasi
yang
menyediakan format untuk menampilkan visual berbasis komputer dengan sebuah proyektor digital. Peranti lunak ini bisa digunakan untuk membuat program aktif sendiri dengan visual dan suara yang menyertai. Ini bermanfaat menghemat waktu ketika presenter tidak harus membahas tentang topik. Berkas audio yang dengan mudah dilampirkan bisa meningkatkan presentasi bergerak dengan menyediakan selingan musik. Aplikasi ini bisa digunakan di pusat media atau sebagai sebuah display. Sanaky (2009:-) menyatakan bahwa Microsoft Power Point adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office program komputer dan tampilan ke layar dengan menggunakan bantuan LCD projector. Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam Microsoft Office salah satu program komputer. Jadi, pada waktu penginstalan program Microsoft Office dengan sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan pengembangan pembelajaran dengan komputer. Menurut Kawanua (2010:-) Microsoft Power Point adalah suatu software yang akan membantu dalam menyusun presentasi yang efektif, profesional, dan juga mudah. Media power point bisa membantu sebuah
25
gagasan menjadi lebih menarik dan jelas tujuannya jika dipresentasikan karena media power point akan membantu dalam pembuatan slide, outline presentasi, presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk clipart yang menarik, yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor komputer. Purnomo (2010:-) menyatakan Power Point adalah alat bantu presentasi, biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu hal yang dirangkum dan dikemas dalam slide power point. Sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami penjelasan kita melalui visualisasi yang terangkum di dalam slide. Power Point merupakan program untuk membantu mempresentasikan dan menampilkan presentasi dalam bentuk tulisan, gambar, grafik, objek, clipart, movie, suara, atau video yang dimainkan pada saat presentasi. Berdasarkan penjelasan beberapa para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Power Point merupakan software yang mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan serta penggunaannya relatif murah selain itu Power Point juga memiliki kemampuan untuk menggabungkan berbagai unsur media seperti pengolahan teks, warna, gambar, grafik serta animasi. Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan media Power Point yaitu 1) mudah dibuat dan digunakan. Siswa dan guru bisa membuat presentasi digital dengan sedikit pelatihan mengenai peranti lunak itu sendiri; 2) Catatan yang diproyeksikan untuk guru dan siswa. selama presentasi mata pelajaran, catatan yang diproyeksikan membantu mempertahankan guru pada jalurnya. Catatan tersebut juga mengisyaratkan siswa terhadap poin-poin kunci dari presentasi guru; 3) mendukung penyertaan multimedia. Teks, visual, animasi, audio, dan klip video dapat disertakan; 4) mendukung interaktivitas. Presentasi bisa menyertakan hiperteks dan tombol navigasi untuk lebih mendukung proses belajar. Presenter bisa dengan mudah menuju slide mana pun dalam presentasi atau tautan ke salah satu dari berkas multimedia terpadu atau situs internet; 5) menghasilkan format yang beragam. Selebaran, halaman catatan, dan garisgaris besar bisa dibuat dengan satu klik mouse.
26
Sebetulnya, perkembangan office bagi para programmer pembelajaran berbasis komputer sangat menguntungkan. Hal ini dapat dilihat pada beberapa versi power point yang semakin maju dengan kelengkapan fitur-fitur yang semakin lengkap. Pada prinsipnya, beberapa fasilitas power point dapat digunakan untuk memprogram model pembelajaran interaktif. Adapun kelebihan Power Point menurut Sanaky (2009:-) yaitu (1) praktis, dapat digunakan untuk semua ukuran kelas, (2) memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respon siswa, (3) memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan, (4) dapat menyajikan berbagai kombinasi clipart, picture, warna, animasi dan suara sehingga membuat siswa lebih tertarik, (5) dapat digunakan berulang-ulang. Selain memiliki kelebihan tersebut, power point mempunyai beberapa kelemahan menurut Sanaky (2009:-) yaitu 1) pengadaannya mahal dan tidak semua sekolah dapat memiliki; 2) tidak semua materi dapat disajikan dengan menggunakan power point; 3) membutuhkan keterampilan khusus untuk menuangkan pesan atau ide-ide yang baik pada desain program komputer microsoft power point sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan; 4) memerlukan persiapan yang matang, bila menggunakan teknik-teknik penyajian (animasi) yang kompleks. Berdasarkan penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan maka dapat disimpulkan bahwa salah satu kelemahan media power point adalah tidak semua materi pembelajaran dapat disajikan dengan menggunakan media power point tetapi disisi lain media power point juga memiliki kelebihan yaitu siswa menjadi tertarik dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Kenthut dan Rahardi (2008:-) mengemukakan langkah-langkah untuk mendesain media pembelajaran power point yang tepat agar materi yang dipresentasikan dapat dipahami oleh siswa secara maksimal adalah sebagai berikut: 1) Tentukan topik sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
27
2) Siapkan materi yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Pemilihan materi ini sangat penting karena tidak semua materi dianjurkan untuk menggunakan power point. 3) Identifikasi bahan-bahan materi tersebut untuk diseleksi mana yang sesuai dengan karakteristik media presentasi. Ingat tidak semua materi tersebut cocok untuk dituangkan melalui media presentasi. 4) Tulis materi yang telah dipilih dalam kalimat yang singkat, pointers dan hanya memuat poin-poin penting saja (key words). Penulisan penjelasan yang panjang lebar sangat tidak dianjurkan dalam penulisan naskah presentasi. Pada saat membuat outline ini, pikirkan juga bahan-bahan pendukung presentasi, misalnya: clip art, picture, sound, background music, video klip dan lain sebagainya. 5) Tuangkan pesan-pesan yang disajikan dalam berbagai format seperti teks (kata-kata), gambar, animasi atau audio-visual. Lengkapi outline yang sudah dibuat dengan keterangan tambahan. Berilah warna pada font. Atur tata letaknya. Berilah warna pada background. 6) Pastikan bahwa materi yang ditulis telah cukup lengkap, jelas, dan mudah dipahami oleh sasaran. Menyelesaikan desain, mengulas ulang desain yang telah dibuat. Jika perlu minta pendapat dan masukan dari orang lain. Lakukan perbaikan-perbaikan jika diperlukan, hingga Anda yakin presentasi telah seperti yang diinginkan. 7) Sajikan isi materi secara urut dan sistematis agar mempermudah penyajian dan pesan mudah dipahami oleh siswa. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media power point terlebih dahulu guru harus menyiapkan materi pembelajaran yang didesain ke dalam microsoft power point, kemudian menyeleksi materi pembelajaran yang sesuai yang dapat ditampilkan ke dalam slide microsoft power point. Mendesain materi dengan menggunakan picture, clipart, animation, warna dan suara. Setelah selesai proses pembuatan materi ke dalam slide microsoft power point, seorang guru dapat melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar.
28
Menurut Daryanto (2010:4) dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan
bahan-bahan
yang
disampaikan
dapat
dibantu
dengan
menghadirkan media sebagai perantara kerumitan bahan yang akan disampaikan. Penggunaan media power point dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif, karena dapat mendorong motivasi dan meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap proses pembelajaran dilandasi dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode, media, alat, serta evaluasi. Dalam pencapaian tujuan, peranan media pembelajaran merupakan bagian terpenting pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih mudah untuk memahami materi. Dalam proses belajar mengajar media power point dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. 2.1.2.7. Media Bagan Bagan termasuk dalam media grafis. Menurut Sadiman dalam Sanaky (2009:69) menyatakan media grafis termasuk media visual yang berfungsi menyalurkan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Saluran yang digunakan adalah mengutamakan indera penglihatan (visual). Agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien, pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam, simbol komunikasi yang digunakan adalah simbol visual. Menurut Webster dalam Nana Sudjana (2010:27) mendefinisikan Graphics sebagai seni atau ilmu menggambar, terutama penggambaran mekanik. Istilah bagan meliputi berbagai jenis presentasi grafis seperti peta, grafik, lukisan, diagram, poster dan bahkan kartun. Dalam hubungan ini, bagan didefinisikan sebagai kombinasi antara media grafis dan gambar foto yang dirancang untuk memvisualisasikan secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan. Menurut Ibid dalam Sanaky (2009:69) mengemukakan secara khusus, media grafis berfungsi untuk: a) menarik perhatian; b) memperjelas sajian ide; c) mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila
29
tidak divisualisasikan; d) media grafis, sederhana dan mudah pembuatannya; e) termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya. Selanjutnya salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini adakah media bagan. Menurut Sadiman dalam Sanaky (2009:43) menyatakan bagan yaitu kombinasi garis atau tulisan dengan gambarnya yang dijelmakan secara logis untuk menerangkan fakta dan ide. Bagan atau chart termasuk juga dalam jenis media visual. Bentuk penyajiannya secara dragmatik dengan menggunakan lambang-lambang visual, untuk mendapatkan ide, objek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari sudut waktu dan ruang. Pesan yang akan disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Di dalam bagan seringkali kita jumpai jenis media grafis yang lain, seperti gambar, diagram, kartun atau lambang-lambang verbal. Secara garis besar bagan/chart dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu bagan yang menyajikan pesannya secara bertahap dan bagan yang menyajikan pesannya sekaligus. Contoh bagan yang menyajikan pesan secara bertahap antara lain, bagan balikan (flip chart) dan bagian tertutup (hiden chart). Bagan tertutup (hiden chart) disebut juga strip chart. Pesan yang akan disampaikan mula-mula ditampilkan ke dalam satu chart. Misalnya saja pesan tersebut berupa jenis chart. Setiap jenis kemudian ditutup dengan potongan kertas yang mudah untuk dilepas. Potongan kertas selain murah juga menarik perhatian. Pada saat penyajian satu per-satu tutup dibuka. Flip chart atau bagan balikan menyajikan setiap informasi. Apabila urutan informasi yang akan disajikan tersebut sulit ditunjukkan dalam selembar chart, maka bagan balikan dapat dipakai. Bagian-bagian dari pesan tersebut ditulis/dituangkan dalam lembaran tersendiri, kemudian lembaran-lembaran tersebut dibundel jadi satu. Penggunaannya tinggal membalik satu persatu sesuai dengan bagan pesan yang akan disajikan. Bagan/chart yang menyajikan pesan sekaligus ada beberapa macam, antara lain:
30
Bagan pohon (tree chart) bagan ini menggambarkan arus diagram berasal dari akar ke batang, menuju ke cabang-cabang dan ranting-ranting. Bagan juga dapat menggambarkan suatu keadaan pengelompokkan. Biasanya bagan pohon dipakai untuk menunjukkan sifat, komposisi atau hubungan antar kelas/keturunan. Silsilah termasuk bagan pohon. Bagan Arus (flow chart) menggambarkan arus suatu proses atau dapat pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi suatu organisasi. Tanda panah seringkali untuk menggambarkan arah arus tersebut. Stream Chart merupakan bagan kebalikan dari bagan pohon. Jika pada bagan pohon dimulai dari satu hal kemudian memecah menjadi berbagai hal/bagian, maka dalam stream chart berbagai hal tersebut pada ujung, akhirnya menyimpul atau menuju ke suatu hal yang sama. Bagan garis waktu (time line chart) merupakan bagan yang menunjukkan atau menggambarkan kronologi atau hubungan peristiwa dalam suatu waktu. Pesan-pesan tersebut disajikan dalam bagan secara kronologis. Bagan organisasi merupakan suatu bagan yang menggambarkan susunan dan hirarki suatu organisasi. Bagan semacam ini dihubungkan oleh garis-garis, dan masing-masing garis mempunyai arti tertentu. Fungsi bagan yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit apabila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi selain itu juga menunjukkan hubungan, perbandingan, jumlah relatif, perkembangan, proses, klasifikasi dan organisasi. Pesan yang akan disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubunganhubungan penting. Dalam bagan sering kita jumpai jenis media grafis yang lain, seperti gambar, diagram, kartun, atau lambang-lambang verbal. Sebagai media yang baik, bagan memiliki kelebihan, diantaranya: 1) dapat dimengerti anak; 2) sederhana dan lugas, tidak rumit dan berbelit-belit; 3) diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasa (up to date), juga tidak kehilangan daya tarik. Selain memiliki kelebihan media bagan juga memiliki
31
kelemahan yaitu sering kali siswa bingungdihadapkan pada data yang banyak sekaligus. 2.1.3. Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Power Point Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan pada kelompok eksperimen adalah pembelajaran Think Pair Share berbantuan media power point. Media power point dipakai untuk membantu pembelajaran Think Pair Share dalam mata pelajaran IPA. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share yaitu: 1) Pendahuluan. Guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan; 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru (Think); 3) Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar (Pair); 4) Guru meminta berpasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan (Share); 5) Evaluasi. Selanjutnya apabila pembelajaran Think Pair Share digabungkan dengan media power point dalam pembelajaran materi daur air maka langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: a. Pendahuluan Pada tahap ini Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan menyanyikan lagu yang berjudul Tik tik tik bunyi hujan kemudian mengaitkan nyanyian tersebut pada topik materi pelajaran yang akan disampaikan, Guru menyampaikan
tujuan
pembelajaran,
Guru
mempresentasikan
materi
pembelajaran dengan berbantuan media Power Point mengenai proses terjadinya daur air dan jenis-jenis sumber air (Modelling). Guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan yaitu siswa diberi pertanyaan mengenai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik pelajaran. b. Tahap Berpikir (Think) Pada tahap ini Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru kemudian siswa dibimbing guru dalam mengerjakan soal secara individu, disini siswa
32
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan. c. Tahap Berpasangan (Pair) Pada tahap ini Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar dan siswa disediakan waktu berinteraksi untuk menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan dan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi (Learning Community). d. Tahap Berbagi (Share) Pada tahap ini Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas sesuai dengan apa yang telah mereka diskusikan sampai sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan kemudian guru melibatkan kelompok lain untuk menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi. e. Evaluasi Pada tahap ini Guru melakukan refleksi dan mengumpulkan hasil diskusi. (Reflection), Guru membantu siswa dalam membuat rangkuman diskusi dengan tanya jawab, Guru menutup diskusi, dan diakhiri dengan Guru pemberian soal post test yang menjadi ukuran hasil belajar dari treatment yang telah dilakukan guru. Post tes dilakukan untuk melihat bagaimana hasil pembelajaran siswa dengan penggunaan media power point pada pembelajaran Think Pair Share mata pelajaran IPA. 2.1.4. Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Bagan Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan pada kelompok kontrol adalah pembelajaran Think Pair Share berbantuan media bagan. Media bagan dipakai untuk membantu pembelajaran Think Pair Share dalam mata pelajaran IPA. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share yaitu: 1) Pendahuluan. Guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan; 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru (Think); 3) Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar (Pair); 4) Guru meminta
33
berpasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan (Share); 5) Evaluasi. Selanjutnya apabila pembelajaran Think Pair Share digabungkan dengan media bagan dalam pembelajaran materi daur air maka langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: a. Pendahuluan Pada tahap ini Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan menyanyikan lagu yang berjudul Tik tik tik bunyi hujan kemudian mengaitkan nyanyian tersebut pada topik materi pelajaran yang akan disampaikan, Guru menyampaikan
tujuan
pembelajaran,
Guru
mempresentasikan
materi
pembelajaran dengan berbantuan media bagan mengenai proses terjadinya daur air dan jenis-jenis sumber air (Modelling). Guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan yaitu siswa diberi pertanyaan mengenai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik pelajaran. b. Tahap Berpikir (Think) Pada tahap ini Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru kemudian siswa dibimbing guru dalam mengerjakan soal secara individu, disini siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan. c. Tahap Berpasangan (Pair) Pada tahap ini Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar dan siswa disediakan waktu berinteraksi untuk menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan dan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi (Learning Community). d. Tahap Berbagi (Share) Pada tahap ini Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas sesuai dengan apa yang telah mereka diskusikan sampai sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan kemudian guru melibatkan kelompok lain untuk menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi.
34
e. Evaluasi Pada tahap ini Guru melakukan refleksi dan mengumpulkan hasil diskusi. (Reflection), Guru membantu siswa dalam membuat rangkuman diskusi dengan tanya jawab, Guru menutup diskusi, dan diakhiri dengan Guru pemberian soal post test yang menjadi ukuran hasil belajar dari treatment yang telah dilakukan guru. Post tes dilakukan untuk melihat bagaimana hasil pembelajaran siswa dengan penggunaan media bagan pada pembelajaran Think Pair Share mata pelajaran IPA. 2.1.5. Hasil Belajar IPA 2.1.5.1. Pengertian Hasil Belajar Menurut Hermawan dkk (2010:10.20) menyatakan bahwa “hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan”. Kemampuan yang diharapkan dikuasai dari suatu mata pelajaran berbeda dengan mata pelajaran lain. Setiap mata pelajaran memiliki tugas tersendiri dalam mengembangkan hasil belajar yang merupakan akibat dari kegiatan pembelajaran. Oleh karena setiap mata pelajaran menuntut hasil belajar yang berbeda dari mata pelajaran lain maka banyak para ahli yang mengemukakan jenis-jenis hasil belajar, seperti Gagne dan Bloom. Gagne dalam Hermawan dkk (2010:10.20) mengemukakan hasil belajar dalam lima kategori yaitu: (1) Informasi Verbal (Verbal Information). Informasi verbal adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk memberikan tanggapan khusus terhadap stimulusya yang relatif khusus. Untuk menguasai kemampuan ini siswa hanya dituntut untuk menyimpan informasi dalam sistem ingatannya. (2) Kemampuan Intelektual (Intelektual Skill). Keterampilan intelektual adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik disini adalah bahwa siswa harus mampu memecahkan masalah dengan enerapkan informasi yang belum pernah dipelajari. (3) Strategi kognitif (Cognitif Strategies) yang mengacu pada kemampuan mengontrol proses internal yang dilakukan oleh individu dalam memilih dan memodifikasi cara berkonsentrasi, belajar, mengingat dan berfikir. Siswa yang telah menguasai kemampuan strategi kognitif akan mendapat
35
kemudahan dalam berkonsentrasi belajar, mengingat dan berfikir. (4) Sikap (Attitude) yang mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan untuk bertindak dibawah kondisi tertentu. Dikaitkan dengan hasil belajar, sikap adalah kemampuan siswa dalam menentukan pilihan atau bertindak sesuai dengan sistem nilai yang diyakini. (5) Keterampilan Motorik yang mengacu pada kemampuan melakukan gerakan atau tindakan yang terorganisasi yang direfleksikan melalui kecepatan, ketepatan, kekuatan dan kehalusan. Menurut Bloom dkk dalam Hermawan (2010:10.23), seorang ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar yang memiliki nama lengkap Benyamin S Bloom (1956) menggolongkan tujuan atau hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif berkenaan dengan pengembangan kemampuan orak dan penalaran siswa. Domain afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Sedangkan hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak dari siswa. Menurut Sudjana (2006:22) menyatakan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Winanto (2011:162), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Abdulrahman dalam Winanto (2011:163), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar. Menurut
Sudjana
(2010:22),
“hasil
belajar
adalah
kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu: (a) Keterampilan dan kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-cita, yang masingmasing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
36
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Sudjana (2010:23), dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi; 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli mengenai hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bukti dari keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka, nilai, maupun huruf. Dalam penelitian ini diberi pembatasan hasil belajar hanya pada aspek kognitif, hasil belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. 2.1.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Menurut Slameto (2010:54), faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelahan. Slameto (2010:60),
37
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Winanto (2011:162), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Abdulrahman dalam Winanto (2011:163), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar. Menurut
Sudjana
(2010:22),
“hasil
belajar
adalah
kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu : (a) Keterampilan dan kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-cita, yang masingmasing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar siswa di sekolah itu sulit dipisah-pisahkan satu sama lain karena semua unsur tersebut akan terintegrasi dalam pembelajaran. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada dasarnya
terwujud dalam bentuk
perubahan pengetahuan
(knowledge), penguasaan perilaku yang ditentukan (kognitif, afektif, psikomotorik) dan perbaikan kepribadian. Dari penjelasan yang telah diuraikan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Untuk faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Kedua faktor yang telah dijelaskan memberikan pengaruh yang banyak bagi siswa. Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang
38
baik siswa harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar agar terwujud kebiasaan belajar yang baik. 2.1.5.3. Pembelajaran IPA di SD Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan
dapat
diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari;
3)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan
masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat
39
sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas 5 SD N Bergaskidul 03 dan SD N Bergaskidul 01 disajikan melalui Tabel 1. berikut ini: Tabel 1. SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Memahami perubahan yang terjadi di 7.4. Mendeskripsikan proses daur air dalam dan hubungannya dengan dan kegiatan manusia dapat penggunaan sumber daya alam. mempengaruhinya. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) Rustaman dkk (2011:1) menyatakan hakikat sains adalah produk, proses dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat di dalamnya. Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai melalui penggunaan proses sains, yaitu melalui metode-metode sains atau metode ilmiah. IPA atau sains merupakan suatu proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses tersebut bergantung pada proses observasi yang cermat terhadap fenomena dan pada teori-teori temuan untuk memaknai hasil observasi tersebut. Rustaman dkk (2011:1.2) juga menjelaskan bahwa sains merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena memberikan suatu cara berfikir sebagai struktur pengetahuan yang utuh. Banyak orang berpendapat bahwa yang penting agar siswa menguasai sains adalah dengan memberikan produk sains sebanyakbanyaknya. Hal tersebut tidak tepat, yang benar adalah memberikan orang yang belajar kesempatan berbuat, berfikir, bertindak seperti ilmuan (scientist). Dengan demikian membelajarkan sains pada siswa adalah memberi kesempatan dan bekal untuk memproses sains dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika yang berlaku. Belajar sains tidak hanya sekedar mengetahui materi atau konsep sainsnya saja, tetapi terkait pula dengan bagaimana cara mengumpulkan fakta dan
40
menghubungkan fakta-fakta untuk membuat kesimpulan. Menurut Rustaman (2011:1.27) menyatakan bahwa “belajar sains secara bermakna baru akan dialami siswa apabila siswa terlibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial. Pengembangan ketrampilan proses sains sangat ideal dikembangkan apabila guru memahami hakikat belajar sains, yaitu sains sebagai produk dan proses”. Selanjutnya fungsi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang dikemukakan oleh Hernawan dkk (2010:8.28) menyatakan “Ilmu Pengetahuan Alam berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan ketrampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari”. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan alam di Sekolah Dasar mulai diajarkan dari kelas satu dengan lebih bersifat memberi pengetahuan melalui pengamatan terhadap pelbagai jenis dan perangai lingkungan alam serta lingkungan buatan. Sejak kelas satu siswa sudah diajakan IPA untuk menggali dan mengembangkan pengetahuan awal siswa 2.1.5.4. Hasil Belajar IPA Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsepkonsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehahri-hari. Dari segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar. Dengan demikian hasil belajar yang dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah. Dari berbagai definisi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah perubahan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
41
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar dan akibat dari proses pembelajaran yang diukur dengan pemberian evaluasi oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru pada pembelajaran IPA. Hasil belajar IPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa setelah diberikan treatment berupa pembelajaran Think Pair Share berbantuan media power point dan pembelajaran Think Pair Share berbantuan media bagan. 2.2.
Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Mustapa, 2012 dalam penelitiannya
“Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Power Point Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”, menyimpulkan bahwa
hasil
belajar
yang
dilakukan
menggunakan
alat
peraga
biasa
(konvensional) dan eksperimen, maka didapatkan hasil nilai rata-rata pre-test dengan menggunakan alat peraga biasa (konvensional) sebesar 44,66 dan post-test pada eksperimen sebesar 62,33. Selisih nilai rata-rata pre-test dan post-test sebesar 17,67. Sedangkan hasil perolehan dengan analisis data yang dilakukan dengan teknik uji paired samples t-test diketahui bahwa nilai t adalah -10,094 dengan probabilitas signifikan sebesar 0,000. Berdasarkan hasil uji paired samples t-test dan nilai signifikansi 0,005 > 0,000, maka terdapat perbedaan yang signifikan pada pembelajaran dengan menggunakan media power point daripada pembelajaran dengan menggunakan alat peraga biasa (konvensional). Berdasarkan selisih hasil nilai rata-rata pre-test dan post-test serta hasil analisis dengan teknik uji paired samples t-test, maka dapat disimpulkan bahwa media power point berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya siswa kelas V SDN Gedangan 02 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian yang dilakukan oleh Raras Katrina Lebda Hanggana, 2012 dalam penelitiannya “Pengaruh Penggunaan Media Power Point Terhadap Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD SN Baturasi 6 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak”, menyimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yaitu 86,06 lebih tinggi
42
dibandingkan dengan nilai kelas kontrol yaitu 73,57. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai sig. 0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media power point dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari hasil kedua hipotesis antara hasil hipotesis angket motivasi belajar dan hasil hipotesis hasil belajar IPA pokok bahasan jenis-jenis batuan siswa kelas VA dapat disimpulkan bahwa penggunaan media power point dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V Sekolah Dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Andy Vernando, 2012 dalam penelitiannya “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Pemberian Reward Terhadap Motivasi Belajar IPA (Studi di Kalangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bugel 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012)”, menyimpulkan bahwa hasil analisis pada kelas eksperimen perhitungan menunjukkan bahwa nilai thitung yang diperoleh sebesar (-4.238) dan t tabel sebesar (2.179). untuk nilai signifikansinya diperoleh nilai sebesar 0,001. Oleh karena – thitung < t tabel (-4.238 < 2.179) dan nilai sig (0,001) < 0,05, maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara hasil dari pengukuran awal dan pengukuran akhir. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pemberian reward dalam proses belajar dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa dan juga keaktifan siswa dan kerja sama siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Marida Irawati, 2012 dalam penelitiannya “Peningkatan Kemandirian Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dalam Pembelajaran Matematika Tentang Menghitung Pecahan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Undaan Kidul 02 Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2011/1012”, menyimpulkan
bahwa
penggunaan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemandirian belajar dalam pembelajaran matematika tentang menghitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Undaan Kidul 02 Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kemandirian belajar dari sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Pada saat pratindakan nilai rata-rata kemandirian belajar kelas sebesar
43
19,5, pada siklus I meningkat menjadi 28,43, dan pada siklus II meningkat menjadi 35,21. Sedangkan untuk presentase ketuntasan siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kemandirian belajar yaitu 30, pada saat pratindakan siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa yang tuntas atau 21,43 % dari jumlah keseluruhan 14 siswa. Pada siklus I presentase ketuntasan menunjukkan peningkatan sebesar 21,43 % yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa atau 21,43 % pada saat pratindakan, meningkat menjadi 6 siswa atau 42,86 % pada saat siklus I dari jumlah keseluruhan 14 siswa. Pada siklus II presentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan sebesar 42,85% yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 6 siswa atau 42,86 % pada saat siklus I, meningkat menjadi 12 siswa atau 85,71 % pada saat siklus II dari jumlah keseluruhan 14 siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Kristina Monika, 2012 dalam penelitiannya “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 01 Nampu Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”, menyimpulkan bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebesar 79,88 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok kontrol sebesar 56,79. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 22,089 (79,88 - 56,79) dan perbedaan berkisar antara 16,562 sampai 27,617. Besarnya nilai t adalah 8,027 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 karena besarnya thitung 8,027 > dari t tabel 2,009 maka hipotesis antara nilai posttest kelas kontrol dengan nilai posttest kelas eksperimen yang artinya terdapat Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 01 Nampu Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012” Ada juga persamaan dan perbedaan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu sebagai berikut:
44
Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Mustapa Komponen Penelitian (2012) Pembelajaran TPS Hasil Belajar Kemandirian Siswa Media Power Point Motivasi Siswa Pemberian Reward
Raras Andy Marida Kristina Peneliti Katrina Vernando Irawati Monika L.H (2012) (2012) (2012) (2012) (2013)
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat persamaan penelitian ini dengan penelitian yang lain yaitu sama-sama menggunakan pembelajaran Think Pair Share dan media power point, sedangkan perbedaannya pada variabel terikatnya dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar, sedangkan peneliti lain variabelnya adalah motivasi siswa dan kemandirian siswa. 2.3.
Kerangka Pikir Belajar dan mengajar pada hakikatnya merupakan suatu proses, yaitu
proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong siswa melakukan proses belajar, maka agar pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan dibutuhkan model atau strategi mengajar dan media yang tepat sesuai dengan kapasitas anak dan kompetensi yang ingin dicapai. Pembelajaran yang menggunakan model dan media yang tepat akan mengurangi kondisi yang monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa karena sistem pembelajarannya lebih inovatif dan interaktif. Salah satu model dan media yang dapat digunakan oleh guru dalam mata pelajaran IPA adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan media power point. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan media power point dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa dan
mengoptimalkan
partisipasi
siswa
mengeluarkan
pendapat
serta
meningkatkan pengetahuan. Sehingga dalam kegiatan belajar tidak hanya
45
monoton di dalam kelas saja, tetapi mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau menggunakan prosedur. Dengan demikian pemahaman terhadap materi pelajaran dapat secara maksimal, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA. 2.4.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka pikir tersebut
maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut adakah perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran Think Pair Share berbantuan media power point dengan pembelajaran Think Pair Share berbantuan media bagan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N Bergaskidul 03 dan SD N Bergaskidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.