7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya: 1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu 2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar atar mata pelajaran dalam tema yang sama 3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan 4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa 5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi 6. Siswa lebih bergairan belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain 7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
7
8
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experience) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini pengetahuan adalah hasil
konstruksi
atau
bentukan
manusia.
Manusia
mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada murid, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasa, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan
terutama
dalam
menentukan
isi/materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan
atau
peraturan
yang
mendukung
pelaksanaan
pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya (Bab V pasal 1b).
9
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experience). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu. 3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
10
Berikut ini tabel yang berisi standar kompetensi dan kompetensi dasar tema pengalaman kelas III semester 1. Tabel 2.1 SK dan KD Tema Pengalaman Kelas III Semester 1 Standar Kompetensi 1. Bahasa Indonesia Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman dan petunjuk dengan bercerita dan memberikan tanggapan 2. IPS Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah 3. Matematika Pengukuran jarak
Kompetensi Dasar
Indikator
Menceritakan pengalaman Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan kebiasaan baik yang menggunakan kalimat yang dilakukan sehari-hari runtut dan mudah dipahami
Melakukan kerjasama di Menyebutkan bentuklingkungan rumah, sekolah bentuk kerjasama di dan kelurahan / desa lingkungan rumah
Menghitung jarak / start main Secara kelompok siswa sampai finish dapat menjawab 3 pertanyaan yang terkait dengan pelaksanaan lomba balap karung yang diajukan oleh kelompok lain
2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution, 1999). Sedangkan menurut Anni et all (2005), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Peroleh aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Menurut Gagne (Sumantri, 2001: 14) hasil belajar terdiri dari lima macam kemampuan yaitu: 1. Keterampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dai baca, tulis, hitung sampai kepada penalaran yang rumit 2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah
11
3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi non fakta 4. Keterampilan motorik, menulis, mengetik, menggunakan peraga dan sebagainya 5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimulai seseorang Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh pembelajar setelah melakukan pembelajaran yang berupa perubahan perilaku yang terdiri kognitif, afektif dan psikomotorik. 2.1.3 Model Pembelajaran SQ3R Model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) ini dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amreka Serikat yang merupakan salah satu strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama, cermat dengan sintaks. Langkahlangkah dalam model pembelajaran SQ3R yaitu: (Muhibbin Syah, 1995, 11) 1. Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat menandai kata kunci 2. Question dengan membuat pertanyaan tentang bahan bacaan 3. Read dengan membaca teks dan mencari jawabannya 4. Recite dengan pertimbangan jawaban yang diberikan dan 5. Review dengan cara meninjau ulang secara menyeluruh 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang menggunakan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pernah dilakukan oleh Mastuti Ema Rakhmawati (2011), dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tematik Kelas 3 di SD 2 Ngemplak Undaan Kudus.” Pendidikan inklusi merupakan sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya. Pelaksanaan pembelajaran
12
memiliki metode belajar yang berbeda dengan sekolah regular yaitu menyesuaikan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik. Sedangkan pada pembelajaran tematik, siswa diharapkan aktif sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari. Teknik analisis data menggunakan teknik kuantitatif dan persentase. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil pra siklus, siklus I, siklus II dengan perbandingan rata-rata nilai pada pra siklus yaitu 61,7, siklus I yaitu 62,82, siklus II yaitu 72,39. Pada ketuntasan nilai belajar terdapat peningkatan yakni pada pra siklus 36,36%, siklus I 48,48%, siklus II 84,84%. Disamping meningkatkan hasil belajar, metode pembelajaran ini juga mampu meningkatkan aktivitas siswa serta interaksi antara guru dengan siswa. Hasil penelitian yang dilakukan Ayu Febriana ini menunjukkan rata-rata skor keterampilan guru pada siklus I 3,5 dengan kategori sangat baik, rata-rata skor keterampilan guru siklus II 3,7 dengan kategori sangat baik. Hasil rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 3,0 dengan kategori baik, hasil rata-rata aktivitas siswa siklus II 3,7 dengan kategori sangat baik. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal hanya 2 dari 21 siswa yang mencapai KKM (65). Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) siklus I adalah 62,27 dan 26 dari 21 siswa mengalami ketuntasan belajar dengan persentase 54,16%. Pada siklus II rata-rata hasil belajar adalah 71,46 dan 36 dari 21 siswa mengalami ketuntasan belajar dengan persentase 75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dapat meningkatkan keterampilan guru, siswa dan hasil belajar sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas III SD 2 Ngemplak Undaan Kudus. Eurika Adinda (2011), “Penerapan Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SD 2 Ngemplak Undaan Kudus”. Dan hasil penelitian Eurika Adinda ni menunjukkan baha penerapan model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III. Ini terbukti
13
pada siklus I skor rata-rata aktivitas siswa sebesar 63 dan pada siklus 2 skor rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 91. Pada hasil belajar siklus 1, skor rata-rata hasil belajar siswa 68% dengan 19 (46%) siswa yang mengalami tuntas belajar dan 14 (22%) siswa yang belajar. Siklus 2 mengalami peningkatan pada skor rata-rata siswa yaitu 87% dengan 33 (87%) siswa mengalami tuntas belajar secara klasikal. Berdasarkan tiga hasil penelitian yang relevan di atas akhirnya, maka penelitian yang akan dilakukan adalah mengembangkan model pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) agar hasil belajar tematik pendidikan siswa kelas III SD 2 Ngemplak Undaan Kudus meningkat. 2.3 Kerangka Pikir Dalam membaca teks bacaan, guru berperan sebagai fasilitator, motivator serta pembimbing bagi siswa. Guru memberikan arahan-arahan tentang membaca cerita pengalaman lomba balap karung, sedangkan siswa diberi latihan-latihan. Pertama, siswa secara berkelompok dan individual lalu menyimak teks bacaan. Kedua, masing-masing kelompok membuat 4 pertanyaan tentang bacaan tersebut. Ketiga, kelompok membaca dengan menandai kata kunci. Keempat, kelompok mempertimbangkan dengan bobot pertimbangan. Kelima, kelompok mereview jawaban yang ada secara tertulis dengan kelompok lain. Diharapkan pada masingmasing kelompok membaca teks dapat mencapai skor yang maksimal. Pada siklus I, guru menerapkan pembelajaran dengan model SQ3R tersebut dilaksanakan oleh siswa pada masing-masing kelompo. Pada siklus II, guru mengadakan perbaikan dari hasil pembelajaran pada siklus I dalam kelas pada siswa kelas III SD 2 Ngemplak semester 1 tahun pelajaran 2012/2013, diharapkan keterampilan membaca berdasarkan pengalaman dapat meningkat.
14
KBM Berpusat pada Guru
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional
Model Pembelajaran SQ3R 1. Survei: mencermati teks tema pengalaman dan mencatat menandai kata kunci
Observasi
2. Question: membuat pertanyaan dari teks pengalaman
Observasi
3. Read (membaca): membaca teks dan mencari jawaban tentang pengalaman
Observasi
4. Recite: mempertimbangkan jawaban yang telah diberikan
Observasi
5. Review: meninjau ulang menyeluruh atas jawaban
Observasi
Tes formatif
Penilaian Hasil Belajar Hasil Belajar > KKM
Penilaian Proses Belajar
Gambar 2.1 Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran SQ3R Kelas III Semester 1 SD 2 Ngemplak Undaan Kudus Tahun 2012/2013
15
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis penelitian yang diajukan yaitu peningkatan hasil belajar tema pengalaman dapat diupayakan melalui model SQ3R siswa kelas III SD 2 Ngemplak Undaan Kudus semester 1 tahun pelajaran 2012/2013