BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu „scientia‟ yang berarti „saya tahu‟. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata ‘science’ yang berarti „pengetahuan‟. Menurut Kardi dan Nur (1994:1) “IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati”. Dari pendapat ini dapat kita pahami bahwa IPA mempelajari dunia zat, tidak hanya benda atau mahkluk yang hidup saja namun mempelajari pula benda – benda mati yang diamati. Sedangkan menurut H.W Fowler dalam Laksmi (1986:1.3) “IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala – gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi”. Pendapat ini memberikan pengertian bahwa IPA merupakan pengetahuan dirumuskan secara teratur dan sistematis, mempelajari benda – benda berdasarkan pengamatan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA mempelajari fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. Kejadian dan gejala alam yang terjadi serta mempelajari makhluk hidup dan benda mati yang berhubungan dengan alam. IPA dipelajari melalui pengamatan dan rangaian kegiatan dalam metode ilmiah. IPA dipandang sebagai proses, sebagai produk dan sebagai prosedur. IPA sebagai proses diartikan sebagai semua kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan alam yang baru. IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses yang berupa pengetahuan yang kemudian diajarkan dalam sekolah ataupun institusi pendidikan lainnya. Sedangkan IPA sebagai prosedur berarti cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang biasanya disebut dengan metode ilmiah. Kesimpulannya IPA adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang segala
5
6
hal mengenai alam termasuk kejadian – kejadiannya, gejalanya, serta makhluk hidup dan benda – benda mati yang ada di alam yang semuanya dirumuskan kebenarannya secara empiris. IPA sangat penting dipelajari di Sekolah Dasar karena mata pelajaran IPA di SD mempelajari peristiwa – peristiwa di alam yang dekat dengan kehidupan siswa SD. Dengan mata pelajaran IPA siswa diharapkan dapat mengenal pengetahuan alam dalam kehidupan sehari – hari. Pembelajaran IPA sangat bermanfaat bagi siswa Sekolah Dasar karena ilmunya diterapkan secara langsung dalam masyarakat. Selain itu IPA melatih anak berpikir kritis, sistematik dan membangun sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu serta membekali siswa untuk kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
A. Ruang Lingkup IPA di SD Dalam KTSP Standar Isi Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPA di SD meliputi aspek – aspek sebagai berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumu dan alam semesta, meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda – benda langit lainnya. B.Tujuan Pelajaran IPA di SD Dalam KTSP Standar Isi Tahun 2006, mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. 2. 3.
4. 5.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
7
6. 7.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs
C.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Standar pencapaian tujuan IPA yang dapat dimiliki oleh peserta didik dinamakan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukkan untuk siswa kelas V disajikan melalui tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V Semester 2 Standar Kompetensi 6.Menerapkan sifat-sifat
Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya
7.Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
dengan penggunaan sumber daya alam
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air
8
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)
Sumber : KTSP Standar Isi 2006 Adapun Standar Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Standar Kompetensi : 6.Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model. 7.Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Kompetensi Dasar : 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan 2.1.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pembelajaran adalah proses atau suatu cara menjadikan sesorang untuk belajar atau suatu upaya membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.Pembelajaran IPA berarti proses memberikan pengetahuan oleh pendidik kepada siswa mengenai segala hal yang berkaitan dengan gejala alam. Gejala alam meliputi alam semesta secara keseluruhan, benda – benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa baik yang dapat diamati oleh indera manusia maupun yang tidak dapat diamati oleh indera manusia secara langsung. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman belajar yang secara langsung dialami oleh siswa. Dalam pembelajaran IPA Guru memfasilitasi siswa agar dapat mengembangkan sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah.
9
2.1.3 Reciprocal Teaching Reciprocal teaching atau pengajaran timbal balik pertama kali dikemukakan oleh Annemarie Palincsar dari Universitas Michigan dan Ann Brown dari Universitas Illionis, USA pada tahun 1984. Model Reciprocal teaching mengacu pada kegiatan pembelajaran yang terjadi dalam bentuk dialog antara Guru dan siswa. Dialog ini disusun dengan menggunakan empat strategi yaitu meringkas, menghasilkan pertanyaan, menjelaskan dan memprediksi. Dalam model ini siswa seperti guru yaitu mengajarkan pada teman – teman.Model pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman membaca siswa. Reciprocal teaching mendorong siswa untuk meningkatkan keterampilan membaca, merangkum, bertanya dan mengkomunikasikan. Menurut Miftahul Huda (2013:216)Pembelajaran Timbal – Balik atau Reciprocal Teaching merupakan strategi pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman membaca (reading comprehension). Reciprocal Teaching ditujukan untuk mendorong siswa mengembangkan skill – skill yang dimiliki oleh pembaca dan
pembelajar
efektif,
seperti
merangkum,
bertanya,
mengklarifikasi,
memprediksi, dan merespon apa yang dibaca. Siswa menggunakan empat strategi pemahaman berikut ini, baik secara berpasangan maupun dalam kelompok kecil. Menurut Nur (2004) “Reciprocal teaching adalah model pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik Dengan menggunakan pendekatan reciprocal teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilahistilah yang sulit dipahami. Untuk mempelajari strategi-strategi tersebut guru dan siswa membaca bahan pelajaran yang ditugaskan di dalam kelompok kecil, guru memodelkan empat keterampilan tersebut. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model reciprocal teaching merupakan strategi dalam pembelajaran yang menekankan pada proses pemerolehan
pengetahuan
secara
meningkatkan penguasaan konsep.
mandiri
oleh
siswa
sehingga
dapat
10
Langkah – langkah model pembelajaran Reciprocal teaching sesuai standar proses adalah sebagai berikut : 1. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok kecil. 2. Siswa membaca materi yang telah disediakan oleh guru di dalam kelompok (eksplorasi) 3. Siswa mempelajari materi yang ditugaskan guru kemudian meringkas materi tersebut (elaborasi) 4. Siswa menjawab pertanyaan atau soal yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya (elaborasi) 5. Guru menunjuk siswa yang dianggap menguasai materi. 6. Siswa yang dianggap mampu, menyajikan hasil pekerjaannya di depan kelas, sementara siswa lain dapat bertanya (elaborasi) Penerapan Reciprocal teaching pada dasarnya adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada model ini siswa menjadi seperti guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara itu, guru berperan sebagai model yang memberi contoh, fasilitator yang memberikan kemudahan dan pembimbing. Dengan pengajaran timbal balik, guru mengajarkan siswa keterampilanketerampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangatdan dukungan.
2.1.4 Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Gerlach & Donal P. Ely dalam Arsyad (2011:3) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”. Slameto (2010:2) menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
11
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari pandangan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seseorang guna memperoleh perubahan tingkah laku yang tidak hanya dalam bentuk pengetahuan, namun perubahan tersebut meliputi keterampilan dan sikap yang positif. Perubahan tingkah laku individu tersebut dihasilkan melalui interaksi seseorang dengan lingkungannya sebagai hasil pengalaman sendiri.
b. Hasil Belajar Menurut Hamalik (2001:159) “Hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa”. Sedangkan menurut Nasution (2006:36) “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes. c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar setiap siswa berbeda- beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Slameto (2010:54) ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu yang pertama faktor intern yang terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologi, faktor kelelahan dan faktor yang kedua yaitu faktor ekster yang terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat. Dengan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar, seorang guru dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan agar hasil belajar siswa meningkat, salah satunya dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat secara maksimal dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal pula. Reciprocal teaching dirasa mampu menciptakan kondisi yang emungkinkan meningkatkan hasil belajar siswa dengan maksimal.
12
Pada dasarnya hasil belajar adalah prestasi belajar yang merupakan cermin keberhasilan dalam proses belajar yang telah dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar merupakan hasil dari evaluasi yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar mengajar.
d. Pengukuran Hasil Belajar Sebelum melakukan evaluasi, maka guru harus melakukan penilaian yang didahului dengan pengukuran. Pengukuran hasil belajar adalah cara pengumpulan informasi yang hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut skor. Penilaian hasil belajar adalah cara menginterpretasikan skor yang diperoleh dari pengukuran dengan mengubahnya menjadi nilai dengan prosedur tertentu dan menggunakannya untuk mengambil keputusan. Menurut Sugihartono (2007:130) “Dalam kegiatan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Maka pengukuran yang dilakukan guru lazimnya menggunakan tes sebagai alat ukur. Hasil pengukuran tersebut berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa, yang lebih dikenal dengan prestasi belajar”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar berupa angka dan keterangan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi oleh siswa dan lebih dikenal sebagai prestasi belajar. Pengukuran hasil belajar meliputi aspek kognitif yaitu dipandang dari penguasaan intelektual, aspek afektif yang meliputi sikap dan nilai serta aspek psikomotorik meliputi keterampilan atau kemampuan bertindak. Tujuan diadakannya penilaian adalah guna mengetahui apakah pembelajaran yang telah diterima siswa sudah dikuasai atau belum. Keberhasilan penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPA dapat diukur melalui tes yang diberikan pada siswa. Tes ini dalam bentuk lembar evaluasi yang dikerjakan siswa setelah materi pembelajaran selesai disampaikan.
13
2.1.5 Pengaruh Reciprocal Teachingdalam Meningkatkan Hasil Belajar Dari bahasan – bahasan yang telah ada dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan penerapan Reciprocal teaching melatih siswa memperoleh pengetahuannya sendiri melalui kegiatan membaca. Apabila siswa menemukan sendiri inti dari materi maka siswa akan lebih memahami pengetahuan yang diperolehnya sendiri dibandingkan apa yang hanya siswa dengar. Model pembelajaran Reciprocal teaching menempatkan siswa sebagai pengganti peran guru, dimana siswa tersebut mengajarkan pengetahuan yang diperoleh kepada teman – temannya yang lain. Dengan begitu teman – teman yang lain akan lebih memahami apa yang dijelaskan oleh penyaji karena tingkat penggunaan bahasa mereka sepadan sehingga akan lebih mudah dipahami oleh teman – teman sebaya. Dengan beberapa hal di atas, kelas yang menerapkan model Reciprocal teaching siswanya akan memahami secara maksimal pengetahuan yang mereka dpatkan sendiri, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Siswa juga dapat menerapkan pengetahuannya secara maksimal.
2.2
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tindakan kelas ini didukung dengan hasil penelitian Sugiyarti,
Titik (2011) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Hubungan Antar Satuan Panjang melalui Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal teaching) Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Kadilangu Trangkil Kabupaten Pati Pada Semester 1 Tahun 2011/2012 yang berhasil membuktikan bahwa model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan hasilbelajar siswa kelas IV SD Negeri Kadilangu Trangkil Kabupaten Pati pada mata pelajaran matematika dalam materi hubungan antar satuan panjang semster 1 tahun 2011/2012. Pranoto (2011) dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching)untuk Meningkatkan Prestasi
14
Belajar Kompetensi Dasar Bilangan Bulat pada Siswa Kelas VII E Semester I SMP Negeri Tayu Kabupaten Pati Taun Pelajaran 2011/2012”. Terbukti bahwa model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching)berhasil meningkatkan prestasi belajar kompetensi dasar bilangan bulat pada siswa kelas VII E Semester I SMP Negeri Tayu Kabupaten Pati. Widyanarko, Sigit (2008) dalam penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika melalui Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching)” Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Islam Terpadu Muhammadiyah Al Kautsar, Gumpang, Kartasura, menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching)dalam mata pelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika dan meningkatkan hasil belajar siswa. Simpulan tersebut dibuktikan bahwa pada siklus I siswa yang memahami masalah matematika mencapai 36,36%, dan pada siklus II mencapai 45,45%, dan pada siklus III pada putaran 63,63%. Nur Handayani (2011) dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa Kelas V C SD Muhammadiyah 16 Karangasem Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian disimpulkan bahwa sebelum ada tindakan hasil belajar IPS siswa rata- rata 5,5 di akhir tindakan nilai rata – rata kelas mencapai 7,56 dengan demikian penerapan reciprocal teaching dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Husni Robith (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pendekatan Reciprocal teaching Berbasis Media Pembelajaran Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Pokok Cahaya Kelas VIII-A MTS Negeri Jeketro Tahun Ajaran 2009/2010” dapat membuktikan bahwa Reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berarti penerapan Reciprocal teaching dalam proses belajar mengajar memberi pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa. Reciprocal teaching membuat siswa lebih paham terhadap materi yang didapatkannya melalui belajar secara mandiri sehingga meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih maksimal.
15
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan sintaks model pembelajaran reciprocal teaching yang mengarah kepada milik Titik pada tahun 2011 dengan perbedaan pada mata pelajaran dan kelas yang diteliti. Peneliti melakukan penelitian pada mata pelajaran IPA dan pada kelas V. Pada tahapan meringkas peneliti mengembangkan dengan menunjukkan gambar pada siswa agar siswa lebih mudah memahami dan memberi batasan apa yang harus diringkas agar siswa tidak kesulitan.
2.3
Kerangka Pikir Kebiasaan
mengakibatkan
guru siswa
mengajar menjadi
dengan pasif
model
dan
tidak
pembelajaran dapat
ceramah
mengembangkan
kemampuannya dengan baik. Hal ini menyebabkan materi yang disampaikan oleh guru dengan ceramah tidak dapat diterima oleh siswa dengan baik. Akibatnya siswa yang menerima materi dengan model pembelajaran ceramah mendapatkan hasil belajar yang rendah. Mengatasi permasalahan hasil belajar siswa yang rendah akibat model pembelajaran ceramah yang digunakan oleh guru dapat dilakukan dengan cara mengganti model pembelajaran. Yaitu dengan model pembelajaran Reciprocal teaching.
Model
pembelajaran
reciprocal
teaching
merupakan
model
pembelajaran yang melatih siswa berpikir secara mandiri. Melalui kegiatan membaca,
meringkas,
membuat
pertanyaan,
menjawab
pertanyaan
dan
menjelaskan materi pada siswa lain sehingga tujuan dari pembelajaran dapat dicapai. Dengan menggunakan Reciprocal teaching sebagai model pembelajaran dalam proses belajar mengajar maka siswa akan berlatih berpikir dan membangun pengetahuannya sendiri secara mandiri. Dalam model reciprocal teaching siswa memiliki kebebasan dalam mengembangkan kalimat sesuai kemampuannya dalam menjelaskan materi. Dengan cara ini siswa akan lebih memahami materi dibandingkan saat siswa hanya menerima materi dari guru. Materi yang didapat siswa melalui pengalaman sendiri akan lebih diingat dan tidak mudah dilupakan. Jadi apabila proses belajar
16
mengajar menerapkan model Reciprocal teaching maka hasil belajar siswa dapat meningkat karena pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam.
2.4
Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini diduga adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Blotongan 01 Salatiga pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.