BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian belajar Menurut Slameto (1987:2) belajar dalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Ali (1987:14) belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya (Usman, Moh Uzer. 2000:2). Berikut ini diuraikan beberapa teori belajar sebagai berikut : a. Teori Belajar Jean Piaget Ahli teori yang sangat berpengaruh, Jean Piaget adalah ahli psikologi bangsa Swiss yang menyakini bahwa perkembangan mental setiap pribadi melewati empat tahap yaitu sensorimotor, praoperasional, operasi konkrit dan operasi formal. Piaget menekankan bahwa proses belajar merupakan suatu proses asimilasi dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi adalah proses terpadunya informasi dan pengalaman baru ke dalam struktur mental. Akomodasi adalah hasil perubahan pikiran sebagai suatu akibat adanya informasi dan pengalaman baru (Karim dkk 1996/1997: 19) b. Teori Belajar Jerome S. Bruner Adalah seorang ahli psikologi kognitif. Seperti halnya Piaget Jerome S. Bruner lebih peduli pada proses belajar daripada hasil belajar. Oleh sebab itu menurut Jerone S. Bruner metode belajar merupakan faktor yang menentukan dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan pemerolehan suatu kemampuan khusus. Metode yang sangat didukung oleh Jerome S. Bruner adalah metode belajar dengan penemuan. Dengan metode ini anak didorong untuk memahami suafu fakta atau
5
6
hubungan matematika yang belum dia pahami sebelumnya dan yang belum diberikan kepadanya secara langsung oleh orang lain (Muchtar A Karim dkk 1996/1997 :24) c. Teori Belajar Robert M.Gagne Teori belajar Robert M.Gagne berbeda dengan Piaget dan Bruner. Robert M.Gagne lebih peduli terhadap hasil belajar dari pada proses belajar. Bagi Robert M.Gagne, tujuan pembelajaran adalah perolehan kemampuan yang telah dideskripsikan secara khusus dan dinyatakan dalam istilah-istilah tingkah laku. 2.1.2 Teori Belajar Matematika Menurut Richard Skemp, belajar terpisah menjadi dua tahap. Tahap pertama dengan memanipulasi benda-benda akan memberikan basis bagi siswa untuk belajar lebih lanjut dan menghayati ide-ide. Richard Skemp mendukung interaksi siswa dengan obyek-obyek fisik selama tahap-tahap awal mempelajari konsep. Tahap kedua, dengan pengalaman awal akan membentuk dasar bagi belajar berikutnya yaitu pada tingkat yang abstrak (Karim dkk 1961-1997:22). Dengan proses belajar Matematika yang baik, subyek yang belajar akan memahami dengan baik pula dan ia dengan mudah mempelajari Matematika selanjutnya serta dengan mudah pula mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari (Hudojo 1990: 6). Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, salah satu tanda bahwa seorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan kognitif, afektif psikomotorik (Sadiman, 2005:2). Dari beberapa definisi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri dalam aspek pengetahuan, pemahaman dan keterampilan sikap. Berikut adalah tujuan, teknik, dan hasil belajar matematika; a. Tujuan Pembelajaran Matematika SD Tujuan umum pendidikan Matematika pada jenjang pendidikan dasar tersebut memberikan tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan Matematika. Siswa SD setelah selesai mempelajari Matematika bukan saja diharapkan memiliki sikap kritis, cermat dan jujur serta cara berfikir yang logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah, melainkan juga harus mampu menerapkan Matematika dalam kehidupan sehari-hari serta memiliki
7
pengetahuan Matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk mempelajari ilmu - ilmu yang lain. b. Teknik Pembelajaran Matematika A. Karim dkk (1996/1997:29) berpendapat bahwa teknik pembelajaran Matematika yang dapat dipilih dan digunakan bermacam-macam, yaitu sebagai berikut: 1. Teknik Keterlibatan Teknik keterlibatan merupakan suatu proses mengajar yang melibatkan semua siswa selama proses pembelajaran. Misalkan guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada semua siswa dalam kelas. Guru meminta siswa agar menuliskan jawaban pertanyaan tadi pada sehelai kertas. 2. Teknik Analogi Teknik analogi merupakan suatu proses mengajar di mana guru berusaha menyederhanakan suatu konsep yang abstak dan sulit agar siswa dapat memahami konsep tersebut. 3. Teknik Analisis Teknik analisis merupakan suatu proses mengajar di mana guru berusaha memilah-milah atau menguraikan suatu konsep kedalam langkah-langkah tertentu. c. Hasil Belajar Matematika Secara etimologis, hasil belajar merupakan gabungan dari kata belajar dan hasil. Dalam kamus umum bahasa lndonesia (Depdikbud,1993:300), hasil artinya sesuatu yang diadakan (dibuat, disajikan) akibat usaha. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan adanya interaksi dengan lingkungan, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari cara sikapnya memandang suatu masalah yang berbeda yang "mengalami peningkatan kualitas” dari cara ia sebelum belajar (Burhan Nurdiyantoro,19100:59). 2.1.3 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Slameto (1987 :5) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah sebagai berikut :
8
1. Faktor internal (faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar) yakni keadaan jasmani dan psikologi. Faktor ini dipengaruhi oleh kondisi dari siswa itu sendiri dimana apabila fisik jasmani dan rohaninya bagus maka belajar siswa biasanya tidak terkendala banyak masalah. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan sekitar siswa. Kondisi lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa di mana metode yang tepat akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, oleh karena itu penggunaan metode demontrasi dengan media gambar diharapkan dapat meningkatkan belajar siswa. Faktor-faktor yang ada saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal) akan muncul siswa yang berprestasi tinggi (highachievers). Karena pengaruh faktor-faktor tersebut yang sifatnya negatif akan muncul siswa berprestasi rendah (under-achievers). 2.2 Metode Demontrasi. Dalam hal ini metode berasal dari kata "Methodos" yang secara etimologis, berasal dari bahasa latin yaitu "Methodos'’. Secara etimologis kata methodos berasal dari kata metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya jalan. Jadi methodos artinya jalan yang dilalui. Secara umum, "metode artinya jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan'’ (A.A. Gede Agung, 1997: 1). Dalam pembelajaran metode merupakan suatu cara atau teknik yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat mempermudah pencapaian pesan dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Semua metode pengajaran dapat mewakili pencapaian tujuan pendidikan. Pemakaiannya ditentukan oleh tujuan dan isi materi yang akan di ajarkan. Dalam pembelajaran Matematika, metode demontrasi sering digunakan karena materi-materi dalam pembelajaran Matematika sebagian besar menggunakan media yang harus didemontrasikan.
9
A.Tabrani Rusyan (1993 : 106) mengatakan bahwa ,Metode Demontrasi merupakan pertunjukan tentang proses tedadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan. Dalam hal ini dengan demontrasi peserta didik berkesempatan rnengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan. Pakar lain mengemukakan bahwa "Demontrasi adalah cara mengajar di mana seorang guru rnenunjukkan atau memperlihatkan suatu proses, (Roestyah,N.K, 1991:83). Sehubungan dengan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa metode demontrasi adalah menunjukkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam demontrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. 2.2.1 Kelebihan Metode Demontrasi Metode demontrasi sering digunakan karena merupakan metode yang sangat baik dan efektif dalam menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang sifatnya pemahaman. Metode demontrasi memiliki kelebihan-kelebihan yaitu : (1) Siswa akan memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses sesuatu yang telah didemontrasikan; (2) Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan pada hal-hal yang penting yang sedang dibahas; (3) Dapat mengurangi kesalahan pengertian antara anak dan guru bila dibandingkan dengan ceramah dan tanya jawab, karena dengan demontrasi siswa akan dapat mengamati sendiri proses dari sesuatu; (4) Akan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah didemontrasikan ( Soetomo, 1993:162). Dengan uraian metode demontrasi ditegaskan kembali bahwa dengan demontrasi akan dapat mengaktiftan siswa, dapat menghindari kesalahan pengertian dari siswa dan guru, dan siswa akan meraa lebih terkesan karena siswa mengalami sendiri. Sehingga akan lebih mendalam dan lebih lama disimpan dalam pikiran tentang sesuatu proses yang terjadi.
10
2.2.2 Penggunaan Metode Demontrasi Penggunaan metode demontrasi ini mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu. penggunaan metode demontrasi menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas karena dapat memusatkan perhatian siswa pada pelajaran, meningkatkan partisipasi aktif siswa untuk mengembangkan kecakapan siswa dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat (RoestyahN.K,1991 :84). Dengan kata lain penggunaan metode demontrasi bertujuan untuk mewujudkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menghindari kesalahan dalam memahami konsep-konsep dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta dapat melatih kecakapan siswa dalam menganalisa sesuatu yang sedang dialami atau didemontrasikan. 2.3 Metode Diskusi Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dij elaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah Cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara “
murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi Namun tidak semua ”.
kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Menurut Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. (htt://idb4.wikispaces.com/file/view/dv401 3, diambil 08 Nopember 2010 ), diskusi pada dasarnya adalah Suatu bentuk tukar piki ran yang teratur dan terarah, baik dalam , “
kelompok kecil atau besar, dengan tuj uan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah”. Sedangkan menurut Zuhairini dkk (htt://idb4.wikispaces.com/file/view/dv4013, diambil 08 Nopember 2010 ), yang diaksud metode diskusi ialah, suatu metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid. Diskusi sebagai metode pembelajaran yang melibatkan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelaj aran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelaj aran yang
“
bersifat interaktif Gagne & Briggs. 1979, (Sudrajat htt://www.edukasi. full.php, diambil ”,
05 Oktober 2010). Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara
11
terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai nara sumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi, anota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi. Gagne dan Berliner 1984, (Sudrajat htt://www.edukasi.net/mol/mo_full.php, diambil 05 Oktober 2010), menyebutkan bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi , proses “
berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi , lebih baik dengan metode diskusi . Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan ”
anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat langsung. Hasi l penelitiannya metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Pembentukkan dan modifikasi sikap merupakan tujuan diskusi yang berorientasi pada isu yang sedang berkembang. Diskusi yang bertujuan membentuk atau memodifikasi sikap ini, dimulai dengan guru mengaj ukan permasalahan atau sejumlah peristiwa yang menggambarkan isu. Guru atau pimpinan kelompok selanjutnya meminta pandangan dari anggota kelompok untuk menemukan alternatifalternatif pemecahan masalah isu tersebut. Komentar-komentar terhadap masalah atau jawaban masalah dapat diberikan anggota kelompok maupun pimpinan kelompok. Selama diskusi berlangsung, pemimpin diskusi mencoba memperoleh penajaman dan klarifikasi yang lebih baik tentang isu tersebut dengan memperkenalkan contohcontoh yang berbeda, dan menggerakkan para anggota diskusi mengajukan pernyataan-pernyataannya. Pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi Maier, (dalam Depdikbud, 1983:29). Masalah-masalah yang tepat untuk pembelaj aran dengan metode “
diskusi adalah masalah yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing anak untuk berfikir . Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang ”
pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya menuntut anak untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak cocok untuk didiskusikan. Menurut Maiyer (Depdikbud,1983:29), dalam diskusi kelompok kecil, dapat meningkatkan siswa untuk
12
berpartisipasi dalam memecahkan masalah . Untuk itu, bilamana guru menginginkan ”
keterlibatan anak secara maksimal dalam diskusi, maka jumlah anggota kelompok diskusi perlu diperhatikan guru. Jumlah anggota kelompok diskusi yang mampu memaksimalkan partisipasi anggota adalah antara anggota. Dari hasil pengamatan, kelompok diskusi yang jumlah anggotanya antara 7 itu saja, anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh berkisar 1-2 orang. Dalam diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang dij adikan topik diskusi hendaknya yang relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal. Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan untuk mengembangkan strategi berfikir dalam memecahkan masalah. Namun demikian pembelajaran dengan metode diskusi semacam ini keberhasilannya sangat tergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam memanfaatkan kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran.
2.3.1 Beberapa Jenis Diskusi 2.3.1.1 Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion) “Jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok”.(Sudrajat htt:// www. edukasi. net/mol/mo_full. php, diambil 05 Oktober 2010). Dalam diskusi ini, guru sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Namun begitu, siswa yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai pemimpin diskusi. Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat mengajukan permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak untuk mengajukan pendapat. Dalam diskusi kelompok besar, tidak semua siswa menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Disamping itu, distribusi siswa yang ingin berpendapat perlu diperhatikan. Dalam diskusi kelompok besar, pembicaraan sering didominasi oleh anak-anak tertentu. Akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk berpendapat. Untuk menghindari
13
keadaan itu, pemimpin diskusi perlu mengatur distribusi pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin diskusi adalah menumbuhkan keberanian peserta untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam praktek, tidak sedikit anak-anak yang kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang menguasai permasalahan yang menjadi bahan diskusi. 2.3.1.2 Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Diskusi dalam kelompok kecil Gagne dan Berliner (Sudrajat htt://www. edukasi.net/mol/mo_full.php,diambil 05 Oktober 2010), “Kelas dibagi menj adi beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah”. Diskusi ini biasanya diadakan dipertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbedabeda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu yang dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi, sehingga dapat menghindari kekeliruan-kekeliruan masalah yang dibahas saat proses pelaksanaan pembelajaran. 2.3.1.3 Diskusi Panel Fungsi utama diskusi panel Gagne dan Berliner (Sudrajat
htt: //
www.edukasi.net /mol/mo_full.php, diambil 05 Oktober 2010), adalah “untuk mempertahankan keuntungan diskusi kelompok dengan situasi peserta besar, dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan partisipasi kelompok secara mutlak”. Dalam arti yang sebenarnya panel memberikan pada kelompok besar keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain dalam situasi diskusi yang dibawakan oleh beberapa peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang melaksanakan panel mewakili beberapa sudut pandangan yang dipertimbangkan dalam memecahkan masalah. Mereka memi liki latar belakang pengetahuan yang memenuhi syarat untuk berperan Darmin, 2011 dalam diskusi tersebut. Forum panel secara fisik dapat
14
dihadiri audience secara lansung atau tidak langsung (melalui TV, radio, dan sebagainya). 2.3.1.4 Diskusi Kelompok Proses pelaksanaan diskusi kelompok yaitu “suatu kelas dibagi menj adi beberapa kelompok kecil terdiri atas 3-6 orang”, (Sudrajat htt://www.edukasi.net/ mol/mo_full.php, diambil 05 Oktober 2010). Masing-masing kelompok kecil melaksanakan diskusi dengan masalah tertentu. Guru menjelaskan garis besar problem kepada kelas, ia menggambarkan aspek-aspek masalah kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi topik masalah yang sama atau berbeda-beda selanjutnya masing-masing kelompok bertugas untuk menemukan kesepakatan jawaban penyelesaiannya. Untuk memudahkan diskusi anak, guru dapat menyediakan reference atau sumber-sumber informasi yang relevan. Setiap siswa bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi dan menyusun kesi mpulan siswa. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan kesimpulan hasil diskusinya dalam diskusi kelompok untuk didiskusikan secara klasikal . 2.3.1.5 Brain Storming Group Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belaj ar yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide-ide yang yang ditemukannya dianggap benar. 2.3.1.6 Symposium Yang dimaksud symposium (Sudrajat htt://www.edukasi.net/mol/mo_full.php, diambil 05 Oktober 2010), “Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek tertentu dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian dikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
15
2.4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi 2.4.1 Kelebihan Metode Diskusi Menurut Arief. A. ( 2002 : 21), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain: 1. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. 2. Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya. 3. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan. 4. Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah. 5. Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik. 6. Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang. 2.4.2 Kelemahan Metode Diskusi Menurut Roetiyah N.K.(1988:23), bahwa kekuarangan penggunaan metode diskusi antara lain :
1. Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
2. Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau cobacoba saja.
3. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. 4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. 5. Kelemahan lain dalam metode diskusi adalah kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif. Untuk menghindari berbagai permasalahan dalam penggunaan metode
16
diskusi, guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi. Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran. b. Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru. c. Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi. d. Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya. e. Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang d2nginkan Setiap peserta didik dalam pembelajaran pada saat menggunakan metode diskusi diharapkan terlibat aktif dalam berdiskusi untuk mencari kemufakatan dalam berbagai aspek pembelajaran. Jika peserta didik berperan aktif, akan mampu memperoleh hasil belajar secara optimal. Bagi guru agar dapat menguasai penggunaan metode diskusi dengan baik diperlukan latihan secara sistematis karena metode diskusi menanamkan kedisiplinan siswa, dan meningkatkan pengetahuan dalam mengajukan pendapat dan menarik suatu kesimpulan. Dengan perkataan lain, dominasi guru di dalam kelas haruslah dikurangi sehingga tersedia kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru dalam kaitan ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kelompok. Melalui diskusi kelompok diharapkan dapat berpikir secara lebih kritis serta mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan baik. Tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil peserta didik dapat disebut sebagai diskusi. Agar dapat disebut sebagai diskusi menurut Winataputra, S.U. (2005:14) ada beberapa syarat yang harus harus dipenuhi, yaitu: 1) Melibatkan kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang, 2) Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal, artinya semua anggota berkesempatan saling melihat, mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung, 3) Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya,
17
4) Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran. Metode diskusi ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok, umpamanya kalau menggunakan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif dan keterampilan proses dalam pembelajaran metode ini cenderung digunakan. Metode mengajar diskusi menurut Winataputra, S.U. (2005:16), “merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyaj ian materinya melal ui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama”. 2.5 Kegunaan Metode Diskusi Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak memberi kesempatan kepada siswa: untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis, menilai perannya dalam diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan pelajaran yang diperoleh di sekolah, memotivasi, dan mengkaji lebih lanjut. Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan m mengklarifikasi, mengklasifikasi, menyusun hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan, mengaplikasikan teori, dan mengkomunikasikan pendapat. Disamping itu, metode diskusi dapat melatih sikap anak menghargai pendapat orang lain, melatih keberanian untuk mengutarakan pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi rasional sehubungan dengan pendapat yang dikemukakannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode diskusi, antara lain : 1.
Perumusan masalah atau masalah-masalah yang didiskusikan agar dilakukan bersama-sama dengan siswa.
2.
Menjelaskan hakikat masalah itu disertai tujuan mengapa masalah tersebut dipilih untuk didiskusikan.
3.
Pengaturan peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran, pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang timbul untuk memecahkan masalah.
4.
Memberitahukan tata tertib diskusi.
5.
Pengarahan pembicaraan agar sesuai dengan tujuan.
18
6. Pemberian bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan. 2.6 Langkah-Langkah Pelaksanaan Diskusi Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing. Seminar memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain storming, debat, panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium dan yang lain-lain tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana. Moedjiono, dkk (2000:48) menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut: a. Merumuskan masalah secara jelas. b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan. c. Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama. d. Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut. e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok. Selanjutnya Budiardjo, dkk, (2000:23) membuat langkah penggunaan metode diskusi melalui tahap-tahap berikut ini: 1. Tahap Persiapan a. Merumuskan tujuan pembelajaran; b. Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas; c. Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar;
19
d. Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1) menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah, (2) menentukan alokasi waktu, (3) menuliskan garis besar bahan diskusi, (3) menentukan format susunan tempat, (4) menetukan aturan main jalannya diskusi; d. Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan diskusi, (2) menentukan dan mendisain tempat, (3) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan. 2. Tahap pelaksanaan a. Menyampaikan tujuan pembelajaran; b. Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan; c. Menjelaskan prosedur diskusi; d. Mengatur kelompok-kelompok diskusi; e. Melaksanakan diskusi 3. Tahap penutup a.
Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil;
b.
Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi;
c.
Memberikan umpan balik;
d.
Menyimpulkan hasil diskusi.
2.7 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Fahrida Estiningrum. 2005 dalam penelitianya yang berjudul 'Keefektifan penggunaan media gambar dalam meningkatkan pemahaman berhitung pada mata pelaiaran matematika'’. Di jurusan Kurikulum Dan Teknologi pendidikan , Fakultas llmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang menyebutkan bahwa media gambar merupakan media pembelajaran yang lebih efektif dari metode lainya. Ruri Ayu Widowati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul "Penerapan metode demontrasi menggunakan kartu bilangan bulat untuk meningkatkan hasil belajar matematika dalam menyelesaikan penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas lV SDN Kebotohan Pasuruan'’ dan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan menggunakan metode demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam menyelesaikan penjumlahan tersebut dapat meningkat. Widoretno Hangesti (2011) dalam skripsinya yang berjudul 'Peningkatan hasil belajar jaring kubus dan balok metalui metode demontrasi di kelas lV SDN
20
Tanjungrejo 2 Malang’' hasilnya juga sama yaitu dengan penerapan metode demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar jaring-jaring kubus dan balok pada siswa kelas lV SDN Tanjungrejo 2. 2.8 Kerangka Pikir Penerapan metode demontrasi dan diskusi yang akan dilaksanakan mengacu pada model pembelajaran Kooperatif, berikut dapat kita lihat bagan 2.1 alur kerangka berpikir dalam penelitian:
Menurunnya kualitas pembelajaran matematika bangun datar di kelas 2 SDN Tegalharjo 02 Pati
Hasil belajar matematika siswa masih kurang , terbukti hasil belajar siswa yang kurang dari KKM
Guru kurang maksimal dalam mengondisikan kelas
Siswa kurang bekerjasama dengan teman lain, siswa bosan
Penerapan pembelajaran menggunakan metode Diskusi dan Demontrasi
Kelebihan Metode Demontrasi dan Diskusi yaitu; 1. Dapat meningkatkan sifat solidaritas, sportivitas, dan rasa percaya diri siswa. 2. Siswa terlibat aktif dalam proses belajar 3. Menumbuhkan kreativitas dalam ide dan pendapat dalam pemecahan masalah 4. Memupuk sifat kerja sama
Siswa dalam belajar matematika bagun datar, aktif dan merasa senang
Hasil belajar matematika tentang bangun datar meningkat
Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran matematika meningkat
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir 2.9 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, dapat ditarik hipotesis bahwa dengan menggunakan metode demontrasi dan diskusi dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II SDN Tegalharjo 02 khususnya pokok bahasan bangun datar bagi siswa.