BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori
2.1.1
Pembelajaran IPA SD Pembelajaran IPA SD bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep
IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan. Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik. IPA menurut Srini M. Iskandar (1997 : 2) yaitu Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa. Sedangkan menurut Webster’a dalam Patta (2006) menyatakan “natural science knowledge concerned with
thephysical world and
pengetahuan
tentang
alam
its dan
phenomena”. Yang artinya gejala-gejalanya.
IPA
Sedangkan
adalah Purnell’s
mendefinisikan IPA adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa. Definisi IPA yang paling sederhana adalah apa yang dilakukan oleh para ahli IPA. Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli, IPA pada hakikatnya meliputi IPA produk, IPA proses, dan IPA sikap ilmiah yang tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hakikat IPA ada 3, yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai pemupukan sikap. IPA sebagai produk, merujuk pada sekumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. IPA sebagai proses
6
7
yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta untuk menginterpretasikannya. Sedangkan IPA sebagai sikap, yaitu dalam memecahkan masalah seorang ilmuwan bersikap ilmiah yaitu berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Indikator pencapaian tujuan pembelajaran IPA secara terstandar diberikan melalui Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang secara rinci disajikan melalui tabel berikut :
8
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester 2 Standar Kompetensi 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari
9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit
10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
Kompetensi Dasar 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik 9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi. 9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan 11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan 11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.
9
2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) Model Pembelajaran kooperatif tipe GI dianggap model pembelajaran yang paling kompleks. Karena model ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif. Menurut Anwar (Aisyah, 2006:14) secara harafiah investigasi diartikan sebagai penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang suatu peristiwa atau sifat. Menurut Budimansyah (2007:7) GI adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual. Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005:21) mengemukakan GI adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Jadi, GI adalah model pembelajaran dengan cara siswa melakukan penyelidikan atau peninjauan terhadap suatu masalah untuk memperoleh suatu jawaban secara berkelompok. Langkah – langkah tahapan GI oleh para ahli : Menurut Siti Maesaroh (2005:29-30) tahapan dalam GI adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi topik, (2) Merencanakan tugas, (3) Membuat penyelidikan, (4) Mempersiapkan tugas akhir, (5) Mempresentasikan tugas akhir dan (6) Evaluasi. Menurut Slavin tahapan dalam GI adalah sebagai berikut : (1) Mengatur murid ke dalam kelompok, (2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari, (3) Investigasi, (4) Menyiapkan laporan akhir, (5) Mempresentasikan laporan akhir dan (6) Evaluasi. Menurut Kiranawati (2007), langkah-langkah GI dapat dikemukakan sebagai berikut : 1.
Seleksi topik: Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa
10
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin etnik maupun kemampuan akademik. 2.
Merencanakan kerjasama : Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3.
Implementasi : Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah-langkah pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4.
Analisis dan sintesis : Para siswa menganalisis dan mensistesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5.
Penyajian hasil akhir : Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagi topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6.
Evaluasi : Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok atau keduanya.
Dari langkah-langkah pendekatan GI, maka langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan model pembelajaran GI adalah : 1.
Membentuk kelompok yang beranggotakan 5 orang
2.
Menyeleksi topik yang akan dikerjakan oleh siswa
3.
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
4.
Menginvestigasi hasil kerja
5.
Membuat laporan hasil kerja
11
6.
Mempresentasikan hasil kerja kelompok
7.
Melakukan evaluasi hasil kerja kelompok Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan masing
masing. Salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tersebut akan diuraikan secara rinci dibawah ini. 1. Kelebihan a. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran dan aktivitas belajar. b. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif karena adanya komunikasi. c. Saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat. d. Dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi. e. Dapat membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang teman sekelas mereka. f. Dapat menjadi motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas. g. Melatih siswa menyelesaikan masalah dengan cara investigasi kelompok. 2. Kekurangan a. Pembelajaran ini hanya sesuai diterapkan dikelas tinggi karena memerlukan tingkatan kognitif yang lebih tinggi. b. Kontribusi siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan. c. Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok dengan nilai yang rendah. d. Memakan waktu yang lama. e. Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan model ini.
12
Dari kekurangan model pembelajaran group investigation guru dapat membentuk kelompok belajar terlebih dahulu dan materi yang akan dibahas dipersiapkan terlebih dahulu sebelumnya. Kelompok yang dibentuk yaitu kelompok yang heterogen dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Dengan dibentuknya kelompok berdasarkan keakraban akan lebih memudahkn siswa dalam memahami pelajaran. 2.1.3. Hasil Belajar Dalam setiap pembelajaran, guru tidak hanya mentransfer materi kepada peserta didik, namun juga harus ada hasil belajar dari setiap pembelajaran yang dilakukan. Hasil diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh atas apa yang telah dilakukan. Menurut Sudjana (2008:22) menyatakan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kuliner maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Sedangkan menurut Dimyati dkk. (2006:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Sedangkan menurut Wardani, N. S. (2012:24) “hasil belajar adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru”. Artinya hasil belajar siswa tersebut mencakup aktifitas yang dilakukan oleh siswa dengan guru sebagai fasilitas dan aktifitas siswa setelah belajar. Sejalan dengan Arikunto (2003:117) mengemukakan bahwa ”ada 3 ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke-2 yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu: ranah kognitif (cognitif domain), ranah afektif (affektive domain), dan ranah psikomotor (psycomotor domain)”. Penjabaran tiga ranah operasional dalam hasil belajar menurut Arikunto (2003:137) sebagai berikut:
13
a. Cognitive domain 1) Pengetahuan (knowledge) - Mendefinisikan,
mendeskripsikan,
mengidentifikasi,
mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (states), mereproduksi. 2) Pemahaman (comprehension) - Mempertahankan,
membedakan,
menduga
(estimates),
menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, memperkirakan. 3) Aplikasi - Mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, memanipulasikan, memodifikasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan. 4) Analisis - Memerinci,
menyusun
mengidentifikasikan,
diagram,
membedakan,
mengilustrasikan,
menyimpulkan,
menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, membagi (subdives). 5) Sintesis - Mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat
desain,
menjelaskan,
memodifikasikan,
mengorganisasian, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali,
merekonstruksikan,
menghubungkan,
mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, menceritakan. 6) Evaluasi - Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, memutuskan, (supports)
mendeskripsikan, menafsirkan,
membedakan, menghubungkan,
menerangkan, membantu
14
b. Affective domain 1) Receiving - Menanyakan,
memilih,
mendeskripsikan,
mengikuti,
memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, memilih, menjawab. 2) Responding - Menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormat, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, menulis 3) Valuing - Melengkapi, mengikuti,
menggambarkan, membentuk,
membedakan,
mengundang,
menerangkan,
menggabungkan,
mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerjasama, mengambil bagian (share), mempelajari. 4) Organization - Mengubah,
mengatur
melengkapi,
menggabungkan,
membandingkan,
mempertahankan,
menerangkan,
menggeneralisasikan, mengiidentifikasikan, mengintegrasikan, memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan, mensintesiskan. 5) Characterization by value or value complex - Membedakan,
menerapkan,
mengusulkan,
mempengaruhi,
mendengarkan,
mempertunjukkan,
menanyakan,
memperagakan, memodifikasikan,
merevisi,
melayani,
memecahkan, menggunakan. c. Psycomotor domain 1) Muscular or motor skills - Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), melompat, menggerakkan. Menampilkan.
15
2) Manipulations of material or objects - Mereparasi,
menyusun,
membersihkan,
menggeser,
memindahkan, membentuk. 3) Neuromuscular coordination - Mengamati,
menerapkan,
menghubungkan,
menggandeng,
memadukan, memasang, memotong, menarik, menggunakan. Hasil belajar digunakan guru sebagai tolok ukur atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Hopkins dan Antes dalam Purwanto (2010:2) mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam jumlah. Perolehan angka dalam pengukuran perlu menggunakan sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Berdasarkan pengertian pengukuran yang telah dipaparkan, untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik penilaian yaitu: 1.
Teknik Tes Teknik tes menurut Indrakusuma dalam Arikunto (2002:32) adalah “suatu
alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat”. Sedangkan menurut Suryanto dalam Wardani, N. S. (2012:70) teknik tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dilihat dari tujuannya dalam bidang pendidikan, Wardani N.S. (2012:71-72) tes dibagi menjadi: a.
Tes Kecepatan (Speed Test) Tes ini bertujuan untuk mengakses peserta tes dalam dalam hal kecepatan berfikir atau keterampilan, baik yang bersifat spotanitas (logik) maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya.
16
b.
Tes Kemampuan (Powes Test) Tes
ini
bertujuan
untuk
mengakses
peserta
tes
dalam
mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang telah disediakan. Kemampuan yang diakses berupa kognitif atau psikomotorik. c.
Tes Hasil Belajar (Achievement Test) Tes ini dimaksudkan untuk mengakses hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan seperti tes hasil belajar, tes harian (formatif) dan tes akhir semester (sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengakses hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu.
d.
Tes Kemampuan Belajar (Gains/Achievement Test) Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran.
e.
Tes Diagnostik (Diagnostic Test) Tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya.
f.
Tes Formatif Tes formatif dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung (progress), tujuannya untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu program pembelajaran. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang rentang proses pembelajaran, materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atau sub pokok materi. Seperti tes harian, ulangan harian.
17
g.
Tes Sumatif Kata dari “sumatif” adalah “sum” yang berarti jumlah. Tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari. Seperti UAN (Ujian Akhir Nasional) dan THB (Tes Hasil Belajar).
2.
Teknik Non Tes Teknik non tes digunakan mengukur kemampuan siswa pada ranah afektif
dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung ataupun tak langsung, angket maupun wawancara. Teknik non tes digunakan sebagai pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar. Wardani, N.S. dkk (2012:73-75) membagi teknik non tes menjadi 7 macam, berikut penjelasannya: a.
b.
c.
d.
e.
f.
Unjuk Kerja Suatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan melalui aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok; pertisipasi peserta didik dalam diskusi; keterampilan menari; dan lain sebagainya. Penugasan Penugasan merupakan penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni, perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Tugas Individu Tugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktuwaktu tertentu dalam bentuk seperti pembuatan kliping, pembuatan makalah dan yang sejenisnya. Tugas Kelompok Tugas kelompok hampir sama dengan tugas individu, namun dikerjakan secara kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Laporan Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atau tugas atau pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan laporan Pemantapan Praktik Lapangan (PPL) Responsi atau Ujian Praktik
18
Merupakan suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian praktik dapat dilakukan pada awal praktik atau setelah melakukan praktik.
g.
Portofolio Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpuan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap baik oleh peserta didik, pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilakukan, beberapa contoh tes yang telah selasai dilakukan, berbagai keterangan yang diperoleh peserta didik, keselarasan antara pembelajaran dan tujuan spesifik yang telah dirumuskan, contoh-contoh hasil peerjaan sehari-hari, evaluasi diri terhadap perkembangan pembelajaran dan hasil observasi guru.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, yang dimaksud hasil belajar di dalam penelitian ini adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (nontes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes), sebagai akhir dari kegiatan pembelajaran.
2.2
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Tria Nur Karima pada tahun 2014 dengan
judul
Upaya
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Matematika
dengan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe GI pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali semester II TAHUN PELAJARAN 2013//2014. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar dengan KKM ≥ 60. Pada kondisi P ra siklus (kondisi awal) pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, ketuntasan belajar 43,75% atau 7 siswa dan siklus I sebesar 62,50% atau 10 siswa, serta pada siklus II sebesar 87,50% atau 14 siswa. Skor rata-rata kelas pada kondisi awal 59, 62, pada siklus I meningkat menjadi 64,37, serta pada siklus II meningkat menjadi 74,68. Proses pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI terbukti dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD
19
Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2013//2014. Kekurangannya adalah guru masih menemui beberapa kendala, diantaranya adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru, dan pembentukan kelompok siswa yang kurang efektif karena siswa memilih teman kelompok sendiri sehingga kelas menjadi ramai. Solusinya adalah guru tidak terlalu dominan dalam pembelajaran dan agar siswa tidak ramai ketika membentuk kelompok, guru mengelompokkan siswa secara heterogen sebelum pembelajaran menggunakan tipe GI dimulai. Penelitian kedua dilakukan oleh Ratih Endarini Sudarmono (2009) dengan judul penelitian Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan Metode Group Investigations Pada Pembelajaran IPA di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga semester I tahun ajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar dengan KKM ≥ 60. Pada kondisi pra siklus (kondisi awal) pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, ketuntasan belajar 43,75% atau 7 siswa dan siklus I sebesar 62,50% atau 10 siswa, serta pada siklus II sebesar 87,50% atau 14 siswa. Skor rata-rata kelas pada kondisi awal 59, 62, pada siklus I meningkat menjadi 64,37, serta pada siklus II meningkat menjadi 74,68. Proses pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga semester I tahun ajaran 2009/2010.
Kekurangannya adalah guru belum
menggunakan model GI dengan maksimal, karena pembelajaran masih didominasi guru, dan belum seluruh siswa aktif dalam pembelajaran, solusinya adalah guru mengurangi peran siswa dan menyemangati siswa agar semua aktif dalam kegiatan pembelajaran.
20
2.3
Kerangka Berpikir Hasil belajar adalah besarnya total skor yang diperoleh melalui
pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan skor yang diperoleh dari skor tes formatif sebagai akhir atau puncak dari suatu kegiatan pembelajaran. Sementara pembelajaran yang dilakukan tidak selalu melibatkan siswa dalam pengalaman belajar. Hal ini membuat siswa bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Akibatnya hasil belajar siswa kurang dari KKM ≥ 70. Untuk menanggapi hal itu dibutuhkan penanganan guna mengantisipasi rendahnya hasil belajar siswa yang dapat dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk memfasilitasi peserta didik untuk aktif belajar. Dengan menggunakan media gambar, diharapkan peserta didik mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan kondisi menyenangkan. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI melalui beberapa langkah yaitu: 1. Membentuk kelompok @5 siswa 2. Menyeleksi topik hubungan sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat (SDA_LTM) 3. Menyimak bersama dalam kelompok materi SDA_LTM 4. Mengamati SDA_LTM di lapangan 5. Mencatat data SDA_LTM 6. Membuat laporan hasil investigasi 7. Mempresentasikan hasil investigasi 8. Evaluasi
21
Kerangka berpikir dalam penelitian dapat dilihat pada skema di bawah: Hasil belajar < KKM 70
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Model Pembelajaran Konvensional
Observasi
Observasi 1. Membentuk kelompok 5 siswa
Membentuk/tidak
2. Siswa menyeleksi topik hubungan SDA_LTM
Menyeleksi/tidak
3. Menyimak materi SDA_LTM
Menyimak/tidak
4. Mengamati fenomena SDA_LTM
Mengamati/tidak
5. Mencatat fenomena SDA_LTM
Mencatat/tidak
6. Membuat laporan hubungan SDA_LTM
Membuat/tidak
7. Mempresentasikan hubungan SDA_LTM
Mempresentasikan /tidak
Skor Non Tes
Observasi
8. Evaluasi
Tes Formatif
Skor Tes
Hasil belajar siswa KKM ≥ 70
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI
2.4
Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang dirumuskan adalah sebagai berikut : Peningkatan
hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014.