8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Pengertian PAKEM PAKEM merupakan strategi pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman siswa, dengan penekanan pada belajar sambil bekerja (learning by doing), Asmani (2011: 61). Dalam PAKEM, guru menggunakan berbagai sumber belajar. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada penilaian. Istilah PAKEM semula dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyful and Effective Learning). Untuk pertama kalinya di Indonesia, yaitu pada tahun 1999, metode ini dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan Menyenangkan). Karena pada hakikatnya, landasan-landasan teori yang digunakan PAKEM adalah mengambil teori-teori tentang active learning atau pembelajaran aktif maka berikut ini pandangan dari para ahli mengenai kegiatan, siswa dan lingkungan belajar active learning. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student centred learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut, dalam Rusman (2011: 321). Model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) terdiri dari empat unsur, yaitu sebagai berikut: 1. Pembelajaran aktif Menurut Asmani (2011: 60) aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru menciptakan suasana demikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan.
9
Menurut Rusman (2011: 324) pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan bebagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Menurut Mayer (Sunarto, 2012: 20) siswa yang aktif tidak hanya sekadar hadir di kelas, menghafalkan dan akhirnya mengerjakan soal-soal di akhir pelajaran. Siswa harus terlibat aktif, baik secara fisik maupun mental. Siswa semestinya juga aktif melakukan praktik dalam proses pembelajaran. Dari berbagai paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebutkan dengan pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan dan senang melakukan kegiatan belajar. 2. Pembelajaran kreatif Menurut Asmani (2011: 60) kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Rusman (2011: 324) pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran
yang
mengharuskan
guru
untuk
dapat
memotivasi
dan
memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi. Menurut Jerry Wenntrom (Sunarto, 2012: 21) mengatakan bahwa proses kreatif adalah suatu format eksplorasi yang berbeda dari yang lain, yaitu proses yang dihubungkan dalam pengalaman hidup dan bukan merupakan suatu model umum. Proses pembelajaran kreatif adalah suatu tindakan penemuan terusmenerus, penggalian yang mendalam dengan hati, pikiran dan semangat untuk mendapatkan pengalaman yang baru dapat siswa rasakan. Dari paparan di atas dapat disimpulkan pembelajaran kreatif yaitu pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan
10
memanfaatkan sumber belajar yang ada serta melakukan proses pembelajaran yang kreatif. 3. Pembelajaran efektif Menurut Asmani (2011: 60) efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Menurut Rusman (2010: 325), yang disebut dengan pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa serta mengantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara maksimal. Efektif mempunyai makna bahwa siswa dan menguasai keterampilan yang diperlukan. Menurut Sunarto (2012: 30) Pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang mampu memberikan kontribusi optimal terhadap pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari paparan di atas dapat disimpulkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran termasuk penilaian, selain itu proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa dan pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 4. Pembelajaran menyenangkan Menurut Amansi (2011: 61) menyenangkan maksudnya adalah membuat suasana belajar mengajar yang menyenangkan, sehingga siswa memusatkan perhatianya secara penuh pada belajar dan waktu curah anak pada pelajaran menjadi (time on task) tinggi. Menurut Mulyasa (Rusman, 2011: 326) pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Menurut Sunarto (2012: 22) menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu tercurah perhatiaanya (time on task) tinggi.
11
Dari paparan di atas dapat simpulkan pembelajaran menyenangkan yaitu pemebelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga perhatian terpusat secara penuh pada proses belajar mengajar serta tanpa ada perasaan tertekan.
Model pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) merupakan model pembelajaran yang melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Guru mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi tertentu. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu mengandung variasi, seperti belajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya. Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh guru. Dalam hal ini, guru harus menetukan secara tepat jenis belajar manakah yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai. Maka dapat disimpulkan mengenai pembelajaran PAKEM adalah pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja. Pembelajaran yang aktif dimana siswa dilibatkan lebih banyak dalam proses pembelajaran; pembelajaran kreatif yaitu proses pembelajaran yang menstimulus
siswa
untuk
dapat
mengembangkan
dan
menghubungkan
pengetahuan yang dimilikinya dengan konsep-konsep materi yang dipelajari; efektif sebagai pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman baru dalam memaksimalkan kompetensi demi pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri; dan pembelajaran menyenangkan dimana dalam pembelajaran berlangsung, siswa
12
merasakan suasana yang gembira dan bebas dari tekanan baik fisik maupun psikologis.
2.1.2 Landasan Hukun PAKEM 1. UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 a. Pasal 4 Pendidikan
diselenggarakan
dengan
memberi
keteladanan,
membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. b. Pasal 40 Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. 2. PP No. 19 tahun 2005, Bab IV pasal 19 Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2.1.3 Ciri-ciri PAKEM Menurut pelatihan MBS dalam Asmani (2011: 83) merupakan pelatihan program MBS kerjasama antara Indonesia dengan UNESCO dan UNICEF, secara singkat ciri-ciri PAKEM sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning to do). 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
13
3. Guru mengatur kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”. 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
2.1.4 Tujuan PAKEM Rusman (2011: 322) tentang tujuan PAKEM ini adalah terdapatnya perubahan paradigma di bidang pendidikan, seperti yang dicanangkan oleh Depdiknas, bahwa pendidikan di Indonesia saat ini sudah harus beranjak dari: (1) schooling menjadi learning, (2) instructive menjadi facilitative, (3) government role menjadi community role, dan (4) centralistic menjadi decentralistic. Ini berarti pada saat sekarang, pendidikan tidak hanya tanggung jawab lembaga formal seperti sekolah, tetapi sudah menjadi tanggung jawab semua pihak. Ini juga berdasarkan pada konsep tripusat pendidikan yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: (1) pendidikan di lembaga pendidikan, (2) pendidikan di masyarakat, dan (3) pendidikan di keluarga.
2.1.5 Prinsip PAKEM Dalam pelaksanaan model pembelajaran PAKEM, sekurang-kurangnya ada empat komponen atau prinsip yang dapat diidentifikasi yaitu: 1. Mengalami Prinsip mengalami ini membuat siswa dapat merasakan teori dan ide-ide progresif. Ketika mereka wawancara dalam rangka membuat buletin atau majalah, misalnya mereka akan berkembang dengan sendirinya dari satu tahap ke tahap berikutnya. Dari prinsip mengalami ini siswa lebih matang, dinamis dan professional.
Mengamati,
wawancara,
menyelidiki,
eksperimentasi
dan
menggunakan alat peraga membuat mental menjadi kritis, kreatif, inovatif dan kompetitif.
14
2. Interaksi Interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru perlu untuk selalu dijaga agar mempermudah untuk membangun makna. Dengan interaksi pembelajaran menjadi lebih menjadi hidup dan menarik, kesalahan makna berpeluang terkoreksi, makna yang terbangun menjadi lebih mantap dan kualitas hasil belajar meningkat. 3. Komunikasi Prinsip komunikasi ini dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengetahui sejauh mana pendalaman dan pengayaan materi seorang siswa. Adu gagasan, silang pemikiran dan bedah ide membuat pemikiran menjadi segar, kaya, mendalam dan penuh variasi. 4. Refleksi Prinsip refleksi ini juga dapat dijadikan sebagai wahana evaluasi dari strategi yang telah diterapkan dan hasil yang didapatkan. Dari refleksi ini akan diketahui kelemahan dan kelebihan atau efektif dan tidaknya suatu jenis pembelajaran. Akan ada ide-ide baru, pemikiran baru dan gagasan baru yang lebih segar, kaya dan penuh makna dari proses refleksi.
Keempat prinsip ini membuat PAKEM berjalan pada kerangka dasar yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu membentuk pembelajaran yang berkualitas dan mampu menghasilkan kader-kader muda yang siap berkreasi, demi bangkitnya potensi bangsa.
2.1.6 Keunggulan dan Kelemahan PAKEM 1. Kenggulan Pembelajaran PAKEM a. Pembelajaran lebih menarik dan kreatif, artinya pembelajaran dengan model PAKEM dirasa lebih menyenangkan. Penggunaan media dan sumber belajar yang beragam dan model PAKEM sangat membantu siswa untuk mempermudah proses belajarnya. Dalam proses pembelajaran ini, siswa juga diberi kesempatan untuk ikut berperan
15
aktif dalam proses belajar mengajar, seperti mengungkapkan gagasan dan mengembangkan keterampilan. b. Pembelajaran lebih variatif, artinya model pembelajaran PAKEM ini memberikan kesempatan bagi guru dan siswa untuk menciptakan suasana pembelajaran
dengan menggunakan beberapa metode
pembelajaran, tidak monoton dengan satu metode pembelajaran. 2. Kelemahan Pembelajaran PAKEM Dalam pembelajaran PAKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Hal ini jelas sekali dapat menjadi sebuah boomerang bagi guru, ketika seorang guru tidak memiliki kemampuan untuk memanajemen dan menguasai hal-hal yang harus ada untuk melakukan model pembelajaran PAKEM.
2.1.7 Langkah-langkah Pembelajaran PAKEM dalam Pembelajaran IPA Model PAKEM yang dirancang berdasarkan konsep pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sedangkan dalam proses pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran yang terdiri dari dua dimensi yaitu pembelajaran konsep IPA dan penyelidikan ilmiah dalam bentuk keterampilan proses sains. Demikian langkah-langkah PAKEM yang didesain adalah sebagai berikut: 1. Melakukan Pengamatan Siswa mengamati semua gelaja IPA yang akan ditemui selama pembelajaran. Pada model ini bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu demonstrasi/alatperaga/pemodelan/gambar/animasi/video/ilustrasi/pertanyaan. Pada model ini beberapa indikator aktivitas guru dan aktivitas siswa yang sesuai dengan indikator PAKEM (lihat tabel 2) sebagai berikut:
16
Tabel 2 Melakukan Pengamatan dengan PAKEM Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Aktif Aktif 1. Menunjukkan gejala 1. Bertanya dan mempertanyakan IPA gagasan 2. Memberi pertanyaan 2. Bekerja, terlibat dan berpartisipasi 3. Melibatkan siswa 3. Menemukan dan memecahkan Menyenangkan masalah 1. Berani bertanya Menyenangkan 2. Berani memberikan 1. Kegiatan menarik menantang dan gagasan/pendapat meningkatkan motivasi 2. Mendapat pengalaman secara langsung 2. Menentukan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah maksud pembelajaran atau arah yang akan dituju dalam proses pembelajaran. Melalui langkah ini siswa akan mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada langkah ini, indikator PAKEM yang ingin dicapai ditunjukkan dalam tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Menentukan Tujuan Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Efektif Efektif 1. Mencapai tujuan 1. Mencapai kompetensi yang pembelajaran diharapkan 3. Membimbing dan Membangun Konsep Membimbing dan membangun konsep adalah guru membimbing siswa dalam membangun pengetahuan. Pada tahap ini siswa belajar tentang materi IPA yang salah satu dimensi dalam pembelajaran IPA. Indikator PAKEM pada langkah ini ditunjukkan dalam tabel 4 berikut ini
17
Tabel 4 Membimbing dan Membangun Konsep Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Aktif Aktif 1. Membimbing siswa belajar 1. Bertanya dan Kreatif mempertanyakan gagasan 1. Memfasilitasi siswa 2. Membangun konsep bertanya (memanfaatkan lingkungan Kreatif dan alat bantu) 1. Berpikir bebas 2. Memberimotivasi (mengarang/menulis) 3. Menggunakan metode yang 2. Menafsirkan bervariasi Menyenangkan Menyenangkan 1. Perhatian terfokus 1. Bersikap terbuka 2. Antusias 3. Senang
4. Memberi Masalah Pada langkah ini siswa diberi masalah secara tidak langsung. Melalui pertanyaan siswa diarahkan menemukan masalah sendiri yang akan diselesaikan melalui percobaan. Ada beberapa indikator PAKEM dalam kegiatan ini, yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5 Memberi Masalah Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Aktif Aktif 1. Memberi masalah 1. Bertanya dan mempertanyakan 2. Memberi kesempatan gagasan siswa berpikir atau 2. Mengemukakan gagasan beraktivitas Menyenangkan 3. Memberi pertanyaan 1. Kemampuan berpikir kritis yang menantang dalam memecahkan masalah Menyenangkan semakin meningkat 1. Berani memberikan dan 2. Antusias mempertanyakan gagasan 3. Mendapat pengalaman secara langsung
18
5. Merancang Percobaan Siswa menentukan alat dan bahan yang akan digunakan, objek yang akan diteliti, faktor atau variabel yang perlu diperhatikan dalam percobaan. Percobaan yang dirancang utnuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukan pada langkah memberi masalah. Dalam merancang percobaan, siswa merancang dapat menggunakan dengan kata-kata sendiri. Percobaan dilakukan secara berkelompok. Adapun indikator PAKEM dalam tahap pembelajaran ini dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Merancang Percobaan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Aktif Aktif 1. Memantau kegiatan belajar 1. Bertanya dan siswa mempertanyakan 2. Memberi kesempatan siswa gagasan berpikir atau beraktivitas 2. Mengemukakan atau Kreatif menanggapi gagasan 1. Mengembangkan kegiatan yang 3. Bekerja, terlibat dan menarik dan beragam berpartisipasi 2. Memfasilitasi siswa merancang3. Kreatif percobaan 1. Merancang sesuatu 6. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah langkah dalam proses sains yaitu mengolah data, menginterpretasi data dan menyimpulkan. Mengolah data dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu grafik, gambar, narasi, tabel, matriks, diagram, bagan, dan sebagainya; yang dilakukan secara berkelompok. Indikator PAKEM pada langkah ini dapat dilihat pada tabel :
Aktivitas Guru Aktif 1. Memantau kegiatan belajar siswa Kreatif 2. Memfasilitasi siswa belajar
Tabel 7 Mengumpulkan Data Aktivitas Siswa Aktif 1. Membangun konsep bertanya 2. Mengemukakan atau menggapi gagasan Kreatif 1. Menafsirkan 2. Berpikir bebas (mengarang/menulis)
19
7. Mengkomunikasikan Siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil percobaan baik secara lisan maupun tulisan. Lisan berupa presentasi dan tulisan berupa laporan yang bisa di tempelkan di depan kelas untuk ditunjukkan kepada siswa lain. Ada beberapa indikator PAKEM yang diharapkan dalam langkah ini yaitu (lihat tabel): Tabel 8 Mengkomunikasikan Hasil Percobaan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Aktif Aktif 1. Memberi penguatan/umpan 1. Bertanya atau menjawab balik pertanyaan baik secara lisan 2. Memberi kesempatan siswa maupun tulisan berpikir dan beraktivitas 2. Mengemukakan atau Kreatif menanggapi gagasan secara 1. Mengelola kelas dan lisan maupun tulisan sumber belajar Kreatif 2. Merencanakan proses dan 1. Berpikir bebas hasil belajar Menyenangkan Menyanangkan 1. Antusias 1. Berani bertanya 2. Senang 3. Perhatian terfokus 8. Evaluasi Tahap ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Ketercapaian tujuan pembelajaran menunjukkan efektif tidaknya pembelajaran yang merupakan salah satu prinsip PAKEM. Untuk langkah ini dilakukan dengan menggunakan tes. Indikator PAKEM dalam pelaksanaan tahap ini adalah sebagai berikut (lihat tabel 9). Tabel 9 Evaluasi Aktivitas Guru Efektif 1. Mencapai tujuan pembelajaran
Aktivitas Siswa Efektif 1. Mencapai tujuan pembelajaran
20
2.1.8 Pengertian Hadiah Hadiah (reward) adalah suatu alat pendidikan untuk mendorong anak didik agar dapat terus mengerjakan perbuatan itu, ataupun suatu penghargaan yang diberikan dengan maksud dan tujuan tertentu. Hadiah (reward) adalah suatu “balasan” dalam dunia pendidikan yang berarti hadiah, upah, ataupun penghargaan. Hadiah (reward) terkadang dikonotasikan dengan suatu hal yang negatif, tetapi lazimnya selalu digunakan dalam pengertian positif. Untuk menjelaskan arti hadiah (reward) penulis mengacu pendapat para behavioris, salah satunya adalah Thorndike dalam (Baharudin dan Esa Nur, 2010), berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh hadiah (reward) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi tingkah laku dengan stimulus (rangsangan). Menurut Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) prinsip terpenting teori pembelajaran perilaku ialah bahwa perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi langsungnya. Konsekuensi yang menyenangkan memperkuat perilaku disebut penguatan (reinforcer). Penguatan (reinforcer) didefinisikan sebagai setiap konsekuensi yang memperkuat perilaku. Perilaku respon si pembelajar yang baik akan
diberi
hadiah.
Konsekuensi
yang
tidak
menyenangkan
akan
memperlemahnya disebut (punisher). Irawati(2005: 5) berpendapat bahwa metode pemberian hadiah dan hukuman sebaiknya dijadikan sebagai metode perantara dalam rangka orangtua dan pendidik menuju pada proses menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri anak. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hadiah (reward) adalah stimulus yang mendorong individu untuk meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon yang dikehendaki.
2.1.9 Kategori Hadiah Dalam Slavin (2011: 186) ada beberapa kategori utama bentuk hadiah positif yang dengan mudah diperoleh dalam kelas. Adapun kategori bentuk hadiah tersebut adalah:
21
1. Hadiah berupa pujian Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti, ”Rupanya sudah baik tulisanmu. Namun, kalau kamu terus berlatih tentu akan lebih baik lagi.” 2. Hadiah berupa aktivitas Pekerjaan dapat juga menjadi suatu hadiah. Contoh “Engkau akan segera saya beri soal yang lebih sukar sedikit, karena yang nomor 3 ini rupa-rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan.” 3. Hadiah berupa benda Hadiah dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak. Misalnya pensil, buku tulis, gula-gula atau makanan yang lain. 4. Hadiah berupa tanda kredit Hadiah ini tidak bernilai tinggi tetapi kelak dapat ditukarkan
dengan
sesuatu yang berharga. Seperti tanda bintang yang dikumpulkan dan bila telah usai atau mencapai target bisa ditukarkan dengan sesuatu yang berharga.
2.1.10 Manfaat Pentingnya Hadiah Manfaat penting adanya suatu hadiah yang diberikan yaitu: 1. Memiliki nilai pendidikan Hadiah adalah salah satu bentuk pengetahuan yang membuat anak segera tahu bahwa tingkah lakunya itu baik. Sama halnya dengan hukuman yang menyadarkan anak bahwa tingkah lakunya tidak dapat diterima lingkungannya. 2. Memotivasi anak untuk mengulangi tingkah laku yang diterima Anak umumnya akan bereaksi positif terhadap penerimaan lingkungan yang diekspresikan lewat hadiah. Hal ini mendorong mereka bertingkah laku baik agar mendapat hadiah lebih banyak. 3. Memperkuat tingkah laku yang dapat diterima lingkungan Apabila anak mendapat penghargaan atas tingkah lakunya maka ia mendapatkan pemahaman bahwa apa yang dilakukannya itu berarti. Ini yang membuat anak termotivasi untuk terus mengulangi. Sementara anak yang miskin
22
hadiah tidak tahu persis apakah yang dilakukan itu berarti atau tidak. Akibatnya, perilaku yang sebenarnya baik tidak diulanginya lagi.
2.1.11 Syarat-syarat Memberikan Hadiah Adapun syarat-syarat pendidik dalam memberikan hadiah terhadap anak didiknya yaitu: 1. Pendidik harus mengenal anak didiknya yang akan diberi hadiah. 2. Hadiah yang diberikan kepada seorang anak didik hendaknya jangan menimbulkan rasa iri hati atau cemburu bagi anak didik lainnya. 3. Memberikan hadiah hendaknya hemat. 4. Janganlah memberikan hadiah dengan menjanjikan lebih dulu sebelum anak itu melakukan perbuatannya. 5. Pendidik harus berhati-hati dalam memberikan hadiah.
2.1.12 Tujuan Diberikan Hadiah Tujuan diberikannya hadiah adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan perhatian siswa. 2. Membangkitkan dan memelihara semangat belajar siswa. 3. Memudahkan siswa belajar. 4. Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.
2.1.13 Hadiah Verbal dan Hadiah Nonverbal Ada dua cara dalam pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran yaitu hadiah verbal dan nonverbal. Hadiah verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu: (1) kata-kata seperti: bagus, baik, hebat, wah bagus sekali dan sebagainya ; (2) Kalimat seperti: pekerjaanmu baik sekali! Saya senang dengan pekerjaanmu, inilah pertanyaan yang bagus. Hadiah nonverbal
yaitu berupa
benda misalnya: buku, pensil, bolpoin, tempat pensil dan sebagainya. Pemberian hadiah tersebut dapat dilakukan dengan cara mendekatnya guru kepada siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenanganya terhadap pekerjaan, tingkah laku,
23
atau penampilan siswa. Cara pelaksanaannya antara lain berdiri disamping siswa, berjalan menuju kearah siswa, duduk dekat seorang atau kelompok. Hadiah dengan sentuhan, dapat dilakukan dengan cara: menepuk bahu, menjabat tangan, membelai rambut/mengusap kepala. Beberapa pertimbangan dalam penggunaan, yaitu: umur, jenis kelamin, latar belakang kebudayaan. Hadiah dengan kegiatan yang menyenangkan, memberikan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi siswa.
2.1.14 Prinsip-prinsip Pemberian Hadiah Nonverbal Prinsip-prinsip pemberian hadiah nonverbal adalah sebagai berikut: 1. Kehangatan dan keantusiasan Sikap dan gaya guru termasuk suara, mimik dan gerakan badan akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberi penguatan. Perlu diingat bahwa biasanya murid sangat peka terhadap bahasa nonverbal, ketulusan dan keiklasan guru dalam memberi hadiah akan terbaca dari gerak tubuh dan raut mukanya. 2. Kebermaknaan Siswa
perlu
memahami
hubungan
antara
tingkah
laku
dan
penampilannya dengan penguatan yang diberikan kepadanya. 3. Menghindari respon yang negatif Teguran, hukuman, komentar yang bernada menghina, apalagi ejakan kasar, cenderung lebih mudah mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan diri.
2.1.15 Penggunaan Hadiah Nonverbal Teori ini berpegang pada prinsip bahwa tingkah laku orang akan berubah melalui proses pemberian hadiah dan hukuman. Ini berarti bahwa orang akan berbuat karena ada hadiah yang akan diraihnya, dan orang tidak akan mengubah tingkah lakunya karena takut mendapat hukuman. Hadiah adalah suatu alat pendidikan untuk mendorong anak didik agar dapat terus mengerjakan perbuatan itu, ataupun suatu penghargaan yang diberikan
24
dengan maksud dan tujuan tertentu. Hadiah (reward) adalah suatu “balasan” dalam dunia pendidikan yang berarti hadiah, upah, ataupun penghargaan. Hadiah terkadang dikonotasikan dengan suatu hal yang negatif, tetapi lazimnya selalu digunakan dalam pengertian positif. Hadiah nonverbal ini penulis mengacu pada para behaviorisme, salah satu penganut behaviorisme adalah Throndike (Baharudin dan Esa Nur,
2010) berpendapat bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh hadiah (reward) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi tingkah laku dengan stimulus (rangsangan). Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik apabila ada interaksi antara guru dengan murid serta murid dengan konsep pelajaran. Hal tersebut dapat terlaksanakan jika guru dapat membangkitkan motivasi, salah satunya dengan memberi hadiah pada siswa saat menunjukan respon yang kita harapkan yaitu dengan memperoleh nilai yang dapat mencapai KKM. Dengan adanya hadiah tersebut siswa akan merasa diperhatikan dan dihargai. Hadiah akan menimbulkan semangat untuk melakukan aktifitas yang lebih baik. Menurut Skinner (Slavin, 2011: 179 ) beberapa perilaku manusia jelas didorong oleh rangsangan tertentu. Karya Skinner terpusat pada hubungan antara perilaku dengan konsekuensinya. Misalnya perilaku seseorang langsung diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, orang tersebut akan lebih sering terlibat ke dalam perilaku tersebut. Perilaku yang menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku sering disebut pengkondisian operant (operant conditioning). Hadiah sangat penting dalam belajar, dimana hadiah berfungsi sebagai pendorong siswa dalam belajar. Setelah siswa diberi stimulus maka siswa akan merespon sehingga meningkatkan motivasi dalam belajar. Simpulan dari berbagai teori tentang hadiah, maka banyak cara guru dapat memberikan motivasi yaitu salah satunya dengan hadiah, karena hadiah akan memberikan respon kepada siswa, sehingga dari respon tersebut dapat memotivasi siswa dalam belajar. Penggunaan dalam pembelajaran tentang hadiah nonverbal adalah sebagai berikut:
25
1. Kesiapan guru dalam mengajar 2. Kesungguhan guru dalam mengajar 3. Memotivasi siswa dalam belajar 4. Menyampaikan dan memberikan hadiah kepada siswa.
2.1.16 Hadiah Nonverbal Sebagai Salah Satu Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Irawati (2005: 5) berpendapat bahwa metode pemberian hadiah dan hukuman sebaiknya dijadikan sebagai metode perantara dalam rangka orangtua dan pendidik menuju pada proses menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri anak. Dengan adanya hadiah nonverbal maka siswa akan lebih termotivasi dalam pembelajaran tentang pemahaman konsep IPA siswa kelas 5. Hadiah nonverbal atau hadiah secara teoritis dapat dinilai mampu meningkatkan hasil belajar karena hadiah merupakan salah satu stimulus untuk meningkatkan motivasi dalam belajar.
2.1.17 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses di dalam kepribadian manusia, perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas. Belajar menurut Brunner yaitu orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif dan sendiri pun mengalami perubahan karenanya, cara belajar ini oleh Brunner disebut belajar dengan menemukan sendiri (discovery learning) yang menggunakan corak berpikir induktif dengan membuat perkiraan yang masuk akal atau menarik kesimpulan. Brunner beranggapan, bahwa cara belajar dengan menemukan sendiri ini sesuai dengan hakikat manusia sebagai seorang yang mencari-cari secara aktif dan menghasilkan pengetahuan serta pemahaman yang sungguh-sungguh bermakna, dalam (Winkel, 2004: 403). Gagne (Winkel, 2004: 100) berpendapat bahwa belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungannya. Menurut Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) belajar adalah
26
suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila orang tidak belajar maka responnya menurun. Menurut Hilgrad dan Bower (Baharudin dan Esa Nur, 2010:13), belajar memiliki pengertian memeroleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan. Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai berikut: suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan sikap-nilai. Perolehan perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh.
2.1.18 Pengertian Hasil Belajar Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru mengajar dan keberhasilan siswa dalam belajar, setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi belajar yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar. Hasil adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Dalam rumusan pengertian hasil belajar, ada perbedaan pandangan mengenai ranah yang terkait dengan hasil belajar siswa. Ada yang berpendapat bahwa hasil belajar meliputi dua ranah dan ada pula yang menyebutkan terdiri dari tiga ranah. Pandangan yang berpendapat bahwa hasil belajar siswa meliputi dua ranah, seperti yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) mengartikan hasil belajar sebagai pengenalan pengetahuan atau
27
keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Pendapat dari Nana Sudjana (1990: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda (Dimyati, 2006: 256). Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasi belajar berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Sedangkan bagi siswa berguna untuk memperbaiki cara belajarnya. Rumusan lain yang berpendapat bahwa hasil belajar siswa meliputi tiga macam, seperti yang dikemukakan oleh Horward Kingsley dalam Nana Sudjana (1990: 22): (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (Nana sudjana, 1990:22) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pengetahuan dan pemahaman disebut kognitif tingkat rendah. Aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi merupakan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek dalam ranah psikomotor, yakni
gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampaun perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif. Dengan pemahaman yang demikian maka dapat dirumuskan bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan dalam mata pelajaran setelah mempelajari konsep menurut kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan
28
serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang dari proses belajar dalam waktu tertentu, hasil belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
2.1.19 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Nana Sudjana (1990: 22), sebagai berikut: 1. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara lain adalah kemampuan yang dimilikinya, minat motivasi serta faktor-faktor lainnya. 2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luat individu diantaranya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2.1.20 IPA dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains (Inggris: science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1) penegetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke (1) studi sistematis; (2) tubuh pengetahuan yang terorganisir; (3) pengetahuan teoritis. Menurut Depdiknas (2006) mengemukakan ilmu pengetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang ditempuh melalui pengalaman, serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Menurut KTSP (2006) IPA atau SAINS merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam pengetahuannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
29
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan IPA merupakan satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut Robert Yager (Anna Poedjiadi, 2010: 104), seorang tokoh yang mengembangkan STS (Science Technology Society) di Amerika, membagi pembelajaran IPA menjadi 6 ranah yaitu ranah konsep meliputi konsep-konsep, fakta, hukum, teori yang digunakan oleh para ilmuan; ranah proses meliputi halhal yang berhubungan dengan cara memperolehilmu atau produk sains, seperti melakukan observasi; ranah kreativitas meliputi kombinasi objek dan ide atau gagasan dengan cara yang baru, masalah menyelesaikan masalah, mendesain alat; ranah sikap meliputi sikap positif terhadap ilmu dan para ilmuan; ranah aplikasi dan keterkaitan meliputi menunjukkan contoh-contoh konsep-konsep ilmiah dalam kehidupan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupam sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penggunaan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
30
salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penggunaan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran
IPA
sebaiknya
dilaksanakan
secara
inkuiri
ilmiah
(Scintientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan Pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan (pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru).
2.1.21 Tujuan Pembelajaran IPA Pengajaran IPA menurut Depdikbud (1993/1994: 98-99) bertujuan agar siswa: 1. Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari. 2. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan ide tentang alam di sekitarnya. 3. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar. 4. Bersikap
ingin
tahu,
tekun,
terbuka,
kritis,
mawas
konsep
IPA
diri,
bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri. 5. Mampu
menerapkan
berbagai
macam
untuk
menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
31
6. Mampu
menggunakan
memecahkan
suatu
teknologi
masalah
sederhana
yang
yang
ditemukan
berguna
dalam
untuk
kehidupan
sehari-hari. 7. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
2.1.22 Fungsi dan Sifat Pembelajaran IPA Beberapa fungsi pokok dari sains, yaitu: 1. Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari. 2. Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi kepentingan manusia. 3. Sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya. 4. Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis. 5. Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar gejala alam. Beberapa sifat utama dari sains, yaitu: 1. Analitis, yaitu dapat meneliti setiap bagian dari objek dengan seksama dan terstruktur. 2. Logis, dapat dipikirkan dan diamati dengan sederhana dan masuk akal. 3. Sistematis,
penjelasan
masing-masing
bagian
adalah
hasil
dari
pengelompokan atau klasifikasi berdasarkan pemikiran logis. 4. Kausatif, menjelaskan gejala alam berdasarkan penyebab-penyebabnya. 5. Kuantitatif, artinya dapat diukur dan apa yang dilaporkan dalam bentuk angka-angka dapat dipercaya secara statistika.
2.1.23 Hubungan Antara Model Pembelajaran PAKEM dengan Pemberian Hadiah Nonverbal sebagai media motivator untuk meningkatkan Hasil Belajar Salah satu kelemahan atau kendala dalam model pembelajaran PAKEM terletak pada SDM guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam PAKEM.
32
Di tangan gurulah terletak efektif tidaknya PAKEM. Menerapkan PAKEM membutuhkan karakter guru kreatif, yang mampu mencari celah di tengah kepenatan, keterbatasan dan kejenuhan siswa. Guru yang kreatif mampu menyegarkan suasana, membangkitkan semangat dan memompa potensi siswa. Guru kreatif mampu menyuguhkan variasi pendekatan strategi yang dinamis dan produktif (Asmani, 2011: 191). Selain dituntut guru yang kreatif dalam PAKEM, juga dituntut siswa yang aktif dalam PAKEM. Guru yang kreatif mampu memberikan semangat, motivasi dalam proses belajar mengajar. Motivasi siswa dapat dtumbuhkan dengan cara proses pembelajaran yang meningkatkan keaktifan siswa dan pembelajaran yang menyenangkan. Guru harus mampu menyuguhkan variasi pendekatan yang beragam. Asmani (2011: 92) guru yang aktif dapat menumbuhkan motivasi siswa melalui pemberian penguatan/umpan balik. Penguatan/umpan balik dapat berupa hadiah. Dengan hadiah yang diberikan kepada siswa diharapkan motivasi belajar siswa meningkat. Pemberian hadiah diharapkan dapat membantu model pembelajaran PAKEM yang digunakan oleh guru dalam mengembangkan potensi siswa. Salah satu tujuan diberikannya hadiah yaitu membangkitkan semangat belajar siswa. Thorndike dalam (Baharudin dan Esa Nur, 2010), berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh hadiah (reward) dari lingkungan. Siswa menjadi aktif dalam bertanya, bekerja, mengemukakan gagasan, menemukan dan memecahkan masalah. Siswa menjadi lebih kreatif dalam membuat/merancang sesuatu dan menulis/mengarang. Tujuan pembelajaran tercapai secara efektif. Dan pembelajaran menjadi menyenangkan bagi siswa. Dan pada akhirnya akan meningkatkan pula hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan kata lain hasil belajar mencapai batas KKM yang ditentukan.
2.2
Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian sebelummya yang telah dilakukan, penelitian yang
relevan dengan penelitian yang akan diangkat kali ini adalah:
33
1. Hasil Penelitian Tindakan Kelas oleh Matius tentang Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran PAKEM Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Mangunsari 07 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012
menyimpulkan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran PAKEM efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SDN Mangunsari 07 Salatiga pada mata pelajaran IPA, materi penampakan bumi di lingkungan sekitar, hasil belajar IPA setelah dilakukan tindakan menunjukkan kenaikan pada siklus 1 mencapai 77% dan pada siklus 2 mencapai 90%. 2. Hasil Penelitian Tindakan Kelas oleh Aris Candra Wibowo tentang Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA Melalui Reward Dan Punishment Pada Siswa Kelas 4 SDN Penawangan 02 Pringapus Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2011/2012 menyimpukan bahwa penggunaan teknik pemberian reward untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Penawangan 02 Pringapus Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012, motivasi dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPA setelah dilakukan tindakan pemberian hadiah mengalami peningkatan rata-rata 90% pada siklus 1 dan peningkatan rata-rata 100% pada suklus 2. 3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas oleh Indriaswati tentang Ganjaran Nonverbal Sebagai Media Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA Khusunya Tentang Pemahaman Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas 5 SDN Sumurbroto Kabupaten Jepon Tahun Ajaran 2009/2010 menyimpulkan bahwa penggunaan teknik pemberian ganjaran nonverbal untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas 5 SDN Sumurbroto Kabupaten Jepon tahun pelajaran 20091/2010, Pada siklus 1 terdapat 11 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 57,8%, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 8 siswa atau sebesar 42,1%, jadi pada siklus 1 motivasi belajar meningkat. Pada siklus 2 terdapat 19 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 100%, dan yang
34
belum tuntas dalam belajar terdapat 0 siswa atau sebesar 0 %, jadi pada siklus 2 motivasi belajar meningkat.
2.3
Kerangka Berpikir Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka berpikir dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut: Skema Kerangka Berpikir
Kondisi awal
Tindakan
Hasil Tindakan
Guru: belum menerapkan pembelajaran PAKEM dengan pemberian hadiah nonverbal. Menerapkan pembelajaran PAKEM dengan pemberian hadiah nonverbal.
Siklus 1: Menggunakan pembelajaran PAKEM dengan pemberian hadiah nonverbal di setiap pertemuan, hadiah nonverbal berupa tanda bintang.
Siklus 2: Menggunakan pembelajaran PAKEM dengan pemberian hadiah nonverbal di setiap pertemuan dan pada akhir pertemuan kedua tanda bintang terbanyak dapat ditukarkan dengan suatu barang. Diduga melalui penggunaan model pembelajaran PAKEM dengan pemberian hadiah nonverbal dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Nilai pada mata pelajaran IPA rendah.
Guru: Melakukan refleksi penggunaan PAKEM dengan hadiah nonverbal.
Guru melakukan refleksi penggunaan PAKEM dengan hadiah nonverbal
35
Pada kondisi awal proses pembelajaran guru belum menerapkan pembelajaran PAKEM dan pemberian hadiah nonverbal, sehingga nilai pada mata pelajaran IPA rendah terutama dalam proses pembelajaran IPA. Kondisi tersebut mendorong penulis yang berkolaborasi dengan guru kelas untuk melakukan tindakan, tindakan yang diberikan berupa pembelajaran PAKEM dengan pemberian hadiah nonverbal, hadiah nonverbal diberikan di setiap pertemuan. Setelah itu guru merefleksikan tindakan tersebut. Apabila tindakan pada siklus 1 belum dapat memenuhi KKM maka perlu diadakan tindakan pada siklus 2, sehingga dari hasil tindakan pembelajaran PAKEM dan pemberian hadiah nonverbal diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya tentang pemahaman konsep tanah.
2.4
Hipotesis Tindakan Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut : penggunaan model pembelajaran PAKEM dengan pemberian hadiah nonverbal sebagai media motivator untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA bagi siswa kelas 5 MI Nafiatul Huda Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun ajaran 2012/2013.