BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang
memadukan secara interdisplin
konsep-konsep ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora) dengan tujuan memberikan pendidikan kewarganegaraan. Hal-hal yang dipelajari dalam IPS antara lain aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari masyarakat di masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang untuk membantu pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan warga negara di masyarakat yang demokratis. IPS merupakan subjek materi dalam pendidikan di Indonesia yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan ilmu-ilmu sosial saja, tetapi juga sebagai materi yang dapat mengembangkan kompetensi dan tanggung jawab, baik sebagai individu, sebagai warga masyarakat, maupun sebagai warga dunia. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial atau social studies menurut beberapa ahli antara lain : 1. Jarolimek (1977) (dalam Sardjiyo 2008 : 1.25) mengisyaratkan bahwa studi sosial lebih bersifat praktis, yaitu memberikan kemampuan kepada anak didik dalam mengelola dan memanfaatkan kekuatankekuatan fisik dan sosial dalam menciptakan kehidupan yang serasi. Studi sosial ini juga mempersiapkan anak didik untuk mampu
11
memecahkan masalah sosial dan memiliki keyakinan akan kehidupan masa datang. 2. A. Sanusi (1971) mengungkapkan studi sosial diajarkan dan dipelajari sejak dari pendidikan rendah/SD-SMA dengan lebih menitikberatkan pada masalah-masalah yang dapat dibahas dengan meninjau berbagai sudut yang ada hubungannya satu sama lain. 3. Somantri (2001) (dalam Sapriya 2007 : 10) berpendapat bahwa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk tingkat sekolah dasar dapat diartikan sebagai : (1) Pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral ideologi negara dan agama; (2) Pendidikan IPS yng menekankan pada isi dan metode berpikir keilmuan sosial; (3) Pendidikan IPS yang menekankan pada “reflektive inquiry”; dan (4) Pendidikan IPS yang mengambil kebaikan-kebaikan dari butir 1, 2, 3 di atas. Dari ketiga pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial atau Social Studies di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisa gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Dalam proses pendidikannya IPS memiliki tujuan yang hendak dicapai, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini seperti dikemukakan oleh Chapin, J.R.R.G. 1992 :5 (dalam Sapriya :2007 :10) yaitu : Tujuan mata pelajaran IPS dapat diidentifikasikan sebagai berikut : Pertama, membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan di masa yang akan datang; kedua, menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah/memproses informasi; ketiga, menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap (value) demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, keempat, menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial (Chapin, J.R.G. 1992:5). Sedangkan secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut :
12
1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat. 2. Membekali
anak
didik
dengan
kemampuan
mengidentifikasi,
menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dari berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian. 4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. 5. Membekali
anak
didik
dengan
kemampuan
mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain memiliki tujuan seperti di atas , pendidikan IPS juga mempunyai visi dan misi , yaitu mempunyai visi membentuk dan mengembangkan pribadi “warga negara yang baik” (good citizen). Karakter warga negara yang baik, secara umum dapat digambarkan menurut Barr, R.D, Barth, J.L dan Shermis, S.S, (1977) (dalam Sapriya : 2007 : 10-11) ciri-ciri tersebut antara lain : 1. Memiliki sikap patriotisme (cinta kepada tanah air, bangsa, dan negara); 2. Mempunyai penghargaan dan pengertian terhadap nilai-nilai, pranata, dan praktek kehidupan kemasyarakatan; 3. Memiliki sikap integritas sosial dan tanggung jawab sebagai warga negara; 4. Mempunyai pengertian dan penghargaaan terhadap nilai-nilai budaya atau tradisi yang diwariskan oleh bangsanya; 5. Mempunyai motivasi untuk turut serta secara aktif dalam pelaksanaan kehidupan demokrasi; 6. Memiliki kesadaran (tanggap) akan masalah sosial;
13
7. Memiliki ide, sikap, dan keterampilan yang diharapkan sebagai warga negara; 8. Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap sistem ekonomi yang berlaku. Sedangkan misi pendidikan IPS, yaitu : 1. Menumbuhkan kesadaran bahwa dirinya merupakan makhluk ciptaanNya; 2. Mendidik siswa menjadi warga negara yang baik; 3. Menekankan pada kehidupan manusia yang demokratis; 4. Meningkatkan partisipasi aktif, efektif dan kritis sebagai warga negara; 5. Membina siswa tidak hanya pengembangan pengetahuan, tetapi sikap dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.
Berdasarkan pada hakikat pendidikan IPS, tujuan, serta visi dan misi di atas
dalam
proses
pendidikannya
perlu
dikembangkan
proses
pembelajaran yang lebih humanis dan dinamis dengan menggunakan berbagai strategi, pendekatan, dan tehnik dalam upaya membangun berpikir kritis siswa. Hal ini harus sejalan dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah Indonesia yaitu : Pengembangan Pendidikan IPS yang diselenggarakan di Indonesia harus sejalan dengan konsep pendidikan yang tercantum dalam pasal 1 ayat 1 UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 adalah : “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Oleh karena itu guru sebagai perencana, pelaksana, dan penilai proses pembelajaran dituntut untuk mampu menganalisis kurikulum dan mengembangkan
materi
IPS
di
SD
serta
menentukan
praktek
14
pengajarannya dalam upaya mengembangkan wawasan, keterampilan, dan sikap siswa. Selain itu guru harus mengetahui juga tentang teori belajar dan pembelajaran. B. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari proses interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses yang terarah kepada pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan. Pandangan beberapa ahli tentang belajar (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 9-17) adalah sebagai berikut : 1. Belajar menurut pandangan Skinner Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. 2. Belajar menurut Gagne Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. 3. Belajar menurut pandangan Piaget Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Dari beberapa pandangan di atas dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan :
15
1. Suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. 2. Proses
interaksi antara siswa dengan lingkungannya untuk
memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil proses belajar mengajar. Proses interaksi ini diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang harus dikuasai siswa. Kompetensi lulusan sekolah dasar yang harus dijadikan acuan dalam pembelajaran adalah : 1) mampu mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli terhadap lingkungan; 2) mampu berpikir logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalui beberapa media; 3) menyenangi keindahan; 4) mengenali dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya; 5) membiasakan hidup bersih, bugar, dan sehat; dan 6) memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air. Berdasarkan uraian di atas pembelajaran IPS dapat diartikan sebagai : suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan, visi, dan misi Pendidikan IPS dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dan mempelajari sendiri peristiwa-peristiwa sosial dan gejala alam melalui pemecahan masalah sehingga terjadi perubahan tingkah laku siswa yang merupakan perpaduan dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek ini merupakan hasil belajar yang harus dimiliki atau dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran.
16
C. Hasil Belajar Hasil belajar diperoleh siswa setelah berakhirnya suatu proses belajar atau merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi : 1. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. 2. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain atau suatu transfer belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku seperti contoh di atas. Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom (1956) yang dapat menunjukkan hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar antara lain : 1. Faktor dari dalam diri siswa diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan fisik, serta kebiasaan siswa; 2. Faktor dari luar diri siswa diantaranya adalah lingkungan fisik, lingkungan nonfisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga,
17
program dan disiplin sekolah, program dan sikap guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru sebagai perancang dan
pelaksana
kegiatan
pembelajaran
harus
mempertimbangkan
pendekatan mana yang akan digunakan , apakah pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) atau pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Salah satu pendekatan yang bisa
digunakan
dalam
proses
pembelajaran
adalah
Pendekatan
Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS). D. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Sistem pembelajaran yang dilakukan guru harus menempatkan siswa sebagai subjek belajar bukan sebagai objek belajar. Hal ini berarti siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Beberapa asumsi atau anggapan perlunya Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) antara lain : 1. Filosofis
tentang
pendidikan
sebagai
usaha
sadar
untuk
mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, dan moral atau mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa. 2. Siswa sebagai subjek pendidikan yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) terus mengalami perkembangan; 2) memiliki kemampuan yang berbeda; 3) insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam
18
menghadapi lingkungannya; 4) memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini berarti siswa bukanlah objek yang harus dijejali dengan informasi, tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi untuk dikembangkan melalui proses pembelajaran yang baik. 3. Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, guru harus memiliki kemampuan profesional dalam mengajar dan memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator) untuk menciptakan kondisi yang baik bagi siswa untuk belajar. 4. Proses pengajaran harus direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem dengan menggunakan berbagai pola interaksi, metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna, penekanan pada proses dan produk secara seimbang dan menggambarkan kegiatan belajar siswa secara optimal. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan pada Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 yaitu : proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorintasi pada aktivitas siswa. (Wina Sanjaya, 2009:134-135)
1. Konsep dan Tujuan PBAS PBAS adalah
suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh
19
hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Berdasarkan konsep di atas dalam proses pembelajarannya harus memperlihatkan atau menggambarkan : a) Aktivitas siswa secara optimal, artinya harus ada keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. b) Hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual
(kognitif),
sikap
(afektif),
dan
keterampilan
(psikomotor). Artinya, dalam proses pembelajarannya harus bertujuan kepada pembentukan siswa secara utuh. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan PBAS berbeda dengan proses pembelajaran yang selama ini sering dilakukan yaitu pembelajaran yang hanya diarahkan pada proses menghafal informasi yang disajikan guru atau hanya sampai penguasaan materi atau bahan ajar saja, tanpa melihat hakikat mata pelajaran yang disajikan. PBAS merupakan salah satu bentuk inovasi untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar yang bertujuan untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Tujuan khusus pendekatan PBAS antara lain :
20
a) Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. b) Mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa.
2. Peran Guru dalam Implementasi PBAS Dalam penerapan PBAS guru harus berperan sebagai sumber belajar dan fasilitator bagi siswanya untuk belajar. Oleh karena itu, penerapan PBAS menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Untuk itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru, diantaranya adalah : a.Melibatkan siswa dalam menentukan dan merumuskan tujuan pembelajaran. b. Melibatkan siswa dalam menyusun tugas-tugas belajar yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hal ini penting
dilakukan untuk memupuk tanggung jawab siswa. Biasanya manakala siswa terlibat dalam menentukan jenis tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa akan lebih bertanggung jawab untuk mengerjakannya. c. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan agar siswa lebih paham tentang apa yang harus dilakukannya. Hal ini dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan kreatif.
21
d. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa yang memerlukan. Hal ini dikarenakan siswa memiliki kemampuan dan potensi yang beragam. e. Memberikan motivasi dan mendorong siswa untuk belajar melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan untuk melatih siswa berpikir kritis dan kreatif. f. Membantu dan mengarahkan siswa dalam menarik suatu kesimpulan.
3. Penerapan PBAS dalam Proses Pembelajaran Dalam proses pembelajaran PBAS dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk
kegiatan,
seperti
mendengarkan,
berdiskusi,
memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya yang di dalamnya tentu saja melibatkan aktivitas siswa baik aktivitas fisik maupun aktivitas nofisik seperti mental, intelektual dan emosional. Tinggi rendahnya kadar PBAS dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari sampai sejauhmana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan, proses maupun dalam mengevaluasi hasil belajar. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar PBAS semakin tinggi. a) Kadar
PBAS
dilihat
dari
proses
perencanaan
harus
menggambarkan adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan
22
tujuan
pembelajaran,
menyusun
rancangan
pembelajaran,
menentukan dan memilih sumber dan media pembelajaran yang diperlukan dan yang akan digunakan. b) Kadar
PBAS
menggambarkan
dilihat
dari
adanya
proses
keterlibatan
pembelajaran siswa
baik
harus secara
fisik,mental,emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu siswa harus belajar secara langsung atau mengalami sendiri (experiential learning), berkeinginan menciptakan iklim belajar yng kondusif, dan interaksi yang multi-arah. c) Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran harus menggambarkan adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya, melaksanakan serangkaian tugas dan tugas-tugas, dan menyusun laporan tentang hasil belajarnya baik secara lisan maupun tulisan..
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS Keberhasilan penerapan PBAS dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) Guru, penerapan PBAS akan berhasil bila guru sebagai ujung tombak dalam proses belajar mengajar memiliki kemampuan yang
23
tinggi, bersikap kreatif dan inovatif dalam menerapkan berbagai penemuan baru untuk membelajarkan siswa. Hal ini dilakukan dalam proses : a)
Perencanaan,
guru
dituntut
untuk
mampu
mendesain
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar sesuai dengan
bakat
dan
minatnya,
merumuskan
tujuan
pembelajaran, menentukan dan memanfaatkan media dan sumber belajar, dan menentukan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran. b)
Pembelajaran,
guru
dituntut
untuk
mampu
mengimplementasikan perencanaan pembelajaran dengan menerapkan berbagai keterampilan dasar mengajar seperti keterampilan
bertanya,
kemampuan
varisai
stimulus,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memberikan penguatan (reinforcement), dan lain sebagainya, serta terampil mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dianggap mutakhir, seperti model inquiri, discovery, model keterampilan proses, model pembelajaran metode klinis, advance organizer, dan lain sebagainya. Selain itu guru harus bersikap profesional dan memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai hasil yang optimal, selalu
belajar
untuk
menambah
wawasan
ilmu
pengetahuannya dalam upaya meningkatkan kemampuan dan
24
keterampilannya dengan cara memanfaatkan sumber-sumber belajar dan hasil-hasil teknologi. Hal tersebut dapat terwujud bila guru memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru yang tinggi, karena guru yang berpendidikan tinggi biasanya memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang
psikologi
anak,
pemahaman
terhadap
unsur
lingkungan dan gaya belajar siswa, pemahaman tentang berbagai model, dan metode pembelajaran. Misalnya, guru yang paham tentang psikologi anak akan menghargai terhadap seluruh usaha anak dan memandang siswa sebagai subjek belajar yang memiliki potensi untuk dikembangkan, sehingga guru mampu mendesain proses pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan kreatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru yang berpengalaman mengajar biasanya lebih mengenal berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.. 2) Sarana Belajar Keberhasilan implementasi PBAS dipengaruhi juga oleh ketersediaan sarana belajar yang meliputi : a) Ruang kelas harus nyaman, ditata rapi, dan tempat duduk didesain dinamis tidak statis atau mudah dipindahkan karena PBAS menghendaki siswa aktif dalam belajar.
25
b) Media dan sumber belajar yang digunakan harus bervariasi, sehingga pencapaian tujuan pembelajaran akan lebih optimal. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis maupun media elektronik.c) c) Lingkungan
belajar
juga
mempengaruhi
keberhasilan
implementasi PBAS. Lingkungan belajar terbagi menjadi dua yaitu : (a). Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah, misalnya jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar kecil yang tersedia, di mana lokasi sekolah itu berada, keadaan dan jumlah guru termasuk di dalamnya kesesuaian bidang studi yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan guru. (b) Lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah itu, meliputi keharmonisan hubungan antar warga sekolah dan hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa atau masyarakat.
5. Metode-Metode dalam PBAS Metode
pembelajaran
yang
bisa
digunakan
mengimplementasikan pendekatan PBAS antara lain : 1) Metode diskusi
untuk
26
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang memiliki tujuan agar siswa dapat memecahkan suatu permasalahan atau membuat suatu keputusan. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi untuk menentukan keputusan-keputusan tertentu secara bersama-sama. Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok. Jenis apa pun diskusi yang digunakan menurut Bridges (1979) . (dalam Wina Sanjaya, 2009 : 153-154)., dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar : (1) setiap siswa dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya; (2) setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain; (3) setiap siswa harus saling memberikan respons; (4) setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting; (5) melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi. Hal tersebut di atas sangat ditekankan, karena diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat mengimplementasikan strategi
27
pembelajaran berbasis pemecahan masalah dengan harapan bisa mendorong siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah serta dapat mengembangkan pengetahuannya. a. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi. Penggunaan metode diskusi dalam proses pembelajaran memiliki beberapa kelebihan antara lain : a) merangsang siswa untuk lebih kreatif dalam memberikan gagasan dan ide-ide. b)
melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan
c)
melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal dan
menghargai pendapat orang
lain. Di samping memiliki kelebihan, metode diskusi juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain : a) Pembicaraan dalam diskusi sering dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara. b) Kadang-kadang
pembahasan
dalam
diskusi
meluas,
sehingga kesimpulan menjadi kabur. c) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadangkadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. d) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya,
28
kadang-kadang ada pihak yang merasa tresinggung, sehingga dapat mengganggu iklim belajar. Jenis diskusi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : (1) Diskusi kelas atau diskusi kelompok adalah diskusi yang diikuti oleh seluruh siswa di kelas sebagai peserta diskusi dengan tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan. (2) Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. b. Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a) Langkah persiapan (a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. (b) Menentukan jenis diskusi yang akan digunakan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. (c) Menetapkan masalah yang akan dibahas bisa berupa isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang
terjadi
di
lingkungan
masyarakat
yang
dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
29
(d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus. b) Pelaksanaan diskusi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah : (a) Memeriksa
segala
persiapan
yang
dianggap
dapat
mempengaruhi kelancaran diskusi. (b) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan. (c) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan
suasana
atau
iklim
belajar
yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya. (d) Memberikan kesmpatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya. (e) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa
30
pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus. c) Menutup diskusi Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut : (a)
Membuat
pokok-pokok
pembahasan
sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi. (b)
Me-riview
jalannya
diskusi
dengan
meminta
pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
2) Metode Simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpurapura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan
31
pemahaman
dan
penghayatan
terhadap
suatu
peristiwa,
penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat. a. Kelebihan dan kelemahan Metode Simulasi Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, diantaranya : a) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. b) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan. c) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa. d) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. e) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran. Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya : a) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
32
b) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan. c) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi. Jenis simulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Role playing atau bermain peran yaitu
metode pembelajaran
yang
diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwaperistiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya kejadian seputar pemberontakan G30S/PKI, memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi. b. Langkah-langkah Simulasi a) Persiapan simulasi (a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi. (b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan. (a) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang disediakan.
33
(b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
b) Pelaksanaan simulasi (a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. (b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian. (c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan. (d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan
untuk
mendorong
siswa
berpikir
dalam
menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan. (e) Penutup (f) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. (g) Merumuskan kesimpulan E. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran.dengan menggunakan media komunikasi bukan saja dapat
34
mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa; lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. 2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.