8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.. Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Model Jigsaw 2.1.1.1 Hakikat Model Pembelajaran Jigs Jigsaaw Dari sisi etimologi jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzel, yaitu sebuah teka teki yang menyusun potongan gambar.Model pembelajaran jigsaw mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw) yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Dalam model pembelajaran jigsow terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok induk siswa yang yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga nyang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli Adalah kelompok siswa yang yangb terdiri dari kelompok asal yang berbeda yang ditugasi untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Model pembelajaran jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada semua siswa. Semua siswa diberi kesempatan yang sama untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. 2.1.1.2 Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran Jigsaw Model pembelajaarn jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman- teman di Universitas Texas pada tahun kurun waktu 1971 sampai 1978. Mereka mengembangkan model tersebut berdasarkan karakteristik kelas yang sangat heterogen dari segi latar belakang sosial. Model pembelajaran jigsaw adalah model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok dan tiap kelompok diberi tugas berbeda sebagai tim ahli,setelah menyelesaikan tugas kelompok sesuai ahlinya,anggota kelompok kembali lagi ke kelompoknya (kelompok asal)dan menjelaskan kepada anggota kelompok hasil tugas menurut keahliannya kepada kelompoknya. Kemudian tim ahli mempresentasikan hasil diskusi mkelompok di depan kelas.
9
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelola informasi yang didapat dan dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman,2008.203) Model pembelajaran jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lainnya (Arends,1997:34). Model pembelajaran kooperatif jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie,1994) Dari uraian pendapat dari para ahli tentang model pembelajaran jigsaw di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini menekankan penguasaan materi pembelajaran secara merata dan tersebar yang harus dikuasai siswa. Mereka berdiskusi layaknya seorang ahli dalam materi tertentu antar masing-masing siswa dengan materi berbeda-beda. Setelah diskusi kelompok selesai siswa mempresentasikan pendapatnya di kelompok induk,dan kelompok induk ini akan mempresentasikan hasil diskusi secara keseluruhan dari materi pembelajaran yang sedang dipelajarinya di depan kelas dalam diskusi kelas. Dengan kata lain metode dan pendekatan pembelajaran ini sangat merangsang kreatifitas dan daya nalar siswa secara terpadu dan menyeluruh. Peran guru dalam pendekatan ini hanya sebagai fasilitator dan penengah kebanaran materi pembelajaran yang sedang dijalankan bersama siswa.
10
Table 2 Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Jigsaw 2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw No 1
Keunggulan
Kelemahan
Dapat menambah kepercayaan siswa
Prinsip utama pembelajaran ini adalah
akan kemampuan berpikir kritis
“peerteaching” yaitu pembelajaran oleh teman sendiri.Ini akan menjadi kendala karena persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak diperlukan agar jangan sampai terjadi salah konsep (miss condeption).
2
Setiap siswa akan memiliki
Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk
tanggungjawab akan tugasnya
mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak percaya diri, pendidik harus mampu memainkan perannya dalam memfasilitasi kegiatan belajar.
3
Mengembangkan kemampuan siswa
Rekod siswa tentang nilai, kepribadian,
mengungkapkan ide atau gagasan
perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
dalammemecahkan masalah tanpa
pendidik dan ini biasanya membutuhkan
takut membuat salah.
waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4
Dapat meningkatkan kemampuan
Awal pembelajaran ini biasanya sulit
sosial: mengembangkan rasa harga
dikendalikan, biasanya butuh waktu yang
diri dan hubungan interpersonal yang
cukup dan persiapan yang matang
baik serta melatih berkomunikasi
sebelum model pembelajaran ini bisa
11
5
dengan baik.
berjalan dengan baik.
Waktu pembelajaran lebih efektif dan
Aplikasi model pembelajaran ini pada
efisien.
kelas yang besar(>40 siswa) sangat sulit.
2.1.1.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang ditempuh adalah: 1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 4-6 anak. 2) Tiap anak dalam tim diberi bagian materi yang berbeda sesuai dengan yang ditugaskan. 3) Anggota dari tim yamg berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) dan mendiskusikan sub bab mereka. 4) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok masingmasing dan tiap anggota lainnya mendengarkan penjelasan dari tim ahli. 5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 6) Guru memberi evaluasi, penutup. 2.1.2
Hakikat Hasil Belajar Matematika
2.1.2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar merupakan tolok ukur keberhasilan suatu pembelajaran. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang bersifat menetap,fungsional,positif,dan disadari. Menurut benyamin Bloom ( 1996 ) perubahan tingkah laku meliputi aspek kognitif,afektif , dan psikomotorik. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya vahan pelajaran.
12
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dalam perspektif konstruktivisme belajar lebih menekankan proses daripada hasil,hasil belajar dinilai penting,tetapi proses cara mendapatkan hasil belajar tersebut jauh lebih penting. Hasil belajar merupakan upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan siswa mengkonstruksi atau membangun pemahammannya dengan menggunakan pengalaman,struktur kognitif dan keyakinan yang dimiliki (Jonassen,1991 ) Romizoswki (1982) menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar sebagai berikut : a. Ketrampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan,memecahkan masalah,dan berpikir logis b. Ketrampilan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan membuat tindakan fisik dan kegiatan perceptual c. Ketarmpilan reaktif berkaitan dengan sikap kebijaksanaan,perasaan,dan self contril; d. Ketrampilan interaktif berkaitan dengan kemampuansosial dan kepemimpinan Menurut Skinner dalam teori Operant Conditioning ada enam teori belajar yang dikemukakakannya yang salah satunya berbunyi bahwa hasil belajar merupakan perilaku yang dapat diamati. Hal senada juga dikemukakan tokoh teori belajar behaviorisme yang mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar menjadi sangat penting bagi proses pembelajaran itu sendiri. Proses pembelajaran dapat dianggap berhasil jika hasil belajar yang dicapai sesuai dengan harapan baik oleh guru, praktisi pendidikan,lembaga pendidikan ,maupun oleh masyarakat. Dengan kata lain hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran dan pendidikan yang sedang dijalankan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir yang didapatkan oleh siswa setelah melalui beberapa tahapan pembelajaran yaitu berupa pengetahuan,ketrampilan dan sikap. Pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang dimiliki siswa inilah ,sebenarnya yang disebut dengan hasil belajar. Untuk mengetahui hasil belajar biasanya digunakan alat berupa tes dalam suatu tahapan pembelajaran berupa penilaian atau evaluasi.
13
2.1.2.2 Pembelajaran Matematika Mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia. Penggunaan matematika terkuno terjadi pada tahun 3000 SM ketika orang Babilonia dan orang Mesir mengenal ilmu aritmatika,aljabar,dan geometri dalam memecahkan masalah perpajakan, keuangan, konstruksi, dan astronomi. Pengkajian matematika secara sistematis dimulai pada zaman Yunani kuno antara Tahun 600 dan 300 SM. Kata
matematika
berasal
dari
bahasa
yunani
yang
berarti
studi
besaran,struktur,ruang,dan perubahan. Cabang ilmu matematika modern sampai saat ini masih mengacu pada ilmu aljabar,aritmatika,dan geometri. Menurut Thorndike belajar merupakan upaya penekanan praktek
dan latihan
( drill and practice ) kepada peserta didik. Dalam teori usaha pembelajaran matematika dapat melalui berbagai latihan (dril ) secara continue dan penerapan (practice) matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ausabel dalam teori belajar bermaknanya menekankan pembelajaran yang menarik,tidak membosankan dan merangsang minat siswa untuk belajar. Belajar akan lebih bermakna jika guru menerapkan berbagai variasi metode yang merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dengan bantuan media yang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Pembelajaran matematika dengan pendekatan PAIKEM ( pembelajaran aktif kreatif inovatif komunikatif efektif dan menyenangkan ) adalah contoh pembelajaran bermakna. Ausabel dan Thordike adalah para penganut teori belajar konstruktivisme dimana pembelajaran adalah sebuah proses mengkonstruksi pengetahuan awal yang harus dikuasai siswa untuk menemukan pengetahuan selanjutnya dalam sebuah proses pembelajaran yang menyenangkan dan menantang. Pembelajaran matematika
harus
memperhatikan tingkat perkembangan
intelektual peserta didik. Pendapat ini dikemukakan oleh Jean Pieget dalam teori perkembangannya . Jean Piaget membagi tahapan perkembangan anak menjadi : (1) tahap sensori motorik(0-2 tahun),(2) tahap pra-operasioanl(2-7 tahun),(3)Operasional konkret(7-11 tahun),(4) Operasional ( lebih dari 11 tahun). Dalam teori ini pembelajaran harus ditekankan pada tingkat perkembangan peserta didik,matematika dikenalkan dari
14
hal-hal yang konkret menuju ke abstrak. Menurut teori ini belajar disesuaikan dengan kondisi usia anak sesuai dengan fase perkembangannya. Pembelajaran tidak boleh dipaksakan jika siswa mengalami perkembangan yang lambat atau belum melampaui fase perkembangannya. Teori belajar konstruktivisme yang dikenalkan oleh Vygotsky di kenal luas dalam dunia pendidikan modern karena menekankan pembelajaran sebagai proses membangun sendiri pengetahuan peserta didik,guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Dalam teori ini guru sudah tidak diperkenankan lagi sebagai sumber dari segala sumber belajar. Pembelajaran bersifat multi arah dan mengedepankan aktivitas dan kreativitas siswa yang tinggi sesuai dengan karakteristik masing-masing. Kegiatan kerja kelompok menjadi sangat dominan dalam pembelajaran konstruktif karena menuntut siswa untuk menemukan sendiri akan pengetahuan,ketrampilan dan sikapnya yang menjadi tujuan pembelajaran. Metode inkuiri dan discoveri menjadi populer dalam teori pembelajaran ini. Teori belajar konstruktif sampai sekarangpun menjadi acuan utama dalam dunia pendidikan modern di seluruh dunia,termasuk di Indonesia. Jerome Bruner menekankan pembelajaran dilakukan secara bertahap mulai dari hal yang sederhana sampai ke hal yang rumit. Urutan materi pembelajaran dirancang menurut tingkatan usia peserta didik. George Polya (dalam posamentier) menyebutkan heuristic (bantuan untuk menemukan) meliputi : (a) understand the problem,(b)devise a
plan,(c) carry out the plan,(d) look back. Pembelajaran ini masih juga menganut teori pembelajaran konstruktivisme. Dalam pembelajaran matematika seorang tokoh geometri bernama Van Hiele dari negeri Belanda menyatakan terdapat lima tingkatan. Lima tingkatan menurut pemikiran geometri Van Hiele yaitu:(1) Level 0 (visualisasi), (2) level 1 (analisis), (3) level 2 (deduksi
informal), (4) level 4 (riger ). Pemikiran pembelajaran ini hampir sesuai dengan teori perkembangan Jean Pieget. Teori belajar matematika yang sangat populer di daratan Eropa adalah pembelajaran RME ( Realistic Mathematic Education) yang dikenalkan oleh Fruedenthal dan Treffers. Teori ini menyatakan bahwa pembelajaran matematika dapat dikaitkan dengan dunia nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang biasa ditemukan oleh peserta didik di sekitar lingkungannnya menjadi media pematematikaan yang efektif.
15
Benda-benda yang sering ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media yang menyenangkan dalam pembelajaran matematika . Berdasarkan teori pembelajaran yang dikemukakan di atas semuanya meyatakan bahwa pembelajaran matematika yang baik adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Pembelajaran dirancang untuk merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam sebuah pembelajaran yng bermakna dan menyenangkan. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. 2.1.2.3 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD Pembelajaran matematika di SD bertujuan untuk : 1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapai perubahan keadaan di dalam kehidupan sehari-hari
dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan
bertindakatas dasar pemikiran secara logis,rasional,kritis,cermat,jujur dan efektif 2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Secara khusus pembelajaran matematika bertujuan untuk : 3. Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari 4. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika 5. Memiliki pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebbih lanjut ke jenjang SLTP. 2.1.2.4 Karakteristik Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran matematika adalah berjenjang ( bertahap ) Pembelajaran matematika dimulai dari konsep yang sederhana menuju konsep yang rumit atau sukar. b. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral Dalam pembelajaran matematika di SD perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah di kuasai oleh siswa sebelumnya. c. Pembelajaran matematika menekankan pola pendekatan induktif
16
Matematika adalah ilmu deduktif yang tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun sesuai dengan perkembangan intelektual siswa di SD,maka materi pembelajaran matematika perlu ditempuh dengan pendekatan induktif. d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran dalam pembelajaran meatematika menanut struktur deduktif aksiomatik. Kebenaran dalam matematika pada dasrnya merupakan kebenaran konsistensi,tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan lainnya. 2.1.2.5. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran melekat erat dengan strategi pembelajaran. Ada lima unsur dalam model pembelajaran yaitu: (1) syntax (langkah operasional ),(2)social system (suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran)(3)Principles of reaction (cara merespon/memandang
siswa
)(4)support
system
(sarana
dan
pendukung
pembelajaran)(5)instrutional and nurturant effect (hasil belajar langsung maupun tidak langsung ) Berdasarkan model pembelajaran PAKEM ( Pembelajaran Aktif,Kreatif,Efektif,dan Menyenangkan ) terdapat banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran salah satu diantaranya adalah model pembelajaran jigsaw. 2.2 .
Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran matematika tentang Luas bangun
datar di kelas 5 dilakukan oleh Tum Fatimah , guru SDN Proyonanggan 04 Kecamatan Batang Kabupaten Batang pada tahun ajaran 2010 – 2011, dengan menggunakan alat peraga satuan persegi terbukti dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang Luas Bangun Datar pada siswa kelas V SDN Proyonanggan 04. 2.3. Kerangka Berpikir Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik, dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu Penggunaan model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
17
Guru belum Kondisi Awal
Tindakan
menggunakan Model
Hasil Belajar
Pembelajaran Jigsaw
Siswa rendah
Guru menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw
Siklus I Menggunakan model Pembelajaran jigsaw dalam Pembelajaran matematika
Siklus II Kondisi Akhir
Hasil Belajar Siswa Mengalami peningkatan
Menggunakan model Pembelajaran jigsaw dalam Pembelajaran matematika
Gambar 1.Skema Kerangka Berpikir 2.4. Hipotesis Tindakan Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dan alat peraga persegi satuan ,dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang luas bangun datar pada siswa kelas 5 semester 1 SD Negeri Pandansari 01 tahun ajaran 2013/2014.