BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1
Kualitas Istilah kualitas memang tidak terlepas dari manajemen kualitas yang
mempelajari setiap era dari manajemen operasi dari perencanaan lini produk dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil. Kualitas merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain (pemasaran, sumber daya manusia, keuangan dan lain-lain). Dalam kenyataannya, penyelidikan kualitas adalah suatu penyebab umum yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi usaha. Selain itu, kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus menerus, yang dapat diukur, baik secara individual, organisasi, korporasi dan tujuan kinerja nasional. Perbaikan kualitas lebih dari suatu strategi usaha, melainkan merupakan sumber penting kebanggaan nasional. Komitmen terhadap kualitas merupakan suatu sikap yang diformulasikan dan didemonstrasikan dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta mempunyai karakteristik hubungan yang paling dekat dengan anggota masyarakat. Konsep kualitas harus bersifat menyeluruh, baik produk maupun prosesnya. Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi, sedangkan kualitas proses meliputi kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi perusahaan manufaktur dan proses penyediaan jasa. Kualitas dimulai dari penerimaan (input) hingga perusahaan menghasilkan (output) bagi pelanggannya. Setiap tahapan dalam proses produksi maupun proses penyediaan jasa harus berorientasi pada kualitas tersebut. Hal ini disebabkan setiap tahapan proses mempunyai pelanggan. Hal ini berarti bahwa pelanggan suatu proses adalah proses selanjutnya dan pemasok suatu proses merupakan proses sebelumnya. Sebenarnya ada beberapa definisi yang berhubungan dengan kualitas, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan (Continuous Improvement). Beberapa definisi tentang kualitas antara lain: 1. Menurut Gaspersz (2005), kualitas adalah totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau diterapkan. 2. Menurut Tjiptono (2007), sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan ketepatan pengiriman dalam menyeimbangkan harapan konsumen. 3. Menurut Assauri (2007), kualitas atau mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang dan hasil yang menyebabkan barang atau hasil itu sesuai dengan tujuan untuk apa barang dan hasil itu dimaksudkan untuk kebutuhan. 4. Menurut Keller (2009), mendefinisikan kualitas adalah keseluruhan sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses dengan memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai suatu produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan tinggi dari pelanggan. Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Kualitas sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, meliputi: daya tahan, kehandalan, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya. Kualitas pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima/peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan Menurut Gasperz (2005) dan Assauri (2007), dalam mendifinisikan arti kualitas cenderung pada kualitas produk/barang, dan menurut Tjiptono (2007), dalam mendifinisikan kualitas cenderung pada kualitas jasa/pelayanan sedangkan menurut
Keller
(2009),
dalam
mendefinisikan
kualitas
yaitu
kualitas
produk/barang dan jasa/pelayanan. 2.1.2
Kepuasan Pelanggan Pengertian secara umum mengenai kepuasan atau ketidakpuasan
pelanggan merupakan hasil dari adanya perbedaan–perbedaan antara harapan pelangga dengan kinerja yang dirasakan oleh pelanggan tersebut. Dari beragam definisi kepuasan pelanggan yang telah diteliti dan didefinisikan oleh para ahli pemasaran, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan suatu tanggapan perilaku konsumen berupa evaluasi purna jual terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya (kinerja produk) dibandingkan dengan harapan konsumen. Kepuasan pelanggan ini sangat tergantung pada persepsi dan harapan pelanggan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan pelanggan ketika melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh pelanggan tersebut pada saat melakukan pembelian suatu barang atau jasa, pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi barang
atau
jasa
tersebut
serta
pengalaman
teman-teman
yang
telah
mengkonsumsi barang atau jasa tersebut dan periklanan. Didalam lingkungan yang kompetitif, indikator yang dapat menunjukkan kepuasan pelanggan adalah apakah konsumen tersebut akan membeli kembali dan menggunakan produk tersebut diwaktu yang akan datang. Adapun beberapa pengertian kepuasan konsumen menurut para peneliti adalah sebagai berikut:
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut Keller (2009), kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang telah dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi. Jika kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan pelanggan puas.Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Kunci untuk menghasikan kesetian pelanggan adalah memberikan nilai pelanggan yang tinggi. Hubungan antara kepuasan pelanggan dan pelanggan yang loyal adalah tidak proporsional, kepuasan pelanggan yang diranking dengan skala 1 ~ 5, yaitu: 1. Kepuasan pelanggan pada tingkat sangat rendah (tingkat 1), kemungkinan besar pelanggan akan berpindah meninggalkan perusahaan dan menjelekjelekkannya. 2. Kepuasan pelanggan pada tingkat 2 sampai dengan tingkat 4, pelanggan merasa agak puas,tetapi masih mungkin untuk berpindah ketika suatu penawaran lebih baik muncul. 3. Kepuasan pelanggan pada tingkat 5, pelanggan sangat mungkin membeli kembali dan bahkan menyebarluaskan kabar baik tentang perusahaan. Kesenangan atau kepuasan yang tinggi menciptakan suatu ikatan emosional dengan merek atau perusahaan tersebut dan tidak hanya terpaku pada pilihan yang masuk akal saja. Pelanggan akan merasa puas bila keinginan pelanggan telah terpenuhi oleh perusahaan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya nilai tambah dari suatu produk, maka pelanggan menjadi lebih puas dan kemungkinan untuk menjadi pelanggan suatu produk tersebut dalam waktu lama akan sangat besar. Kepuasan pelanggan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain kualitas produk, pelayanan, aktivitas penjualan, dan nilai-nilai perusahaan. Menurut Nasution (2004), pada dasarnya dikenal tiga jenis golongan pelanggan dalam system kualitas modern, yaitu: a. Pelanggan eksternal, merupakan kelompok ataupun orang yang berada di luar perusahaan yang menerima produk. Pelanggan eksternal pada setiap perusahaan merupakan masyarakat umum yang menerima produk atau jasa dari perusahaan. Adapun beberapa hal yang diperhatikan pelanggan eksternal 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
diantaranya: kesesuaian dengan kebutuhan produk atau jasa, kualitas produk atau jasa, harganya yang kompetitif, pengiriman yang tepat waktu dan pelayanan. b. Pelanggan internal, merupakan kelompok ataupun orang dalam perusahaan yang memiliki pengaruh pada peforma pekerjaan. Adapun hal-hal yang diperlukan pada pelanggan internal diantaranya seperti: kerjasama, kerja kelompok, sistem dan struktur kerja yang efesien, pekerjaan yang berkualitas serta pengiriman yang tempat waktu. c. Pelanggan antara, merupakan kelompok ataupun orang yang bertindak sebagai perantara produk, akan tapi bukan sebagai pemakai akhir dari produk perusahaan. Misalnya seperti agen atau distributor. Dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan suatu nilai perasan seseorang apakah memuaskan atau mengecewakan yang dihasilkan oleh suatu proses membandingkan keberadaan atau penampilan suatu produk diminati terhadap nilai-nilai yang diharapkan. Kepuasan pelanggan yaitu bila sebuah produk atau jasa memenuhi atau melampaui harapan konsumen, biasanya pelanggan merasa puas. Kepuasan pelanggan internal sebagai indikator kinerja pada seksi sebelumnya dan kepuasan pelanggan internal merupakan umpan balik untuk seski berikutnya dalam melakukan tindakan perbaikan (continuous imrovemnet) dalam meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Dalam penenlitian ini, kepuasan pelanggan yang dimaksud adalah kepuasan pelangggan internal yaitu kepuasan seksi assembling terhadap produk dari seksi sebelumnya yaitu seksi Machining 5 sebagai seksi produksi yang mensuplai kebutuhan proses produksi assembling. Pelanggan eksternal inilah yang berperan sebagai pelanggan nyata atau pelanggan akhir. Kepuasan pelanggan eksternal merupakan cerminan dari kinerja sebuah perusahaan terhadap kualitas produk/jasa yang dibuat, sehingga kepuasan pelanggan eksternal merupakan jaminan terhadap berlangsungnya sebuah usaha semakin kepuasaan pelanggan eksternal terpenuhui maka, perusahaan semakin kuat dan mempunyai dayasaing, dan jika kepuasan pelanggan eksternal tidak terpenuhi, maka keberlangsungan perusahaan akan terancam bangkrut.
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.1.3
Dimensi Kualitas Perceived Quality adalah kesan kualitas suatu produk yang dirasakan oleh
konsumen. Dimensi kualitas ini berkaitan dengan persepsi konsumen terhadap kualitas sebuah produk ataupun merek. Seperti yang dikemukakan Garvin yang diterjemahkan oleh Nasution (2005), terdapat delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk, yaitu sebagai berikut: 1. Performa (performance) Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 2. Feature, merupakan aspek kedua dari performa yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. 3. Keandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi tertentu. Keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk. 4. Konformitas (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konformitas merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta
sering
didefinisikan
sebagai
konformitas
terhadap
kebutuhan
(conformance to requirements). Karakteristik ini mengukur banyaknya atau persentase produk yang gagal memenuhi sekumpulan standar yang telah ditetapkan. 5. Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari suatu produk. 6. Kemampuan pelayanan (service ability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. 7. Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. Dengan demikian, estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
karakteristik tertentu, seperti keelokan, kemulusan, suara yang merdu, selera dan lain-lain. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), bersifat subyektif, berkaitan dengan
perasaan
pelanggan
dengan
mengkonsumsi
produk,
seperti
meningkatkan harga diri. Hal ini dapat juga berupa karakteristik yang berkaitan dengan reputasi (brand name, images) Delapan dimensi kualitas yang disebutkan diatas, merupakan dimensi untuk menganalisis karakteristik kualitas dari sebuah produk. Jika dalam sebuah produk memenuhi 8 dimensi kualitas tersebut, maka dikatakan bahwa produk tersebut mempunyai kualitas yang baik, dan jika salah satu dari delapan dimensi tersebut tidak terpenuhi, maka dianggap kualitas produk tersebut kurang baik. Sedangkan ukuran dimensi kualitas terhadap jasa dan factor-faktor yang menentukan adalah: 1. Reliability:
kemampuan
untuk
memberikan
jasa
dengan
segera
dan memuaskan. 2. Responsiveness: kemampuan untuk memberikan jasa dengan tanggap. 3. Assurance: kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. 4. Emphaty: kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan. 5. Tangibles: fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2.1.4
Perspektif Kualitas Dalam persepektif TQM (Total Quality Management) kualitas dipandang
secara lebih luas, yaitu tidak hanya aspek hasil yang ditekankan, tetapi juga meliputi proses, lingkungan dan manusia. Menurut Garvin diterjemahkan oleh Yamit (2005), mengidentifikasikan lima pendekatan perspektif kualitas yang digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu: 1. Transcendental Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur. Perspektif ini umumnya diterapkan dalam karya seni seperti musik, seni tari, seni drama dan seni rupa.
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Product-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual. 3. User-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakannya. 4. Manufacturing-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratannya (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. 5. Value-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai affordable excellence. Oleh karena itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat dibeli. 2.1.5
Pengendalian Kualitas Pengendalian mutu (Quality Control), atau QC untuk akronimnya, adalah
suatu proses yang pada intinya adalah menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari semua faktor yang terlibat dalam kegiatan produksi. Terdapat tiga aspek yang ditekankan pada pendekatan ini, yaitu:
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Unsur-unsur seperti kontrol, manajemen pekerjaan, proses-proses yang terdefinisi dan telah terkelola dengan baik, kriteria integritas dan kinerja, dan identifikasi catatan. 2. Kompetensi, seperti pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi. 3. Elemen lunak, seperti kepegawaian, integritas, kepercayaan, budaya organisasi, motivasi, semangat tim, dan hubungan yang berkualitas. Menurut
Assauri
(2004),
mengemukakan
bahwa
pengendalian
(pengawasan mutu) adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir, dengan kata lain pengendalian kualitas melakukan usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan. Sedangkan menurut Gasperz (2005), pengendalian kualitas adalah teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi standar kualitas yang diharapkan. Berdasarkan beberapa definisi diatas pengendalian kualitas merupakan suatu aktivitas manajemen perusahaan untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan dapat memenuhi kepuasan konsumen. Pengendalian kualitas dilakukan agar penyimpanganpenyimpangan yang muncul dapat dikurangi. Pengendalian kualitas dapat dikatakan efektif apabila dapat menekan sampai batas minimal penyimpangan yang terjadi terhadap rencana yang telah ditetapkan. 2.1.6
Tujuan Pengendalian Kualitas Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan
bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah mungkin. Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari pengendalian produksi, karena pengendalian kualitas merupakan bagian dari pengendalian produksi. Pengendalian produksi baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan kegiatan
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena semua kegiatan produksi yang dilaksanakan akan dikendalikan, supaya barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan melaksanakan pengendalian kualitas yang sebaik-baiknya, maka banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam hal ini, yaitu antara lain: 1. Menambahkan tingkat efisiensi dan produktivitas kerja. 2. Mengurangi kehilangan-kehilangan (losses) dalam proses kerja yang dilakukan seperti mengurangi waste product atau menghilangkan waktuwaktu yang tidak produktif. 3. Menekan biaya (save money). 4. Menjaga agar penjualan (sales) akan tetap meningkat sehingga profit tetap diperoleh (meningkatkan potensi daya saing). 5. Menambah reliabilitas produk yang dihasilkan. 6. Memperbaiki moral pekerja tetap tinggi. Perusahaan yang telah melaksanakan pengendalian kualitas, dan menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas, akan mendapat predikat sebagai organisasi atau perusahaan yang mengutamakan kualitas. Oleh karena itu, perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan nilai lebih dimata masyarakat. Dengan demikian tingkat kepercayaan pelanggan dan masyarakat umumnya akan bertambah dan akan lebih dihargai. Hal ini akan menimbulkan fanatisme tertentu dari para konsumen terhadap produk apapun yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. 2.1.7
Faktor-faktor Pengendalian Kualitas Menurut Montgomery (2001), dan berdasarkan beberapa literatur lain
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah: 1. Kemampuan proses Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam batasbatas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Spesifikasi yang berlaku Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan atau kebutuhan konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai. 3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah standar yang dapat diterima. 4. Biaya kualitas Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang positif dengan terciptanya produk yang berkualitas. a) Biaya Pencegahan (Prevention Cost) merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan produk yang dihasilkan. b) Biaya Deteksi/Penilaian (Detection/Appraisal Cost) adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah produk atau jasa yang dihasilkan telah sesuai
dengan
persyaratan-persyaratan
kualitas
sehingga
dapat
menghindari kesalahan dan kerusakan sepanjang prosesproduksi. c) Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost) merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirim ke pihak luar (pelanggan) d) Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost) merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidak sesuai dengan persyaratanpersyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan atau konsumen. 2.1.8
Teknik Pengendalian Kualitas Menurut Assauri (2004), ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk
mengadakan pengendalian kualitas:
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
A. Inspeksi (inspect) dilakukan untuk melihat dimana barang yang diproduksi mempunyai
kualitas
yang
dikehendaki.
Caranya
dengan
melakukan
pengukuran dan sampel yang telah diambil. 1. Cara pemeriksaan a.
Attributes adalah pemeriksaan karakteristik yang bersifat kualitatif pengelompokan sesuai standar dengan produk yang cacat.
b.
Variabel-variabel adalah pemeriksaan secara variabel berarti bahwa karakteristik diukur secara kualitatif.
2. Jenis sampel a.
Single sampling adalah sampel yang diambil dari sejumlah barang yang diambil secara acak dari kumpulan produk akhir.
b.
Double sampling yaitu pengambilan sampling dengan 2 tingkatan apabila sampel pertama rusak melebihi standar yang ditentukan oleh perusahaan maka dilakukan pengambilan sampel lagi. Sampel kedua merupakan yang menentukan apakah produk tersebut diterima atau tidak.
B. Pemberian Keterangan, keterangan-keterangan yang diperoleh selama inspeksi diteruskan ke bagian lain yang bersangkutan. Keterangan yang diberikan dapat berupa ringkasan, catatan, demonstrasi atau pemberian komentar, tindakan atau peringatan. C. Penyelidikan, kegiatan penyelidikan membutuhkan penganalisaan catatan (biasanya tentang pengendalian), yang hasilnya dapat digunakan untuk menentukan kebijakan perusahaan dalam pengendalian kualitas produk. Pengendalian kualitas dalam sebuah aktifitas proses produksi, selain melakukan inspeksi, pemberian keterangan dan penyelidikan hal yang terpenting adalah melakukan suatu proses perbaikan yang terus menerus (continuous improvement process) yang dapat diukur, baik secara individual, maupun organisasi. Dukungan manajemen, karyawan, untuk perbaikan kualitas adalah penting bagi kemampuan berkompetisi secara efektif di pasar global. Pelaksanaan
perbaikan
dalam
pengendalian
kualitas
ini
seluruh
penyimpangan yang terjadi di luar batas-batas yang telah distandarkan, dicatat, dianalisis serta dipergunakan sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
koreksi dimasa datang sehingga tidak terulang lagi kesalahan yang sama. Ada delapan langkah untuk program perbaikan dan peningkatan merupakan langkahlangkah yang dipergunakan untuk penanggulangan masalah dan program peningkatan. Dengan pemakaian delapan (8) langkah ini diharapkan penyelesaian masalah dan program peningkatan dapat dilakukan secara sistematis dan dapat diketahui adanya perbaikan secara pasti dengan hasil yang baik yang telah dicapai dan dipertahankan. Delapan langkah pemecahan masalah yang sering digunakan dalam pengendalian kualitas sebagai landasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Menemukan Masalah 2. Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan masalah 3. Menemukan penyebab utama 4. Menyusun rencana penanggulangan 5. Melaksanakan Rencana penanggulangan 6. Evaluasi hasil penangulangan 7. Standarisasi 8. Rencana selanjutnya Dengan melakukan delapan (8) langkah dalam tindakan perbaikan, maka tindakan pengendalian kualitas akan terus meningkat sesuai yang diharapakan perusahaan dalam meningkatkan pelayanan untuk kepuasan pelanggan. 2.1.9
Tahapan Pengendalian Kualitas Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka
pengendalian terhadap kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik-teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua hasil produksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Prawirosentono (2007), terdapat beberapa standar kualitas yang bisa ditentukan oleh perusahaan dalam upaya menjaga output barang hasil produksi diantaranya: 1. Standar kualitas bahan baku yang akan digunakan. 2. Standar
kualitas
proses
produksi
(mesin
dan
melaksanakannya). 3. Standar kualitas barang setengah jadi. 4. Standar kualitas barang jadi.
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tenaga
kerja
yang
5. Standar administrasi, pengepakan dan pengiriman produk akhir tersebut sampai ke tangan konsumen. Dikarenakan kegiatan pengendalian kualitas sangatlah luas, untuk itu semua pengaruh terhadap kualitas harus dimasukkan dan diperhatikan. Secara umum menurut Prawirosentono (2007), pengendalian kualitas di suatu perusahaan manufaktur dilakukan secara bertahap meliputi hal-hal sebagai berikut: 1.
Pemeriksaan dan pengawasan kualitas bahan mentah (bahan baku, bahan baku penolong dan sebagainya), kualitas bahan dalam proses dan kualitas produk jadi. Demikian pula standar jumlah dan komposisinya.
2.
Pemeriksaan atas produk sebagai hasil proses pembuatan. Hal ini berlaku untuk barang setengah jadi maupun barang jadi. Pemeriksaan yang dilakukan tersebut memberi gambaran apakah proses produksi berjalan seperti yang telah ditetapkan atau tidak.
3.
Pemeriksaan cara pengepakan dan pengiriman barang ke konsumen. Melakukan analisis untuk mengetahui penyimpangan yang mungkin terjadi.
4.
Mesin, tenaga kerja dan fasilitas lainnya yang dipakai dalam proses produksi harus juga diawasi sesuai dengan standar kebutuhan. Apabila terjadi penyimpangan, harus segera dilakukan koreksi agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang direncanakan.
2.1.10 Pengendalian Kualitas Statistik Dalam pengendalian kualitas terpadu (Total Quality Management), perusahaan sebagai pihak produsen benar-benar menginginkan kepuasan pelanggan. Sehingga produk yang dihasilkan dapat dikatakan bebas cacat atau bebas dari kesalahan. Sedangkan dalam pengendalian kualitas terpadu (Statistical Quality Control = SQC) perusahaan dalam menggunakan pengendalian kualitas statistik masih mentolerir adanya cacat produk dalam batas-batas tertentu. Pengendalian kualitas statistik dapat dibagi dalam pengendalian kualitas proses (pengendalian kualitas produk selama masih berada dalam proses) dan pengendalian kualitas produk jadi (sampling penerimaan).
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengendalian kualitas proses menggunakan alat pengendali yang disebut dengan Peta Pengendali Proses (Process Control Chart) atau sering disingkat control chart. Dalam sistem pengendalian kualitas statistik yang mentolerir adanya kesalahan atau cacat produk, maksudnya adalah cacat produk yang masih dalam batas-batas spesifikasi produk yang dipersyaratkan oleh konsumen maupun perusahaan, kegiatan pengendalian kualitas dilakukan oleh departemen pengendali kualitas (Quality Control Departement) yang ada pada penerimaan bahan baku, selama proses, dan pengujian produk akhir, dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Flow Chart Sistem Pengendalian Kualitas (Sumber: STIS-PML-MML PT. Surya Toto Indonesia Tbk, 2013) A.
Pengendalian Kualitas Proses Pengendalian kualitas proses dalam hal ini adalah pengendalian kualitas
produk selama masih ada dalam proses. Pengendalian kualitas proses statistik ini menggunakan peta kendali, yang digambarkan dengan batas atas (Upper Control Limit = UCL) atau yang sering disebut dengan Batas Kendali Atas (BKA), dan batas bawah (Lower Control Limit = LCL) atau yang sering disebut dengan Batas Kendali Bawah (BKB), serta garis tengahnya (Center Line). Pengendalian Kualitas Proses Statistik dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu pengendalian kualitas proses statistik data variabel dan pengendalian kualitas proses data
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
atribut. Data variabel adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan, yaitu meliputi pengukuran panjang, diameter, ketebalan, lebar dan lain-lain. Data atribut mengenai hasil pengamatan produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan (biasanya dapat diindrakan melalui panca indra), yaitu meliputi kesalahan atau cacat permukaan yang kasar, bergelombang, warna tidak merata, retak, bengkok dan lain-lain. Apabila ada data variabel atau data atribut berada diluar batas kendali, maka harus dilihat apakah penyebab kesalahannya disebabkan oleh sebab umum (common cause atau chance cause) yang tidak dapat dihindari atau sebab khusus (assignable cause) yang seharusnya dapat dihindari. Bila kesalahan disebabkan oleh sebab umum maka data tersebut dianggap in control sehingga tidak perlu dilakukan revisi, tapi bila disebabkan oleh sebab khusus maka data dianggap sebagai out of control sehingga perlu direvisi. Kesalahan akibat sebab umum biasanya sampai 85 % hal ini disebabkan antara lain karena kerusakan mesin, keterlambatan datangnya bahan baku, dan perubahan kondisi kerja. Sedangkan kesalahan akibat sebab khusus biasanya sampai 15 % hal ini disebabkan kesalahan penggunaan alat, kesalahan operator, dan kesalahan penggunaan bahan baku. B.
Pengendalian Kualitas Produk Pengendalian kualitas produk sering disebut dengan sampling penerimaan
(acceptance sampling) yang juga menggunakan teknik pengambilan sampel sebagai cara pengujiannya. Pada pengendalian kualitas produk juga dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu: pengendalian kualitas produk data variabel dan pengendalian kualitas produk data atribut. Disamping dikelompokan berdasarkan jenis datanya (variabel dan atribut) pada pengendalian kualitas produk dapat dibedakan berdasarkan jumlah pengembilan sampel, yaitu: sampling penerimaan tunggal (single sampling), dan sampling penerimaan jamak (double/multiple sampling). Pengendalian kualitas produk dapat dilakukan ketika produk masih berada ditangan produsen atau sudah sampai pada konsumen. Secara garis besar, pengendalian kualitas statistik dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.2
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.2 Pengendalian kualitas statistik (Sumber: Data diolah, 2016) 2.1.11 Pengertian Statistical Processing Control Statistical Processing Control merupakan sebuah teknik statistik yang digunakan secara luas untuk memastikan bahwa proses memenuhi standar. Dengan kata lain, selain Statistical Process Control merupakan sebuah proses yang digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau jasa sedang diproduksi. (Render dan Heizer, 2009). Jadi, Statistical Process Control dapat disimpulkan sebagai kumpulan dari metode-metode dan pengukuran untuk meningkatkan kualitas yang lebih tinggi dari suatu produk maupun jasa yang diproduksinya guna memenuhi kebutuhan pelanggan. Dan Langkah-langkah dalam pengendalian proses statistikal dapat diuraikan sebagai berikut: a.
Merencanakan penggunaan alat-alat statistikal (statistical tools).
b.
Memulai menggunakan alat-alat statistikal tersebut.
c.
Mempertahankan atau menstabilkan proses dengan cara menghilangkan variasi penyebab khusus yang dianggap merugikan.
d.
Merencanakan perbaikan proses terus menerus dengan mengurangi variabel penyebab umum.
e.
Mengevaluasi dan meninjau ulang terhadap penggunaan alat-alat statistikal
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data yaitu: 1. Data Atribut (Attributes Data), yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Jika suatu catatan hanya merupakan suatu ringkasan atau klasifikasi yang berkaitan dengan sekumpulan persyaratan yang telah ditetapkan, maka cacatan itu dianggap sebagai “atribut”. Contoh data atribut adalah ketiadaan label dalam kemasan produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk dan lain lain. Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit ketidaksesuaian. 2. Data Variabel (Variables Data) merupakan data yang kuantitatif yang diukur menggunakan alat pengukuran tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis. Jika suatu catatan dibuat berdasarkan keadaan aktual, diukur secara langsung, maka karakteristik kualitas yang diukur itu disebut sebagai “variabel”. Contoh dari data variabel adalah: diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, banyaknya kertas setiap rim, dan lainlain. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data variabel. Tujuan penggunaan SPC (Statistical Process Control) di dalam suatu proses adalah untuk meminimalkan variability, memperbaiki kualitas produk, serta menjaga kestabilan proses. Manfaat SPC (Statistical Process Control) adalah: 1. Meminimalisasi variasi yang muncul di dalam proses untuk meningkatkan kemampuan bersaing. 2. Mengurangi biaya (melalui kegiatan kontrol disetiap tahapan proses). 3. Meningkatkan produktivitas (mengurangi kesalahan/cacat). 4. Meningkatkan keterampilan karyawan dalam mengendalikan proses. Tujuh alat dasar yang digunakan dalam SPC (Statistical Process Control) adalah: 1. Diagram Alir (Flow Chart) 2. Diagram Pareto (Pareto Analysis) 3. Lembar Periksa (Check Sheet) 4. Diagram Sebab-Akibat (Cause-and-Effect Diagram) 5. Diagram Batang (Histogram) 6. Peta Kontrol atau Bagan Kendali (Control Chart) 7. Diagram Tebar (Scatter Diagram) 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tujuh alat dasar tersebut, untuk lebih jelasanya bias dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Alat Bantu Pengendalian Kualitas (Sumber: Jay Heizer and Barry Render, 2009) 1. Lembar Periksa (Check Sheet) Lembar periksa (check sheet) adalah suatu formulir yang dirancang untuk mencatat data. Dalam banyak kasus, pencatatan dilakukan sehingga saat data diambil, polanya dapat dilihat dengan mudah. Lembar periksa membantu analis menentukan fakta atau pola yang mungkin dapat membantu analisis selanjutnya. Tujuan digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data dan analisis, serta untuk mengetahui area permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan atau tidak. Adapun manfaat dipergunakannya check sheet adalah sebagai berikut. a. Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah terjadi. b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. c. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan. d. Memisahkan antara opini dan fakta. 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Diagram Sebar (Scatter Diagram) Scatter diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan. 3. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) Perangkat lain untuk mengidentifikasi masalah kualitas dan titik inspeksi adalah diagram sebab akibat (cause and effect diagram), yang juga dikenal sebagai diagram ishikawa (ishikawa diagram) atau diagram tulang ikan (fishbone chart), setiap tulang mewakili kemungkinan sumber kesalahan. Diagram sebab akibat dimulai dengan empat kategori yaitu material/bahan baku, mesin/peralatan, manusia dan metode. Inilah yang disebut “4M” yang merupakan penyebab. Keempat kategori ini memberikan suatu daftar periksa yang baik untuk melakukan analisis awal. Setiap penyebab dikaitkan pada setiap kategori yang disatukan dalam tulang yang terpisah sepanjang cabang tersebut, sering kali melalui proses brainstorming. Faktor-faktor penyebab utama pada diagram sebab akibat dapat dikelompokkan sebagai berikut. a. Material/Bahan Baku b. Machine/Mesin c. Man/Tenaga Kerja d. Method/Metode e. Environment/Lingkungan Adapun kegunaan dari diagram sebab akibat adalah sebagai berikut. a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah. b. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki peningkatan kualitas. c. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. d. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut. 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
e. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dengan keluhan konsumen. f. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan dilaksanakan. g. Sarana pengambilan keputusan dalam menentukan pelatihan h. Merencanakan tindakan perbaikan. 4. Diagram Pareto (Pareto Chart) Diagram pareto (pareto chart) adalah sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah atau cacat guna membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya. Diagram ini dibuat berdasarkan karya Vilfredo Pareto seorang pakar ekonomi di abad ke-19 dan dipopulerkan oleh Joseph M. Juran. Diagram pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang menggambarkan
perbandingan
masing-masing
jenis
data
terhadap
keseluruhan. Dengan memakai diagram Pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Kegunaan diagram pareto adalah sebagai berikut. a. Menunjukkan prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu ditangani. b. Membantu untuk memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya perbaikan. c. Menunjukkan hasil upaya perbaikan. d. Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan setelah perbaikan. Diagram pareto digunakan untuk mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang penting, untuk mencari cacat yang terbesar dan yang paling berpengaruh. Pencarian cacat terbesar atau cacat yang paling berpengaruh dapat berguna untuk mencari beberapa wakil dari cacat yang teridentifikasi, kemudian dapat digunakan untuk membuat diagram sebab akibat. Hal ini perlu untuk dilakukan mengingat sangat sulit untuk mencari penyebab dari semua cacat yang teridentifikasi. Apabila semua cacat dianalisis untuk dicari penyebabnya maka hal tersebut hanya akan menghabiskan waktu dan biaya dengan sia-sia.
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5. Diagram Alir (Flow Chart) Secara grafis, diagram alir (flow chart) menyajikan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak dengan keterangan dan garis-garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan perangkat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan sebuah proses. Diagram alir dipergunakan sebagai alat analisis sebagai berikut. a. Mengumpulkan
data
mengimplementasikan
data
juga
merupakan
ringkasan visual dari data itu sendiri. b. Menunjukkan output dari suatu proses. c. Menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam situasi tertentu sepanjang waktu. d. Menunjukkan kecenderungan dari data sepanjang waktu. e. Membandingkan dari data periode yang satu dengan periode lain, juga memeriksa perubahan-perubahan yang terjadi. 6. Histogram Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi dalam proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal sebagai distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Histogram dapat berbentuk “normal” atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi kebanyakan datanya berada pada batas atas atau bawah. Manfaat dari histogram adalah sebagai berikut. a. Memberikan gambaran populasi. b. Memperlihatkan variabel dalam susunan data. c. Mengembangkan pengelompokkan yang logis. d. Pola-pola variasi mengungkapkan fakta-fakta produk tentang proses.
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7. Diagram Kendali (Control Charts) Peta kendali (control chart) adalah refresentasi grafis dari data sejalan dengan waktu yang menunjukan batas atas dan batas bawah proses yang ingin kita kendalikan. Peta kendali (control chart) digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/ proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali. Manfaat dari peta kendali adalah sebagai berikut. a. Memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada di dalam batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali. b. Memantau proses produksi secara terus-menerus agar tetap stabil. c. Menentukan kemampuan proses (capability process). d. Mengevaluasi
performance
pelaksanaan
dan
kebijaksanaan
pelaksanaan proses produksi. 2.1.12 Bagan Kendali Mutu Bagan/peta kendali mutu atau disebut bagan kendali saja (control chart) ialah grafik yang dipergunakan untuk membedakan/memisahkan hasil dari suatu proses yang berada dalam kendali dan yang tidak. Bagan kendali memiliki garis tengah yang menunjukan rata-rata proses, sebuah garis diatasnya, disebut sebagai batas kendali atas, dan sebuah garis dibawah yang disebut sebagai batas kendali bawah. Tujuan bagan kendali ialah untuk memantau suatu proses dalam rangka mengekspose kehadiran penyebab khusus yang mempengaruhi proses operasi. Misalkan, kita memilih n subgroup sampel yang diambil pada interval yang yang regular dari suatu proses. Setiap sampel mengindikasikan bagaimana proses berperilaku pada satu titik lokasi dan penyebaran, yang diduga melalui rata-rata dan rentang atau deviasi standarnya. Kita ingin mengetahui prosesnya stabil atau tidak. Jika proses disebabkan oleh penyebab yang umum atau kebetulan, nilai rata-rata ( ) dan rentang (R) harus terdistribusi secara acak dalam suatu limit probabilistik, disebut sebagai batas bagan kendali (control chart limit) atau batas kendali saja. 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Jenis bagan kendali bervariasi tergantung dari jenis datanya. Banyak karakteristik mutu diekspresikan dalam ukuran numeric, misalkan panjang pipa dinyatakan dalam cm atau berat kain dalam kg. Ukuran karakterisik mutu, seperti dimensi, berat, volume, kecepatan, dan kekuatan, disebut variable. Dengan kata lain, variable adalah karakterisik yang mempunyai dimensi continue. Bagan kendali
dan R digunakan untuk memantau proses yang mempunyai dimensi
continue. Disamping karakteristik mutu yang dinyatakan dalam numerik atau nilai continue, terdapat pula karakteristik mutu yang dinyatakan dalam nilai diskrit, misalnya mutu produk yang digolongkan atas baik atau buruk, normal atau cacat, memenuhi persyaratan atu tidak memenuhi. Dalam terminologi yang sedang populer dikenal dengan istilah kesesuaian (conformance) dan ketidaksesuaian (nonconformance). Bagan kendali untuk variabel (bagan bagan .(mean,
-R) adalah suatu gabungan dari
(x-chart) dan bagan R (R-chart) yang menunjukkan baik nilai rata-rata ), dan rentang (range, R). Keduanya merupakan jenis bagan kendali
yang menggunakan nilai continue. Bagan
terutama menunjukkan apakah telah
terjadi perubahan dari nilai rata-rata suatu proses, yang dapat disesbabkan oleh berbagai faktor, misalnya perubahan suhu, material yang berbeda, atau metode proses yang berbeda. Sementara bagan R menunjukkan setiap perubahan dalam dispersi dari proses yaitu adanya pertambahan atau pengurangan keseragaman (uniformity). Pengukuran statistik dalam penelitian ini, menggunakan peta kontrol kendali
dan R, karena data yang ada merupakan data variable kuantitatif dari
hasil pengukuran dimensi produk (panjang dan diamater) dan sampel yang diambil merupakan jenis sampel kelompok (sub group). Peta kontrol kendali untuk melihat nilai rata-rata pengukuran dimensi produk (panjang, diameter) dan peta kontrol R ini akan menunjukkan besarnya penyimpangan pada dimensi produk (no part) yang selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis lebih
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lanjut penyebab produk out of control (ukuran tidak standar) dengan menggunakan diagram sebab akibat. Tahapan dalam pembuatan bagan 1.
dan R dapat diuraikan sebagai berikut:
Kumpulkan data. Jumlah sampel (m) yang diperlukan biasanya di atas 20, diambil dari data terbaru dari proses yang sejenis. Data diambil berdasarkan sub grup, dengan ukuran sub grup (n) sekurang-kurangnya dua unit.
2.
Hitung nilai rata-rata ( ) setiap sampel (sub grup) dan rentang (R) antara nilai terbesar dan terkecil.
3.
Hitung nilai rata-rata dari rata-rata ( ) dan rata-rata rentang ( ).
4.
Tentukan garis tengah (central line, CL), batas kendali atas (upper control limit, UCL) dan batas kendali bawah (lower control limit, LCL) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Bagan : CL
=
(2.1)
UCL
=
LCL
= - A2
+ A2
(2.2) (2.3)
Jika rata-rata proses (m) dan deviasi standar proses (s) diketahui, UCL dan LCL dapat juga diperoleh dari rumus berikut: UCL
= µ + z (σ/√n)
(2.4)
LCL
= µ - z (σ/√n)
(2.5)
CL
=
(2.6)
UCL
= D4
(2.7)
LCL
= D3
(2.8)
Bagan R:
Catatan: a) Koefisien untuk menghitung garis kendali, yaitu A2, D4, dan D3 dapat diperoleh dari Tabel S5.3, (lampiran 4, halaman 99). b) Z ialah deviasi standar normal atau rentang batas kendali dari garis tengah. Dalam praktek, biasanya digunakan z = 3 atau 3-sigma limits, yaitu pada interval keyakinan 99,7%. 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c) Jika dalam perhitungan diperoleh LCL < 0, artinya tidak terdapat batas bawah, maka LCL diset sama dengan nol. 5. Buat bagan kendali dan plot nilai
dan R setiap sampel pada bagan kendali
yang sesuai. Hubungkan nilai setiap sampel sehingga membentuk kurva. 2.1.13 Capability Process Process capability analyze dapat didefinisikan sebagai suatu analisa untuk mengetahui apakah proses kerja yang sedang berjalan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Proses tersebut capable jika mampu menghasilkan hampir 100% output sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditetapakan. Capability Process adalah suatu kemampuan proses yang merefleksikan derajat keseragaman dalam memproduksi suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditetapakan. Capabilty indeks adalah suatu indeks yang menggambarkan seberapa jauh proses tersebut dapat memenuhi spesifikasi yang diharapakan. Indeks untuk mengukur Process Capability analyze antara lain: 1. Cp: Indeks yang menunjukan kemampuan suatu sistem dalam memenuhi spesifikasi limit (limit atas (USL) dan limit bawah (LSL). 2. Perhitungan Cp menggunakan estimasi sigma dan dapat digunakan untuk menunjukan potensi suatu sistem dalam memenuhi spesifikasi. 3. Dalam Cp, tidak memperhitungkan rata-rata proses, hanya berfokus pada spread (persebaran data). Jika sistem tidak centered di dalam batas spesfifikasi maka nilai Cp kurang memberikan gambaran yang sebenarnya. 4. Cpk: indeks yang menunjukan seberapa baik suatu sistem dapat memenuhi spesifikasi limit. 5. Perhitungan Cpk menggunakan estimasi sigma dan dapat digunakan untuk menjukan potensi sistem dalam memenuhi spesifikasi. 6. Dalam Cpk, rata–rata proses diperhitungkan sehingga proses tidak perlu centered terhadap target. Indeks Kapabilitas Proses dapat dihitung seperti dalam rumus berikut: a. Hitung indeks Cp Cp =
( Nx Xi 2 ) ( Xi ) 2 USL LSL dimana S = atau S = /d2 N ( N 1) 6S
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2.9)
Kriteria penilaian:
Jika Cp > 1,33, maka kapabilitas proses sangat baik
Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33, maka kapabilitas proses baik
Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses rendah
b. Hitung indeks Cpk Cpk = minimum { CPU; CPL} Dimana: CPU =
USL X dan CPL = 3S
X LSL 3S
(2.10)
Kriteria penilaian: a. Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi ditengah b. Jika Cpk = 1,
maka proses menghasilan produk yang
sesuai
dengan spesifikasi c. Jika Cpk < 1,
maka proses menghasilkan produk yang tidak sesuai
dengan spesifikasi dan Kondisi Ideal: Cp > 1,33 dan Cp = Cpk 2.2
Kajian Penelitian Sebelumnya Salah satu data pendukung penelitian ini tidak terlepas dari hasil penelitian-
penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan baik jurnal-jurnal internasional dan jurnal-jurnal internasional, sebagai bahan perbandingan dan kajian baik secara teori maupun langkah-langkah yang diambil dalam penelitian dan sebagai referensi keberhasilan dari penelitian yang dilakukan. Adapun hasil penelitian yang dijadikan perbandingan adalah penelitian yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah pengendalian kualitas proses produksi. Beberapa hasil penelitian sebelumnya berupa delapan belas (18) jurnal terdiri dari: lima belas (15) jurnal internasional (luar negeri) dan tiga (3) jurnal nasional. Dua belas (12) jurnal diantaranya melakukan penelitiannya dengan pendekatan metode Statistical Process Control (SPC) sebagai referensi dalam penelitian ini. Jurnal-jurnal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
PENULIS & TAHUN
PROCESS QUALITY
Dewantara & Kholil, 2016
√
Ahmad, et al 2015 Lim, et al 2015
√
Anderson, et al 2014
√
Kalra & Kopargaonkar, 2016
QCC
PD CA
SIX SIGMA
√
√
SPC
SEVEN TOOLS
√
√
√ √
DEFECT
√ √
√
√
Widiawati & Ferdinant, 2015
√
√
√
√
Kaban, 2014
√
√
√
√
Wan & Zeng 2013 Gao, et al 2013 Lim & Antony, 2013
√
Zhang, et al 2012 Srinivasu, et al 2011
√
Paliska, et al
√
Pires de Souza, et al 2013
De Vries & Reneau, 2010
2007 Burlikowska, 2005 Woodall, et al 2004 Mohamed 2004 Penelitian ini, 2016
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
(Sumber: Data diolah, 2016)
Pemilihan pendekatan statistical process control (SPC) pada penelitian ini, adalah dalam rangka melakukan tindakan preventif action dalam mengendalikan kualitas proses produksi, sehingga ketidaksesuaian produk mampu terdeteksi pada saat proses produksi sedang berlangsung. Dengan demikian cost produksi dapat ditekan karena tidak ada biaya perbaikan pada produksi No good. 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3
Kerangka berfikir Kerangka
pemikiran
digunakan
untuk
menggambarkan
bagaimana
pengendalian kualitas yang dilakukan di seksi machining 5 PT. Surya Toto Indonesia Tbk. secara statistik dapat menganalisis tingkat kerusakan produk (reject)
serta
mengidentifikasi
penyebab
masalah
sampai
menghasilkan
rekomendasi perbaikan kualitas proses produksi. Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian sebelumnya, maka dapat disusun kerangka berpikir dalam penelitian ini seperti pada Gambar 2.4 In-Put/Masukan Standar Kualitas
Proses Produksi Out-Put/Produk yang dihasilkan
Ya Produk Bagus
QC Tidak
Kepuasan Pelanggan
Produk Reject Klaim Kualitas Internal
Stastical Proses Control
Peta Kontrol Xdouble bar, R-Bar
Kemampuan Proses Cp, Cpk
OK..?
Tidak Analisis 4M+1L Tindakan Perbaikan 5W+1H Rekomendasi
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran (Sumber: Data diolah, 2016)
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ya