BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Semantik Secara etimologi, kata semantic berasal dari bahasa Yunani „semantickos‟, yang berarti „memaknai. Semantik juga membahas tentang simbol, tanda dan bahasa sebagai satu kesatuan sistem simbol. Menurut Hipkiss kata semantik diambil dari bahasa Yunani dengan asal kata “Semaino”, yang bermakna „menandai‟ atau „memaknai‟. Pada pernyataan tersebut Hipkiss juga berpendapat bahwa Semantik merupakan bidang studi yang berhubungan dengan kata sebagai simbol yang lebih luas yaitu semiotics. Hipkiss (1995:ix) “The word semantics is derived from the Greek semiotic , meaning, to signify or mean. Semantics is part of the larger study of signs, semiotics. It is the part that deals with words as signs (symbols) and language as a system of signs (words as symbols). Pendapat tersebut menunjukan bahwa semantics berasal dari bahasa yunani. Sementara itu, Palmer ( 1976:1 ) mengatakan bahwa ” Semantics is the technical term used to refer to the study of meaning and since meaning is part of language, semantics is part of linguistics”. Dari pendapat Palmer tersebut diketahui bahwa semantik adalah istilah tekhnik yang merujuk kepada studi makna dan karena makna adalah bagian dari bahasa, berarti semantik adalah bagian dari linguistik. Pendapat ini diperkuat oleh Hurford (1983:1) yang berpendapat bahwa semantic is the study of meaning in language”. Sementara itu Griffiths memberikan definisi yang lebih rinci yaitu sebagai berikut: “Semantics is the study of the “toolkit” for meaning: knowledge encoded in the
vocabulary of the language and in its patterns for building more elaborate meanings, up to the level of sentence meaning. Dengan singkat kemudian Saeed (1997:3) mengemukakan bahwa: “semantic is the study of the meaning of words and sentences.”yaitu semantik adalah ilmu yang mempelajari makna kata dan makna kalimat. Dari beberapa pendapat linguists tersebut penulis menyimpulkan bahwa semantik adalah bagian dari linguistik dan merupakan istilah teknik dalam mempelajari makna kata dan makna kalimat.
2.2 Makna Telah dipaparkan sebelumnya bahwa semantik adalah istilah linguistik yang mempelajari makna. Ada beragam jenis makna yang disampaikan oleh para linguist antara lain (Chaer. 2001:79)” The meaning of the words and terms that confuse. Sedangkan menurut Richards (1985:172) mendefinisikan makna adalah sesuatu yang diekspresikan oleh bahasa seperti berikut ini Richard (1985:172) ”Meaning is what a language expresses about the world we live in or any possible or imaginary world”. Sedangkan Lyons (1968:136) berpendapat bahwa“Meaning are ideas or concept with can be transferred from the mind of the speaker to the mind of hearer to embodying them as it were in the forms of one language or another”. Menurut Lyons makna adalah ide atau konsep yang dapat dialihkan dari pemikiran penutur ke pemikiran pendengar. Dalam pemakaiannya konsep atau ide tidak begitu diperhatikan, sebab karena sudah sewajarnya disamakan pengertiannya dengan makna, isi, dan juga pikiran. Bertolak dari uraian tentang makna sebagai unsur dalam sistem tanda yang secara langsung memiliki
hubungan dengan makna. Kedua unsur dasar itu adalah significant, sebagai unsur abstrak yang akhirnya terwujud dalam sign atau lambang. Hubungan unsur dasar tersebut digambarkan oleh Ogden & Richards lewat segitiga dasar yang telah ditulis dalam bukunya ialah, “The meaning of Meaning” ( 1923)
Thought or Reference
Symbol
Referent
Dari bagan berupa segi tiga Oghden dan Richards itu dapat diketahui bahwa pikiran sebagai unsur yang mengadakan signifikasi sehingga menghadirkan makna tertentu, yang memiliki hubungan langsung dengan reference atau acuan. Gagasan itu pun memiliki hubungan langsung dengan symbol atau lambang. Sedangkan antara symbol dengan referen terdapat hubungan keduanya memiliki hubungan. Pengertian simbol dalam konsep Ogden dan Richards adalah elemen kebahasaan, baik berupa kata, kalimat, dan sebagainya. Dari terdapatnya sifat arbitrer yaitu tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut, contoh misalnya, antara (kuda) yang dilambangkan yaitu “sejenis binatang berkaki empat yang biasa yang dikendarai”. Lambang itulah akhirnya sebuah acuan yang sama dapat saja diberi simbol yang berbeda-beda. Air, misalnya, dalam bahasa Madura disimbolkan aeng, dalam bahasa Jawa banyu, dan dalam bahasa inggis water. Sebagai
contoh,“ She has a dinning room” maksud kalimat tersebut adalah dia mempunyai sebuah tempat atau ruangan yang digunakan untuk makan, tempat untuk makan sambil bersantai.
2.2.1 Jenis Makna Terdapat berbagai pendapat tentang makna dari para ahli bahasa. Pada kesempatan penulisan tugas akhir ini akan membahas jenis makna. Misalnya Grice (1957:108) berpendapat bahwa makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, oleh karena itu penulis hanya membahas ironi sesuai dengan topik yang penulis teliti. Jenis makna tersebut meliputi makna literal, non literal, makna kontekstual, dan makna metaforik.
2.2.1.1 Makna Literal Menurut Griffiths Literal Meaning adalah” Literal meaning is the most obvious or non figurative sense of a word or words language that‟s not perceived as metaphorical, ironic, hyperbolic, or sarcastic” (Griffiths 2006:80). Seperti yang telah didefinisikan dari berbagai sudut pandang yang dapat dikategorikan dari berbagai jenis makna salah satunya adalah literal meaning. Pendapat lain tentang literal meaning diungkapkan oleh Maxim sebagai berikut “Literal meaning is a concept which belongs to the representation of meaning and as such is to be defined in theory of meaning”. Menurut Maxim literal meaning adalah sebuah konsep gambaran dan dapat didefinisikan ke dalam teori makna.
Adapun Griffith (2006:80) berpendapat bahwa “Literal meaning of a sentence is based on just the semantic information that you have from you knowledge of English”. Menurutnya Literal meaning dari sebuah kalimat itu merupakan informasi semantik yang dipindah dari pengetahuan penutur. For example “ The comedian died on the stage (in the literal meaning, the comedian actually died. This contrast with the figurative sense, which would mean that the comedian struggled to make the audience laugh). Contoh: [1] The ground is dry Pada kalimat “The ground is dry” dijelaskan bahwa dari bagan berupa segitiga The Meaning of Meaning yang digambarkan oleh Ogden dan Richards dapat diketahui bahwa pikiran sebagai unsur yang mengadakan signifikasi sehingga menghadirkan makna tertentu, yang memiliki hubungan langsung dengan reference atau acuan. Dari arbitrer itulah terdapat sebuah acuan yang sama dapat saja diberi simbol yang berbeda. Kata dry pada umumnya memiliki arti kering, dalam kata lain dry juga memiliki arti kemarau. Rose : What happen with our ground john? John : Our Ground is dry rose Dari contoh nomor [1] pendengar akan langsung mengerti maksud dari penutur dan akan langsung membayangkan keadaan lahan yang kering. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa makna literal adalah makna yang sebenarnya. Makna tersebut adalah makna yang sudah tertera dalam kamus, sehingga mitra tutur dapat memahami makna dari kalimat yang sudah umum bagi kita. Berikutnya adalah contoh lain seperti. [2] I‟m hungry
Dijelaskan bahwa “I‟m hungry” yang masih berada dalam pikiran adalah contoh proposisi, sedangkan perwujudannya dalam kalimat misalnya, tadi pagi saya tidak sarapan, seharian saya belum makan. Beck
: Valerie, what happen to you?, you look so tired !
Valerie : I am very hungry Beck. Makna kalimat contoh nomor [2] sangat jelas, karena kalimat mengandung makna semantik dan digunakan pada percakapan sehari-hari. Makna literal
secara spontan digunakan ketika
memikirkan seseorang akan menjelaskan makna tanpa konteks.
2.2.1.2 Makna non Literal Berbeda dengan makna literal, yang dimaksud dengan makna non literal adalah makna yang tidak sebenarnya. Makna non-literal menurut pendapat John Saeed (1997:16)” Non-literal uses are traditionally called figurative are described by host of rhetorical terms including methapor, irony, metonymy, synecdoche, hyperbole and litotes. ”Menurutnya makna non literal secara traditional disebut figurative yang digambarkan dengan istilah retorik meliputi metafora, ironi, metonimi, sinekdoke, hiperbola, dan juga litotes Contoh: [3] I could eat a horse Kalimat contoh no [3], kata I bermakna literal, karena maknanya dipengaruhi oleh contoh ‟eat horse‟ dengan kata lain kata „horse‟ merupakan kata yang berdiri sendiri apabila dimasukan kedalam kalimat, akan tetapi kata horse sudah jelas baik bagi penulis maupun bagi lawan tutur. Kalimat tersebut tentunya tidak dapat diartikan secara literal. Untuk dapat memahaminya diperlukan pemahaman dari konteks kalimat tersebut. Apabila dimaknai secara literal kalimat
tersebut akan bermakna janggal, mungkin dalam hal ini diperlukan pemahaman bahwa kata kuda memiliki makna yang sangat besar, contoh tersebut menggambarkan keadaan seseorang yang sedang sangat kelaparan, karena begitu merasa sangat lapar dia ingin memakan makanan yang banyak sekali. Dengan demikian paparan diatas menjelaskan bahwa makna non-literal menimbulkan makna yang memberikan arti yang berbeda pada suatu kalimat, dan bukan makna yang terdapat pada kamus. Makna non-literal merupakan sebuah ide yang abstrak. Mitra tutur bisa saja merasa kesulitan untuk memahami apa yang dimaksud oleh si penutur. Oleh karena itu diperlukan kemampuan mitra tutur untuk memahami apa yang dibicarakan, agar dapat terhindar dari kesalahpahaman. Sedangkan makna figuratif
juga sama dengan makna non literal yaitu
pemakaian leksem dengan makna yang tidak sebenarnya. Sebagai contoh frasa „female crown‟ tidak dimaknai sebagai sebuah benda yang dipakai seorang wanita di atas kepalanya yang merupakan lambang kekuasaan seorang pemimpin dan berhiaskan emas atau permata, namun frasa ini dimaknai sebagai „hair female‟ (Grice). Selain itu, makna figuratif terdapat pula pada peribahasa atau perumpamaan. Figuratif language dipahami dengan menggunakan makna illiteral yang kemudian lebih lazim disebut dengan makna figuratf. Misalnya, once grabbed a paddle, two three islands passed. Makna figuratif muncul dari bahasa figurative (figurative meaning). Makna figurative Menurut (Abrams,1981:63) “ The language of figurative language is actually adiversion from everyday language or the language of the standard to obtain a certain effect.” merupakan penyimpangan dari bahasa yang digunakan sehari-hari, penyimpangan dari bahasa baku atau standar, penyimpangan makna, dan penyimpangan susunan kata-kata atau makna khusus
2.2.1.3 Makna Konteks Sudah disinggung sebelumnya bahwa contextual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks (Chaer 1994:290). Disamping ketiga jenis makna yang telah dipaparkan sebelumnya diatas, didalam semantik juga dikenal makna kontekstual. Makna kontektual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam sebuah konteks. Sedangkan menurut Cruse (1995:16) berpendapat bahwa “meaning is the full set of normality relations which a lexical item contracts with all conceivable context.” Menurut Cruse makna kontekstual adalah makna yang dihasilkan dari hubungan antara kata dengan konteksnya. Contoh: [4] Sister injured leg for stepping on broken glass. Pada kalimat [4] dijelaskan bahwa kata kaki merupakan „alat gerak‟ bagian bawah pada tubuh makhluk hidup. [5] His hand touch that wood Pada kalimat [5] kata tangan memiliki arti „alat gerak pada bagian tubuh yang di gunakan untuk mengambil atau menyentuh sesuatu‟. Dalam penggunaan kata tersebut juga harus disesuaikan dengan konteks, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengartian pada kata kaki dan juga pada tangan. Selain itu Catford mengatakan bahwa (1965:36) “ The contextual meaning of an item is the groupment of relevant situational features with which it is related. ”Menurutnya suatu penggabungan dari ciri-ciri situasional yang relevan dan saling berkaitan. [6] You are buffalo! All you can do just slepping and eating Buffalo diartikan sebagai seekor kerbau yang dalam pemikiran seseorang kerbau merupakan seekor binatang yang berbadan sangat besar, memiliki kulit yang berwarna hitam. Sedangkan
kata sleeping and eating diartikan sebagai seseorang yang memiliki sifat seperti seekor kerbau yaitu dia hanya makan dan tidur. Pada contoh [6] tentu saja tidak menerangkan bahwa dia itu adalah seekor binatang dalam hal ini seekor kerbau, dilihat dari konteks makna kalimat tersebut yaitu sesuatu yang dilakukan sepanjang hari hanya makan dan tidur maka, sama seperti hal nya seekor kerbau. Dari pendapat para ahli yang telah dipaparkan sebelumnya penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa makna kontekstual saling berkaitan dengan kata dan juga konteksnya. Penggunaan makna kontekstual banyak diterapkan dalam menganalisis majas.
2.3 Majas Sebelumnya telah dipaparkan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari makna kata dan juga makna kalimat yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi atau dapat sebagai alat untuk menyampaikan maksud dan juga
informasi dari penutur kepada mitra
tuturnya. Figures of speech are often used and crafted for emphasis freshness of expression, or clarity. However, clarity may also suffer from their use. (Duke, 1985:23). Contoh: [1] The tree is dancing Kalimat The tree is dancing tidak dapat dimaknai secara literal. Kata „dancing memiliki makna menari. Makna „menari‟ tidak dapat diterapkan pada kalimat contoh tersebut, frasa “ the tree “ yang terdapat pada kalimat contoh [1] tersebut, dimaknai pohon yang dapat menari dengan demikian makna yang terdapat didalamnya mengalami penyimpangan dari makna literalnya, dalam kalimat tersebut dijelaskan bahwa pohon-pohon itu sedang menari sedangkan dalam
makna literalnya pohon-pohon yang tertiup oleh angin disebut sebagai pohon yang bisa menari. Lebih lanjut Griffiths (2006: 81) berpendapat bahwa : “I define a figurative interpretation as an explicature that involves treating one or more words as if they had meanings different from their literal ones.” Menurutnya figurative language dapat di interpretasikan sebagai ungkapan yang diperlakukan seolah olah ungkapan tersebut memiliki makna berbeda, dari kalimat contoh dapat dijelaskan bahwa kata “dancing” memiliki makna yang berbeda dari makna literalnya. Kemudian Grant and Bauer (2004: 51) mengatakan Figurative Language adalah sebagai berikut : “compositionally involving an untruth which can be reinterpreted pragmatically to understand the intended truth”. Dilihat dari makna figurative of Speech tersebut tidak menjelaskan kebenaran, dan komposisi tersebut dapat ditafsirkan kembali untuk memahami kebenarannya. Pada contoh [1] misalnya kalimat the tree is dancing tidak berati bahwa pohon itu tidak benarbenar menari seperti layaknya manusia melainkan, bergoyang-goyang karena disebabkan oleh tiupan angin.
Kemudian diperjelas oleh McArthur (1992: 402) : “ figurative of Speech is the language in which figures of speech such as metaphors freely occur. He also states that figures of speech are a rhetorical device using words in distinctive ways to achieve a special effect ”.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, penulis menyimpulkan Figurative of Speech adalah gaya bahasa yang dipergunakan sebagai ungkapan yang diperlakukan seolah olah ungkapan tersebut memiliki makna berbeda dengan makna literalnya. Menurut Leech dan Short (1981) menjelaskan bahwa “figurative language is a way the language in the context by people”. Menurut Leech and Short “ bahasa yang menggunakan konteks merupakan salah satu cara yang digunakan oleh orang-orang pada umumnya. Example : 1 . Jakarta city is very beautiful with the waste.
1.
2
. Melodious voice like tape tangle.
3
. You walk very slowly as a snail.
Jakarta city is very beautiful with the waste.
Dijelaskan bahwa kota Jakarta yang indah itu, tidak benar-benar dipenuhi oleh sampah, melainkan hanya beberapa sampah kecil yang berserakan di pinggir jalan. 2. Melodious voice like tape tangle Dijelaskan bahwa suara nya tidak begitu jelek seperti kaset rusak, melainkan suaranya hanya kurang bagus jika ia menyanyikan sebuah lagu.
3. Your walk very slowly as a snail Dijelaskan bahwa jalannya sangat pelan sekali tidak dengan cepat, melainkaN seperti seekor siput. Jadi yang disebut dengan dengan majas atau figurative language adalah gaya bahasa yang dalam pemakainya bertujuan untuk memperoleh efek tertentu serta membandingkan benda atau hal- hal yang lain yang lebih umum.
2.3.1 Jenis-jenis Majas Penggunaan majas banyak kita temui dalam karya-karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, atau drama. Didalam karya-karya tersebut, penulis memilih kata-kata tertentu untuk dapat mengungkapkan suatu maksud sesuai dengan apa yang dirasakannya. Didalam bahasa Inggris terdapat beberapa jenis majas yang popular dan biasa digunakan.
2.3.1.1 Majas Metafora Majas Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan tentang dua benda secara singkat dan padat (Keraf 2007). Sedangkan Menurut Hurford
(2007: 331) menjelaskan bahwa
metaphors are conceptual (mental) operations reflected in human language that enable speakers to structure and construe abstract areas of knowledge and experience in more concrete experiential terms”. Menurut Hurford metafora merupakan suatu konsep yang dapat membuat pembicara menyusun dan menguraikan konsep abstrak kedalam istilah-istilah kongkrit.
Contoh: [1] The book is a science window Kata science memiliki arti yang tidak jelas dan juga science didalamnya menguraikan konsep abstrak kedalam istilah-istilah kongkrit. Dijelaskan benda pertama adalah buku dan dibandingkan dengan benda kedua yaitu jendela ilmu kedua benda itu merupakan benda padat dan sangat singkat. [2] Home sweet home Di Rumahku merupakan suatu benda yang padat dibandingkan dengan sebuah surga yaitu benda yang sama padatnya dengan rumah.
2.3.1.2
Majas Simili
Majas simile adalah gaya bahasa yang membandingkan secara eksplisit atau langsung dua benda dengan menggunakan kata pembanding. Menurut Keraf, gaya bahasa perbandingan yang ditandai dengan kata depan, dan, penghubung, seperti, layaknya, ibarat, bagaikan, seperti, bagai. Contoh: [3] Her walking like a princess palace [4] The relationship the two men never got along, like cats and dogs [5] The husband and wife were like Romeo and Juliet, faithful until death
2.3.1.3 Majas Hiperbola Hiperbola adalah gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan suatu kenyataan (Keraf 2007). Menurut Claudia Claridge “hyperbole is always of something”. Dijelaskan
bahwa majas
hyperbola selalu melebih-lebihkan. Contoh : [6] Girl's smile weaken the joints of my body until I felt helpless. Dijelaskan bahwa sendi di dalam tubuhnya benar-benar tidak berdaya,namun dia terpesona oleh gadis –gadis yang tersenyum [7] The tears flowing rivers meet.
Dijelaskan bahwa bersedih tidak menghabiskan banyak air, seperti air yang menyusuri sungai, tetapi dia hanya menangis tersedu-sedu.
2.3.1.4 Majas Personifikasi Majas Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Menurut (Keraf 2007), majas personifikasi adalah bahasa kiasan yang menganggap benda mati seolaholah hidup. Contoh: [8] Kalimat contoh no 8 menjelaskan waves merupakan majas personifikasi yaitu benda mati seolah-olah dianggap hidup, chasing each other dijelaskan bahwa gelombang saling mengejar satu sama lain. We sat on the beach while the waves chasing each other. Dijelaskan bahwa dari pantai ombak-ombak saling mengejar satu sama lain. Tetapi seperti orang-orang yang sedang berlarian di pinggir pantai [9] Kalimat contoh no 8 menjelaskan “the moon and the stars” saling bercumbu mengiringi suasana malam yang sunyi. The moon and stars making out accompanying atmosphere of the silent night. Dijelaskan bahwa langit biasanya terlihat gelap di sore hari dan akan bercahaya lagi jika bulan dan bintang saling bercumbu. Seperti dua orang yang sedang bercumbu.
2.3.1.5 Majas Sarkasme Majas Sarkasme adalah suatu majas yang dimaksudkan untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan
marah dengan menggunakan kata-kata kasar. Menurut Keraf Majas Sarkasme adalah majas yang berisi sindiran yang kasar Contoh: [10] Basic face rhinoceros, hard quipped still pretended not to understand. Dijelaskan bahwa wajahnya tidak sejahat seperti seekor badak, seperti seekor
badak yang
susah untuk dimengerti. [11] I am not going to be living in your home if that is more similar to the sheep pen. Dijelaskan bahwa sebuah rumah lebih dari sebuah tempat untuk berkumpul dengan keluarga hanya tempatnya seperti kandang kambing, tetapi rumahnya ini mungkin lebih bururk dan ditelantarkan.
2.3.1.6 Majas Sinisme Majas sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung kepada orang lain. Sedangkan menurut Keraf, majas Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian cerita mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Contoh: [12] Never mind, stop persuasion tease because it only makes me sick. Dijelaskan bahwa dia seperti memberi sesuatu yang manis tetapi tidak berarti apa-apa untuk pasangannya yang selalu membuatnya sakit hati [13] The speed in taking a decision often confuse his men.
Dijelaskan bahwa seseorang yang selalu terburu-buru tidak pernah berkompromi dengan pasangannya dalam mengambil sebuah keputusan. Keputusan itu selalu membuat pasangannya bingung.
2.3.1.7 Majas Ironi Ironi berasal dari bahasa belanda yang berarti sindiran majas. Majas Ironi adalah gaya bahasa untuk menyatakan suatu maksud menggunakan kata-kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan maksud penutur. Perkins (2001:142) mengatakan bahasa ironi adalah “The basic characteristic of irony is saying the opposite of what is meant. ” Menurutnya karakteristik utama dari ironi adalah mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan yang dimaksud. Perkin menambahkan bahwa “defining irony as where the phenomenon is not the essence but the opposite of the essence. Digolongkan ke dalam majas ironi tersebut karena didasarkan pada cara penyampaian atau gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu yang berlawanan dengan makna sesungguhnya. Penutur untuk menyindir atau memberi teguran secara halus kepada mitra tutur. For example “The performance of government officials at this time very well, many employees don‟t work but have a lot of money, so that the number of unemployment and proverty in the big cities is increasing”. Dengan kata lain, menyatakan sesuatu dengan majas ironi bermaksud untuk mengolok-olok dengan menggunakan kosakata yang sekan-akan meninggikan atau memuji namun kenyataanya malah merendahkan atau mengejek. Contoh: [14] A big house that dirty full of paper at the corner. Once open the door straight into the back room.
Dijelaskan bahwa faktanya rumah tersebut tidak terlalu besar tetapi kecil, kemudian langsung lurus saja masuk melalui pintu belakang [15] A big school there is a very clever student.You are indeed an honor student, in one week, just one day you arrive on time. Dijelaskan bahwa dalam satu minggu, dia seharusnya sudah melengkapinya, tetapi minggu ini hanya masuk satu kali, karena dia merupakan murid yang patut dicontoh.
2.4
Tipe Ironi Menurut Perkins ironi dibagi kedalam 3 tipe. Perkins ( 2001:142) mengatakan bahwa
“The basic characteristic of irony is saying the opposite of what is meant. ” Menurutnya karakteristik utama dari ironi itu mengatakan sebaliknya dari apa yang dimaksud. Perkin also add that“defining irony as where the phenomenon is not the essence but the opposite of the essence. Tipe ironi dibagi menjadi tiga yaitu verbal ironi, dramatik ironi, dan situasi ironi. Berikut dijelaskan secara rinci.
2.4.1
Ironi Verbal
Salah satu tipe ironi yang sering digunakan yaitu ironi verbal dan banyak terdapat di drama dan juga film. Verbal irony is a contradiction between a statement‟s stated and intended meaning ( Abrams and Hartman). According Abrams (1999), Verbal irony is a statement in which the meaning that a speaker employs is sharply different from the meaning that is ostensibly expressed. Verbal irony occurs when speakers say the opposite of what they mean. Pernyataan ironi biasanya melibatkan ekspresi eksplisit dari satu sikap, tetapi dengan indikasi
dalam pidato-situasi keseluruhan bahwa pembicara bermaksud sangat berbeda, dan sering berlawanan sikap. Contoh: [1] “Beautiful painting, like the first painting my sister who was in kindergarten” dijelaskan bahwa dia melukis sebuah lukisan seperti anak Tk. Pernyataan tersebut berlawanan dengan yang dimaksud. [2] “His face was handsome, like a prince frog in swamp “ dijelaskan bahwa mukanya sangat tampan seperti seorang pangeran kodok di rawa . Pernyataan tersebut termasuk kedalam ironi verbal karena melibatkan suatu sikap.
Menurut Sperber and Wilson (1981) karakteristik ironi verbal yaitu sebagai berikut: 1. “Distinguished from the situation irony and dramatic irony.” 2. “Verbal irony is shown in the form of words and expressions by the person who said it.” 3. “Verbal irony is a form of speech in which words are spoken is the opposite of what was intended.” Kemudian Shakespeare, menyatakan bahwa ironi verbal sering digunakan dalam puisi. Selanjutnya Shakespeare membagi ironi verbal kedalam dua tipe yaitu sebagai berikut [1] Overstatement – “Ketika seseorang melebih-lebihkan suatu karakter, makna yang menempel biasanya, apa yang dikatakan selalu berlebihan dari apa yang dimaksud oleh lawan tutur”. Contoh: Seseorang memberitahu kita tentang sebuah kesempatan yang dia katakan seperti sebuah lelucon tentang seorang ibu yang berbadan besar dan kemudian dia menyadari dengan terkejut bahwa neneknya sendiri adalah seorang wanita yang sopan, yang kebeteluan berdiri tepat dibelakangnya.” Saya benar-benar mati ”,” Dia berkata.
[2] Understatement – Ketika seseorang merusak suatu karakter. Contoh: Dijelaskan bahwa dalam Shakespeare ini Julius Caesar, pidato Mark Antony setelah pembunuhan, jika Caesar muncul untuk memuji para pembunuh terutama Brutus ( “ tetapi brutus mengatakan bahwa dia ambisius/ dan dia merupakan seorang yang terhormat), sedangkan sebenarnya dia mengutuk mereka. Kita tidak ragu meninggalkannya dan untuk siapa perasaan ambisius tersebut dan siapa orang yang terhormat tersebut. Kebenaran tertulis dengan yang dirasakan dan apa yang dimaksudkan untuk mengungkapkan maksud dari efek tersebut.
2.4.2 Ironi Dramatis Ironi dramatis banyak terdapat di drama dan film sebagai perangkat plot yang kuat yang secara langsung melibatkan penonton. Menurut Stanton (2003) “dramatic irony has three stages—installation, exploitation, and resolution”. Ironi dramatis terjadi ketika penonton mengetahui sesuatu karakter yang ada dalam film tersebut. Singkatnya, itu berarti bahwa pembaca, pengamat, pendengar mengetahui satu karakter atau lebih dalam ironi dramatis tersebut. Contoh: [3] In Romeo and Juliet Lawan tutur, dalam hal ini adalah penonton, mengetahui bahwa Juliet sudah menikah dengan Romeo, tetapi keluarganya tidak setuju. Banyak yang berpikir bahwa Juliet mati, tetapi lawan tutur, dalam hal ini penonton mnegetahui bahwa dia hanya tidur sementara karena meminum sebuah racun. Romeo juga dibawah kesalahan yang sama ketika dia bunuh diri. [4] In Romeo and Juliet The audience thinks Juliet is dead, buy the audience know that she only took a sleeping potion,
Dijelaskan bahwa lawan tutur berpikir bahwa Juliet mati, sebenarnya lawan tutur mengetahui bahwa dia hanya membeli racun agar bisa tertidur sementara. Menurut Stanton dramatic irony has three stages Ada tiga tahap yang terdapat dalam ironi dramatis yaitu yang dimaksud oleh Stanton adalah: [1] “Installation – Lawan tutur, dalam hal ini penonton diinformasikan tentang karakter yang penonton tidak ketahui.” Contoh: Di dalam film Romeo dan Juliet, ada beberapa karakter dalam film tersebut yang penonton tidak ketahui, misalnya dalam film Romeo Juliet terdapat sepupu Juliet yaitu Rosaline, pada awal cerita dijelaskan bahwa Rosaline adalah seorang wanita yang baik, dan suka membantu Juliet, tetapi setalah melihat Romeo sifat Rosaline berubah menjadi jahat dan pendemdam. [2] “Exploitation – menggunakan informasi ini untuk mengembangkan rasa ingin mengetahui diantara penonton.” Contoh: Seperti informasi yang sudah ada pada film romeo dan Juliet bahwa meraka akan menikah dengan bahagia, penonton mengetahui bahwa hal itu akan terjadi, tetapi di akhir cerita Romeo tidak menerima surat dari Juliet yang beirisi tentang rencana Juliet agar bisa menikah dengan Romeo. [3] “Resolution – Apa yang akan terjadi ketika karakter akhirnya mengetahui apa yang sedang terjadi” Contoh: Pada film Romeo dan Juliet, karakter pada film tersebut sudah mengetahui karakter apa yang akan di perankan, misalnya pada film romeo dan Juliet, Romeo mengetahui bahwa Juliet akan mati karena meminum sebuah racun yang akhirnya Romeo pun mengikuti Juliet dengan meminum racun yang sama dengan Juliet. Akhirya mereka berdua mati bersama.
Example : In Romeo and Juliet, Juliet is forced to take a sleeping potion in order to escape marring paris. She must do this because she is already married to Romeo. When Romeo hears she is dead, the audience knows she is alive. He then kills himself and as Juliet awakes she sees him dead and takes her life as well. Dijelaskan bahwa dalam film Romeo and Juliet, Juliet memutuskan untuk membeli racun supaya dia bisa tertidur sementara untuk membatalkan pernikahannya dengan paris. Dia harus melakukan hal ini karena sudah menikah dengan Romeo. Ketika Romeo mendengar bahwa Juliet sudah mati, lawan tutur mengetahui bahnwa Juliet masih hidup. Dia kemudian bunuh diri dan setelah Juliet bangun dan melihat Romeo sudah mati disampingnya, kemudian Juliet mati bersama Romeo. Lawan tutur mengetahui bahwa jika surat yang ada pada Friar diberikan pada romeo,hal ini tidak akan terjadi.
2.4.3
Ironi Situasi
Ironi situasi paling luas didefinisikan sebagai situasi yang hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. According to aristloteles, “Situational irony is most broadly defined as a situation where the outcome is incongruous with what was expected, but it is also more generally understood as a situation that includes”. Menurut Aristloteles “Ironi situasi paling luas didefinisikan sebagai situasi di mana hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi juga lebih umum dapat di pahami sebagai situasi sesuai dengan yang diharapkan. Contoh : Situasi :Pada malam hari. Di keluarga Capulet, teman Romeo bertemu dibenci Juliet
Rosalin. Romeo
Tybalt
: Oh, Rosaline I want talk to you about Romeo
Rosaline
: Ok, I will hear you, Tybalt.
Tybalt
: Actually, he just illusive love Juliet and he just play Juliet heart Data 1: “he just illusive love Juliet and he just play Juliet heart” yang terdapat di data 1
tersebut adalah ironi. Karena pada dasarnya penggalan kalimat tersebut menunjukkan bahwa berlawanan dengan apa yang dimaksud olehnya. Penggalan kalimat” he just illusive love Juliet and he just play Juliet heart” termasuk ironi situasi karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan Tybalt, dia tidak berhasil mempengaruhi Juliet dan Romeo, karena mereka berdua saling mencintai. Jenis ironi yang dipergunakan Tybalt disampaikan melalui situasi. Dikaitkan dengan karakteristik tokoh, dalam hal ini ironi situasi disampaikan oleh tokoh antagonist, yaitu Tybalt seseorang yang memiliki sifat egois, pendendam, dan sombong
2.5
Karakteristik Tokoh Karakter adalah orang yang terdapat dalam sebuah karya film. Tidak seperti orang dalam
kehidupan nyata, kualitas karakter dan tindakan dibatasi oleh nya fungsi dalam cerita. Terdapat tokoh antagonis dan protagonis. Antagonis adalah karakter yang biasanya terdapat dalam konflik dan biasanya merupakan karakter yang kurang mengagumkan . Tokoh antagonis adalah seperti penjahat, dalam beberapa cerita detektif. Karakterisasi adalah metode yang penulis gunakan untuk menciptakan penampilan dan kepribadian serta mengungkapkan suatu karakter.
Karakteristik Tokoh yang dimaksud disini adalah tokoh protagonist dan tokoh antagonis. Dari pendapat diatas diketahui bahwa karakteristik tokoh tersebut yaitu protagonis dan tokoh antagonis (Aminuddin, 1984:85). Tokoh Protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, tokoh tipe semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak yang seluruhnya baik. Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi sebagai pencuri. Dia memang jahat, tetapi dia begitu sayang kepada anak dan istrinya sehingga anak dan istrinya juga begitu sayang kepadanya. Contoh berikutnya bisa kita lihat, misalnya, pada tokoh yang dikenal masyarakat sebagai orang yang pelit, padahal dia adalah pemilik panti asuhan itu. Dia berbuat seakan-akan pelit untuk menutupi kedermawanannya. Ia takut tidak ikhlas dalam beramal saleh. Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembaca. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negative, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang jujur, tetapi dengan kejujurannya itu justru mencelakakan temannya; tokoh yang setia kepada negara, padahal negaranya adalah negara penebar kejahatan di dunia; tokoh yang memegang teguh janji, tetapi janji itu diucapkan pada orang yang salah dan berakibat fatal.
2.6 Karakteristik Tokoh dalam film Romeo dan Juliet
Pada film Romeo and Juliet terdapat tipe karakteristik tokoh, kedua tokoh karakteristik tersebut adalah tokoh protagonist dan tokoh antagonist sebagai berikut: [1] Tokoh protagonis, ditokohkan oleh A. Romeo Romeo adalah karakter yang sangat pemberani. Selain sebagai orang yang memiliki cinta yang sangat tulus. Romeo juga dikatakan sebagai orang yang tidak mudah menyerah dan cenderung mengambil risiko.
B. Juliet Juliet adalah seorang gadis muda, Dia seseorang yang baik hati dan memiliki sifat yang ramah Juliet . C.Lady Montague Lady Montague adalah ibu dari Romeo, dia memiliki sifat ramah, sopan dan juga baik hati dan selalu mengikuti kehendak suaminya. D. Lady Capulet Lady Capulet merupakan ibu dari Juliet, dia memiliki sifat yang ramah, baik hati dan juga sopan E. Mariah Mariah
merupakan suster dari Juliet, dia memiliki sifat yang ramah dan baik hati.
F. Mercutio Mercutio merupakan sahabat Romeo, tetapi dia memilki sifat pemberani dan juga baik hati. G. Friar Lawrence
Friar Lawrence menempati posisi yang sangat diperlukan dalam film Romeo dan Juliet. Dia adalah seorang pendeta yang baik , sopan, dan juga ramah [2] Tokoh Antagonis diperankan oleh A. Lord Montague Lord Montague adalah ayah dari Romeo, dia memiliki sifat egois, jahat, dan juga sombong B. Lord Capulet Lord Capulet adalah ayah dari Juliet, dia memiliki sifat yang egois, pemarah, dan juga sombong. C. Tybalt Tybalt merupakan sepupu dari Juliet, dia memiliki sifat egois, pendemdam, dan sombong