7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1. Hakekat Matematika Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:313), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan di dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Menurut Herman Sudojo (2003:123) matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk atau struktur yang abstrak dan hubunganhubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika itu. James dan James (Suherman dkk, 2003:18) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan dan konsep yang berhubungan dengan yang lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, geometri. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan yang terbagi menjadi aljabar, analisis, dan geometri yang digunakan untuk menyelesaikan masalah bilangan menggunakan logika. Maka untuk menyelesaikan masalah dalam matematika dibutuhkan pemahaman yang benar karena matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak.
2.1.1.2. Hakikat Belajar Menurut Gage dan Berlier (Dimyati, 2009:116), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya.
8
Menurut Dimyati (2009:156), belajar adalah proses yang melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Menurut Henry E. Garret (Sagala, 2010: 13), belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tersebut. Menurut Lester D. Crow (Sagala, 2010: 13), belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka belajar seperti ini disebut rote learning. Kemudian jika telah dipelajari itu mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut over learning. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang sebelumnya belum tahu menjadi tahu berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diperoleh seseorang melalui latihan dan pengalaman.
2.1.1.3.Pembelajaran Matematika di SD Mata pelajaran matematika di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (KTSP, 2006) sebagai berikut a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
9
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Menurut Erman Suherman dkk (2003: 55), matematika sekolah
adalah
matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan menengah (SMA dan SMK). Menurut Soedjadi (2000: 37), matematika sekolah adalah unsur atau bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal 1) penyajian 2) pola pikirnya 3) keterbatasan semestanya 4) tingkat keabstrakannya Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran matematika di SD adalah pembelajaran matematika yang berorientasi terhadap pendidikan yang diajarkan di lembaga sekolah dasar, yang nantinya dapat digunakan untuk memecahkan masalah matematika dalam kehidupan.
2.1.1.4. Hasil Belajar Matematika Suharsimi Arikunto (dalam Lasiyem, 2012: 10) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perubahan yang dapat diamati dan diukur”. Jadi perubahan tersebut dapat berupa perubahan dalam ketrampilan, pengetahuan, dan juga perubahan dalam sikapnya.
10
Menurut Dimyati (2009: 20), “Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru”. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Hasil belajar siswa merupakan patokan bagi guru apakah berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Semakin baik hasil belajar siswa, maka proses pembelajaran guru dikatakan berhasil. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan tingkat penguasaan siswa yang ia terima setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar sesuai tujuan yang nampak dalam tingkah laku yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika. Pada penelitian ini hasil belajar matematika diperoleh dari hasil tes matematika dari siklus 1 dan siklus 2 tentang materi bangun ruang. Hasil belajar yang baik pada penelitian tindakan ini adalah hasil belajar matematika yang berhasil mencapai tingkat kriteria ketuntasan minimal yaitu diatas nilai 60.
2.1.2. Metode Eksperimen Menurut E. Mulyasa (2011: 107), penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ada sejumlah metode-metode mengajar yang mungkin dapat dilakukan oleh guru, antara lain seperti : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode sosiodrama, metode karyawisata, metode kerja kelompok, metode latihan, metode pemberian tugas dan metode eksperimen. Untuk penelitian tindakan ini akan menggunakan metode pembelajaran eksperimen. Menurut pendapat E. Mulyasa (2011: 110), “metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-
11
benda, bahan-bahan dan peralatan laboraturium, baik secara perorangan maupun kelompok”. Menurut Sagala (2010: 220), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Menurut
Dimyati
dan
Mudjiono
(1993:
77),
“metode
eksperimen
dimaksudkan sebagai kegiatan guru dan siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu, serta mengamati proses dan hasil percobaan itu”. Kadang-kadang orang menangaburkan pengertian eksperimen dengan kerja laboraturium, meskipun kedua pengertian ini mengandung prinsip yang hampir sama, namun berbeda dalam konotasinya. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboraturium atau diluar laboraturium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. E. Mulyasa (2011: 110) mengemukakan hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Tetapkan tujuan eksperimen. Persiapkan alat dan atau bahan yang diperlukan. Persiapkan tempat eksperimen. Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat-alat yang tersedia. Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindarkan risiko yang merugikan atau berbahaya. 6) Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan. 7) Berikan penjelasan tentang apa yang yang harus diperhatikan dan tahapantahapan yang mesti dilakukan peserta didik, termasuk yang dilarang dan yang membahayakan. Menurut Sagala (2010: 220) beberapa kelebihan dari metode eksperimen, sebagai berikut: a. membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja
12
b. dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, c. metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: 1) siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; 2) siswa terhindar jauh dari verbalisme; 3) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis; 4) mengembangkan sikap berpikir ilmiah dan 5) hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. Menurut Sagala (2010: 221) beberapa kelemahan dari metode eksperimen, sebagai berikut: a. pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah, b. setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian, c. sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Ada cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode eksperimen, sebagai berikut: a. hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen, b. hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan dan hal-hal yang perlu dicatat, c. bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan, d. guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, ia membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.
13
2.1.3. Media Pembelajaran Bangun Ruang Hamzah B. Uno dan Nina (2010: 142) berpendapat “media pembelajaran yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Benda-benda itu misalnya batu-batuan dan kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan, kubus untuk menjelaskan konsep titik, ruang garis, daerah bujur sangkar, dan wujud dari kubus itu sendiri, benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep pecahan, benda-benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk menerangkan konsep lingkaran”. Media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah media pembelajaran model jenis bangun ruang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012: 324), “model adalah barang tiruan yang kecil dan tepat seperti yang ditiru”. Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Andi Prastowo, 2012:228), media pembelajaran model adalah tiruan tiga dimensi dari benda nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari peserta didik dalam bentuk aslinya. Menurut pendapat Brown dalam Hamzah B. Uno (2010:127), “model didefinisikan sebagai benda nyata yang dimodifikasikan”. Menurut Andi Prastowo (2012: 229), model padat (Solid Model) merupakan jenis model yang memperlihatkan bagian permukaan luar dari objek atau benda. Selain itu, dalam model ini, bagian-bagian yang membingungkan ide utama dari bentuk, warna dan susunannya sering kali dibuang. Contoh dari model padat: bentuk geometris, semisal kerucut, bola, kubus, polihedro, dll. Bangun ruang adalah sejenis benda ruang beraturan yang memiliki rusuk, sisi dan titik sudut. Media bangun ruang adalah menyerupai kotak, dengan bentuk massif, berongga dan kerangka. Andi Prastowo (2012: 238) mengemukakan tujuan dan fungsi media pembelajaran model berjenis bangun ruang adalah sebagai berikut: a. Menyederhanakan objek atau benda yang terlalu sulit, terlalu besar, terlalu jarang, terlalu jauh, terlalu kecil, atau terlalu mahal jika dihadirkan di kelas
14
secara langsung dalam bentuk aslinya. Contohnya, bumi, planet, tengkorak manusia, dan lain sebagainya. b. Memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik terhadap suatu objek atau benda, meskipun hanya dalam bentuk tiruannya. c. Memudahkan penjelasan tentang suatu objek atau benda dengan menunjukkan tiruan benda aslinya.
2.1.4. Penggunaan Metode Eksperimen untuk Pembelajaran Matematika Menurut Sagala (2010: 220), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, siswa akan diberi kesempatan untuk membuktikan sendiri dengan melihat proses, menganalisis dan menarik kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Hamzah B.Uno dan Nina (2010: 140) mengemukakan setiap konsep abstrak matematika yang baru dipahami perlu ditanamkan, dan tahan lama dalam pola pikir dan tindakannya. Untuk keperluan inilah, belajar dengan berbuat dan memahami, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja yang tentunya akan mudah dilupakan dan sulit untuk dapat dimiliki. Dalam menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran matematika, tidak berarti bahwa setiap konsep matematika harus digunakan dengan metode eksperimen, karena penggunaan metode harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam menggunakan metode eksperimen, sebagai berikut: a. Persiapkan alat bantu (alat eksperimen) yang akan digunakan. b. Berikan petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang akan dilakukan dalam eksperimen pembelajaran matematika. c. Pelaksaan eksperimen dengan menggunakan lembar kerja/ pedoman eksperimen yang disusun secara sistematis. Sehingga dalam pelaksanaanya siswa tidak mendapat kesulitan.
15
d. Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dilakukan dengan diskusi dan tanya jawab e. Membuat kesimpulan Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode eksperimen yang pembelajarannya melibatkan siswa secara langsung dengan belajar melalui berbuat sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika yang mempunyai konsep abstrak, sehingga dengan metode ini akan membuat konsep matematika yang masih abstrak menjadi lebih konkret bagi siswa, sehingga akan lebih meningkatkan pemahaman siswa.
2.1.5. Peranan Media Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika Hamzah B. Uno dan Nina, (2010:141) mengemukakan pembelajaran matematika di SD masih diperlukan media pembelajaran. Ada beberapa fungsi dari media pembelajaran dalam bidang matematika, diantaranya sebagai berikut: a. Dengan adanya media pembelajaran, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik, dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika. b. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti. c. Media pembelajaran dapat membantu daya tilik ruang, karena anak tidak dapat membayangkan bentuk-bentuk geometri ruang sehingga gambar dan benda-benda nyata menjadi pemahamannya tentang ruang. d. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan bendabenda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat. e. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.
16
Sementara itu, menurut Andi Prastowo (2012: 239) kegunaan media model padat yang didalamnya termasuk media bangun datar bagi peserta didik adalah sebagai berikut: a. Dapat mengembangkan konsep realisme peserta didik. b. Dapat menjadi tantangan bagi peserta didik untuk memecahkan masalahmasalah pengajaran dalam berbagai bidang studi yang dipelajararinya c. Hasil belajar akan lebih mendalam dan lebih mantap.
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Lasiyem (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Eksperimen dengan Media Kartu Bilangan Siswa kelas 1 Semester 1 SD Negeri Asemrundung Tahun Ajaran 2011/ 2012”, menyimpulkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas KKM > 60 hanya 11 siswa dari 22 siswa (50%). Pada Perbaikan pembelajaran siklus I siswa yang tuntas KKM > 60 meningkat menjadi 17 siswa (72,2%). Dan pada perbaikan pembelajaran siklus II siswa yang tuntas KKM > 60 meningkat lagi menjadi 22 siswa ( 100%). Ternyata dengan penerapan metode eksperimen dan media kartu bilangan dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa, terbukti siswa kelas I SD Negeri 2 Asemrudung mengalami peningkatan hasil prestasi belajar siswa. Siti Munfangati (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Penerapan Metode Eksperimen dengan Memanfaatkan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Gaya pada Siswa Kelas IV SD Negeri Krengseng 04 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Semester 2 Tahun 2011/ 2012”, menyimpulkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan Penerapan Metode Eksperimen dengan Memanfaatkan Alat Peraga dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Hal ini terlihat pada ketuntasan pada hasil belajar pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 adalah 6 siswa ( 33% ), 11 siswa ( 94,5% ), 18 siswa ( 100% ).
17
Slamet (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Media Bangun Ruang Dengan Metode Eksperimen Siswa Kelas VI Semester 1 SD Negeri 4 Katekan Tahun Ajaran 2011/2012”, menyimpulkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan data nilai ulangan siswa telah terjadi peningkatan rata-rata nilai mulai dari sebelum tindakan perbaikan pembelajaran (pra siklus), Siklus I dan Siklus II. Rata-rata nilai sebelum tindakan perbaikan pembelajaran dilaksanakan adalah 67,5, setelah tindakan perbaikan pembelajaran pada Siklus I rata-rata nilai menjadi 74,06 dan 79,37 pada Siklus II dengan KKM 60. Imanuel Nugroho Puji (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Benda Konkret pada Materi Pokok Menentukan Jaring-jaring Berbagai Bangun Ruang Sederhana Kelas V SD Negeri Ngijo 01”, menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa penggunaan media benda konkret untuk pembelajaran matematika dalam materi pokok menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana baik untuk diterapkan dalam pembelajaran, atau dapat juga dengan melibatkan siswa untuk mencari benda-benda yang ada di sekitar lingkungan mereka tinggal sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan menarik, sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar mandiri, serta meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3.Kerangka Pikir Kebanyakan proses pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah dasar terfokus pada penyampaian teori saja tanpa memperhatikan kegiatan eksperimen yang penting bagi pemahaman siswa. Sedangkan matematika adalah mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman dan penguasaan materi dengan baik dan tidak hanya sekedar menghafal. Pembelajaran yang hanya terfokus pada teori saja mengakibatkan hasil belajar siswa dalam belajar matematika menjadi kurang maksimal. Sementara itu, melalui kegiatan eksperimen siswa dapat menemukan dan membuktikan sendiri teori yang mereka peroleh selama ini. Eksperimen juga memberi kesempatan kepada
18
siswa untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa, karena dengan eksperimen siswa dapat belajar dengan berbuat. Selain itu eksperimen dapat berjalan baik dengan dibantu oleh media bagun ruang yang akan mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan eksperimen tersebut. Karena dengan media bangun ruang ini konsep geometri matematika akan menjadi lebih konkret bagi siswa. Oleh sebab itu, akan dilakukan penelitian menggunakan metode eksperimen dengan media bangun ruang dalam proses pembelajaran matematika yang akan meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Penelitian ini akan dilakukan oleh penulis dengan dibantu oleh guru kelas, guru kelas yang akan melaksanakan proses belajar mengajar dan penulis akan membantu mengisi lembar observasi guru saat proses pembelajaran berlangsung.
2.4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, dapat diambil hipotesis, yaitu dengan menggunakan metode eksperimen dengan media bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun ruang siswa kelas 4 SD Negeri Tolokan 01 Kabupaten Semarang semester 2 tahun ajaran 2012/2013.