BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan tangkap adalah berupa ikan dan biota perairan lainnya yang berasal dari hasil kegiatan penangkapan di laut. Ikan laut dalam penelitian ini mencakup semua ikan laut yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat yaitu tongkol, bandeng, kembung, tenggiri, tuna, kakap bawal dan lain-lain. Produk hasil perikanan tangkap mempunyai ciri-ciri yang dapat mempengaruhi atau menimbulkan masalah dalam tataniaganya. Ciri-ciri yang dimaksud antara lain adalah: a. Produksinya musiman dan panennya (penangkapannya) terbatas dalam periode tertentu yang relatif singkat. Keadaan ini biasanya menimbulkan beban musiman (peak load) dalam pembiayaan, penyimpanan, pengangkutan dan penjualan. Produksi hasil perikanan tangkap dilakukan oleh nelayan terpencar di daerah-daerah dimana perairan dan iklimnya memberi kemungkinan cocok untuk berproduksi karena kadang-kadang berjauhan dengan pusat-pusat konsumsi atau pasar. b. Konsumsi hasil perikanan berupa bahan makanan relatif stabil sepanjang tahun. Sifat demikian biasanya dihubungkan dengan sifat musiman dan jumlahnya tidak menentu karena pengaruh cuaca akan menimbulkan masalah dalam penyimpanan dan pembiayaan. c. Barang-barang hasil perikanan tangkap berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat rusak (perishable); dan d. Jumlah atau kualitas hasil perikanan tangkap dapat berubah-ubah, kenyataan menunjukkan bahwa jumlah dan kualitas dari hasil perikanan tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah dari tahun ke tahun. Ada tahun-tahun dengan jumlah dan kualitas hasil perikanan baik dan ada pula tahun-tahun dengan jumlah dan kualitas hasil perikanan merosot, karena sangat tergantung pada keadaan cuaca. 6
7
2.2 Pemasaran 2.2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang-barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai (Kotler 2002). Pemasaran adalah segala bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan agar barang yang diproduksi dapat mengalir secara langsung ke sektor konsumsi. Definisi ini menunjukan bahwa pemasaran itu meliputi kegiatankegiatan melakukan perdagangan (merchandising), promosi (promotion), penentuan harga (pricing), penjualan (selling) dan transportasi (transportation). Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia (Anief 2000).
2.2.2 Teori Strategi Pemasaran Panjang-pendeknya saluran pemasaran yang harus dilalui oleh suatu hasil perikanan tangkap dipengaruhi oleh faktor-faktor, diantaranya: a). Jarak antara produsen sampai ke konsumen. Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen maka makin panjang saluran distribusi yang ditempuh oleh produk tersebut. b). Daya tahan produk. Produk yang cepat rusak harus segera sampai ke tangan konsumen dan sebaiknya menggunakan saluran pemasaran yang pendek.
2.2.3 Saluran Distribusi Hasil Perikanan Tangkap Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang bertujuan menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi pemasaran dengan menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan atau menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen yang digunakan sesuai keperluan (jenis, jumlah, harga, tempat dan waktu). Proses ini memperlancar arus pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non fisik. Saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung
8
yang terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler 2002). Distribusi hasil tangkapan merupakan kegiatan positif dalam menunjang hasil pemasaran. tanpa kegiatan distribusi, hasil tangkapan berupa ikan laut tidak dapat dikonsumsi oleh konsumen. Sistem distribusi atau tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebuh efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh mengingat produk perikanan yang mempunyai sifat mudah rusak atau busuk. Selain itu sistem distribusi yang baik dan efisien dapat mempermudah dalam mengetahui besarnya marjin yang diterima tiap lembaga yang terlibat. Dilihat dari jauh pendeknya rantai distribusi, saluran distribusi dikelompokan menjadi dua (Kotler 2002) yaitu : 1. Saluran distribusi langsung, yaitu saluran distribusi dimana produk dari produsen langsung ke tangan konsumen tanpa melalui perantara atau penyalur. 2. Saluran distribusi tidak langsung, yaitu perusahaan dalam mendistribusikan produk menggunakan penyalur/agen perantara dan juga pengecer sebelum sampai ke tangan konsumen.
2.2.4 Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran memegang peranan penting dalam menentukan saluran pemasaran. Fungsi lembaga pemasaran, berbeda satu dengan yang lain dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan maupun skala usahanya. Dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan lembaga pemasaran yang dapat memperlancar proses penyampaian barang yang bersangkutan. Hal ini juga terjadi pada kelembagaan tradisional, di mana para pedagang besar bisa langsung datang ke petani atau kepedagang desa untuk memperoleh komoditas yang diperlukan karena adanya hubungan sosial yang dekat sehingga petani tidak perlu mengeluarkan tambahan biaya transportasi. Kemudahan transaksi yang ditawarkan oleh suatu kelembagaan akan makin mendorong petani untuk menjual hasil produksinya pada kelembagaan tersebut (Soekartawi 1989 dalam Anindita 2008)
9
Lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga/pemasaran, dimana barang-barang yang berasal dari pihak produsen sampai ke tangan pihak konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran adalah sebagai berikut : 1. Produsen, dalam kondisi ini yang menjadi produsen adalah nelayan. Produsen mempunyai tugas utama sebagai pengahsil barang. Dimana selain berproduksi, mereka juga aktif melakukan beberapa fungsi tataniaga tertentu untuk menyalurkan hasil produksinya kepada konsumen (Hanafiah dan Saefudin 1983). 2. Pedagang pengumpul lokal, adalah pedagang lokal yang mengumpulkan hasil tangkapan nelayan dan menjualnya kembali kepada lembaga pemasaran yang lain. 3. Pedagang besar, adalah pedagang yang memperdagangkan barang dalam jumlah lebih besar. Pedagang ini memperoleh barang dari pengumpul lokal atau sering juga mendatangi pasar pelelangan di daerah produksi untuk membeli barang dan kerap kali membeli barang secara langsung dari produsen, kemudian barang tersebut dijual dalam jumlah yang lebih kecil kepada pedagang eceran maupun kepada hotel, restoran, pabrik pengolahan, dan lembaga lainnya (Hanafiah dan Saefudin 1983). 4. Pedagang pengecer merupakan perantara yang menjual barang-barang dalam jumlah kecil secara langsung kepada konsumen akhir (Hanafiah dan Saefudin 1983). Biasanya lembaga ini menerima barang dari pedagang besar dan terkadang dari pengumpul lokal (tengkulak) atau produsen. 5. Lembaga-lembaga pemberi jasa, menurut Hanafiah dan Saefudin (1983) yaitu badan yang membantu memberi jasa atau fasilitas untuk memudahkan pelaksaan kegiatan tataniaga.
10
2.2.5 Saluran Pemasaran Pemilihan saluran pemasaran yang tepat merupakan faktor penting dalam usaha memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen. Meskipun barang yang disalurkan sudah sesuai dengan selera konsumen, tetapi apabila saluran yamg digunakan tidak mempunyai kemampuan, kegiatan dan inisiatif maka usaha penyaluran barang akan mengalami hambatan (Nitisemito 1981). Agar usaha pemasaran dapat berlangsung baik, lancar dan tidak merugikan produsen maka prosesnya harus memperhatikan segi mental dan fisik dengan maksud agar tercapai keseimbangan antara penawaran dan permintaan di pasar (Kartasapoetra 1986). Cara yang paling umum ditempuh oleh produsen dalam menyalurkan produk mereka ke konsumen adalah melalui saluran pemasaran, selanjutnya menurut Hanafiah dan Saefudin (1986) bahwa panjang-pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil perikanan tergantung pada beberapa faktor, antara lain : a. Jarak antara produsen dan konsumen, karena makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk; b. Cepat atau tidaknya kerusakan produk, karena produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima oleh konsumen, dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat; c. Skala produksi. Bila produksi berlangsung dalam ukuran kecil, maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil juga dan kehadiran pedagang perantara diharapkan keberadaannya. Dengan demikian saluran yang dilalui produk cenderung panjang; dan d. Posisi keuangan pengusaha, karena produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung akan memperpendek saluran tataniaga. Produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka di pasar (Kotler 2002). Perantara membentuk sebuah saluran pemasaran yang dapat terdiri dari beberapa tingkat :
11
1. Saluran non-tingkat (saluran pemasaran langsung) terdiri dari seorang produsen yang langsung ke konsumen. Produsen
Konsumen
2. Saluran satu tingkat mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus sebagai pengecer. Produsen
Pengecer
Konsumen
3. Saluran dua tingkat mempunyai dua perantara. Di dalam pasar Konsumen mereka merupakan grosir atau pedagang besar sekaligus pengecer. Produsen
Grosir
Pengecer
Konsumen
2.2.6 Struktur dan Keragaan Pasar Struktur pasar adalah sifat-sifat atau karakteristik pasar yang ditentukan oleh faktor-faktor penentu, yaitu jumlah atau ukuran pasar, sifat produk, kemudahan keluar masuk pasar dan informasi pasar yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran, misalnya biaya, harga dan kondisis pasar antar partisipan (Dahl dan Hammond 1977). Ditinjau dari strukturnya, pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar tidak bersaing sempurna (Limbong dan Panggabean 1988). Suatu pasar dikatakan bersaing sempurna jika menjual produk tunggal yang identik, jumlah penjual dan pembeli demikian banyaknya sehingga tidak seorang pun dapat mempengaruhi harga, pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar, penjual dan pembeli leluasa dalam mengambil keputusan, serta produk yang dipasarkan bersifat homogen. Pasar tidak bersaing sempurna dapat dilihat dari sisi pembeli dan sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri atas pasar monopsoni, pasar oligopsoni dan lain sebagainya. Pasar persaingan monopolistik disebut juga pasar monopoli tidak sempurna atau pasar persaingan tidak sempurna. Pada pasar monopolistik terdapat suatu perusahaan besar dan beberapa perusahaan kecil sebagai penjual dimana perusahaan besar mempunyai pengaruh lebih besar atas suplai dan harga pasar sedangkan pada pasar monopoli, seorang atau sekelompok penjual mempunyai pengaruh sangat besar atas penawaran produk tertentu sehingga dapat menentukan harga (Hanafiah 1983).
12
Dalam pasar oligopoli, produknya bersifat homogen. Terdapat hambatan yang besar untuk memasuki pasar sehingga hanya terdiri dari sedikit penjual. Hambatan tersebut berupa kebutuhan modal yang besar, pengendalian bahan baku, pengetahuan yang sifatnya perorangan (Limbong dan Panggabean 1988). Keragaan pasar adalah sampai berapa jauh pengaruh suatu keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukan dengan harga, biaya dan volume produksi yang pada akhirnya akan memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran (Azzaimo 1982 dalam Fransiska 2003). Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perbah harga, biaya dan margin pemasaran serta jumlah komoditas yang diperdagangkan (Dahl dan Hammond 1977 dalam Fransiska 2003). Deskripsi keragaan pasar dilihat dari : Pertama, harga dan penyebarannya di tingkat produsen dan di tingkat konsumen. Harga adalah nilai pasar atau nilai tukar barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang (Hanafiah 1983). Faktor-faktor pembentuk harga digolongkan dalam kekuatan permintaan dan penawaran, dimana besarnya berubah-ubah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Harga ditentukan oleh konsumen akhir. Grosir, pedagang eceran, maupun produsen (nelayan) tidak dapat menentukan harga terhadap jumlah pembelian barang. Apabila tidak diketahui harga pasaran umum maka pihak penjual berusaha untuk memperkirakan harga terbaik yang akan memberikan keuntungan terbesar (Hanafiah 1983). Perubahan harga dapat terjadi akibat perubahan permintaan dan penawaran suatu barang yang meliputi : a) perubahan harga umum yang dipengaruhi tingkat upah dan skala output keseluruhan; b) perubahan siklus, terjadi akibat produk perikanan terbentur waktu yang sulit disesuaikan dengan cepat dan tepat terhadap keadaan harga karena hasil perikanan adalah organisme hidup yang memiliki biological process; c) perubahan musiman, karena adanya perbedaan produksi dalam tataniaga secara musiman; d) kecenderungan perubahan menuju ke satu arah/trend, terjadi karena adanya perubahan perlahan-lahan dalam penawaran atau permintaan sepanjang periode bersangkutan; e) fluktuasi harga jangka pendek,
13
yaitu perubahan harga dari jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu yang terjadi akibat perubahan sementara dalam permintaan dan penawaran. Kedua, margin pemasaran dan penyebarannya dalam setiap tingkat pasar. Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli akhir (Hanafiah 1983). Margin pemasaran terdiri atas dua bagian. Bagian pertama merupakan perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Bagian kedua dari margin pemasaran merupakan biaya jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran jasa pemasaran tersebut (Tomek dan Robinson 1972).
2.2.7 Fungsi Pemasaran Proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen memerlukan berbagai kegiatan atau tindakan. Kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsifungsi tataniaga atau fungsi-fungsi pemasaran (Limbong dan Sitorus 1987). Fungsi tersebut dikelompokan menjadi tiga, yaitu : 1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran ini terdiri dari dua yaitu : a)fungsi penjualan dan b)fungsi pembelian. 2. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini dibagi menjadi : a)fungsi penyimpanan, b) fungsi pengolahan dan c)fungsi pengangkutan 3. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang berhubungan dengan penukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari : a)fungsi standardisasi dan grading, b)fungsi penanggungan resiko, c)fungsi pembayaran dan d)fungsi informasi pasar.
14
Fungsi-fungsi pemasaran merupakan hal yang penting dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh produsen dalam upaya memuaslan konsumen. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah berupa kendala jarak, waktu dan tempat, kurangnya informasi mengenai pasar serta perbedaan penilaian terhadap suatu produk.
2.2.8 Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) merupakan parameter yang untuk mengukur kinerja kegiatan pengelolaan sumberdaya
digunakan dari aspek
perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Secara detail, B/C ratio merupakan perbandingan dimana present value sebagai pembilang terdiri atas total dari pendapatan bersih investasi usaha pemasaran ikan laut yang bersifat positif, sedangkan sebagai penyebut terdiri atas present value total yang bernilai negatif atau pada keadaan pembiayaan kotor lebih besar daripada pendapatan kotor investasi usaha pemasaran hasil perikanan tangkap. Bila B/C ratio > 1, maka kondisi ini menunjukkan investasi usaha pemasaran hasil perikanan menguntungkan. Sedangkan bila B/C ratio < 1, maka investasi usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan termasuk merugi, sehingga tidak layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Rumus perhitungan nilai Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) adalah : B/C =
2.3 Pola Konsumsi Pola konsumsi pada masyarakat merupakan rekfleksi dari ketersediaan pangan daerah tersebut, akses dan preferensi masyarakat terhadap bahan makanan yang dikonsumsi. Pola konsumsi masyarakat tiap daerah berbeda satu dengan yang lainnya, hal itu disebabkan dari pola yang terbentuk merupakan hasil akumulasi dari interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya (Nurmarchus 2006).
15
Pola konsumsi ikan laut dapat dilihat dari frekuensi konsumsi ikan laut, persepsi dan alasan mengkonsumsi ikan laut. Konsumen mempunyai preferensi (derajat kesukaan) terhadap jenis ikan tertentu sehingga akan mempengaruhi konsumsinya. Konsumen dihadapkan pada memilih dan menggunakan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari proses memilih dan mengkonsumsi pangan merupakan bagian dari perilaku konsumen. Jadi, perilaku konsumsi merupakan bagian dari perilaku konsumen (Sumarwan 2003).
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Ikan Laut Pola konsumsi atau makan seseorang tidaklah diturunkan melalui gen akan tetapi merupakan kepandaian yang diajarkan leluhur melalui orang tua dan diteruskan ke generasi yang lebih muda. Pola konsumsi atau makan merupakan proses belajar yang berlangsung sepanjang hidup seseorang sehingga banyak faktor yang mempengaruhinya (Suhardjo dalam Nurmarchus 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi diantaranya adalah pendidikan, pengetahuan gizi, pendapatan dan preferensi.
2.4.1 Pendidikan Orang yang mempunyai pengetahuan dan pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk memilih makanan yang lebih baik kualitasnya daripada orang yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berkaitan dengan pengetahuan gizi yang lebih tinggi pula. Hal ini dimungkinkan seseorang memiliki informasi tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik dan mendorong terbentuknya perilaku makan yang baik pula (Nurmarchus 2006).
16
2.4.2 Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi merupakan faktor pribadi yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selain kesukaan dan status kesehatan. Pengetahuan gizi akan berhasil jika disertai suatu pengetahuan tentang sikap, kepercayaan dan nilai-nilai dari masyarakat (Roedjito1989). Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah hal yang umum. Bila pengetahuan pangan dan gizinya masih rendah, maka akan sulit bagi rumah tangga untuk dapat memenuhi kecukupan pangannya baik secara kuantitas maupun kualitas.
2.4.3 Pendapatan Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya diterima dalam bentuk uang. Pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen. Karena dengan pendapatan itulah, konsumen bisa membiayai kegiatan konsumsinya.jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya.
2.4.4 Preferensi Masyarakat Terhadap Ikan Laut Preferensi pangan (food preferences) adalah tindakan atau ukuran suka atau tidak suka seseorang terhadap pangan. Fisiologi, perasaan dan sikap integrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan (Pilgrin dalam Suhardjo 1989). Suatu makanan memenuhi selera atau tidak bukan hanya ditentukan oleh fisik pangan, akan tetapi karena pengaruh sosial budaya. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik individu, karakteristik pangan, dan karakteristik lingkungan (Elizabeth dalam Sanjur dalam Suhardjo 1989). Suatu model atau kerangka pemikiran yang dapat mempelajari konsumsi
17
pangan kaitannya dengan berbagai karakteristik tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Karakteristik Individu - usia - jenis kelamin - pendidikan - pendapatan - pengetahuan gizi -keterampilan memasak - sikap thd kesehatan & peran pangan pada kesehatan
Karakteristik Pangan - rasa - tampilan - tekstur - harga - jenis pangan - cara penyiapan - bentuk - penyedap - kombinasi pangan
Karakteristik Lingkungan - musim - ketenagakerjaan - mobilitas - tingkat urbanisasi - ukuran rumah tangga - tahapan keluarga
Preferensi Pangan
Konsumsi Pangan
Gambar 2. Model Randall & Sanjur : Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi makanan.