5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1
Hasil Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan
kemampuan berfikir yang diperoleh karena pengalaman (Santrock, 2004). Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya (Sardiman, 2000). Perubahan-perubahan yang terjadi tidak karena perubahan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obatobatan, melainkan terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya. Perubahan tersebut haruslah bersifat relatif permanen dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja (Sadiman, dkk 2005). Sementara itu Spears (dalam Sardiman, 2000) mengemukakan bahwa belajar itu adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, dan mengikuti perintah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Sementara menurut Gronlund (1985) hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Sudjana (2005) mengatakan bahwa hasil belajar itu berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar yang dialami siswa; sebagaimana dituangkan dalam bagan 1: Bagan.1 Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar, dan Hasil Belajar Tujuan Instruksional a
c
Pengalaman belajar
b (Sumber: Sudjana, 2005).
5
Hasil belajar
6
Bagan ini menggambarkan unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar dalam hal ini berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar. Adanya tujuan instruksional merupakan panduan tertulis akan perubahan perilaku yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 2005), sementara pengalaman belajar meliputi apa-apa yang dialami siswa baik itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, mengikuti perintah (Spears, dalam Sardiman, 2000). Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni: gerakanrefleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2005). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada tingkat kognitifnya saja.
1. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Djamarah (2003) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu. Clark (dalam Sabri 2005) mendukung hal tersebut dengan menyatakan bahwa 70% hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan.
7
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar (Nasution dalam Djamarah, 2002) adalah: a. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa. Dalam lingkunganlah siswa hidup dan berinteraksi. Lingkungan yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: b. Lingkungan alami Lingkungan alami adalah lingkungan tempat siswa berada dalam arti lingkungan fisik. Yang termasuk lingkungan alami adalah lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan bermain. c. Lingkungan sosial Makna lingkungan dalam hal ini adalah interaksi siswa sebagai makhluk sosial, makhluk yang hidup bersama atau homo socius. Sebagai anggota masyarakat, siswa tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang berlaku dalam masyarakat tempat siswa tinggal mengikat perilakunya untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukum. Contohnya ketika anak berada di sekolah, ia menyapa guru dengan sedikit membungkukkan tubuh atau memberi salam. d. Faktor instrumental Setiap penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan instruksional yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seperangkat kelengkapan atau instrumen dalam berbagai bentuk dan jenis. Instrumen dalam pendidikan dikelompokkan menjadi: 1) Kurikulum Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. 2) Program Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi
8
sekolah yang tersedia; baik tenaga, finansial, sarana, dan prasarana. 3) Sarana dan fasilitas Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Sebagai contoh, gedung sekolah yang dibangun atas ruang kelas, ruang konseling, laboratorium, auditorium, ruang OSIS akan memungkinkan untuk pelaksanan berbagai program di sekolah tersebut. Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus disediakan oleh sekolah. Hal ini merupakan kebutuhan guru yang harus diperhatikan. Guru harus memiliki buku pegangan, buku penunjang, serta alat peraga yang sudah harus tersedia dan sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai dengan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fasilitas mengajar sangat membantu guru dalam menunaikan tugas mengajar di sekolah. 4) Guru Guru merupakan penyampai bahan ajar kepada siswa yang membimbing siswa dalam proses penguasaan ilmu pengetahuan di sekolah. Perbedaan karakter, kepribadian,
cara
mengajar
yang
berbeda
pada
masing-masing guru,
menghasilkan kontribusi yang berbeda pada proses pembelajaran. Sementara faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah: a) Fisiologis Merupakan faktor internal yang berhubungan dengan proses-proses yang terjadi pada jasmaniah. b) Kondisi fisiologis Kondisi fisiologis umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar individu. Siswa dalam keadaan lelah akan berlainan belajarnya dari siswa dalam keadaan tidak lelah. c) Kondisi panca indera Merupakan kondisi fisiologis yang dispesifikkan pada kondisi indera. Kemampuan untuk melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa mempengaruhi hasil belajar. Anak yang memilki hambatan pendengaran akan sulit menerima pelajaran apabila ia tidak menggunakan alat bantu pendengaran. d) Psikologis Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu yang berhubungan
9
dengan rohaniah. Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar adalah: e) Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang memerintahkan. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. f) Kecerdasan Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan siswa
untuk beradaptasi,
menyelesaikan masalah dan belajar dari pengalaman kehidupan. Kecerdasan dapat diasosiasikan dengan intelegensi. Siswa dengan nilai IQ yang tinggi umumnya mudah menerima pelajaran dan hasil belajarnya cenderung baik. g) Bakat Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih dan dikembangkan. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu. h) Motivasi Motivasi adalah suatu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. i)
Kemampuan kognitif Ranah kognitif merupakan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan pengetahuan, ingatan, pemahaman dan lain-lain. Sedangkan Caroll (dalam Sabri, 2005), mengatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: a) bakat belajar, b) waktu yang tersedia untuk belajar, c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, d) kualitas pengajaran, dan e) kemampuan individu. Empat faktor (a, b, c, dan d) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor d adalah faktor lingkungan. Sedangkan metode yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah metode Make-A Match yang dikembangkan oleh Lorna Current (Lie, 2007.
10
2. Jenis-jenis hasil belajar Bloom (dalam Sudjana 2005) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. a. Ranah kognitif Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: 1) Pengetahuan (knowledge) Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana mengguankan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan dalam membuat kalimat. 2) Pemahaman Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan. 3) Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang- ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. 4) Analisis Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. 5) Sintesis Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana menyatukan unsur-unsur menjadi integritas. 6) Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi
11
tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode, dll. b. Ranah afekif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. c. Ranah psikomotoris Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. 3. Tes hasil belajar Tes dari wujud fisik adalah sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atau dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban, cara dan hasil subjek dalam melakukan atau menjawab tugas tersebut (Azwar, 1996). Tes yang dipakai untuk merekam kemajuan siswa selama pengajaran disebut tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur sampai di mana suatu bagian pelajaran tertentu sudah dikuasai oleh siswa, misalnya suatu unit ataupun bab tertentu dalam buku pelajaran. Tes ini dapat berupa pertanyaaan kuis atau tes mengenai unit pelajaran. Tes ini menekankan pada pengukuran semua hasil pengajaran yang dimaksudkan untuk dicapai dan memakai hasil tes untuk memperbaiki pengajaran dan tidak semata- mata untuk memberi nilai (Gronlund, 1985). Tujuan tes ini adalah untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan siswa belajar, sehingga dapat dilakukan penyesuaian dalam proses belajar mengajar. 2.1.2
Metode Pembelajaran Make-A Match
1) Hakekat Metode Pembelajaran Make-A Match Metode pembelajaran Make-A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Metode ini juga disebut metode kooperatif merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerjasama dan interaksi antar siswa. Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make aMatch) dikembangkan oleh Lorna Current (Lie, 2007:55). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
12
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Metode Pembelajaran Make-A Match bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.Mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam mengikuti proses pembelajaran, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sebaya dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Selanjutnya, Make a Match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu : berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran. Pembelajaran dengan metode Make-A Match mempunyai tiga keunggulan yaitu: a) hasil belajar akademik, b) penerimaan terhadap keragaman, c) pengembangan ketrampilan sosial. Dalam kamus bahasa Indonesia didefinisikan metode adalah cara yangdigunakan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses untuk menuju yang lebih baik. Supriyono (2009) dalam bukunya “Jenis-jenis model pembelajaran” juga mendefinisikan metode pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut husnaeni (2009), metode pembelajaran adalah model pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Prawiradilaga (2007) Menyatakan bahwa metode Pembelajaan adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan
13
pembelajaran. Dapat dikatakan metode pembelajaran adalah proses pembelajaran yang difokuskan kepada pencapaian tujuan. Jadi metode pembelajaran adalah langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dan disajikan khas oleh guru dikelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis ketika pembelajaran dikelas berlangsung. Dalam memilih metode pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Suryobroto 1986, diacu dalam solihatin 2007 adalah : a)
Tujuan yang akan dicapai,
b)
Bahan yang akan diberikan,
c)
Waktu dan perlengkapan yang tersedia,
d)
Kemampuan dan banyaknya murid,
e)
Kemampuan guru mengajar. Maksudnya, metode pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan
tujuan yang akan dicapai, bahan yang digunakan, waktu dan perlengkapan yang tersedia, kemampuan dan banyaknya murid, dan kemampuan guru mengajar, sehingga bisa disesuaikan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan keseluruhannya dan tidak menyulitkan siswa dan gurunya, sehingga bisa tercapai tujuan yang diinginkan. 2) Kelebihan Metode Make-A Match a) Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana belajar aktif dan menyenangkan. b) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. c) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. d) Metode Make a Match bisa digunakan dalam semua mata pelajaran. e) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move). f) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis. g) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
14
3) Kelemahan Metode Make-A Match Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, Metode pembelajaran Make a Match berdasarkan temuan dilapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu: a) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan. b) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. c) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai. d) Kelas yang gemuk (lebih dari 30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas dikiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. 4) Solusi a) Guru harus mampu menguasai metode yang akan digunakan untuk proses belajar mengajar. b) Memaksimalkan waktu yang telah tersedia untuk proses pembelajaran agar siswa tidak terlalu banyak bermain. c) Guru dituntut untuk menyediakan bahan dan alat peraga agar metode yang digunakan bisa berjalan efektif sesuai indikator kinerja. d) Menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum “pertunjukan” dimulai. Pada dasarnya mengendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan. 5) Langkah – langkah metode Make-A Match a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal dan beberapa kartu yang berisi jawaban. b) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertulisan soal / jawaban. c) Setiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang. d) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegang. e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan karerunya sebelum batas waktunya diberi nilai.
15
f) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu / soalnya tidak mendapat nilai. g) Setelah satu babak kartu dicocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dengan sebelumnya demikian seterusnya. h) Siswa juga bisa bergabung dua atau tiga siswa lainya yang memegang kartu yang cocok. i)
Guru bersama –sama siswa membuat kesimpulan materi.
6) Penerapan Pembelajaran Make a Match dalam Proses Belajar Mengajardi SD Sedangkan prosedur penerapan metode Make a Match dalam proses belajar mengajar, peneliti tetap mengacu pada langkah-langkah pembelajaran Make a Match yang dikemukakan oleh Lie (2007: 55) dan Suprijono (2009: 94). Akan tetapi, ada sedikit penambahan/pengurangan oleh peneliti dengan maksud menyesuaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa serta menyesuaikan kondisi siswa yang dimana baru pertama kalinya mendapatkan pembelajaran Make a Match serta untuk mempermudah guru dalam menerapkan pembelajaran tersebut. Pada penerapan metode Make a Match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode Make a Match dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang dibagikan oleh guru kepada siswa, proses pembelajarannyapun lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran pada saat siswa mencari pasangan kartunya masingmasing. Berdasarkan langkah-langkah diatas telah ditetapkan penerapan Make a Match yang nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk sebagai acuan dalam proses belajar mengajar.Pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode Make a Match, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu pasangan tersebut siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama. Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian siswa sehingga pada akhirnya dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan antusiasme siswa dalam mengikuti proses
16
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
2.2 Penelitian yang Relevan Teknik metode Make-A Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Penelitian ini dilakukan penulis di kelas 1 SD Negeri Klakahkasihan 01 dengan harapan membawa dampak yang positif pada peserta didik dan untuk memajukan pendidikan nasional. 2.3 Kerangka Berfikir Kemampuan membaca sangat penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa baik pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran lain yang secara tidak langsung berpengaruh dalam pelajaran kehidupan sehari-hari, karena kemampuan membaca siswa kelas 1 SD Negeri Klakahkasihan 01 semester I Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, tahun pelajaran 2012/2013 masih sangat kurang, maka peneliti akan melakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan membaca mealui metode pembelajaran Make-A Match dengan berbantuan kartu kata.
17
Peta Konsep Kerangka Berpikir Langkah-langkah
Metode Pembelajaran Make-A Match
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal / jawaban
Mengetahui tujuan pembelajaran
Siswa mendapat kartu soal ataupun jawaban
Memahami metode pembelajaran
Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
Mencari pasangan dan memperoleh pengetahuan baru
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu
Memperoleh pengetahuan
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartu yang dipegang diberi nilai
Bersemangat untuk belajar
Setiap siswa yang belum dapat mencocokkan kartunya tidak dapat nilai
Memperbaiki kesalahan
Guru bersama siswa membuat kesimpulan
Menyimpulkan
Hasil belajar membaca dapat meningkat
Pemahaman konsepmateri membaca
18
2.4 Hipotesa Tindakan Penerapan metode Make-A Match berbantuan kartu kata yang berisi soal dan jawaban diharapkan akan dapat : a)
Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca pelajaran Bahasa Indonesia dikelas 1 SD Negeri Kelakahkasihan 01 pada tahun pelajaran 2012/2013.
b)
Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran membaca pelajaran Bahasa Indonesia.
c)
Menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir di atas,
hipotesis tindakan dapat disimpulkan bahwa dengan metode pembelajaran Make-A Match diguga dapat meningkatkan kemampuan belajar membaca siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas 1 SD Negeri Klakahkasihan 01 semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.