BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metode Inkuiri Terbimbing Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:740) metode, didefinisikan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki. Selain itu Santoso (2007:2.26) juga mendefinisikan metode sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Menurut Mulyani (2003:234) Metode inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif. Menurut Suryo Subroto (2002:192) metode inkuiri adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data menarik kesimpulan dan sebagainya. Metode inkuiri menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mareka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Wina Sanjaya (2008) mengemukakan pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan oleh guru dan siswa. Muh Setyo (2007:1.35) mengemukakan bahwa inkuiri terbimbing adalah suatu kegiatan pembelajaran dimana guru membimbing siswa-siswanya dengan mengunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa menemukan sesuatu. Dalam hal ini apa yang diperoleh siswa bukanlah temuan-temuan baru bagi guru, tetapi bagi siswa dapat mereka rasakan sebagai temuan baru. Agar siswa dapat mengetahui dan 5
6
memahami proses penemuan mereka perlu dibimbing antara lain dengan menggunakan pengamatan dan pengukuran langsung atau diarahkan untuk mencari hubungan dalam wujud pola atau bekerja secara induktif berdasarkan fakta-fakta khusus untuk memperoleh aturan-aturan umum. Tujuan teknis inkuiri Santoso (2007;1.17), (1) membentuk dan mengembangkan rasa percaya diri, (2) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, (3) mengembangkan bakat dan kecakapan individu, (4) memberi siswa kesempatan untuk belajar sendiri, (5) mendorong murid memperoleh informasi, Santoso (2007:1.17) dengan teknik inkuiri siswa dilatih untuk (1) menyusun rencana kegiatan, (2) menentukan sasaran kegiatan, (3) menentukan target kegiatan, (4) berkomunikasi dengan orang lain, (5) mencari sumber informasi. Menurut Gullo (2002:86-87), peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: (1) motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir, (2) fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa, (3) penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri, (4) administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas, (5) pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan, (6) manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas, (7) rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa. Inkuiri terbimbing dilaksanakan untuk menemukan sifat-sifat bangun ruang dengan bahan manipulatif melalui serangkaian kegiatan sehingga siswa akan mengingat konsep sifat-sifat bangun ruang dengan benar. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing merupakan salah satu metode yang mengaktifkan seluruh kemampuan (kompetensi) siswa meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Siswa dilatih untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari fakta yang disajikan. Kemampuan untuk mengambil kesimpulan siswa akan lebih bermakna, apabila mereka menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
7
2.1.2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Inkuri Menurut Suchman (dalam Hamzah, 2008), ada lima langkah mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri antara lain: 1)
Tahap pertama adalah tahap orientasi Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif, mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilaksanakan: a. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang akan dicapai b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
2)
Tahap kedua pengumpulan data untuk verifikasi. Verifikasi merupakan proses menggali informasi tentang peristiwa yang mereka alami. Pada tahap ini siswa menanyakan serangkaian pertanyaan yang dapat dijawab oleh guru dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
3)
Tahap ketiga adalah eksperimen. Eksperimen (percobaan) merupakan proses memperkenalkan pada siswa suatu unsur baru pada suatu situasi tertentu untuk menunjukkan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi secara berbeda. Pada tahap ini siswa menanyakan serangkaian pertanyaan yang dapat dijawab “ya” atau “ tidak” sementara melakukan percobaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi pada mereka. Namun, perlu dicatat bahwa pada tahap pertama, guru hendaknya menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa. Untuk itu, disarankan agar mendasarkan permasalahan yang dihadapkan kepada siswa berawal dari ide yang paling sederhana.
4)
Tahap keempat adalah tahap merumuskan penjelasan atau peristiwa yang telah mereka alami. Pada tahap ini, disarankan agar beberapa siswa memberikan penjelasan tentang apa yang dialami. Dengan demikian, akan diperoleh beberapa penjelasan yang satu sama lain dapat saling mendukung sehingga menghasilkan suatu penjelasan yang lengkap.
5)
Tahap kelima atau tahap terakhir adalah menganalisis proses penelitian yang telah mereka lakukan untuk membuat kesimpulan dan menemukan hasil. Pada tahap ini, penting sekali dilakukan karena kita menginginkan agar siswa menyadari betul proses penelitian yang dilakukan secara sistematis.
8
Mulyasa (2005:235) mengemukakan bahwa secara umum langkah-langkah proses inkuiri adalah menyadarkan keingintahuan sesuatu, mempergunakan suatu jawaban, menarik kesimpulan, dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti serta menggunakan kasimpulan untuk menganalisa data baru. Menurut Suwarso (2010), langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai berikut: 1)
Memperkenalkan masalah. Pada tahap ini guru memberikan suatu masalah yang akan diselesaikan.
2)
Mengumpulkan data. Pada tahap ini diharapkan semua siswa bertanya kepada guru. Jika siswa mendapat kesulitan, maka guru harus membantunya dengan memberikan suatu pernyataan yang berhubungan dengan tahap pertama.
3)
Analisis data. Pada tahap ini siswa bekerja secara individu atau secara kelompok.
4)
Membuat hipotesa.
5)
Menguji hipotesa.
6)
Membuat kesimpulan. Pada tahap ini siswa baik secara individu atau kelompok mampu membuat kesimpulan. Kemudian melaporkan hasil diskusi. Menurut Wina Sanjaya (2008), secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan inkuiri dapat mengikuti langkah sebagai berikut: 1)
Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah penting untuk keberhasilan. Pendekatan ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah: a)
Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b)
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
c)
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar
9
2)
Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengambangkan mental melalui proses berpikir. 3)
Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan pikiran kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4)
Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan dalam pendekatan inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5)
Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi terus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6)
Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat guru mampu menunjukkan kepada siswa data mana yang relevan.
10
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2008), ada lima tahap pelaksanaan inkuiri yang dimulai dari fakta sampai terjadinya suatu teori. Lima tahapan tersebut adalah: 1)
Menghadapkan pada permasalahan. Pada tahap ini guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri pada siswa.
2)
Mengumpulkan data dan verifikasi. Pada tahap siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab ya atau tidak.
3)
Pengumpulan data eksperimentasi. Pada tahap ini siswa mengajukan faktor atau unsur baru kedalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda.
4)
Mengorganisir, formulasi dan penjelasan. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya data tersebut telah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya.
5)
Analisis proses inkuiri. Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri. Menurut Richard Suchman dalam Sumiati dan Asra (2009:104) langkah-langkah
melaksanakan metode inkuiri adalah : 1) 2)
Identifikasi kebutuhan siswa Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari. 3) Seleksi materi pembelajaran dan problema atau tugas-tugas. 4) Membantu memperjelas : a. Tugas problema yang akan dipelajari. b. Peranan masing-masing siswa. 5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugastugas siswa. 7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan 8) Membantu siswa dengan informasi/data jika diperlukan. 9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses. 10) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa. 11) Memuji dan memebesarkan siswa yang tergiat dalam proses penemuan. 12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan.
11
Dari kempat pendapat tentang langkah pembalajaran inkuiri tersebut intinya sama, mulai dari memperkenalkna masalah, mengumpukan data, sampai dengan menarik suatu kesimpulan, sehingga dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: 1)
Tahap orientasi
2)
Tahap verifikasi
3)
Tahap eksperimentasi
4)
Tahap merumuskan peristiwa yang terjadi
5)
Tahap analsis proses penelitian. Pada tahap ini siswa membuat kesimpulan dan menemukan hasil. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan pendekatan ini siswa dilatih untuk selalu berfikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh para ahli di atas, mulai dari orientasi, kemudian siswa melakukan verivikasi dan eksperimentasi, siswa mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, narasumber dan penyuluh kelompok. Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan kemampuan berfikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan menyesuaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri. Pada prinsipnya inkuiri adalah permbalajaran yang berpusat pada siswa, maka peran guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai pengambil inisiatif dalam menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara mereka sendiri, dengan demikian diharapkan mereka mempunyai keberanian untuk mengajukan masalah, merespon masalah dan berpikir untuk
12
menyelesaikan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan atau percobaan secara mandiri. Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti memilih pendekatan inkuiri terbimbing, karena guru berperan dalam menetukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, dan siswa menyelesaikan masalah secara diskusi kelompok dan menarik kesimpulan secara mandiri.
2.1.3. Media Pembelajaran 2.1.3.1. Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari kata latin merupakan bentuk jamak medium. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Rudi Susilana (2009:6) memberikan batasan bahwa media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual termasuk teknologi perangkat kerasnya. Rudi Susilana (2009:6) berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar mengajar. Hal ini juga disampaikan oleh Miarso (2009:6) media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar. Rudi dan Cepi Riyana (2009:6) media merupakan alat saluran komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual termasuk teknologi perangkat kerasnya. Menurut Heinick dalam Rudi dan Cepi Riyana (2009:6) media merupakan alat saluran komunikasi. Heinick mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan bercetak, komputer dan instruktur. Menurut Heinick media tersebut dapat dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini Heinick mengaitkan hubungan antara media dengan pesan dan metode. Rudi Susilana (2009:7) menyatakan media pembelajaran selalu terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras dan unsur pesan yang dibawa. Media pembelajaran merupakan peralatan untuk menyampaikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut. Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa (a) media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, (b) materi yang ingin disampaikan adalah
13
pesan pembelajaran, (c) tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, memperhatikan lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran. 2.1.3.2. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran Tujuan penggunaan media pembelajaran menurut Johan Permana dan Mulyani Sumantri (2001:153) bahwa dalam rangka proses belajar mengajar, penggunaan media dimaksud agar peserta didik terlibat dan terhindar dari verbalisme (mengetahui kata-kata yang disampaikan guru tetapi tidak bisa memahami arti atau maknannya. Secara khusus tentunya media memiliki tujuan. Menurut Johan Permana dan Mulyani Sumantri tujuan khusus dari media pembelajaran yaitu: a)
Memberi kemudahan kepada siswa untuk memahami konsep, prinsip dan sikap serta keterampilan tetentu dengan menggunakan media yang tepat menurut karakteristik bahan
b)
Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat siswa
c)
Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media dalam teknologi
d)
Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan oleh siswa
2.1.4. Bahan manipulatif Manipulatif berasal dari manipulasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia seperti buku Qonita Alya (2009:545) manipulasi berarti tindakan mengerjakan sesuatu dengan tangan dan alat-alat mekanis secara terampil. Menurut Gatot Muh Setyo,dkk (2008:2.21), dalam pembelajaran matematika bahan manipulatif yaitu bahan yang dapat “dimainmainkan” dengan tangan dipegang, dipindah-pindah, dipasang, dibolak-balik, diatur/ditata, dilipat/dipotong yang berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit , menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata. Guru dapat berkreasi secara dinamis untuk mampu menyiapkan bahan manipulative dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Bahan-bahan tidak harus
14
mahal karena dapat terbuat dari karton, kertas manila, bungkus makanan, potonganpotongan kayu, lidi, plastik-plastik bekas dan lain-lain.
2.1.5. Belajar dan Hasil Belajar 2.1.5.1. Belajar Menurut Zaenal Aqib (2010:42) belajar adalah suatu bentuk perumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan Susanto (2007:11) belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan serta proses belajar tersebut ditunjukkan secara nyata dan hasilnya dapat terlihat secara nyata. Misalnya seseorang yang sedang belajar membaca, maka dia akan membaca dengan baik dan lancar. Namun keberhasilan belajar tersebut tentunya dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor dari diri seseorang maupun faktor dari lingkungan. Susanto (2007:11) mengemukakan Aktualisasi anak mencapai optimal bukan saja dipengaruhi oleh faktor bakat, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kemampuan intelektual, motivasi, pengetahuan, dan konsep dirinya. Mengenai faktor yang mempengaruhi belajar tersebut diperkuat dengan pendapat Muhibbin Syah (2001:132) yaitu faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, sebagai berikut : (1) faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; (2) faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) (3) faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Dari beberapa pendapat tentang belajar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah segala perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas latihan dan pengalaman. Keberhasilan belajar tersebut dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor diri pribadi seseorang serta faktor dari lingkungan sekitar seseorang ketika belajar. Tentunya faktor-faktor tersebut ada yang mendukung, namun ada pula yang menghambat keberhasilan belajar. Faktor yang mendukung misalnya kesehatan
15
seseorang yang terjaga dengan baik, adanya motivasi yang baik untuk belajar, sumber belajar yang memadai, dan sebagainya. Sedangkan faktor penghambat misalnya kesehatan seseorang yang kurang baik, kurang termotivasi untuk belajar, sumber belajar kurang memadai, dan sebagainya. Belajar matematika adalah kegiatan yang dilakukan seseorang secara terus-menerus mempelajari matematika sehingga terjadi perubahan ke arah positif terhadap dirinya secara permanen tentang konsep matematika. 2.1.5.2. Hasil Belajar Dalam proses belajar-mengajar, hasil merupakan salah satu bentuk atau bukti keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi atas tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, sehingga siswa memiliki kemampuan setelah mengikuti proses dan kegiatan belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyono Abdurrahman (2003:37-38) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan Udin. S.Winataputra (997:2.4) mengemukakan bahwa hasil belajar berupa perubahan perilaku atau
tingkah laku.
Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Perubahan tingkah laku yang dimaksud sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana proses mental dan emosional terjadi. Hasil belajar dalam matematika merupakan contoh hasil belajar sebagai perubahan perilaku terhadap kegiatan atau aktivitas belajar matematika. Mempelajari matematika juga akan terjadi perubahan baik penguasaan konsep maupun keterampilan. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran matematika khususnya nilai tempat pecahan desimal dengan menggunakan abakus diharapkan terjadi perubahan berupa penguasaan konsep tentang nilai tempat pecahan desimal dan juga penguasaan keterampilan menggunakan abakus. Mulyono Abdurrahman (2003:38-40) memandang bahwa hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Berbagai masukan tersebut dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kelompok masukan pribadi (personal inputs) dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan
16
(environmental inputs). Masukan pribadi terdiri dari empat macam, yaitu : (1) motivasi atau nilai-nilai; (2) harapan untuk berhasil; (3) intelegensi dan penguasaan awal; dan (4) evaluasi kognitif terhadap kewajaran atau keadilan konsekuensi. Dari pendapat serta uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari diri peserta didik serta faktor dari lingkungan, baik keluarga maupun masyarakat. Adapun hasil belajar pada penelitian ini adalah menemukan jaring-jaring bangun ruang dengan pola yang berbeda menggunakan media bahan manipulatif dari kertas.
2.2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Budi Suwiji (2012) dengan judul “Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA tentang Perubahan Energi melalui Pendekatan inkuiri”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas belajar IPA tentang perubahan energi yang diupayakan melalui metode inkuiri. Terlihat pada kondisi prasiklus hanya 10% siswa yang kreatif untuk mengajukan pertanyaan setelah ada tindakan berupa aktivitas pembelajaran yang tercermin melalui 3 aspek yaitu rasa ingin tahu, toleransi terhadap resiko dan keterbukaan terhadap pengalaman nampak adanya peningkatan kreativitas siswa pada siklus I mencapai 70%, siklus II 90%. Pada aspek keterbukaan terhadap pengalaman pada siklus I 85% dan pada siklus II naik menjadi 95%. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Mardiana (2011) dengan judul “Penerapan Metode inkuiri Terbimbing dan Media Sederhan untuk Menumbuhkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Kelas 5 SDN Loran Wetan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan minat dan hasil belajar matematika tentang penemuan besarnya ∏ pada lingkaran dengan melakukan pengukuran pada media sederhana yaitu benda-benda yang berbentuk lingkaran. Kegiatan pengukuran yang dilakukan siswa membuat pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan. Pada kondisi prasiklus hanya ada 15% siswa yang memperoleh nilai diatas KKM. Setelah dilaksanakan tindakan siswa yang memperoleh nilai diatas KKM menjadi 82%, dan pada siklus kedua naik menjadi 90%. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani Naniek Sulistya (2010) dengan judul Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS SD dengan Pendekatan inkuiri
17
Melalui Diskusi Kelompok”. Diskusi kelompok merupakan metode yang dipakai dalam pendekatan inkuiri untuk mencapai proses penemuan sendiri. Oleh karena itu, proses penemuan sendiri itu dipandu melalui diskusi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran. IPS SD dapat diupayakan melalui metode pembelajaran diskusi kelompok. Tema yang diberikan dalam diskusi kelompok ini adalah perjuangan para pahlawan. Tema yang ada terdiri dari beberapa sub tema, yang perlu didiskusikan oleh siswa dalam kelompok. Adanya kreativitas ditunjukkan oleh adanya kedinamisan diskusi kelompok artinya dalam diskusi kelompok, siswa saling memberikan pendapat, respon, dan bertanya. Ketika kelompok menentukan kesulitan, kelompok menanyakan kepada guru, sehingga jalannya diskusi lancar. Hal ini ditunjang melalui kelancaran siswa dalam mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Oleh karena itu dalam penelitian ini perlu dikembangkan menjadi penelitian deskriptif yang mendasarkan pada data kualitatif dan pengembangan pendekatan yang sejajar seperti pengembangan untuk pendekatan inkuiri.
2.3. Kerangka Pikir Pembelajaran dengan pendekatan konvensional yang pada umumnya dilaksanakan oleh guru kurang memperhatikan kompetensi siswa. Guru masih dominan sehingga membuat siswa pasif. Siswa tidak diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga tidak memperoleh pengalaman baru untuk membangun sendiri pengetahuannya. Keadaan seperti ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif sehingga kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan paradigma tersebut guru mencoba menerapkan metode inkuiri terbimbing dengan media bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing merupakan sebuah metode yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang kritis, trampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Metode ini berguna menghadapkan siswa menemukan sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan media bahan manipulatif dari
18
plastik berupa potongan-potongan sisi bangun ruang dan kerangka rusuk dari plastik. Dengan diterapkannya metode inkuiri terbimbing bermedia bahan manipulatif akan tercipta situasi pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.
2.4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing bermedia bahan manipulatif diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD
Negeri 1 Jatimulyo semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.