BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Kajian Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan pelaku individu. Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah (2003:13) “belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari pengertian ini dapat penulis pahami bahwa belajar pada dasarnya adalah proses untuk memperoleh hal atau pengetahuan baru sehingga seorang individu bisa mengalami perubahan tingkah laku atau yang lainnya karena pengetahuan atau ilmu yang di peroleh. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sardiman A. M. (2014:21) yang menyatakan bahwa, “belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”. Selanjutnya pengertian belajar menurut Cronbath dalam Sumardi Suryabrata (2006: 231) “Learning is shown by a change in behaviouris a result of experience” belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami
dan
dalam
mengalami
itu
si
pelajar
menggunakan
pancainderanya”. Menurut pendapat ini belajar yang paling baik adalah dengan mengalami atau mempraktikkan apa yang akan di pelajari, karena dengan ini seseorang akan belajar merasakan dan dengan mudah akan 10
11
menanamkan pemahamannya dengan mengalami langsung. Misalnya seseorang akan lebih nyaman bila belajar menggunakan komputer/ laptop dengan langsung mempraktikannya daripada dia hanya belajar teorinya saja. Dari berbagai pendapat dan pengetian belajar diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa belajr merupakan suatu proses perubahan perilaku yang dialami oleh seorang individu, yang mana perubahan perilaku itu terjadi karena pengalaman-pengalaman yang telah dialami oleh seseornag. Perilaku tersebut juga terjadi karena adanya proses interaksi yang berlangsung lama/ terus menerus, dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar maka seorang individu bisa memperoleh perilaku yang berbeda-beda antara satu sama lain. Dengan proses belajar yang baik, maka seseorang bisa memperoleh keterampilan baru, pengetahuan baru, sikap dan nilai yang nantinya hasil belajar yang diperoleh bisa menjadikannya lebih baik dan berguna bagi orang-orang dan lingkungan di sekelilingnya. b. Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu peserta didik. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan guru sebagai pendidik. Dalam kegiatan belajar pasti ada sesuatu yang ingin dicapai yaitu prestasi belajar peserta didik sebagaimana yang diharapkan oleh peserta didik itu sendiri, guru sebagai pendidik dan juga orang tua. Prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar. Namun pada kenyataannya tidak semua peserta didik bisa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan masih terdapat peserta didik
12
yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 162-163) faktor- faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1) Faktor dalam diri individu 2) Faktor lingkungan Hal tersebut memiliki pengertian sebagai berikut: 1) Faktor dalam diri individu Faktor yang ada dalam diri individu ada dua yaitu: a) Faktor jasmaniah, mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda. Kondisi fisik meliputi kelengkapan dan kesehatan alat indra. Alat indra yang penting dalam proses belajar adalah penglihatan dan pendengaran. Seseorang yang memiliki penglihatan atau pendengaran yang kurang baik akan berpengaruh kurang baik juga terhadap usaha dan hasil belajarnya, karena kesehatan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan belajar. b) Faktor
rohaniah,
mencakup
kondisi
kesehatan
psikis,
kemampuan – kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari tekanantekanan batin yang mendalam, gangguan – gangguan perasaan, kebiasaan – kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi/ stress atau konflik –konflik psikis. 2) Faktor lingkungan Faktor lingkungan meliputi dua macam yaitu:
13
a) Faktor lingkungan Sosial Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah juga memiliki peranan penting dalam perkembangan belajar para peserta didik. Sekolah yang kaya akan aktivitas
dan
memiliki
kegiatan
baik
kurikuler
maupun
ekstrakurikuler akan mendorong para peserta didik untuk dapat berperan aktif juga di dalamnya. Begitu juga kondisi masyarakat di lingkungan yang bersih, kondusif dan tertata rapi, semuanya dapat menjadi pendorong dalam kegiatan belajar peserta didik. b) Faktor lingkungan Non- sosial Faktor yang termasuk dalam lingkungan non sosial adalah rumah tempat tinggal peserta didik dan letaknya, alat – alat belajar, gedung sekolah dan letaknya, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. Khusus mengenai waktu yang biasanya digunakan untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. biggers berpendapat bahwa belajar seperti pagi hari lebih efektif dari pada belajar pada waktu – waktu lainnya. Menurut penelitian beberapa ahli gaya belajar (learning style), hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada waktu yang cocok dengan kesiapan peserta didik. c. Macam- Macam Prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian
dan
motivasi,
keaktifan,
keterlibatan
langsung/
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
14
1) Perhatian dan Motivasi Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlakukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan seharihari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri dalam Cepi Riyana, dkk (2011: 22) bahwa, “motivation is the concept we use when we describe the force on or within an organism to intiate and direct behavior”. Motivasi dapat merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnyaa intelegensi dan prestasi belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan. Motivasi erat kaitannya dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya. 2) Keaktifan Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dowey dalam Cepi Riyana, dkk (2011: 23) mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar hanya pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
15
mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan- keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegaiatan psikis misalnya menggunakan khazanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain. 3) Keterlibatan langsung Menurut Edgar Dale dalam Cepi Riyana, dkk (2011: 24) bahwa dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam cone experience atau kerucut pengalaman, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan peserta didik secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru/ pendidik bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian
perolehan
pengetahuan,
dalam
penghayatan
dan
16
internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada
saat
mengadakan
latihan-
latihan
dalam
pembentukan
keterampilan. 4) Pengulangan Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih dayadaya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike dalam Cepi Riyana, dkk (2011: 25) mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan- pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons belajar. Pada teori psikologi conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang dikondisikan, misalnya peserta didik berbaris masuk ke kelas, sepeda motor berhenti pada saat lampu merah. 5) Tantangan Teori Medan (field theory) dari Kurt Lewin dalam Cepi Riyana, dkk (2011: 25) mengemukakan bahwa “siswa atau peserta didik dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis”. Dalam situasi peserta didik menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan
17
motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan. 6) Balikan dan Penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B. F. Skinner dalam Cepi Riyana, dkk (2011: 25). Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike. Siswa belajar sungguh- sungguh dan mendapatkan nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. 7) Perbedaan individu Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah saat ini kebanyakan kurang memerhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan
yang
kurang
lebih
sama,
demikian
pula
dengan
pengetahuannya. Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
18
a) Penggunaan metode atau strategi belajar- mengajar yang bervariasi, b) Penggunaan metode instruksional, c) Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak- anak yang kurang, d) Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa. d. Tipe Gaya Belajar Menurut Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana (2011: 33), ada beberapa tipe gaya belajar yang harus dicermati oleh guru, yaitu: gaya belajar visual (visual learner), gaya belajar autitif (auditory learner) dan gaya belajar kinestetik (tactual learner). Gaya belajar tersebut memiliki penekanan-penekanan masing-masing, meskipun perpaduan dari ketiganya sangatlah baik, tetapi pada saat tertentu siswa akan menggunakan salah satu saja dari ketiga gaya belajar tersebut. 1) Tipe Belajar Visual (Visual Learner) Visual learner adalah gaya belajar di mana gagasan, konsep, data dan informasi lainnya dikemas dalam bentuk gambar dan teknik. Siswa yang memiliki tipe belajar visual memiliki interes yang tinggi ketika diperlihatkan gambar, grafik, grafis organisatoris, seperti jaring, peta konsep dan ide peta, plot, dan ilustrasi visual lainnya. Beberapa teknik yang digunakan dalam belajar visual untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan belajar, lebih mengedepankan peran penting mata sebagai penglihatan (visual). Pada gaya belajar ini dibutuhkan banyak model dan metode pembelajaran yang digunakan dengan menitikberatkan pada peragaan. Media pembelajarannya adalah objekobjek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
19
menunjukkan
alat
peraganya
langsung
pada
siswa
atau
menggambarkannya di whiteboard atau papan tulis. Bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya juga sangat penting peranannya untuk menyampaikan materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar- gambar di otak dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan- tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, CD interaktif, digital content, dan video (MTV). Di dalam kelas, anak visual
lebih
suka
mencatat
sampai
detail-
detailnya
untuk
mendapatkan informasi. 2) Tipe Belajar Auditif (Auditory Learner) Auditory learner adalah suatu gaya belajar di mana siswa belajar melalui mendengarkan. Siswa yang memiliki gaya belajar auditori akan mengandalkan kesuksesan dalam belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), oleh karena itu guru sebaiknya memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan penjelasan apa yang dikatakan guru. Anak dengan belajar tipe auditori dapat mencerna makna yang disampaikan oleh guru melalui verbal simbol atau suara, tinggi rendahnya, kecepatan berbicara dan hal- hal auditori lainnya. Anak- anak seperti ini dapat menghafal lebih cepat melalui membaca teks dengan keras atau mendengarkan media audio. 3) Tipe Belajar Kinestetik ( Tactual Learner) Tactual learner siswa belajar dengan cara melakukan, menyentuh, merasa, bergerak, dan mengalami. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik mengandalkan belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan tindakan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas
20
dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar seperti ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Oleh karena itu, pembelajaran yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang lebih bersifat kontekstual dan praktik. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran perlu suatu proses yang melibatkan potensi siswa secara keseluruhan, yaitu potensi pendengaran, penglihatan, dan gerak motorik. Dari kolaborasi ketiga potensi tersebut terlibat aktif baik secara fisik maupun secara psikologis. Guru harus dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar, sehingga belajar menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan serta tidak membosankan. Kreativitas guru sangat dibutuhkan untuk mengkolaborasikan berbagai metode atau multimetode, multistrategi, multimodel, multimedia, dan aktivitas belajar sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga siswa memiliki kesempatan yang luas untuk beraktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang dapat mengakses ketiga tipe gaya belajar tersebut adalah pembelajaran yang berorientasi aktivitas siswa dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dan media pembelajaran. Jadi, pembelajaran boleh saja dilakukan secara klasikal tapi sentuhannya harus individual, artinya guru harus menyentuh siswa yang auditif dengan ceramah dan penjelasan guru, bagi siswa yang visual, guru menggunakan berbagai alat dan media pembelajaran seperti media gambar, poster, OHP, LCD, CD interaktif, digital content dan media visual lainnya, sedangkan yang tipenya kinestik guru harus menyentuhnya dengan pengalaman langsung seperti praktik, laboratorium, eksperimen, role playing, peragaan, observasi, dan unsur kinestik lainnya.
21
e. Prestasi Belajar Belajar
yang
efektif
dapat
membantu
siswa
untuk
meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana, dan prasarana belajar yang memadai. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Tulus Tu’u (2004: 75),
“prestasi
belajar
adalah
penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan bahwa, “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun keterangan yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh akan membentuk kepribadian siswa, memperluas pengetahuan dan wawasan siswa, dan meningkatkan kemampuan siswa. Bertolak dari hal tersebut maka siswa yang aktif melaksanakan kegiatan dalam pembelajaran
akan
memperoleh
banyak
pengalaman.
Dengan
demikian siswa yang aktif dalam pembelajaran akan banyak pengalaman dan prestasi belajarnya meningkat. Sebaliknya, siswa yang tidak aktif akan minim/ sedikit pengalaman sehingga dapat dikatakan prestasi belajarnya tidak meningkat atau tidak berhasil.
22
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam bentuk simbol (angka nilai) setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. f. Pengertian Prestasi Belajar Sosiologi 1) Pengertian sosiologi Pada dasarnya sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena sosial yang ada di masyarakat. Di bawah ini merupakan pengertian sosiologi menurut para ahli, yaitu: a) Pitrim A. Sorokin dalam Idianto Mu’in (2004: 11) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala – gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, moral, agama dan keluarga) maupun gejala – gejala non sosial (misalnya gejala biologis dan georgrafis). Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik dari berbagai macam gejala – gejala yang ada di masyarakat. Dengan mempelajari sosiologi kita dapat memahami kondisi yang ada di masyarakat. b) Menurut F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff dalam Soerjono Soekanto (2012: 20) menyatakan bahwa, “sosiologi adalah suatu penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial”. Dari pendapat ini dapat dimaksudkan bahwa sosiologi adalah suatu penelitian ilmiah terhadap gejala interaksi antara masyarakat yang satu dengan yang lain akan membentuk suatu organisasi. Dalam organisasi tersebut interaksi – interaksi yang terjadi antara orang yang satu dengan orang lain akan diamati secara teliti.
23
Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa sosiologi adalah suatu penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial yang juga mempelajari hubungan timbal balik antara hubungan gejala – gejala sosial dan non sosial yang ada pada masyarakat. 2) Prestasi belajar sosiologi Prestasi belajar merupakan hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kompetensi belajarnya. Prestasi belajar siswa akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam bentuk simbol, huruf, angka maupun kalimat. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antar manusia yang saling berinteraksi dan membentuk kelompok sosial. Selain itu, sosiologi juga mempelajari struktur sosial yang ada di masyarakat. Dapat peneliti simpulkan bahwa prestasi belajar sosiologi adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar sosiologi dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar siswa akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dengan bentuk simbol, huruf, angka, maupun kalimat yang diberikan guru dalam mempelajari ilmu tentang hubungan antar manusia yang saling berinteraksi yang dapat membentuk organisasi sosial dan juga mempelajari gejala – gejala yang ada di masyarakat. g. Fungsi Prestasi Belajar Menurut Slameto (2010: 12), prestasi semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena beberapa fungsi utama prestasi belajar antara lain:
24
1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik, 2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kegiatan anak didik dalam suatu program pendidikan, 3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan IPTEK dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan, 4) Sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak merupakan masalah utama dan pertama, karena anak didik diharapkan dapat menyerap materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Jika dilihat dari beberapa fungsi, fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator dalam keberhasilan bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Disamping itu, prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu mengadakan diagnosis, bimbingan atau penempatan anak didik. Kegunaan prestasi belajar diantaranya adalah sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar, untuk keperluan diagnosis, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, seleksi, penempatan, isi kurikulum maupun dalam menentukan kebijaksanaan sekolah.
25
2. Kajian Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Seringkali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Apa motifnya si A itu rajin membaca, apa motifnya si B itu rajin mengikuti kegiatan sosial, apa motifnya si C rajin berolahraga, dan begitu seterusnya. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/ mendesak. Menurut Azwar (2000: 15), “motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Pengertian motivasi juga disampaikan oleh Mulyasa (2003: 112), “motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kea rah tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Mc. Donald dalam Sardiman A. M. (2014:73), “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap
adanya
tujuan”.
Dari
pengertian
yang
dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu:
26
(1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ “feeling” afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menemukan tingkah-laku manusia, (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang peserta didik, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia sedang sakit, lapar, mengantuk, atau mungkin media dalam pembelajaran di kelas tidak menarik dan lainlain. Hal ini berart pada diri anak tidak terjadi perubahan energy, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan
27
daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian mendorong peserta didik tersebut supaya mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, peserta didik perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. b. Pengertian Motivasi Belajar Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) berpendapat bahwa, “Motivasi belajar adalah sesuatu kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar”. Dalam kegiatan belajar, menurut Sardiman A. M. (2012: 75) motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non- intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energy untuk melakukan kegiatan belajar. Dapat diibaratkan misalnya seseorang itu mengahdiri suatu ceramah, tetapi karena ia merasa tidak tertarik pada materi yang diceramahkan, maka ia juga tidak akan memperhatikan apalagi mencatat isi ceramah tersebut. seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial. Seorang
28
siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Sehubungan dengan ini, maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja menyalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat dari kegiatan siswa untuk berbuat/ belajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi. c. Fungsi Motivasi Dalam Belajar Dengan mantapnya di siang hari yang terik, si abang becak mengayuh becak untuk mengangkut penumpangnya, demi mencari uang untuk anak isterinya. Dengan semangatnya seorang polisi lalu lintas mengatur jalanan kota yang ramai oleh kendaraan. Berjam- jam tanpa mengenal lelah para atlet badminton itu berlatih untuk menghadapi babak final dalam kejuaraan bergengsi di dunia. Para pelajar mengurung dirinya dalam kamarnya untuk belajar, karena akan menghadapi ujian pada esok harinya. Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing- masing pihak itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu atau secara umum dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan suatu kegiatan/ pekerjaan. Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi dlam belajar. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pembelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa dan juga memengaruhi kegiatan seperti yang di singgung pada uraian diatas. Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman A. M. (2014: 85), yaitu:
29
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk menonton televisi atau membaca komik, sebab tidak sesuai dengan tujuan. Selain itu, ada juga fungsi- fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. d. Macam- Macam Motivasi Berbicara tentang macam- macam motivasi, menurut Sardiman A. M (2014: 86) ada empat macam, yaitu: 1) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a) Motivasi intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
30
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seorang siswa yang gemar membaca, ia tidak perlu disuruh untuk mencari- cari buku dan membacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa belajar karena betul- betul ingin mendapat pengetahuan, ilmu, nilai, atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain- lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. b) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang atau dorongan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dnegan harapan mendapatkan nilai bagus, sehingga akan dipuji oleh teman- temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak sesuai dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan
31
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. 2) Motivasi jasmaniah dan rohaniah Motivasi jasmaniah seperti refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk dalam motivasi rohaniah adalah kemauan. Kemauan itu terbentuk melelui momen seperti momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, dan momen terbentuknya kemauan. 3) Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis a) Motif atau kebutuhan organis meliputi kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. b) Motif- motif darurat meliputi dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, dan untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar. c) Motif- motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif – motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. 4) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya a) Motif – motif bawaan. Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir. Sebagai contoh dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja dan dorongan untuk istirahat. Motif- motif ini seringkali disebut motif – motif yang disyaratkan secara biologis. b) Motif – motif yang dipelajari. Motif ini timbul karena dipelajari. Sebagai contoh dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat, dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu
32
pengetahuan. Motif – motif ini seringkali disebut dengan motif – motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain. e. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Yusuf (2009: 23) menyatakan terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Diuraikan sebagai berikut: 1) Faktor Internal (yang berasal dari diri individu) a) Faktor fisik Faktor fisik yang dimaksud meliputi: nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi – fungsi fisik (terutama panca indera). Kekurangan gizi atau kadar makanan akan mengakibatkan kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah, dan sebagainya. Kondisi fisik yang seperti ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa di sekolah. Dengan kekurangan gizi, siswa akan rentan terhadap penyakit, yang menyebabkan menurunnya kemampuan belajar, berfikir, atau berkonsentrasi. Keadaan fungsi- fungsi jasmani seperti panca indera (mata dan telinga) dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi proses belajar. Panca indera yang baik akan mempermudah siswa dalam meniti proses belajar di sekolah b) Faktor Psikologis Faktor psikologis berhubungan dengan aspek – aspek yang mendorong atau menghambat aktivitas belajar pada siswa. Faktor yang mendorong aktivitas belajar adalah sebagai berikut: (1) Rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia (lingkungan ) yang lebih luas, (2) Sifat kreatif dan keinginan untuk selalu maju,
33
(3) Keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru, dan teman –teman, (4) Keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru, (5) Keinginan untuk mendapat rasa aman apabila menguasai pelajaran, (6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari proses belajar. Sedangkan faktor psikis yang menghambat adalah sebagai berikut: (1) Tingkat kecerdasan yang lemah, (2) Gangguan emosional, seperti: merasa tidak aman, tercekam rasa takut, cemas, dan gelisah. (3) Sikap dan kebiasaan belajar yang buruk, seperti: tidak menyukai mata pelajaran tertentu, malas belajar, tidak memiliki waktu belajar yang teratur, dan kurang terbiasa membaca buku mata pelajaran. Kedua faktor yang telah dipaparkan merupakan faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. 2) Faktor eksternal (yang berasal dari lingkungan) a) Faktor non – sosial Faktor non – sosial yang dimaksud, seperti: keadaan udara, (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar. Ketika semua faktor dapat saling mendukung maka proses belajar akan berjalan dengan baik b) Faktor sosial
34
Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, dan orang tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara yang menyenangkan, seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat dirumah siswa tetap mendapat perhatian dari orang tua, baik perhatian material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna membantu dan mempermudah siswa belajar di rumah. Motivasi belajar memiliki peran yang penting dalam mendorong kesuksesan belajar pada siswa. Guru sebagai pendidik perlu melakukan upaya untuk mendorong semangat siswa dalam belajar. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi Beberapa rumusan tentang faktor penyebab motivasi belajar dapat ditemukan dalam berbagai jurnal penelitian. Menurut Grolnick dan Ryan, 1989: Rigby et al., 1992 (Farozin, 2011: 48) dukungan pribadi dari orang tua merupakan aspek praktis, dimana orang tua membantu anak untuk belajar menyelesaikan masalah (problem solving), membicarakan tentang kepercayaan diri yang mereka miliki tentang kemampuannya, serta mendorong anak untuk mengembangkan ide an opini mereka. Pada proses pendidikan, motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan dengan adanya: guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling/ konselor, pimpinan sekolah, dan semua komponen
35
sekolah yang mendukung kegiatan belajar siswa, metode pembelajaran yang sesuai, materi pelajaran yang diberikan sesuai dengan seharusnya dipelajari dan dikuasai siswa, dan penggunaan media pembelajaran. 3. Kajian Tentang Pemanfaatan Media Video a. Pengertian Media Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi (Cangara, 2006: 119), “media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak”. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia,
maka
media
yang
paling
dominasi
dalam
berkomunikasi adalah pancaindera manusia seperti mata dan telinga. Criticos dalam Daryanto (2010:5) berpendapat bahwa, “Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan”. Sedangkan menurut Heinich dalam Cepi Riyana, Dr. Rusman dan Dr. Deni Kurniawan (2011: 169) “media merupakan alat saluran komunikasi. Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer, dan instruktur”. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan – pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini terlihat antara media dengan pesan dan metode (method). Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. National Education Association (NEA) atau Asosiasi Teknologi dan Komunikasi
36
Pendidikan Amerika (Sadirman dkk, 2002: 6) mendefinisikan: “media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi”. Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa media adalah alat, sarana, perantara, dan penghubung untuk menyebar, membawa, atau menyampaikan sesuatu pasan (message) dan gagasan kepada penerima. b. Pengertian Media Pembelajaran Media salah satu alat komunikasi dalam menyampaikan pesan tentunya bermanfaat jika diimplementasikan ke dalam proses
pembelajaran.
Heinich
dkk
(Arsyad,
2010:4)
mengemukakan media pembelajaran sebagai berikut: “Batasan medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan – bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan – pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud – maksud pengajaran, maka media itu disebut media pembelajaran”. Media pembelajaran ini salah satu komponen proses belajar mengajar yang memiliki peranan sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar hal tersebut dengan pendapat Gagne dalam Muhammad Ali (2014: 69), menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar”, seperti yang telah dikemukakan Gagne, penggunaan media pembelajaran juga dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar dikuatkan oleh pendapat Miarso (2004: 458) bahwa “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
37
menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses
belajar
yang
disengaja,
bertujuan,
dan
terkendali”. Media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran; media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak ataupun pandang dengar termasuk teknologi perangkat keras. Pada awal sejarah pembelajaran, media hanya sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran. Berbeda dengan saat ini, kehadiran media pembelajaran juga dapat memberikan dorongan, stimulus maupun pengembangan aspek intelektual maupun emosional siswa. Pada awalnya alat bantu yang digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman melalui indera lihat untuk mecapai tujuan pembelajaran. Dapat memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan belajar berpikir tingkat tinggi. Kemudian dengan berkembangnya teknologi, khususnya teknologi audio, pada pertengahan abad ke- 20 lahirlah alat bantu audio visual yang terutama menggunakan pengalaman konkret untuk menghindari verbalisme. Hakikatnya media pembelajaran sebagai wahan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber pesan diteruskan pada penerima. Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran atau sejumlah kompetensi yang telah dirumuskan, sehingga dalam prosesnya memerlukan media sebagai subsistem pembelajaran.
38
Dari
penjelasan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
pemanfaatan media harus terencana dan sistematik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kehadiran media sangat membantu siswa untuk memahami suatu konsep tertentu yang sulit dijelaskan dengan bahasa verbal, dengan demikian pemanfaatan media sangat tergantung pada karakteristik media dan kemampuan pengajar maupun siswa memahami cara kerja media tersebut, sehingga pada akhirnya media dapat dipergunakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. c. Fungsi Media Pembelajaran Fungsi media dalam proses pembelajaran cukup penting dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama membantu siswa untuk belajar. Dua unsur yang sangat penting dalam
kegiatan
pembelajaran,
yaitu
metode
dan
media
pembelajaran. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain. Pemilihan suatu metode akan menentukan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam pembelajaran tersebut, media pembelajaran
tidak
serta
merta
digunakan
dalam
proses
pembelajaran, perlu analisis terlebih dahulu sebelum media pembelajaran dipakai dalam proses pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2011: 49) fungsi media pembelajaran yaitu: 1) Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, 2) Penggunaan media merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran, 3) Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran,
39
4) Penggunaan
media
dalam
pembelajaran
adalah
untuk
mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahami materi yang disajikan oleh guru dalam kelas, 5) Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pendidikan. Selain itu, menurut Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana (2011: 172) media pembelajaran juga memiliki manfaat dalam pembelajaran diantaranya adalah: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2) Materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik, 3) Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata – mata komunikasi verbal mealalui penuturan kata – kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jika guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran, 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain – lain. Penggunaan
media
pembelajaran
pada
tahap
orientasi
pembelajaran akan sangat membantu dalam menyampaikan pesan dan isi pelajaran serta memberikan makna yang lebih dari proses pembelajaran sehingga memotivasi peserta didik untuk meningkatkan proses belajarnya.
40
d. Pengertian Media Video Video merupakan suatu media yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual, maupun berkelompok (Daryanto, 2010: 86). Pada pembelajaran massal (mass instruction), manfaat video sangat terasa. Bisa dibayangkan saat mengajar 100 orang siswa dalam suatu ruangan besar, hanya dengan bantuan white board dan spidol. Visualisasi ataupun tulisan di white board ukurannya tetap, tidak dapat diperbesar ataupun diperkecil. Sedangkan pada video, ukuran tampilannya sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, yaitu dengan cara mengatur jarak antara layar untuk tampilan dengan alat pemutar video (video player). Arsyad (2010: 36) mengemukakan bahwa video merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah alur, dengan pesan – pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk. Media video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis media audio visual aids (AVA), yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Menurut Heinich, Molenda, Russel dalam Dr. Rusman dkk (2011: 218) video diartikan sebagai berikut: The primary meaning of video is the display of pictures on a television type screen (the latin word video literally means “I see” Any media format the employs a chatode-ray screen to present the picture portion of the massage can be reffered to as video. Apabila diterjemahkan dapat diartikan sebagai tampilan dari berbagai gambar dalam sebuah televisi atau sejenis layar.
41
Dalam bahasa latin video diartikan sebagai “Saya lihat (I see)”. Setiap format video cassete recorder (VCR) yaitu media audio visual gerak yang perekamnya dilakukan dengan menggunakan kaset video, dan penayangannya melalui pesawat televisi. Pancaran gambar yang bercahaya dari sebuah tampilan video ternyata tersusun dari titik- titik yang sangat rapat dan ditampilkan pada sebuah layar. Seperti halnya film, berbagai frame video tersebut pada dasarnya adalah gambar diam. Hanya saja, pergantian setiap frame ke frame selanjutnya itu berlangsung sangat cepat, sehingga berbagai frame tersebut terlihat sebagai gambar yang bergerak. Hal ini berlangsung secara terus menerus hingga mampu menciptakan daya lihat yang menakjubkan dari sebuah tampilan video dibuat dengan cara direkam dengan magnetik pada sebuah pita video seperti halnya perekaman audio. Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung. Disamping itu, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, hal ini karena karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada siswa, disamping suara yang menyertainya. Sehingga, siswa merasa seperti berada disuatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan video. Seperti yang diketahui bahwa tingkat retensi (daya serap dan daya ingat) siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat secara signifikan apabila proses dalam memperoleh informasi awalnya lebih besar melalui indera pendengaran dan pengliatan. Media video menurut Daryanto (2010: 88) adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Program video dapat dimanfaatkan
dalam
program
pembelajaran,
karena
dapat
42
memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada siswa, selain itu juga program video dapat dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu. Kemampuan terutama
efektif
video untuk
dalam membantu
memvisualisasikan guru
sebagai
materi pendidik
menyampaikan materi yang bersifat dinamis. Materi yang memerlukan visualisasi seperti halnya gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah, maupun suatu lingkungan tertentu adalah paling baik disajikan melalui pemanfaatan media video. Misalnya dalam mata pelajaran Sosiologi, materi yang disampaikan adalah mengenai perubahan sosial. Dalam video perubahan sosial akan terlihat jelas perubahan- perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga materi akan terlihat detail dan dramatis apabila hal tersebut divisualisasikan melalui media video. e. Kelebihan dan Kelemahan Media Video 1) Kelebihan Media Video Menurut Pramono (2008: 9), media video memiliki banyak kelebihan, antara lain: a) Memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena atau kejadian, b) Sebagai bagian terintegrasi dengan media lain, seperti teks atau gambar, video dapat memperkaya pemaparan, c) Pengguna dapat melakukan replay pada bagian – bagian tertentu untuk melihat gambaran yang lebih focus, d) Sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku,
43
e) Kombinasi video dan audio dapat lebih efektif dan lebih cepat menyampaikan pesan dibandingkan dengan media teks. Kelebihan video lain dikemukakan oleh Heinich, dkk dalam Dr. Rusman, dkk, (2011: 222) sebagai berikut: a) Bergerak, sifat – sifat yang nyata pada video dalam proses pembelajaran,
adalah
kemampuannya
untuk
memperlihatkan gerakan – gerakan. Hal ini membuat video lebih menguntungkan dari media lain. b) Proses, video dapat menyajikan suatu proses dengan lebih tepat guna (efektif) disbanding dengan media lain, c) Pengamatan yang baik, video memungkinkan adanya pengamatan yang baik terhadap suatu keadaan/ peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung, dapat dilihat/ diamati secara baik dan meyakinkan, d) Kemampuan belajar, menurut hasil penelitian terbukti bahwa
video
sangat
berguna
untuk
mengajarkan
keterampilan, karena kemungkinan adanya pengulangan sehingga suatu keterampilan bisa dipelajari secara berulang – ulang juga, e) Dramatisasi, kemampuan video untuk mendramatisasi peristiwa – peristiwa dan situasi yang membuatnya cocok bagi pembelajaran dalam bidang ilmu- ilmu sosial dan masalah – masalah kemanusiaan, f) Domain efektif, karena memiliki dampak emosional yang tinggi/ besar, video sangat cocok untuk mengajarkan masalah – masalah yang menyangkut domain efektif,
44
g) Memecahkan masalah (problem solving), suatu episode video dapat digunakan secra tepat guna dalam situasi pembelajaran yang menekankan pada proses pemecahan masalah, h) Pemahaman budaya, kita dapat mengembangkan suatu saluran penghargaan untuk budaya lain dengan melihat lukisan video dan film tentang kehidupan sehari – hari masyarakat lain, i) Pemahaman yang sama, dengan mengamati program video atau film together, suatu kelompok yang berlainan dapat membangun suatu basis bersama untuk mendiskusikan suatu masalah dengan kecenderungan yang sama. 2) Kelemahan Media Video Menurut Rasiman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana (2011: 221), selain memiliki kelebihan, video juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah: (a) Jangkauannya terbatas, (b) Sifat komunikasinya satu arah, (c) Gambarnya relative kecil, (d) Kadangkala terjadi distorsi gambar dan warna akibat kerusakan atau gangguan magnetik. Selain itu, keterbatasan lain yang dimiliki oleh media video adalah: (a) Keterbatasan daya rekam setelah piringan video ini mengalami proses perekaman tidak akan dapat dipakai ulang lagi untuk diganti isinya, (b) Biaya pengembangan untuk menyiapkan format piringan video ini relative memerlukan biaya yang cukup besar,
45
(c) Keterbatasan
sekuel
dari
gambar
bergerak
yang
ditampilkan. Lebih dari 54.000 frame yang diam dapat ditampung oleh format piringan video, namun hanya dapat ditampilkan dalam bentuk gambar bergerak dalam waktu 60 menit. Hal ini lebih rendah dari kemampuan yang dapat ditampung oleh sebuah format kaset video. f. Keuntungan Pemanfaatan Media Video dalam Pembelajaran Sangat banyak manfaat atau keuntungan yang didapat dari penggunaan media video dalam pembelajaran. Dalam buku Media Pembelajaran (Arsyad, 2010: 50) disebutkan bahwa terdapat beberapa
keuntungan
utama
menggunakan
media
video,
keuntungan tersebut antara lain: 1) Media video dapat melengkapi pengalaman- pengalaman dasar bagi siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain- lain. 2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang – ulang jika dirasa perlu. 3) Selain
mendorong
dan
meningkatkan
motivasi,
video
menanamkan sikap dan segi – segi afektif lainnya. 4) Video
yang
mengandung
nilai
–
nilai
positif
dapat
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. 5) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung. 6) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok heterogen, maupun perorangan. 7) Dengan kemampuan teknik pengambilan gambar frame demi frame, video yang dalam kecepatan normal memakan satu
46
minggu dalam pembuatan dapat ditampilkan secara singkat dalam beberapa menit saja. Dari
banyak
keuntungan
yang
bisa
didapat
dari
penggunaan video sebagai media pembelajaran tersebut sangat terlihat bahwa guru sebagai pendidik dapat mengambil banyak manfaat dari media video. Video memiliki fitur unik dan khusus yang tidak dimiliki media pembelajaran lain, yaitu mampu menampilkan gerakan slide gambar dengan cepat dimana hal ini sangat menjadi keunggulan media pembelajaran video. Dengan menggunakan media jenis video ini siswa diharapkan dapat memperoleh persepsi dan pemahaman yang sama dan benar, selain siswa dapat menerima materi mata pelajaran. Sedangkan guru diharapkan dapat mengikat kembali dengan mudah berbagai pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari. Media video pembelajaran termasuk ke dalam kategori motion
picture,
video
pembelajaran
dalam
format
disk
dioperasikan dengan menggunakan VCD/ DVD player yang dijalankan dengan disk atau lempengan serta ditampilkan melalui televisi atau LCD atau dapat diputar langsung melalui PC computer. Media jenis ini juga dapat digunakan untuk menyajikan bagian – bagian dari suatu proses dan prosedur secara utuh sehingga memudahkan siswa dalam mengamati dan menirukan langkah- langkah suatu prosedur yang harus dipelajari.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Pada dasarnya, suatu penelitian tidak beranjak dari nol secara murni, akan tetapi pada umumnya sudah ada beberapa penelitian sebagai
47
acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh karena itu, perlu rasanya mengenal penelitian yang terdahulu yang ada relevansinya. Secara umum, teori mengenai prestasi belajar mendasarkan bahwa prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktro yang berasal dari dalam (internal) diri siswa atau peserta didik dan faktor yang berasal dari luar (eksternal) diri siswa. Dalam penelitian ini penulis mengkorelasikan antara pemanfaatan media video dan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X Ilmu Pengetahuan Sosial SMA N 6 Surakarta. Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian pertama oleh Eko Purwanto (2011) dengan judul “Hubungan Antara Pemanfaatan Media Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2010/ 2011”. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara media pembelajaran dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar sosiologi siswa, yakni bahwa Ry(x1,2)= 0.684, p= 0,000 dan F= 16, 224. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggunaan media pembelajaran yang efektif dan dengan adanya motivasi berprestasi yang dimiliki maka akan mendorong anak untuk berprestasi lebih baik dalam belajarnya. Penelitian kedua oleh Wulan Ningrum (2013) dengan judul “ Hubungan Pemanfaatan Situs Google dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Klaten Tahun Pelajaran 2012/ 2013”. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan situs google dan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa, yaitu karena Ry(x1,2)= 0,617 dan
48
p= 0,001. Dengan demikian dapat di pahami bahwa siswa yang dapat memanfaatkan situs google dengan baik dan memiliki motivasi belajar yang tinggi akan dapat meningkatkan prestasi belajar sosiologi dengan maksimal.
C. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran merupakan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan, mengacu pada permasalahan dan kajian teori diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Hubungan antara Pemanfaatan Media Video (X1) dengan Prestasi Belajar (Y) Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung. Disamping itu, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, hal ini karena karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada siswa, disamping suara yang menyertainya. Sehingga, siswa merasa seperti berada disuatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan video. Seperti yang diketahui bahwa tingkat retensi (daya serap dan daya ingat) siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat secara signifikan apabila proses dalam memperoleh informasi awalnya lebih besar melalui indera pendengaran dan penglihatan. Kemampuan video dalam memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu guru sebagai pendidik menyampaikan materi yang bersifat dinamis. Materi yang memerlukan visualisasi seperti halnya gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah, maupun
49
suatu lingkungan tertentu adalah paling baik disajikan melalui pemanfaatan media video Media jenis video ini dapat digunakan untuk menyajikan bagian – bagian dari suatu proses dan prosedur secara utuh sehingga memudahkan siswa dalam mengamati dan menirukan langkah – langkah suatu prosedur yang harus dipelajari. Media video dalam pembelajaran mempermudah siswa untuk dapat memperoleh persepsi dan pemahamna yang sama dan benar, selain siswa dapat menerima materi pelajaran. Dengan begitu
media
video ini adalah salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Hubungan antara Motivasi Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar (Y) Pada kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab- sebabnya. Sebab – sebab itu biasanya bermacammacam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, mengantuk, ada problem pribadi dan lain – lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini memerlukan daya upaya yang dapat menemukan sebab – musababnya kemudian mendorng siswa itu untuk mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan, yaitu belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan atau dorongan supaya tumbuh motivasi pada dirinya atau singkatnya perlu diberikan motivasi. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
50
dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama – sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non- intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Mungkinkah siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Apakah dengan adanya motivasi dalam kegiatan belajar, hasil yang didapatkan akan optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. 3. Hubungan Antara Pemanfaatan Media Video (X1) dan Motivasi Belajar (X2) dengan Prestasi Belajar (Y) Media
video
memiliki
kemampuan
dalam
memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu guru sebagai pendidik menyampaikan materi yang bersifat dinamis. Materi yang memerlukan visualisasi seperti halnya gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah, maupun suatu lingkungan tertentu adalah paling baik disajikan melalui pemanfaatan media video. Misalnya dalam mata pelajaran Sosiologi, materi yang disampaikan adalah mengenai perubahan sosial. Dalam video perubahan sosial akan terlihat jelas perubahan- perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga materi akan terlihat detail dan dramatis apabila hal tersebut divisualisasikan melalui media video. Banyak keuntungan yang bisa didapat dari penggunaan video sebagai media pembelajaran. Dengan menggunakan media jenis video ini siswa diharapkan dapat memperoleh persepsi dan
51
pemahaman yang sama dan benar, selain siswa dapat menerima materi mata pelajaran. Dengan demikian, media video dapat menjadi salah satu motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi sendiri merupakan rangsangan atau dorongan yang berasal dari dalam diri siswa ataupun dari dalam luar diri siswa. Termotivasinya siswa dengan adanya media pembelajaran yang menarik seperti media video ini dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa tentunya prestasi yang semakin baik. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini: Gambar 2.1 Paradigma Penelitian X1
Pemanfaatan Media Video (X1) Prestasi Belajar (Y)
Motivasi Belajar (X2)
X2
52
D. Hipotesis Menurut Sugiyono (2009: 64) “Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji melalui kegiatan penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Untuk itu berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemanfaatan media video dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X IPS SMA Negeri 6 Surakarta. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X IPS SMA Negeri 6 Surakarta. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemanfaatan media video dan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X IPS SMA Negeri 6 Surakarta.