BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Gagne (dalam Siddiq, 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. 1) Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif. 2) Perubahan perilaku Hasil belajar perubahan-perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya. 3) Pengalaman Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antar individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Menurut William James, John Dewey,
James cartel dan Edward
(dalam Winataputra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) tersebut di peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian belajar sepanjang hayat. Slameto (dalam Kurnia, 2007: 1-3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan bantuan guru dalam mencapai tujuannya. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
7
8
Pihak-pihak yan terlibat dalam pembelajaran adalah guru dan siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah guru dan siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui guru dan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian,isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.
2.1.2 Hasil Belajar Menurut Gagne ( dalam Dimyati 1999:10-12) memaparkan bahwa hasil belajar terdiri dari informasi verbal yang berupa pengetahuan, ketrampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Untuk mengetahui seberapa penyampaian hasil belajar yang diperoleh individu (siswa) harus dilakukan suatu penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan degan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrument test maupun non test.
9
Berdasarkan paparan di atas dapat di simpulan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku pada subyek belajar yang diinginkan, setelah proses kegiatan belajar dilalui dan dapat dilihat tingkat keberhasilan melalui penilaian dengan tes maupun non test. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Robert M. Gagne, membagi lima hasil belajar yaitu: a)
Kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu.
b) Strategi Kognitif: menghasilkan suatu pemecahan. c)
Informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral.
d) Keterampilan motoris: melaksanakan/menjalankan sesuatu dan e)
Sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu. (Sudjana, 2004 : 14). Dari berbagai ahli pendidikan di atas, yang paling populer dan sering
dipakai di Indonesia adalah klasifikasi hasil belajarnya Benyamin S. Bloom yang lebih dikenal “Taxonomi Bloom”. Beliau membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. a.
Aspek Kognitif (cognitive domain) Aspek
kognitif
berkaitan
dengan
hasil
berupa
pengetahuan,
kemampuan dan kemahiran intelektual. Aspek kognitif mencakup kategori berikut: (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), (6) penilaian (evaluation).(Anni, Tri Chatarina, 2008 : 7) b.
Aspek Afektif (affective domain) Taksonomi
tujuan
pembelajaran
afektif,
dikembangkan
oleh
Krathwohl dan kawan-kawan, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. (Anni, Tri Chatarina, 2008 : 8) Tujuan pembelajaran ini berhubungan
10
dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran mencerminkan hirarkhi yang bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori pembelajaran afektif adalah sebagai berikut: (1) penerimaan (receiving), (2) penanggapan (responding), (3) penilaian (valving), (4) pengorganisasian (organization), (5) pembentukan pola hidup (organization by a value complex). (Anni, Tri Chatarina, 2008 : 8-10) c.
Aspek Psikomotorik (psychomotoric domain) Tujuan pembelajaran aspek psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi saraf. Penjabaran aspek psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan kognitif dan afektif. Kategori jenis perilaku untuk aspek psikomorik menurut Elizabeth Simpson adalah sebagai berikut: (1) persepsi (perseption), (2) kesiapan (set), (3) gerakan terbimbing (guided response), (4) gerakan terbiasa (mechanism), (5) gerakan kompleks (complex overt response), (6) penyesuaian (adaptasion), (7) kreativitas (originality). (Anni, Tri Chatarina, 2008 : 10-12)
2.1.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses tiga unsur yang dapat dibedakan
yakni tujuan pengajaran (intruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. (Sudjana, 2004 : 4). Guru sebagai institusi pendidikan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sudah pasti mengharapkan keberhasilan dalam setiap interaksi belajarnya. Namun kenyataannya harapan tersebut tidaklah seratus persen dapat tercapai, karena terdapat banyak faktor yang turut mempengaruhinya. Faktorfaktor tersebut adalah:
11
a.
Faktor guru Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. ( Djamarah, 2005:32) Menurut hasil penelitian Turney, sebagaimana dikutip Syaiful Bahri Djamarah terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah: 1) Keterampilan bertanya 2) Keterampilan memberi peringatan 3) Keterampilan mengadakan variasi 4) Keterampilan menjelaskan 5) Keterampilan membuka dan menutup Keterampilan 6) Keterampilan membimbing kelompok kecil 7) Keterampilan mengelola kelas, serta 8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. ( Djamarah, 2005:99-163)
b.
Faktor Siswa Siswa adalah subyek yang belajar atau disebut pembelajar. Menurut Muhibbin Syah, dalam bukunya berjudul “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam: 1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. (Muhibbin Syah, 2002:132)
12
Sedangkan menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua saja yakni: 1) Faktor intern, di antaranya dipengaruhi oleh: (a) Faktor jasmaniah, di antaranya faktor kesehatan dan cacat tubuh. (b) Faktor psikologis, di antaranya intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. (c) Faktor kelelahan, di antaranya kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2) Faktor ekstern, dipengaruhi oleh: (a) Faktor keluarga, di antaranya cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. (b) Faktor sekolah, yang turut mempengaruhi antara lain: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. (c) Faktor masyarakat, di antaranya dipengaruhi oleh kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. (Slameto, 2003:54-71) Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2004 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004 : 39).
13
c.
Faktor Kurikulum Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahwa kurikulum yang kurang baik akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. (Slameto, 2003:65-66)
d.
Faktor Lingkungan Lingkungan di dalam interaksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat berupa lingkungan fisik (kelas, laboratorium, tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas, laboratorium sekolah) dan lingkungan non fisik (cahaya, ventilasi, suasana belajar, musik latar). Lingkungan yang ada di sekitar siswa baik itu kelas, sekolah, atau di luar sekolah lebih efektif dan efisien. Artinya, lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber belajar yang direncanakan untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif, seperti musik yang digunakan sebagai latar pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung dimaksudkan agar suasana belajar terasa santai, siswa dapat belajar dan siap untuk berkonsentrasi. "Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya" (Muhammad Ali, 2004 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
14
Dari sedikit uraian yang telah penulis paparkan di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks, dan bisa dikatakan sistemik. Artinya tidak boleh dianggap sepele salah satu faktor tersebut. Karena antara satu faktor dengan lainnya saling berhubungan. Dengan demikian maka harus dapat menciptakan suasana yang paling kondusif agar tujuan yang diharapkan dari setiap proses pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut di nyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
2.1.4
Pembelajaran IPA Powler (dalam Winata Putra, 1992:122) menyatakan bahwa IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. Mata pelajaran ini pula di gunakan dalam UN dan UASBN. Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai Obyek, menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah. Menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh. Amin (1987:3) mengatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA (sains) merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu
15
pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan. IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2004:33). Menurut Leo Sutrisno (2007) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul). Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan.Dalam IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).
2.1.5
Metode Pembelajaran Picture and Picture Metode pembelajaran picture and picture (dalam Ras Eko Budi Santoso,
2011) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya memperlajari materi saja, namun siswa juga harus
16
mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan huungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar kelompok selama kegiatan. Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Metode pembelajaran picture and picture ini dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran dan tentunya dengan kemasan dan kreatifitas guru. Sejak di populerkan sekitar tahun 2002, metode pembelajaran ini mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Selama ini hanya guru sebagai aktor di depan kelas, dan seolah-olah guru-lah sebagai satu-satunya sumber belajar. Metode Pembelajaran picture and picture, mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran ini. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT (information comunication technology) dapat menggunakan Power Point atau software yang lain. Selain itu metode pembelajaran ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran Picture and Picture ini adalah : a.
Guru dengan metode inovatif ini akan dapat dengan mudah mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b.
Melatih berpikir logis dan sistematis siswa
c.
Dengan model ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran
d.
Guru hanya sebagai pendamping dalam proses belajar
e.
Proses belajar akan dapat diikuti secara seragam oleh siswa
17
Sedangkan kekurangan dari metode pembelajaran ini adalah : a.
Memakan banyak waktu.
b.
Harus mempersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan dengan model tersebut.
c.
Membutuhkan biaya yang tidak sedikit
d.
Guru dituntut untuk lebih terampil dalam menyajikan gambar sehingga mendorong motivasi siswa untuk belajar aktif Kesuksesan metode pembelajaran ini di ukur dari kelengkapan materi
pelajaran dan dipusatkan media yang digunakan dalam pembelajaran.(Ras Eko Budi
Santoso,
2011
dalam
http://www.ras-eko.co.cc/2011/05/model-
pembelajaran-picture-and-picture.html) Adapun langkah-langkah metode pembelajaran picture and Picture : 1.
Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.
Guru menyajikan materi sebagai pengantar
3.
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar gambar berkaitan dengan materi.
4.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan urutan gambar.
5.
Siswa secara bergantian mengelompokkan/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
6.
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
7.
Dari
alasan/urutan
gambar
tersebut
guru
memulai
menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 8.
Kesimpulan / rangkuman. (lihat Ras Eko Budi Santoso, 2011 dalam http://www.ras-eko.co.cc/2011/05/model-pembelajaran-picture-andpicture.html)
2.2
Kajian Empiris Penelitian ini juga di dasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti terhadap metode pembelajaran picture and picture. Adapun hasil penelitian tersebut antara lain :
18
Menurut Feny Novyanti (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “ Model Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Di Kelas IV SDN 17 Kota Bengkulu”. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata skor 31 dengan kriteria baik dan pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru meningkat menjadi 32 dengan kriteria baik. Untuk aktivitas siswa pada siklus I diperoleh rata-rata skor 23 dengan kriteria cukup dan pada siklus II rata-rata skor aktivitas siswa meningkat menjadi 29,5. Kemudian untuk data hasil tes siklus I mendapat nilai rata-rata 6,33 dengan ketuntasan klasikal 54,77 % dan untuk siklus II diperoleh nilai rata-rata 7,66 dengan ketuntasan belajar klasikal 90,84 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa melalui metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran PKn khususnya di kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu. Dari Analisis data disimpulkan bahwa metode pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 17 Kota Bengkulu. Menurut Deden M. La Ode (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Atue Kabupaten Luwu Timur melalui Metode Pembelajaran Picture and Picture” menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPA setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture dengan nilai ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I 52 % (13 dari 25 siswa yang dapat mencapai KKM (≥63) dan pada siklus II 84 % (21 dari 25 siswa yang dapat mencapai KKM (≥63). Ini berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II setelah penerapan metode pembelajaran picture and picture sebesar 32 %. Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa
metode
pembelajaran picture and picture sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 237 Atue Kabupaten Luwu Timur.
19
2.3 Kerangka Berpikir Jika pembelajaran IPA siswa kelas IV Semester I menggunakan metode picture and picture maka hasil belajar IPA akan meningkat. • Pembelajaran berpusat pada guru • Siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam pembelajaran • Siswa tidak tertarik mempelajari materi • Sebagian besar siswa tidak tuntas dalam pembelajaran • Nilai rendah
Pra Siklus
Guru menggunakan metode pembelajaran picture and Picture dengan langkah-langkah : 1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Tindakan
2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar Siklus I
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar gambar berkaitan dengan materi. 4. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan urutan gambar. 5. Siswa secara bergantian mengelompokkan/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 6. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 7. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Siklus II
Hasil Akhir
8. Kesimpulan / rangkuman.
Kualitas Pembelajaran IPA meningkat
Aktivitas siswa meningkat Ketrampilan guru meningkat Hasil belajar siswa meningkat
Dalam kondisi awal guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA materi simbiosis mutualisme, komensalisme dan parasitisme sehingga kualitas pembelajaran IPA
20
(aktifitas, ketrampilan guru, hasil belajar siswa) rendah. Untuk perbaikan selanjutnya, tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. Dalam metode pembelajaran kooperatif Picture and Picture, guru menggunakan gambar sebagai medianya, sehingga siswa dengan mudah mempelajari IPA terutama pada materi simbiosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme. Dengan menerapkan metode pembelajaran Picture and Picture, maka kualitas pembelajaran IPA (aktivitas siswa, ketrampilan guru, hasil belajar siswa) akan meningkat.
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Penggunaan metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten Pati tahun 2011/2012.
2.5 Indikator Kinerja untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini, dapat dilihat dengan indikator sebagai berikut : 1. Meningkatnya hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten Pati tahun 2011/2012 setelah melakukan tindakan dengan menggunakan metode picture and picture yang ditandai rata-rata nilai hasil nilai sesuai KKM yaitu 65. Dan rata siswa yang mendapatkan nilai tersebut adalah 80 % 2. Adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Slungkep 02 kecamatan Kayen kabupaten Pati tahun 2011/2012 setelah melakukan tindakan dengan menggunakan metode picture and picture pada kategori baik yang mencapai 80%.