BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Hakikat Kosakata Bahasa Inggris a. Pengertian Kosakata Bahasa Inggris Penambahan kosakata pada seseorang secara umum dianggap merupakan bagaian terpenting. Kosakata dari suatu bahasa ada baiknya selalu mengalami perubahan dan berkembang. Suyanto (2008) berpendapat bahwa kosakata atau vocabulary merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa yang memberikan makna bila kita menggunakan bahasa tersebut. Penguasaaan kosakata dan kemampuan membaca bahasa Inggris, kosakata adalah jumlah seluruh kata dalam suatu kalimat bahasa juga termasuk didalamanya kemampuan kata-kata yang telah diketahui dan dapat digunakan seseorang dalam kegiatan berbicara dan menulis.(Susanti, 2002). Anak pada usia 3-5 tahun merupakan saat berkembang pesatnya penguasaan tugas pokok dalam berbicara yaitu menambah kosakata. Menguasai penambahan pengucapan kata dan menggabungkan kata menjadi kalimat. Penguasan kosakata anak meningkat pesat ketika anak belajar kata-kata baru dan arti-arti baru. Anak usia 3-5 tahun umumnya sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosakata. (Hurlock,2006) Salah satu tugas utama dalam belajar berbicara adalah anak harus dapat meningkatkan jumlah kosakata. Anak harus dapat belajar meningkatkan arti dengan bunyi karena banyak kata yang memiliki arti yang lebih dari satu dan sebagian kata yang bunyinya hampir sama, tapi memiliki arti yang berbeda. Peningkatan kosakata dapat dilakukan dengan berbagai macam cara melalui membaca, mendengarkan dan menonton. Umumnya peningkatan kosakata di lembaga pendidikan anak usia dini
7
8
dilakukan dengan menciptakan situasi yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan bahasanya. Kesempatan ini dilakukan melalui kegiatan bercakap-cakap, bercerita dan tanya jawab. Semakin bertambahnya usia memang membuat pemerolehan kosakata seorang anak akan semakin bertambah sesuai dengan pengalaman berbahasa anak tersebut (Hurlock ,2006). Dari adanya beberapa pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kosakata adalah sebuah kata dasar yang dapat dirangkai menjadi satu kalimat yang baru, sehingga dapat lebih dimengerti semua orang dan dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi, mengutarakan pikiran, dan mengutarakan perasaan. Apabila seorang anak mendapatkan pembelajaran bahasa asing sedari dini, maka hal tersebut akan memudahkan mereka untuk mengembangkan kemampuan bahasa asing. Penguasaan kosakata tiap anak akan berbeda-beda tergantung dari bagaimana cara orangtua dan juga lingkungan mempengaruhi mereka. Penguasan kosakata anak meningkat pesat ketika ia belajar kata-kata baru dan arti-arti baru. Anak usia 3-5 tahun umumnya sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosakata. b. Perkembangan Kemampuan Bahasa Anak Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, artinya hampir tidak ada seorang manusia di dunia yang tak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Semua anak dan juga semua manusia dapat dipastikan menggunakan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. (Koentjaningrat,1997). Menurut
kurikulum
pedoman
pengembangan
program
pembelajaran di taman kanak-kanak (2010) menjelaskan bahwa lingkup perkembangan bahasa dalam usia 4-5 tahun, yaitu: (1) Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya), (2) Memahami dua perintah yang diberikan bersamaan, (3) Memahami cerita yang dibacakan, (4) Mengenal perbendaharaan kata mengenal kata sifat.
9
Schaerlaekens (2005), menyebutkan bahwa ada tiga tahap perkembangan kalimat pada anak usia lima tahun pertama yaitu: (1) periode prelingual, (2) periode lingual dini, (3) periode diferensiasi. 1) Periode Prelingual (Usia 0-1 Tahun) Periode prelingual adalah periode yang ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh sebagai cara untuk berkomunikasi dengan orangtuanya. Bayi akan memberikan sebuah respon apabila diberi stimulus, berbagai macam repon akan diberikan oleh bayi tersebut. 2) Periode Lingual Dini ( Usia 1-2,5 Tahun) Periode lingual dini adalah suatu periode perkembangan bahasa anak yang ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat sebuah kalimat dua kata dalam suatu percakapan dengan orang lain. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yang pertama adalah periode kalimat satu kata (holophrase), kedua periode kalimat dua kata, dan yang ketiga adalah periode kalimat lebih dari dua kata (more word sentence). 3) Periode Diferensiasi (Usia 2,5-5 Tahun) Periode diferensiasi adalah suatu periode yang ditandai kemampuan anak untuk menguasai bahasa sesuai dengan hukum tata bahasa yang baik. Cara berkomunikasi dengan orang lain sudah menggunakan
susunan
tata
bahasa
yang
sempurna
yaitu
Subjek,Predikat, dan Objek. Umumnya kalimat pertama yang diucapkan oleh seorang anak terdiri dari kata benda,kata kerja, dan kata sifat. Perpaduan dari kata-kata ini akan memiliki arti yang dapat dimengerti oleh lingkungan sosialnya. Mereka dapat menyatakan sesuatu hal yang dilihatnya seperti yang mereka lihat di televisi atau orang-orang dalam lingkungan rumahnya. Misalnya: tas tatuh (maksudnya adalah tas jatuh) atau dalam bahasa Inggris, misalnya: go bye-bye (artinya; selamat tinggal) atau dolly fall (artinya boneka jatuh) (Dariyo,2001).
10
Pengembangan bahasa adalah salah satu bidang pengembangan yang seharusnya mendapat perhatian lebih, terutama pada anak usia taman kanak-kanak. Anak akan melewati empat lingkup perkembangan bahasa yang harus dikuasai anak pada usia 4-5 tahun yaitu meyimak,memahami dua perintah, memahami cerita, dan mengenal perbendaharaan kata sifat. Sehinga untuk mendapatkan perkembangan bahasa yang optimal, anak usia dini akan melewati tiga tahapan dalam perkembangan kalimat mereka yaitu: (1) periode prelingual, (2) periode lingual dini dan (3) periode diferensiasi (Schaerlaekens, 2005). Setelah mengetahui adanya tiga tahapan pada perkembangan kalimat anak, dapat disimpulkan bahwa anak kelompok A atau setara dengan usia 3-5 tahun masuk kedalam periode diferensiasi. c.
Pengembangan Kosakata Pada Anak Usia Dini
Anak seharusnya belajar mengaitkan arti dengan bunyi dalam proses mengembangangkan kosakata mereka. Karena banyak kata yang memiliki bunyi yang hampir sama tetapi memiliki arti yang berbeda terutama dalam bahasa Inggris., seperti: “rain”, “reign”, dan “rein”, oleh karena itu membangun kosakata jauh lebih sulit dibandingkan dalam proses pengucapan. Anak mempelajari dua jenis kosakata yakni kosakata umum dan kosakata khusus. Peningkatan kosakata pada anak tidak hanya dikarenakan mempelajari kata-kata baru, tetapi dapat juga karena mempelajari arti baru dari kata-kata lama. Seperti awalnya anak mengucapkan kata “orange” dan mengacu pada buah, kemudian mereka mengetahui bahwa arti kata “orange” juga dapat diartikan sebagai warna. (Hurlock, 1978). Kemampuan berbahasa anak akan terus tumbuh. Anak lebih baik kemampuannya dalam memahami dan menginterprestasikan komunikasi lisan dan tulisan. Dalam masa perkembangan bahasa tampak pada perubahan pembendaharaan kata dan tata bahasa. Umumnya anak-anak akan lebih cepat memahami kosakata. Kosakata dan tata bahasa akan
11
berkembang lebih baik lagi, apabila terdapat konteks yang berkaitan dengan dunia anak usia dini. (Izzaty,2008). Terdapat beberapa macam kosakata yang dapat dikuasai seorang anak pada tahap perkembangannya, dapat dilihat pada tabel : Tabel 2. 1 Kosakata Masa Kanak-Kanak No
Kosakata Umum
Kosakata Khusus
1.
Kata benda. Kata yang pertama digunakan oleh anak dan umumnya yang bersuku kata satu dan diambil dari bunyi celoteh yang disenangi. Kata kerja. Setelah anak merasa cukup belajar tentang kata benda selanjutnya mereka mulai mempelajari kata-kata baru. Khususnya yang melukiskan sebuah kegiatan seperti: “beri”, “ambil”, atau “pegang”. Kata sifat. Kata-kata seperti “baik”, “buruk”, “panas”, “dingin”, atau “ “nakal” , akan sering digunakan oleh anak usia 1½ tahun. Biasanya kata tersebut untuk menggambarkan sifat seseorang atau makanan minuman kesukaan mereka. Kata keterangan. Digunakan pada umur kurang lebih 1½ tahun dan pada awalnya kata keterangan yang akan muncul adala seperti: “di sini” dan “ di mana”.
Kosakata warna. Sebagian besar anak mengetahui warna dasar pada usia 4 tahun.
2.
3.
4.
Kosakata waktu. Biasanya pada anak yang berusia 6 atau 7 tahun dapat mengetahui arti dari pagi, siang, malam, hujan, atau musim panas. Kosakata ucapan populer. Anak usia 4-8 tahun terutama pada anak lelaki biasanya menggunakan ucapan yang sedang populer untuk mengungkapkan emosi masingmasing dari mereka. Bahasa rahasia. Bahasa yang paling banyak digunakan oleh anak perempuan setelah berusia 6 tahun untuk berkomunikasi dengan teman mereka.
(Sumber : Elizabeth B. Hurlock 1978)
Adapun sasaran pencapaian kriteria dalam perkembangan kosakata bahasa pada anak usia dini, menurut kurikulum pedoman pengembangan program pembelajaran di taman kanak-kanak (2010) berikut :
adalah sebagai
12
1) Berkomunikasi secara non verbal melalui isyarat, gerakan, dan ekspresi. 2) Bergabung dalam percakapan informal mengenai pengalaman dan mengikuti peraturan percakapan. 3) Menggunakan bahasa untuk mengungkapkan kebutuhan, ide, dan perasaan. 4) Mulai mengenal sajak, bunyi bersajak dalam kosakata yang sudah familiar, bergabung dengan permainan sajak, dan menirukan lagu atau puisi bersajak. 5) Dapat menceritakan kembali isi cerita. 6) Mulai mencermati bunyi awal pada kosakata umum dengan menyadari bahwa pengucapan beberapa kata dimulai dengan cara yang sama. 7) Menunjukkan kemajuan tetap dalam kosakata percakapan. 8) Menjawab pertanyaan dengan tepat. 9) Memusatkan perhatian kepada orang yang sedang berbicara. 10) Mendengarkan serta terlibat dala percakapan dengan teman. Setelah
awal
yang agak
lambat,
anak-anak
menunjukkan
kemampuan untuk menyerap dan memproduksi kata-kata baru dengan pesat. Secara umum, mereka biasanya memproduksi antara 50 sampai 200 kata pada sekitar umur 1;6, dan pada umur 2;0 dapat memproduksi antara 500 sampai 600 kata yang berbeda. Antara periode umur satu sampai dua tahun, anak-anak menambah stok perbendaharaan kata mereka secara reguler. Akan tetapi, perjalanan perkembangan kata-kata anak bisa berbeda antara anak yang satu dan yang lainnya. Kosakata anak berkembang dengan cepat selama usia pre-school (3-6 tahun), bahkan lebih cepat selama mereka di bangku sekolah dasar. Para peneliti memperkirakan bahwa sebelum tingkatan pertama (usia pre-school), anak-anak belajar sekitar 5 kata per hari, tapi pada tingkatan pertama hingga tingkatan ketiga, mereka belajar sekitar 12 kata per hari. Rata-rata kosakata yang dimiliki anak pada tingkat pertama sekitar 10.000 kata, dan 20.000 pada tingkatan ketiga.(Fabes & Martin,2000).
13
Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini memiliki dua jenis kosakata dalam perkembangannya. Kosakata umum adalah kosakata yang memang biasanya sering mereka gunakan pada kegiatan sehari-hari dan juga kosakata khusus adalah kosakata yang anak anak gunakan untuk mengungkapkan sesuatu dalam hal-hal tertentu. Mengembangkan kosakata anak juga akan lebih mudah apabila menggunakan benda atau sesuatu yang memang dekat dengan mereka atau menjadi kesukaan mereka. Dengan adanya sasaran pencapaian kriteria dalam perkembangan kosakata bahasa pada anak usia dini, menurut kurikulum pedoman pengembangan program pembelajaran di taman kanak-kanak (2010) , maka pendidik akan berusaha memaksimalkan kosakata anak berdasarkan 10 pedoman tersebut. d. Fungsi Bahasa bagi Anak Usia Dini Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa sebagai simbol bunyi yang diucapkan langsung oleh manusia, baik lisan maupun tulisan menjadi alat komunikasi paling efektif diantara yang lainnya, karena bahasa digunakan oleh dua belah pihak yang sepakat untuk berkomunikasi dengan cara tertentu.Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997). 1) Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri Sedari kecil, manusia sudah menggunakan bahasa sebagai ungkapan ekspresi diri pada orangtuanya. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya (Gorys Keraf, 1997). Sebagai alat ekspresi diri, bahasa
diungkapkan
tanpa
memperhatikan
siapa
sasarannya,
melainkan hanya sebagai kepentingan pribadi sekurang-kurangnya sebagai bentuk eksistensi diri.
14
2) Bahasa sebagai Alat Komunikasi Sebagai akibat dari bentuk ekspresi diri, bahasa telah menjadi alat untuk berkomunikasi. Sebagai bentuk komunikasi, bahasa bermaksud untuk menyampaikan suatu maksud tertentu yang ingin dipahami orang lain. Perbedaan mendasar bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi adalah saat berkomunikasi penggunaan bahasa disesuaikan oleh orang yang dituju, agar maksud dari ungkapan bahasa mudah tersampaikan. Misalnya penggunaaan kata makro akan mudah dipahami oleh orang berpendidikan tertentu, namun kata besar atau luas mudah dipahami oleh masyarakat umum. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997). 3) Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial Ketika beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada kondisi yang kita hadapi. Misalnya saat kita berbicara kepada teman sebaya kita akan menggunakan bahasa nonstandar, namun berbeda pemakaian bahasa
saat
berbicara
pada
orang
yang
kita
hormati.
Sebagai alat integrasi, bahasa dapat mengungkapkan berbagai pengalaman
sehingga
mampu
dipelajari
sehingga
semakin
meningkatkan pengalaman dan kemampuan kita. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial tempat ia berada, serta dapat melakukan kegiatan kemasyarakatan dengan menjauhi konflik dan memperoleh efisiensi setinggi mungkin, dengan begitu akan memungkinkan integrasi yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997) 4) Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
15
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh dari alat kontrol sosial menggunakan bahasa.Selain itu dakwah maupun ceramah yang disampaikan pemuka agama yang juga dalam bentuk bahasa lisan merupakan wujud kontrol sosial. Jika dilihat di era digital saat ini, banyak orang juga menulis dalam blog atau web pribadi sebagai peredam amarah. Dengan meredam amarah tersebut, kontrol sosial dapat tetap terjaga. Fungsi bahasa bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan ekspresi,perasaan, kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak, imajinasi
dan
pikiran.
DEPDIKNAS
(2000)
menjelaskan
fungsi
pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak Usia Dini antara lain: a) Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak c) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak d) Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Jadi, terdapat dua jenis manfaat dari bahasa yaitu manfaat umum dan juga manfaat khusus yang dikhususkan untuk anak usia dini. Manfaat umu dari bahasa, yaitu sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997). Manfaat bahasa khusus untuk anak usia dini menurut DEPDIKNAS (2000) adalah sebagai alat komunikasi dengan lingkungan, mengembangkan kemampuan kognitif, mengembangkan ekspresi anak, dan alat untuk menyatakan perasaan. Pentingnya bahasa bagi anak usia dini akan mereka rasakan ketika usia mereka menginjak usia dewasa. Dimana bahasa dapat digunakan sebagai alat ekspresi diri, alat komunikasi, alat adaptasi sosial, dan alat
16
kontrol sosial. Apabila perkembangan bahasa anak sudah dikontrol sejak usia dini, maka fungsi-fungsi bahsa tersebut dapat sangat membantu anak untuk melanjutkan masa depannya nanti. e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Bahasa Inggris Kegiatan belajar mengajar dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Barnadih (Hasbullah,2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran secara umum, antara lain : 1) Faktor Tujuan Tujuan yang ingin dicapai baiknya dinyatakan secara jelas, mengingat bahwa setiap kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memudahkan anak menggapai cita-citanya. Apabila tujuan sudah jelas pelaksanaan dan sasaran pendidikan akan lebih mudah dilakukan, dibandingkan dengan pembelajaran yang belum jelas tujuannya. 2) Faktor Pendidik Pendidik aadalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik. Oleh karena itu seorang pendidik seharusnya memiliki budi pekerti yang luhur, kecerdasan yang cukup, memiliki tempramen yang tenang, dan juga kestabilan serta tingkat kematangan emosional. Pendidik juga harus menunjukkan bahwa mereka adalah pribadi yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. 3) Faktor Anak Anak merupakan setiap orang yang menerima pengaruh dari kegiatan belajar mengajar yang juga dilaksanakan seorang pendidik. Pendidikan dilakukan untuk membawa anak yang semula tidak mengerti banyak hal, dan selalu bergantung pada orang lain hampir seluruh hidupnya. Menjadi anak yang mampu tahu segala hal dan mandiri serta bertanggung jawab , baik secara indivdu maupun lingkungan sosial. 4) Faktor Alat Pendidikan
17
Alat Pendidikan adalah sesuatu atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapai suatu tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ketika memilih alat pendidikan, yaitu tujuan yang ingin dicapai, orang yang menggunakan alat, untuk siapa alat tersebut digunakan, dan efektivitas penggunaan alat tersebut. 5) Faktor Lingkungan Lingkungan adalah salah satu faktor yang sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, karena lingkungan adalah tempat dimana anak tinggal dan secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan mereka. Dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran, maka kemampuan berbahasa juga memiliki beberapa faktor yang berpengaruh dalam perkembangannya. McClelland, Kessenich, & Morrison (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa adalah IQ dan kecerdasannya, bahasa dan kemampuasn fonologi, serta temperamen dan kemampuan sosial juga berkontribusi dalam pengembangan bahasa. McClelland dkk (2004) menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahasaan sebagai berikut: 1) IQ dan pengetahuan berpengaruh kuat pada bacaan, kosakata, pengetahuan umum, dan matematika pada usia TK dan sekolah. 2) Ketrampilan bahasa dan fonologis memiliki hubungan yaitu dengan berkembanganya kesadaran fonologi, anak-anak memungkinkan mereka untuk belajar membaca dengan lebih mudah, hal tersebut dikarenakan mereka telah memiliki petunjuk dalam ejaan dan suara. 3)
Ketrampilan sosial sangat penting dan dibutuhkan pada saat beradaptasi disekolah dan prestasinya. Anak-anak yang masuk sekolah dengan perilaku sosial kurang baik sering memiliki beberapa masalah termasuk penolakkan dari teman-temannya, masalah ini akan berakhir pada rendahnya tingkat prestasi akademik.
18
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya antara lain seperti kecerdasan dan perkembangan bahsa anak. Faktor internal ini berpengaruh penting terhadap kesiapan seorang anak dalam menerima pembelajara. Faktor eksternalnya adalah seperti faktor pendidik, sarana dan prasarana pendidikan,
lingkungan
anak
dalam
bersosialisasi
dan
metode
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. f. Taksonomi Bloom Taksonomi adalah klasifikasi atau penggolongan tentang objek atau gejala berdasarkan satu atau lebih prinsip tertentu. Tujuan pengajaran dan hasil belajar di sekolah lazimnya dibedakan menurut taksonomi. Pengukuran taksonomi secara hirarkis alias berjenjang, mulai yang paling sederhana dan yang ditempatkan pada jenjang atau urutan paling bawah sampai yang paling kompleks. (Supratiknya,2012) Dalam taksonomi tujuan pengajaran, objek atau gejala yang menjadi sasaran penggolongan sekaligus penjejangan adalah jenis-jenis kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh murid sebagai hasil kegiatan belajar mengajar. (Supratiknya,2012) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan taksonomi bloom ranah kognitif hasil revisi Anderson dan Krathwol. Terdapat 4 dimensi pengetahuan pada taksonomi ini, meliputi: Pengetahuan Faktual, Pengetahuan Konseptual, Pengetahuan Prosedural, dan Pengetahuan Metakognitif. Berikut penjelasannya:
19
Tabel 2.2 Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Hasil Revisi Aderson dan Krathwol Dimensi Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif Mengingat Memahami Mengaplikasi- Menganalisis Mengevaluasi Menciptakan kan Membuat Membuat MengklasiMengurutkan Menentukan MengkombiPengetahuan daftar ringkasan fikasikan (Order) (Rank) nasikan Faktual (List) (Summarize) (Classify) (Combine) BerekspreriMenjelaskan Menlakukan MerencanaPengetahuan Mendeskripsi- Menafsirkan kan (Interpret) mentasi (Explain) Penilaian kan Konseptual (Describe) (Experiment) (Asses) (Plan) Menghitung Membedakan Membuat Membuat Pengetahuan Menabulasi- Mempredikkan sikan (Calculate) (Differentiate) Kesimpulan Komposisi Prosedural (Tabulate) (Predict) (Conclude) (Compose) MengaktuaPengetahuan Menggunakan Mengekse- Mengonstruksi Mencapai atau Melakukan kusi (Construct) meraih tindakan lisasikan Metakognitif secara tepat/ semestinya (Execute) pencapaian (Action) (Actualize) (Appropriate (Achieve) use)
Pengetahuan faktual (mengingat) merupakan kategori hasil belajar yang relatif paling sederhana, yang berarti sesuai untuk kemampuan anak usia dini. Dimensi proses kognitif pada pengetahuan faktual yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu mengingat-memahami. Berikut Penjelasannya: Tabel 2.3 Penjabaran Dimensi Proses Kognitif Mengingat-Memahami Mengingat
a. Mengingat kembali data atau informasi
(Remembering) a. Menjelaskan aneka gagasan atau konsep b. Memahami makna, terjemahan, perluasan atau Memahami penjabaran dan penafsiran dari aneka perintah atau masalah (Understanding) c. Merumuskan sebuah masalah dengan kata-katasendiri Pada penelitian ini, peneliti fokus terhadap kemampuan mengingat dan memahami bahasa Inggris pada anak usia dini. Oleh karena itu kegiatan dengan metode bilingual yang akan dilakukan pada penelitian ini akan dinilai dari sejauh mana anak dapat paham dan mengingat materi yang sudah diajarkan oleh guru dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris anak.
20
2. Hakikat Metode Bilingual a. Pengertian metode Bilingual Pengertian bilingual adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis, tetapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang lain secara lisan maupun tertulis. Anak yang memiliki kemampuan bilingual memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya anak-anak memahami bahasa ibunya (Hurlock ,2006). Pada saat pendekatan pemakaian metode bilingual, bahasa utama dan bahasa asing memiliki penekanan yang seimbang. Adapula tahapantahapan yang dilakukan guru pada saat pembelajaran menggunakan metode bilingual, yaitu: (1) Pendidikan bilingual peralihan dan (2) Pendidikan bilingual perkembangan. Pendidikan bilingual peralihan bertujuan untuk mengalihkan anak dari bahasa pertama mereka ke bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Pendekatan ini diajarkan dikelas oleh pendidik yang sudah fasih dengan kedua bahasa tersebut. Hal yang dilakukan pertama kali adalah bahasa Inggris diajarkan sebagai mata pelajaran terpisah dan intruksi dilakukan menggunakan bahasa pertama anak. Kemudian bahasa Inggris secara bertahap diperkenalkan dalam pemberian intruksi.(Genessee, 2001). Setelah itu pendidikan bilingual perkembangan pun dilakukan untuk melanjutkan tahapan yang pertama. Dimana guru yang memang fasih di kedua bahasa tersebut mengembangakan kosakata anak didalam kelas, dengan cara memberikan intruksi-intruksi menggunakan bahasa asing (Inggris) atau bahasa Ingris.(Genessee, 2001). Tidak hanya didalam kelas tetapi juga diluar kelas, pendidik menggunakan dua bahasa untuk memberikan intruksi-intruksi kepada anak. Porsi pemakaian bahasa dalam kelas bilingual pun disesuaikan pada model program pembelajaran apa yang dipilih. Menurut Triastari
21
(2011) terdapat empat jenis kelas yang dapat dikategorikan sebagai kelas bilingual, yaitu: 1) Pendidikan transisional bilingual Peserta didik dalam kelas ini diberikan pembelajaran dengan menggunakan
bahasa
ibunya,
tetapi
tetap
diselingi
dengan
menggunakan bahasa Inggris. Agar tidak terjadi ketertinggalan pembelajaran dalam masa transisi. 2) Pendidikan bilingual dua arah atau imersi dua bahasa Meskipun jarang digunakan, pendidikan tipe ini dibuat agar setengah dari peserta didik fasih dalam pembelajaran menggunakan bahasa ibu dan sisanya fasih dalam bahasa Inggris. Agar terjadi sebuah proses transfer ilmu antar peserta didik. 3) Program dua bahasa yang menyelenggarakan pendidikan dengan dua cara Terdapat dua cara dalam penyampaian pembelajaran, yaitu : a) pembelajaran disampaikan oleh pendidik yang menguasai kemampuan berbahasa asing. Sehingga ketika pembelajaran dilakukan, penggunaan bahasaInggris akan sering digunakan. b) terdapat
kelas
literatur
bahasa
nasional
yang
bertujuan
meningkatkan kemampuan menulis dan berbahasa ke tingkat yang lebih tinggi. Bahasa Inggri digunakan dalam bentuk konten (content bassed) bukan dalam bentuk tata bahasa (grammarbassed). 4) Pendidikan bilingual perkembangan Peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan bahasa ibu dalam periode yang lebih lama. Tetap diperkenalkan pada bahasa Inggris, sehingga ketika peserta didik sudah menguasai pembelajaran menggunakan bahasa ibu, kemampuan tersebut akan dipindahkan ke bahasa asing. Menyeimbangkan bahasa utama dan juga bahasa asing anak, maka pembelajaran bilingual terhadap anak harus melewat tahap-tahapan
22
terlebih dahulu, yaitu: (1) Pendidikan bilingual peralihan dan (2) Pendidikan bilingual perkembangan. Oleh karena itu juga porsi pemakaian bahasa dalam kelas bilingual pun disesuaikan pada model program pembelajaran apa yang dipilih. Terdapat empat jenis kelas yang dapat dikategorikan sebagai kelas bilingual, yaitu: (1) Pendidikan transisional bilingual, (2) Pendidikan bilingual dua arah atau imersi dua bahasa, (3) Program dua bahasa yang menyelenggarakan pendidikan dengan dua cara, (4) Pendidikan bilingual perkembangan. (Triastari ,2011) Pada penelitian ini dari keempat jenis kelas bilingual, peneliti mengaplikasikan kelas dengan
pendidikan transisional bilingual dan
pendidikan bilingual perkembangan. Dikarenakan kedua jenis kelas tersebut dapat dengan mudah diajarkan kepada anak. b. Manfaat Bilingual Dewasa ini banyak sekolah-sekolah internasional atau sekolahsekolah yang memiliki kelas bilingual dalam proses belajar mengajar. Ketika perbedaan asosiasi terdapat pada setiap kata, anak yang memiliki kemampuan bilingual dapat berpikir lebih tajam, fleksibel, kreatif, dan dapat membawa seseorang menjadi lebih hati-hati dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda bahasa. Beberapa kemampuan potensial dari bilingual (Baker,2000) : 1) Kemampuan komunikasi a) Komunikasi lebih luas b) Memahami dua bahasa Penggunaan bilingual dapat mengembangkan kemampuan komunikasi, anak dapat berkomunikasi dengan menggunakan dua bahasa yang dipelajari atau bahasa yang biasa digunakan oleh anak terhadap orang anggota keluarga dan juga terhadap orang lain. 2) Kemampuan mengenal budaya a) Penyerapan budaya asing b) Toleransi lebih besar
23
Penggunaan bilingual membantu anak mengenal budaya asing, karena setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku dan budaya yang berbeda. Melalui mengenal bahasa, anak dapat mengenal budaya dari bahasa tersebut, juga menumbuhkan sikap toleransi anak terhadap orang lain yang memiliki budaya berbeda. 3) Kemampuan perkembangan kognitif a) Kreatif b) Sensitif dalam berkomunikasi Penggunaan bilingual mengembangkan kemampuan berpikir anak, anak menjadi kreatif dan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan ide, juga membuat anak lebih hati-hati dalam berkomunikasi dengan orang- orang yang berbeda bahasa. 4) Kemampuan mengembangkan kepribadian a) Menaikkan rasa percaya diri b) Rasa aman dalam identitas Penggunaan bilingual dapat menumbuhkan dan menaikkan rasa percaya diri pada anak, karena dengan menguasai dua bahasa anak lebih berani untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman dalam lingkungan yang menggunakan dua bahasa yang dipahami oleh anak. 5) Kemampuan Pendidikan a) Meningkatkan prestasi pendidikan b) Lebih mudah mempelajari bahasa ketiga Penggunaan bilingual akan memudahkan anak mempelajari bahasa yang ketiga, ketika anak sudah menguasai dua bahasa. Di samping itu prestasi belajar anak meningkat karena anak memperoleh kata-kata baru dalam bahasa Inggris, untuk kata yang sama dalam bahasa Indonesia. Manfaat yang dapat diambil oleh anak dari penggunaan metode bilingual dalam pelaksanaa pembelajaran,dapat ditarik keseimpulan bahwa menggunakan bahasa asing sangat penting terhadap perkembangan bahasa anak dan juga terhadap perkembangan masa depan anak. Metode bilingual
24
pun juga dapat meningkatkan pengetahuan anak terhadap budaya luar, mampu meningkatkan rasa percaya diri mereka dan yang diutamakan berkembang adalah kemampuan dari prestasi pendidikan anak. c. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Bilingual Sebelum
melaksanakan
metode
bilingual
dalam
proses
peningkatan kosakata bahasa Inggris anak dengan maksimal, pendidik sebaiknya melakukan beberapa langkah-langkah awal terlebih dahulu. Menurut Astika (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Model Kelas Bilingual
di
Sekolah
Bertaraf
Internasional:
Sebuah
Pemikiran
Konseptual” terdapat langkah-langkah menggunakan metode bilingual, yaitu: 1) Persiapan Diskusi difokuskan pertama-tama pada tingkat kemampuan anak secara keseluruhan dalam kelas yang akan diajar, kekuatan dan kelemahan mereka, aspek apa saja yang perlu diperhatikan, masalah disiplin, dll. Pendidik dan tim harus menetapkan tujuan mengajar, menentukan topik bahasan untuk satu semester. Persiapan ini bisa memerlukan beberapa pertemuan agar setiap pendidik memahami apa yang menjadi target pembelajaran dan memahami ciri-ciri pengajaran dalam team, dan mengembangakan rasa percaya diri. Model pengajaran bilingual ini juga memerlukan pertemuan dan
diskusi
secara
teratur
selama
semester
berjalan
untuk
merencanakan persiapan pengajaran. Oleh sebab itu sangat penting membuat jadwal yang teratur untuk mengadakan pertemuan dan merencanakan unit-unit pelajaran, antara lain menyangkut: a) Materi yang akan diajarkan, b) Sumber belajar yang akan dipakai, c) Peran dan tanggung jawab masing-masing guru, d) Cara mengevaluasi belajar peserta didik, dan e) Cara membantu peserta didik yang lemah dan perlu bantuan.
25
2) Pelaksanaan Dalam
implementasinya,
metode bilingual memerlukan
dukungan manajerial dan administratif. Guru memerlukan waktu lebih banyak, program akan mempunyai dampak terhadap fasilitas mengajar, jadwal mengajar, pengadaan alat dan sumber belajar. Keberhasilan
metode bilingual akan
sangat
bergantung
kepada
manajemen sekolah yang harus mengambil langkah-langkah berikut : a) menciptakan kondisi kerja yang kondusif bagi guru dalam team untuk merencanakan pelajaran, b) membagi beban mengajar secara proporsional untuk guru dalam team, c) bersama-sama dengan semua guru menciptakan kegiatan yang dapat membangun ralasi yang harmonis dan produktif, Mengaplikasikan metode bilingual dalam pembealajaran dapat dilakukan melalui beberapa tahap terlebih dahulu, yaitu : persiapan dan pelaksanaan. Didukung juga oleh masing-masing kegiatan yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan hasil dari metode bilingual. d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bilingual Pada setiap metode pembelajaran pasti dapat ditemukan kekurangan atau kelebihan dari tingkat keberhasilan metode tersebut pada setiap anak. Metode bilingual juga memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Dampak negatif terlalu dini dari program bilingual yang dipaksakan kepada anak akan menimbulkan kegamangan dan konsep pemahaman bahasa yang tidak jelas Contohnya adalah kerancuan saat seorang anak mulai belajar membaca dan menulis. Misalnya kerancuan huruf A yang dilafalkan ”e” dalam bahasa Inggris. Anak akan mengalami kerancuan dan kebingungan dalam konsep bahasa karena ia akan bingung menyadari terdapat perbedaan diantara kedua bahasa yang dipelajarinya. Masalah ini terjadi karena Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris
26
berbeda secara struktural dan tata cara aturan kalimat. Anak akan kesulitan memahami konsep dan struktur bahasa secara akademik. (LessonHurley,2000). Akan tetapi metode bilingual juga berusaha menyeimbangkan kemampuan bahasa anak tanpa mengabaikan bahasa pertama anak. Anak akan dilatih menguasai konsep bahasa pertama terkebih dahulu, sedangkan bahas Inggris akan ditambahkan secara perlahan sehingga terbiasa. Cara ini lebih efektif meningkatkan kemampuan bahasa asing anak dari pada cara biingual substractive yang memasukan unsur paksaan penguasaan bahasa asing terhadap anak. Sistem pengajaran metode bilingual diantaranya dengan mengadakan mata pelajaran yang berbahasa Indonesia dan mata pelajaran yang menggunakan Bahasa Inggris. Cara metode bilingual lainnya adalah dengan menetapkan ”language of the day” bahasa Inggris dan bahasa Indonesia secara bergantian. Dengan demikian anak dapat menguasai konsep bahasa baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Anak akan belajar mempelajari satu bahasa dengan lebih lama dan terjadi di segala apek pendidikannyadi dalam satu hari tersebut. ( Freeman.2005). Penelitian Freeman di Washington , Amerika Serikat pada tahun 2005 tersebut, menunjukan hasil bahwa anak-anak yang menjalankan metode bilingual, kemampuan akademiknya akan kuat, baik dalam bahasa pertamanya maupun dalam bahasa asing. Kesimpulannya bahwa menggunakan metode bilingual memiliki kelebihan dan kekurangan. Adanya kekurangan pada penggunaan metode bilingual, seharusnya membuat guru menjadi lebih kreatif lagi dalam mengaplikasikan metode bilingual pada saat pembelajaran bahasa Inggris berlangsung,
agar
minimalisirkan.
kekurangan
dari
metode
bilingual
bisa
di
27
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini didasari oleh beberapa hasil penelitian yang memiliki korelasi dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis. Berikut ini adalah penelitian yang dipakai peneliti sebagai acuan dalam menyusun hasil penelitian ini. 1. Penelitian Madeline E, Betty Lou, Rebbeca L. Oxford (2003) yang berjudul “A brief overview of individual differences in second language learning.” Kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini adalah memberi gambaran singkat tetapi luas terhadap perbedaan individu dalam belajar bahasa , terutama dapat dilihat dari perbedaan gaya belajar , strategi belajar , dan variabel afektif , dan sentuhan pada beberapa daerah untuk penelitian lebih lanjut. Seperti yang dilihat bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk belajar dengan bahasa asing (Inggris) meskipun tetap dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disebutkan dalam penelitian ini. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mempelajari bahasa asing (Inggris). Namun pada dasarnya meskipun setiap anak memiliki cara dan sudut pandang yang berbeda dalam menggunakan bahasa asing (Inggris), anak-anak tetap dapat merasakan manfaat dari apa yang sudah mereka pelajari. Letak relevansi antara penelitian Madeline E, Betty Lou, Rebbeca L. Oxford dengan penelitian ini terdapat pada variabel terikat. Kedua penelitian ini meneliti tentang metode bilingual. Perbedaan pada kedua penelitian ini terdapat dalam fokus yang diberikan peneliti. Penelitian penelitian Madeline E, Betty Lou, Rebbeca
L. Oxford memberi gambaran
sudut
menggunakan
pandang
anak
terhadap
belajar
bahasa
asing
(Inggris),sedangkan dalam penelitian ini mencakup tentang manfaat apa yang dapat diambil anak ketika menggunakan metode bilingual pada masa pembelajaran. 2. Penelitian Patrick Lee (1996) yang berjudul “Cognitive development in bilingual children: A case for bilingual instruction in early childhood education”
28
Simpulan
yang
terdapat
dalam
penelitian
tersebut
adalah
perkembangan kognitif dan penggunaan dua bahasa sangat penting dan memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap pendidikan berbasis metode bilingual. Tertuma pada saat pemberian instruksi menggunakan bahasa Inggris pada anak usia dini, mengingat pada usia 3-4 tahun adalah usia yang cukup baik untuk menerima pembelajaran bahasa. Sebagian kecil dari anakanak didaerah peneliti sudah mampu memahami instruksi yang diberikan menggunakan bahasa asing (Inggris). Letak relevansi antara penelitian Patrick Lee dengan penelitian ini terdapat pada variabel terikat. Kedua penelitian ini meneliti tentang metode bilingual. Terdapat sedikit perbedaan dari penelitian Lee dengan penelitian ini. Fokus Lee adalah metode bilingual dapat membuat anak memahami instruksi menggunakan bahasa asing (Inggris) dengan baik. namun di penelitian ini memahami isntruksi adalah bukan fokus utama, melainkan kosakata anak. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian dari kajian teori dan penelitian yang relevan di atas dapat disusun suatu kerangka berpikir. Pada kondisi awal, guru jarang menggunakan metode bilingual pada tiap pembelajaran. Pembelajaran biasanya dilaksanakan dengan mengerjakan lembar kegiatan anak tanpa ada media yang mendukung. Oleh karena itu minat anak dalam pembelajaran bahasa Inggris kurang, sehingga menjadi hambatan dalam pembeningkatan kosakata bahasa Inggris pada anak. Dilihat dari permasalahan diatas dapat dilakukan tindakan berupa penggunaaan metode bilingual untuk meningkatkan kosakata bahasa Inggris untuk anak kelompok A. Kegiatan bernyanyi, becerita, dan memberika instruksi menggunakan bahasa Inggris akan memudahkan anak menambah kosakata bahasa Inggris mereka. Pelaksanaan tindakan direncanakan dalam dua siklus. Siklus pertama terdiri atas (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. (Mertler
29
dan Charles, 2014). Hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam menguasai kosakata bahasa Inggris. Pada siklus kedua komponen yang diteliti sama pada siklus pertama. Dari tidakan kedua siklus kemudian didiskripsikan dengan membandingkan hasil yang merupakan hasil pertemuan tiap siklus. Dari uraian kerangka berpikir diatas, dapat dijelaskan alur penelitian dengan bagan sebagai berikut:
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru : Belum menggunakan metode Bilingual Guru : Menggunakan metode Bilingual Kosakata Bahasa Inggris anak kelompok A meningkat dengan menggunakan metode Bilingual
Peserta didik: Kemampuan bahasa Inggris kelompok A masih rendah Siklus I : Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi Siklus II : Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi Siklus ke-n
Gambar 2. 1. Kerangka Berpikir Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Metode Bilingual Pada Anak Kelompok A TK Tadika Puri Tahun Ajaran 2015/2016 menurut Mertler dan Charles, 2014.
30
D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penerapan metode bilingual dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris pada anak kelompok A usia 4-5 tahun di TK Tadika Puri tahun ajaran 2015/2016”.