BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan suryasubrata ( 1993 : 249 ) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal meliputi faktor yang bersifat fisiologis dan faktor psikologis. Faktor-faktor yang bersifat psikologis antara lain : intelegensia, bakat dan emosi. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dalam proses belajar anak. Dan faktor eksternal meliputi : faktor orang tua dan keadaan ekonomi keluarga. Dari pendapat di atas maka tujuan seseorang belajar adalah ingin mendapatkan sesuatu yang sebelumnya belum dimiliki atau belum diketahui. Proses mendapatkannya ada pada pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas dengan menggunkan berbagai metode atau teknik pembelajaran. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran ( Sudjana , 1989 : 76 ). Metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan sesuatu pada saat berlangsungnya pembelajaran ( Suryasubrata 1997 : 43 ). Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari suatu metode dapat ditutupi oleh metode lainnya. Oleh karena itu tidak ada metode pembelajaran yang baik. Dengan demikian guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam proses mengajarnya tetapi dapat menggunakan beberapa metode. 2.1.2. Hasil Belajar. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya
4
5
dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a) ketrampilan dan kebiasaan (b) Pengetahuan dan pengertian (c) Sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah ( Nana Sudjana, 2004 : 22 ). Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kompetensi yang dimiliki dan dikuasai siswa yang dapat diketahui pada nilai hasil belajar. Factor Internal ( dari dalam individu yang belajar ). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekannkan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapaun factor yang mempengaruhui kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan sebainya. Faktor Eksternal ( dari luar individu yang belajar ). Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya system lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan factor dari luar siswa. Adapun factor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan dan pembentukan sikap. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa, ( Nana Sudjana, 1989 : 111 ) 2.1.3. Pembelajaran CTL Pada Pengajaran IPA di Sekolah Dasar Contextual Teacing and Learning ( CTL ) adalah skenario pembelajaran yang menekankan pada minat, kreatifitas dan pengalaman siswa ( John Dewey 1915 ) . Jika seorang guru sudah menerapkan pembelajaran dengan CTL maka guru tersebut dalam mengajar sudah mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang nyata di lingkungan siswa begitu pula pengetahuan dan ketrampilan diperoleh dengan sendiri oleh siswa melalui kegiatan selama proses belajar mengajar berlangsung. Ciri-ciri kelas yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan CTL manakala kelas tersebut ada unsur konstruktioisme, unsur bertanya, ada kegiatan siswa, ada kelompok belajar, ada model yang ditiru serta penilaian selama proses belajar berlangsung. Proses pembelajaran dalam kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL , apabila dalam proses pembelajaran ( i ) siswa selalu ramai dan gembira dalam belajar. Konteks ramai
6
dan gembira disebabkan siswa dalam kelas aktif bekelompok melakukan kerja baik melakukan eksperimen, berdiskusi, bertanya, menyampaikan pendapat dalam kelompok maupun kelompok yang lain ( ii ) lingkungan fisik kelasnya penuh dengan pajangan hasil karya siswa. Hasil karya siswa ini dapat berupa artikel gambar, komentar, diagram maupun karikatur , hendaklah guru memberikan penghargaan atau hadiah. Apapun bentuk penghargaan yang diberikan guru, sangat berarti bagi siswa dan ini menjadikan siswa lebih termotivasi untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran ( iii ) Pengelola kelas atau pengaturan meja dan tempat duduk, siswa diberi kebebasan sehingga dalam proses belajarnya siswa menjadi lebih senang dan dapat mengembangkan kreatifnya. Kondisi ini akan berdampak pada peningkatan pemahaman siswa yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan ( KTSP ) untuk Sekolah Dasar bahwa pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui berbagai kegiatan, seperti pengamatan, diskusi, demonstrasi, eksperimen serta penggalian informasi mendiri melalui tugas-tugas tertentu dan wawancara dengan nara sumber. hal ini diperbuat dengan pendapat Jean Piget “ bahwa belajar merupakan proses berpikir siswa bagaimana ia memperoleh pengetahuan”. Sejalan dengan pendapat di atas ( Jean Piget ) bahwa tahap perkembangan intelektuan anak pada usia sekolah dasar, umumnya berada tahap operasional konkrit. Mereka masih lemah jika untuk berpikir abstrak. Hal ini berarti bahwa dalam pengajaran di kelas guru sebanyak mungkin melibatkan pengalaman fisik anak, yaitu melalui kegiatan pengamatan eksperimen dan memberikan contoh-contoh kecil yang ada di lingkungan belajar siswa. Berdasarkan penjelasan di atas, maka guru mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar di dalam melakukan, menyusun, melaksanakan pembelajaran hendaknya melalui pendekatan Contextual Teacing and Learning ( CTL ). Dengan menggunakan metode eksperimen, sebab dalam kegiatan ini : 1.Merangsang siswa berpikir Untuk melatih atau merangsang siswa berpikir aktif, guru hendaknya memberikan kegiatan, dimana siswa dalam belajar menggunakan sebanyak mungkin indra yang dimiliki, sehingga muncul ide dan pdari siswa.
7
2. Melakukan kegiatan fisik Dalam kegiatan belajar di kelas, hendaknya guru memilih metode yang tepat ( eksperimen ) , sebab dengan kegiatan ini siswa akan memperoleh pengalaman langsung ( nyata ) terhadap apa yang dipelajari. 3. Mengembangkan bahasa Dalam kegiatan belajar ini, siswa secara tidak langsung dilatih cara pengembangan penalaran dan ketrampilan berkomunikasi. gagasan ini muncul saat anak melakukan diskusi kelompok maupun anak diskusi kelas. 4. Mengembangkan keterampilan social Dalam metode eksperimen, anak akan bekerja secara kelompok-kelompok. Pengalaman yang demikian akan melatih siswa untuk saling asah, asih dan asuh ( saling memberi dan menerima ). Kegiatan ini akan merangsang siswa meningkatkan percaya diri dan akhirnya motivasi belajar meningkat. 5. Mengembangkan harga diri Setiap akhir kegiatan diskusi kelompok, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk tampil ke depan dalam rangka menyampaikan pendapat di depat temannya. Jika pendapatnya benar disarankan pada guru untuk memberikan Reword atau penghargaan. Pemberian ini akan dapat meningkatkan keberanian anak. Dengan demikian pembelajaran di kelas penggunaan metode dan jenis kegiatan yang sesuai dengan perkembangan intelektual siswa akan dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Guru sebagai pengelola proses belajar perlu mempertahankan semangat belajar siswa. Bukti-bukti menunjukkan bahwa siswa hanya giat belajar jika termotivasi untuk belajar. Dengan demikian perlu diketahui cara-cara untuk memotivasi belajar. Langkah pertama memotivasi siswa dalam pembelajaran adalah dengan mengetahui tujuan
belajar,
dengan
demikian
siswa
berusaha
untuk
mencapai
tujuan
tersebut.Menurut Gagne (Carin, 1993 : 145,Gega, 1994:165) dikatakan bahwa tujuan belajar dapat menggambarkan hasil belajar yang akan diraih siswa. Hasil belajar menurut Gagne dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu: 1.
Informasi Verbal
Hasil belajarnya berupa kemampuan menyebut kembali informasi.
8
2.
Keterampilan Intelektual
Keterampilan berinteraksi dengan lingkungan melalui simbol-simbol. 3.
Strategi Kognitif
Menjadikan orang mampu belajar dan berfikir secara mandiri. 4.
Sikap
Keterampilan menentukan sikap di tengah-tengah situasi sosial. 5.
Ketrampilan Motorik
Keterampilan manusia untuk melakukan sesuatu di tengah-tengah situasi sosial. Setelah siswa mengetahui tujuan pembelajaran selanjutnya ialah bagaimana membimbing siswa untuk sampai pada tujuan tersebut. Atau dengan kata lain bagaimana cara guru mempertahankan motivasi belajar siswa yang telah timbul seketika. Hakikat pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan ini dilibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik. Johnson (dalam Nurhadi, 2004:13-14) mengungkapkan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual memiliki delapan komponen utama yaitu : a. Memiliki hubungan yang bermakna b. Melakukan kegiatan yang signifikan c. Belajar yang diatur sendiri d. Bekerja sama e. Berfikir kritis dan kreatif f.
Mengasuh dan memelihara pribadi peserta didik
g. Mencapai standar yang tinggi h. Menggunakan penilaian autentik Pendekatan kontekstual menurut ( Sudiono dkk, 2003 ). Bahwa pendekatan kontektual berhubungan erat dengan pengetahuan sehari-hari dan selalu dihadapkan pada masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berfikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisa masalah dan
9
kreatif untuk melahirkan alternatif semacam masalah. Kedua jenis berfikir tersebut kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasinya yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu tugas guru adalah mengembangkannya antara lain dengan seringsering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka dan menantang. Ada empat alasan siswa harus dikembangkan kemampuan berfikirnya terutama dalam IPA, yaitu : 1. Kehidupan kita dewasa ini ditandai dengan abad infomasi yang menuntut setiap orang untuk memiliki kemampuan dalam mencari, menyaring guna menentukan pilihan dan memanfaatkan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kehidupannya. 2. Setiap orang senantiasa dihadapkan pada berbagai masalah dan ragam pilihan sehingga untuk itu dituntut memiliki kemampuan berfikir kritis dan kreatif, karena masalah dapat terpecahkan dengan pemikiran seperti itu. 3. Kemampuan memandang suatu hal dengan cara baru atau tidak konvensional merupakan keterampilan penting dalam memecahkan masalah. 4. Kreativitas merupakan aspek penting dalam memecahkan masalah, mulai dari apa masalahnya, mengapa muncul masalah dan bagaimana cara pemecahannya. Menurut Zahorik (1995 : 14-22) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran konstektual, yaitu : 1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada 2. Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. 3. Pemahaman pengetahuan, yaitu cara menyusun konsep sementara melakukan sharing
orang lain agar mendapat tanggapan, merevisi tanggapan tersebut dan
mengembangkannya 4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman 5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bettencourt yang
menyatakan
bahwa
“Konstruktivisme” tidak bertujuan mengerti realitas, tetapi lebih menekankan bagaimana kita tahu dan menjadi tahu. Dengan demikian penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sangatlah tepat dengan pembelajaran IPA di SD, karena siswa dapat belajar dan mengalami sendiri bukan dari pemberian orang lain.
10
2.1.4.Metode Eksperimen Dalam Bentuk Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan ( KTSP ) di Sekolah Dasar khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) di mana setiap kompetensi dasar sudah ditentukan indikator dan hasil belajarnya. Indikator dalam setiap kompetensi dasar merupakan syarat untuk dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Jika guru mencermati, maka setiap kegiatan mengajar diarahkan pada kegiatan-kegiatan nyata yang dapat mendorong siswa untuk melakukan pengamatan, pengukuran, pengelompokan maupun membandingkan sesuatu, kegiatan ini dikenal dengan eksperimen. Kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen ini lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsung atau pembelajaran yang berpusat pada siswa, peran guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa lebih aktif dan mendominasi proses belajar. Pembelajaran dengan metode eksperimen ini siswa akan memperoleh sendiri konsep yang dipelajari baik berupa pengetahuan, sikap serta ketrampilan sehingga pemahaman siswa meningkat ( Cony Semiawan, 1992 ). Menurut Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawan ( 1993 ) pada hakekatnya siswa belajar sambil bekerja atau melakukan aktifitas, siswa merasa lebih senang, lebih percaya diri dan dapat bersosialisasi dengan teman yang lain, maka pengetahuan yang diperoleh akan tertanam baik dan kesan tidak mudah terlupakan. Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep sama halnya dengan seorang ilmuwan. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti
11
tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran. Langkah – langkah yang perlu diperhatikan dalam Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi wujud benda padat, cair dan gas yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan. Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah. Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : Kelebihan metode eksperimen : 1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.
12
2. Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. 3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Kekurangan metode eksperimen : 1. Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. 2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. 3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. 4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian. 2.2. Kajian Hasil Penulisan yang Relevan Penelitian yang berjudul “Meningkatkan hasil belajar IPA melalui Metode Eksperimen dengan pendekatan CTL” siswa kelas IV SD Growong Lor 03 kecamatan Juwana kabupaten Pati,selaras dengan buku yang berjudul “Dasar – Dasar Pendidikan IPA”, pengarang Ratna Willis Dahar pada tahun 1991.Masalahnya Sebagian besar guru di SD sampai saat ini dalam mengajar masih komensional, ini dapat terlihat dalam pembelajaran yang hanya berorientasi pada pencapaian target kurikulum saja, akibatnya siswa hanya berhasil dalam kompetensi mengingat, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan guru yang demikian ini berpendapat bahwa pengetahuan sebagai fakta-fakta yang harus dihafal, guru hanya aktif di depan kelas sedangkan siswa hanya duduk, dengar saja. Akibatnya hanya metode ceramah menjadi pilihan utama guru. Tujuan penelitian ini adalah : Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode eksperimen dalam mata pelajaran IPA akan lebih aktif berani bertanya , berani menyampaikan pendapat, tidak abstrak dan senang.Penguasaan materi tentang wujud benda padat, cair dan gas hasilnya akan memuaskan dan itu semua dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa kearah yang lebih baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Dengan demikian dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen merupakan
13
proses interaksi antara guru dengan siswa untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa yang lebih optimal. 2.3.Kerangka berfikir Keterangan Bagan kerangka berfikir Pada kondisi awal sebelum guru menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode ekspermen dengan pendekatan CTL hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Growong Lor 03 Juwana Kabupaten Pati sangat rendah, Karena siswa tidak tertarik penjelasan guru, siswa tidak merespon pertanyaan guru, siswa tidak berani bertanya dan guru aktif sendiri. Pada siklus I ketuntasan belajar pada pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen sudah adanya menunjukkan peningkatan. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I diketahui siswa terlihat sudah aktif namun masih ada kekurangan diantaranya siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan siswa hanya berani bertanya pada temannya Pada siklus II ketuntasan belajar pada pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan CTL peningkatan hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa yang dicapai sebesar 100% artinya semua siswa (41 siswa) telah mencapai nilai KKM, Karena dalam pembelajaran pada siklus II semua siswa telah tertarik dengan pembelajaran menggunakan
metode
eksperimen
mengembangkan potensi berfikir.
dengan
pendekatan
CTL
membantu
siswa
14
Bagan kerangka berfikir
Kondisi Awal
Tindakan ( action )
Kondisi akhir
Belum menggunakan me tode pembelajaran
menggunakan metode ekspreimen
Metode eksperiment dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi wujud benda padat, cair dan gas melalui model CTL
1.Siswa tidak tertarik penjelasan guru 2. Siswa tidak merespon pertanyaan guru 3.siswa tidak berani bertanya 4. Guru aktif sendiri 5. Hasil belajar rendah. Siklus I 1.Siswa masih ada yang kurang aktif. 2.Siswa kurang berani bertanya 3.Hasil belajar ada peningkatan Siklus II Hasil belajar meningkat memenuhi KKM.
15
2.4. Hipotesis Tindakan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan. Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah : Penggunaan metode eksperimen dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Growong Lor 03 Juwana Kabupaten Pati semester I tahun 2011/2012.