7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Menurut Karso (2008: 1.40) matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu. Menurut Herman Hudoyo dalam Karso (2008: 1.41) matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Menurut Amir Al Murazi (2011: 1) matematika adalah
ilmu yang mempelajari
tentang perhitungan, pengkajian dan menggunakan nalar atau kemampuan berpikir seseorang secara logika dan pikiran yang jernih. Menurut Johnson dan Rising dalam Amir Al Maruzi (2011: 1) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari pola berpikir, pola pengorganisasian pembuktian yang logis, serta bahasa dan penelaahannya yang dibangun melalui proses penalaran deduktif.
2.1.1.2 Tujuan Mata Pelajaran Matematika SD/MI Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (2006: 417), disebutkan bahwa tujuan matematika adalah: 1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;
8
2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan mamahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
4.
Mengkomunikasikan gagasan dalam simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
5.
Memilki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.1.3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika SD/MI Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (2006:417), disebutkan bahwa mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI memiliki aspek-aspek sebagai berikut: 1.
Bilangan
2.
Geometri dan pengukuran
3.
Pengolahan data.
2.1.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pencapaian tujuan matematika yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tersebut harus dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang berstandar nasional dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi (SK) merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif. Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk
9
membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus mengacu pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran matematika yang ditujukan bagi siswa Kelas 5 SD Semester 2 disajikan melalui Tabel 2 berikut ini: Tabel 2 SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas 5 Semester 2 Standar Kompetensi Bilangan 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar 5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya 5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan 5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Geometri dan Pengukuran 6. Memahami sifat-sifat
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
bangun dan hubungan
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
antar bangun
6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana 6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana
2.1.1.5 Pembelajaran Matematika Menurut Rusman (2010: 1) pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Menurut M. Djauhar Siddiq (2008: 9) pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan seorang guru atau yang lain untuk membelajarkan siswa yang belajar.
10
Menurut Rombepajung dalam Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa (2011: 18) berpendapat bahwa pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Nabisi Lapono (2008: 14) mengartikan pembelajaran sebagai upaya membuat individu belajar. Sedangkan Robert W. Gagne dalam Nabisi Lapono (2008: 14) merumuskan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa yang ada di luar diri seorang peserta didik, dan dirancang serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar. Dari berbagai pendapat tentang pembelajaran yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan yang dilakukan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang belajar dan dirancang serta dimanfaatkan untuk mempermudah proses belajar. Karso (2008: 1.42) menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika, guru harus menguasai matematika yang akan diajarkan. Peserta didik harus berpartisipasi secara aktif dengan kemampuan yang relatif berbeda-beda. Guru hendaknya berpedoman pada bagaimana mengajarkan matematika itu sesuai dengan kemampuan berpikir siswanya. Pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu proses yang komprehensif, yang harus diarahkan untuk kepentingan peserta didik. Gatot Muhsetyo (2007: 1.26) menjelaskan bahwa pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan metematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan; (1) topik yang sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, dan (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matematis. Sebagai seorang guru seharusnya secara sungguh-sungguh membuat perencanaan dan melaksanakan pembelajaran yang lebih interaktif dengan menggunakan strategi pembelajaran matematika yang sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan, tingkat perkembangan intelektual peserta didik, prinsip dan teori belajar, keterlibatan aktif peserta didik, keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, dan pengembangan dan
11
pemahaman penalaran matematis sehingga peserta didik memperoleh kompetensi matematika yang dipelajari yang nantinya dapat diterapkan dalam memecahkan masalah sehari-hari.
2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Sudjana (dalam Padmono, 2002: 37) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa atau mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa (2011: 24) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut Suprijono dalam Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa (2011: 22) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
2.1.2.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Sri Anitah W, dkk (2008: 2.7) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). 1.
Faktor dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar di antaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Minat, motivasi, dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh guru.
12
2.
Faktor dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksana pembelajaran dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Guru harus berupaya memahami berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa tersebut. Guru dapat menerapakan suatu model pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, motivasi, dan perhatian siswa serta dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
2.1.2.3 Manfaat Data Penilaian Hasil Belajar Nana Sudjana (2011: 156) menguraikan beberapa manfaat data penilaian hasil belajar yang terbagi dalam manfaat data penilaian hasil belajar formatif, manfaat data penilaian hasil belajar sumatif, dan manfaat data hasil penilaian proses belajar mengajar. 1)
Manfaat data penilaian hasil belajar formatif a. Memperbaiki program pengajaran atau satuan pelajaran di masa mendatang, terutama dalam merumuskan tujuan instruksional, organisasi bahan, kegiatan belajar mengajar dan pertanyaan penilaian. b. Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar, mengembangkan kegiatan belajar siswa, bimbingan belajar, tugas dan latihan para siswa, dll. c. Mengulang kembali bahan pengajaran yang belum dikuasai para siswa sebelum melanjutkan dengan bahan baru atau memberi penugasan kepada siswa untuk memperdalam bahan yang belum dikuasainya. d. Melakukan diagnosis kesulitan belajar para siswa sehingga dapat ditemukan faktor penyebab kegagalan siswa dalam menguasai tujuan instruksional hasil diagnosis ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada para siswa.
13
2)
Manfaat data penilaian hasil belajar sumatif a. Membuat laporan kemajuan belajar siswa, setelah mempertimbangkan pula nilai dari hasil tes formatif dan kemajuan-kemajuan belajar lainnya dari setiap siswa. b. Menata kembali seluruh pokok bahasan dan subpokok bahasan setelah melihat hasil tes sumatif terutama kelompok materi yang belum dikuasainya. c. Melakukan perbaikan dan penyempurnaan alat penilaian tes sumatif yang telah digunakan berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh atau dicapai siswa. d. Merancang program belajar bagi siswa (GBPP) pada semester berikutnya berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai dari tes sumatif program belajar sebelumnya.
3)
Manfaat data hasil penilaian proses belajar-mengajar Data hasil penilaian proses belajar-mengajar sangat bermanfaat bagi guru, siswa dan kepala sekolah. Bagi guru ialah ia dapat mengetahui kemampuan dirinya sebagai pengajar, baik kekurangan maupun
kelebihannya. Guru juga dapat
mengetahui pendapat dan aspirasi para siswanya dalam berbagai hal yang berkenaan dengan proses belajar-mengajar. Berdasarkan informasi ini guru dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangannya dan mempertanahankan atau meningkatkan kelebihan-kelebihannya. Bagi siswa dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan upaya dan motivasi belajar yang lebih baik. Bagi kepala sekolah dapat memikirkan upaya-upaya pembinaan para guru dan siswa berdasarkan pendapat, saran, aspirasi, dari berbagai pihak, yaitu melengkapi sarana belajar, meningkatkan kemampuan profesional tenaga guru, pelayanan sekolah, perpustakaan sekolah, tata tertib sekolah, disiplin kerja, pengawasan, dll. Data penilaian hasil belajar sangat bermanfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. Oleh karena itu, sangat diharapkan guru secara rutin melaksanakan penilaian hasil belajar siswa baik yang berupa hasil belajar formatif, sumatif, maupun proses belajar mengajar. Data hasil penilaian sebaiknya didokumentasikan secara teratur agar sewaktu-waktu dapat digunakan manakala diperlukan.
14
2.1.3 Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) 2.1.3.1 Pengertian STAD STAD merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Menurut Robert E. Slavin (2005: 143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Agustina Sri Purnami (2012: 126) STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang sederhana. Ide dasar yang melatar belakangi adalah untuk memotivasi siswa dalam usahanya memahami dan mendalami materi yang telah disampaikan oleh guru melalui kelompok. Rusman (2010: 213) menyatakan bahwa dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya. Menurut Sutrisni Andayani (2007: 2) Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Slavin (2005: 12) memaparkan bahwa gagasan utama di belakang STAD adalah untuk memotivasi siswa agar saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika para siswa ingin agar timnya
15
mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan. Karena skor tim didasarkan pada kemajuan yang dibuat anggotanya dibandingkan hasil yang dicapai sebelumnya, semua siswa mempunyai kesempatan untuk menjadi “bintang” tim dalam minggu tersebut. Dari berbagai uraian pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang heterogen beranggotakan empat sampai lima siswa yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa diberikan kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Skor hasil kuis perseorangan diperbandingkan dengan skor rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan yang bisa dicapai setiap siswa, kemudian poin perbandingan skor ini dijumlah untuk mendapat skor kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah yang lainnya.
2.1.3.2 Teori Belajar yang Mendasari Model STAD STAD dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivitis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerja sama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif. Dalam membangun sendiri pengetahuannya, siswa dapat
16
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan guru sebagai fasilitator. Kegiatan itu dapat berupa diskusi kelompok kecil, diskusi kelas, mengerjakan tugas kelompok, tugas mengerjakan ke depan kelas 2-3 orang dalam waktu sama dan untuk soal yang sama (sebagai bahan pembicaraan/diskusi kelas), tugas menulis (karya tulis, karangan), tugas bersama membuat laporan kegiatan pengamatan atau kajian matematika, dan tugas menyampaikan penjelasan atau mengkomunikasikan pendapat atau presentasi tentang sesuatu yang terkait dengan matematika. Dengan kegiatan yang beragam, siswa akan membangun pengetahuannya sendiri melalui membaca, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan dan presentasi.
2.1.3.3 Komponen Utama STAD Shlomo Sharan (2012: 9) menjelaskan bahwa STAD terbentuk atas lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, kelompok, kuis, skor kemajuan individual, dan penghargaan kelompok. 1.
Presentasi kelas. Materi dalam STAD pada awalnya diperkenalkan dalam presentasi kelas. Seringkali ini adalah diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Presentasi dalam STAD berbeda dengan pengajaran biasa karena mereka harus benar-benar fokus pada satuan STAD. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa selama presentasi kelas berlangsung mereka harus memperhatikan dengan seksama, karena dengan begitu akan membantu mereka menjalani kuis dengan baik, dan nilai-nilai kuis itu menentukan nilai kelompok mereka.
2.
Kelompok Kelompok terbentuk dari empat atau lima siswa yang mewakili kemampuan, jenis kelamin, dan ras siswa di kelas itu. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan para anggotanya untuk menjalani kuis dengan baik. Setelah guru menyajikan materi, kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar tugas dan materimateri lainnya. Yang sering terjadi, pelajaran berjalan dengan siswa mendiskusikan masalah bersama-sama, bertukar jawaban, dan mengoreksi kekeliruan apa saja yang mungkin dibuat teman.
17
Kelompok merupakan yang paling penting dalam STAD. Pada setiap nilai, yang ditekankan adalah apa yang dilakukan anggota kelompok untuk kelompok mereka, dan apa yang dilakukan kelompok untuk membantu anggotanya. Kelompok menyediakan dukungan sesama teman untuk memperoleh kemajuan akademik yang penting sebagai pengaruh pembelajaran, tetapi kelompok juga menyediakan saling perhatian dan penghargaan yang penting bagi hubungan antarkelompok, penghargaan diri, dan penerimaan siswa-siswa yang terpinggirkan. 3.
Kuis. Setelah satu sampai dua kali presentasi guru dan satu sampai dua kali praktik kelompok, para siswa mengerjakan kuis perseorangan. Siswa-siwa tidak diijinkan saling membantu selama kuis berlangsung. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap siswa secara perseorangan bertanggung jawab atas pengetahuan yang mereka peroleh.
4.
Skor Kemajuan Individual. Gagasan di belakang skor kemajuan perseorangan adalah menanamkan tujuan prestasi yang bisa diperoleh kepada siswa, jika dia bekerja lebih keras dan berbuat lebih baik dibandingkan sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbang nilai maksimal untuk kelompok mereka dalam sistem penilaian ini, tetapi tidak ada siswa yang bisa melakukan itu tanpa menunjukkan kemajuan yang lebih baik daripada yang sebelumnya. Tiap-tiap siswa diberikan nilai dasar yang diambil dari rata-rata prestasi siswa pada kuis yang sama. Kemudian, siswa memperoleh nilai untuk kelompok mereka berdasarkan pada seberapa banyak nilai kuis mereka melebihi nilai yang sebelumnya.
5.
Penghargaan Kelompok Kelompok bisa saja memperoleh sertifikat atau penghargaan lain jika nilai ratarata mereka melampaui kriteria tertentu. Skor kelompok siswa bisa juga digunakan untuk menentukan sampai lima nilai tambahan perolehan nilai mereka. Sertifikat untuk kelompok yang mencapai standar prestasi tinggi, pengakuan laporan berkala, pemasangan pada papan buletin, pengakuan khusus, hadiah kecil-kecilan, atau penghargaan lain menegaskan gagasan bahwa bekerja baik secara kelompok adalah penting.
18
2.1.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Model STAD Novi Damayanti (2013: 7) menyebutkan ada beberapa keunggulan dan kelemahan model STAD. Keunggulan Model STAD yaitu: (1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. (2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. (3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. (4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. (5) Meningkatkan kecakapan individu (6) Meningkatkan kecakapan kelompok. (7) Meningkatkan komitmen. (8) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya. (9) Ada interaksi langsung antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. (10) Siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan sosial. (11) Mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain. (12) Dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa. (13) Melatih siswa untuk berani bicara di depan kelas dalam model diskusi tertentu. Sedangkan kelemahan model STAD yaitu: (1) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif. (2) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. (3) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan. (4) Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. (5) Siswa tidak dapat menggunakan waktu latihan tim secara efektif. Untuk menerapkan model STAD tersebut, peneliti berusaha meminimalisir kelemahan–kelemahan model STAD sehingga dengan penerapan model STAD akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. 2.1.3.5 Langkah-langkah Pembelajaran Model STAD Menurut Rusman (2010: 215) langkah-langkah pembelajaran Model STAD yaitu: 1. Penyampaian tujuan dan motivasi Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. 2.
Pembagian kelompok Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras, atau etnik.
19
3.
Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan seharihari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
4.
Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan, dan bantuan bila diperlukan.
5.
Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masingmasing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.
6.
Penghargaan prestasi tim Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a.
Menghitung skor individu Menurut Slavin (dalam Rusman 2010: 216), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
20
Tabel 3 Penghitungan Perkembangan Skor Individu
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
Skor Perkembangan 0 poin
10 sampai 1 poin di bawah skor dasar
10 poin
Skor 0 sampai 10 poin diatas skor dasar
20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
30 poin
Nilai Tes
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor
30 poin
dasar)
b.
Menghitung skor kelompok Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam Tabel 4 berikut: Tabel 4 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No.
c.
Rata-rata Skor
Penghargaan
1.
0≤N≤5
-
2.
6 ≤ N ≤ 15
Tim yang Baik (Good Team)
3.
16 ≤ N ≤ 20
Tim yang Baik Sekali (Great Team)
4.
21 ≤ N ≤ 30
Tim yang Istimewa (Super Team)
Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya.
21
Menurut Agustina Sri Purnami (2012: 126) Langkah-langkah dalam pembelajaran model STAD adalah sebagai berikut: 1.
Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara klasikal.
2.
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, yang setiap kelompok anggotanya 4 – 5 siswa yang bervariasi atau heterogen
3.
Diskusi kelompok untuk penguatan atau mendalami materi, dan siswa dalam kelompok saling membantu.
4.
Guru memberikan tes secara individu, dan setiap siswa tidak boleh saling membantu.
5.
Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor kuis. Sedangkan menurut Sutrisni Andayani (2007: 4) Langkah- langkah pembelajaran
model STAD yaitu: 1.
Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok. Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada: a. Kemampuan akademik (pandai, sedang, dan rendah) Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang. b
Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
2.
Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut : a Pendahuluan Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. b. Pengembangan Dilakukan pengembangan materi yang sesuai dengan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan.
22
Pertanyaan-pertanyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih ke konsep lain. c. Praktek terkendali Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama. 3.
Kegiatan Kelompok Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.
4.
Evaluasi Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
5.
Penghargaan Kelompok Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
6.
Penghitungan Skor Awal dan Perubahan Kelompok Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain. Langkah-langkah pembelajaran model STAD yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang merupakan perpaduan dari pendapat Rusman, Agustina Sri Purnami, dan Sutrisni Andayani. Langkah-langkah pembelajaran model STAD yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar
2.
Guru menyampaikan materi pelajaran.
3.
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dalam kemapuan akademik dan jenis kelamin.
23
4.
Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk dengan berpedoman pada LKS.
5.
Guru memberikan kuis atau evaluasi secara individual.
6.
Guru memberikan penghargaan atas prestasi kelompok dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Menghitung skor individu b. Menghitung skor kelompok c. Pemberian penghargaan dan pengakuan skor kelompok
2.1.3 Langkah-langkah Penerapan Model STAD dalam Pembelajaran Matematika Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. 1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran. b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2. Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti meliputi a. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: 1)
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip “alam takambang” jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
24
2)
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3)
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4)
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5)
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: 1)
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2)
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3)
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4)
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
5)
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
6)
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7)
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
8)
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
9)
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: 1)
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
25
2)
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
3)
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4)
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
5)
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
6)
membantu menyelesaikan masalah;
7)
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
8)
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
9)
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: a. Bersama-sama peserta didik atau sendiri membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran b. Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, pengayaan, layanan konseling atau memberi tugas, baik indivividual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan uraian tentang pelaksanaan pembelajaran tersebut, maka penerapan model STAD dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:
26
Tabel 5 Penerapan Model STAD dalam Pembelajaran Matematika Aspek Pendahuluan
Indikator
Item
1. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. 2. Melakukan
apersepsi
untuk
mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 4. Menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan menggunakan model STAD beserta langkah-langkahnya. 5. Memotivasi
siswa
untuk
aktif
mengikuti
pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan inti Eksplorasi
1. Guru
memberikan
contoh
masalah
dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari 2. Guru menyampaikan materi secara garis besar menggunakan alat peraga. 3. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sedang dijelaskan. 4. Guru memanggil siswa secara acak untuk mengerjakan beberapa contoh soal di papan tulis 5. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan beranggotakan 4-5 siswa yang heterogen pada kemampuan akademik dan jenis kelaminnya. 6. Guru meminta siswa untuk memberi nama dan menyusun struktur organisasi kelompok
27
Elaborasi
1. Guru meminta siswa untuk melakukan kerja kelompok menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS. 2. Guru meminta siswa saling mencocokkan jawaban secara berpasangan dan saling menjelaskan jawaban. 3. Guru meminta siswa untuk bekerja sama, saling membantu teman satu kelompok yang masih kesulitan dalam menyelesaikan soal pada LKS atau kesulitan dalam memahami materi. 4. Guru memberikan dorongan, bimbingan, dan bantuan kepada siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan 5. Guru meminta siswa menuliskan hasil kerja kelompok
pada
lembar
jawab
yang
telah
disediakan. 6. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. 7. Guru meminta siswa untuk mengerjakan kuis individual Konfirmasi
1. Guru bersama siswa mengoreksi dan membahas penyelesaian kuis individual serta memberi nilai pada lembar kuis individual. 2. Guru meminta siswa menghitung skor kemajuan individu dan kelompok 3. Guru memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok berdasarkan perolehan skor kemajuan kelompok. 4. Guru meminta kelompok yang berprestasi untuk memajang sertifikatnya di papan pajangan
28
Penutup
1. Guru
bersama
siswa
menyimpulkan
materi
pembelajaran yang telah dilakukan. 2. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang telah menerapkan model STAD untuk memecahkan masalah pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Neli Nurhayati. Judul penelitiannya yaitu Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kebaturan Bawang Batan. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan rata-rata skor aktivitas siswa 2,5 dengan kriteria baik, siklus II meningkat menjadi 3,1 dengan kriteria sangat baik. Selain aktivitas siswa, aktivitas guru juga mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata yang diperoleh 2,7 dengan kriteria baik, siklus II meningkat menjadi 3,1 dengan kriteria sangat baik. Hasil belajar matematika pada tes awal sebelum siklus diperoleh rata-rata 50 dengan ketuntasan belajar yang diperoleh 40%, pada siklus I rata-rata yang diperoleh 55 dengan ketuntasan belajar klasikal 50%. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar dengan nilai rata-rata pada 68 dengan ketuntasan belajar klasikal 70%. Pada siklus III hasil belajar juga meningkat dengan nilai rata-rata 79 dengan ketuntasan belajar klasikal 87%. Ini berarti diakhir siklus III sudah menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Realistik dapat meningkatkan aktivitas siswa dan guru serta hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Wijayanto. Judul penelitiannya yaitu Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Datar Pada Siswa Kelas IV di SD Negeri Tanggungsari Ketanggungan Brebes. Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 64,44 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 76,66. Peningkatan hasil belajar ini diikuti dengan peningkatan keaktifan siswa. Data hasil
29
aktivitas siswa siklus I 62,96% kemudian naik pada siklus II menjadi 75,92% Siswa menjadi semakin aktif dalam pembelajaran serta aktif dalam kegiatan kelompok. Begitu juga dengan performansi guru, performansi guru pada siklus I mendapat nilai 69,38 pada siklus II naik menjadi 80. Dari hasil penelitian tersebut, simpulan yang dapat diambil adalah Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN Tanggungsari, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan dapat meningkatkan performansi guru dalam pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Mey Syaroh Lies Wurtanti yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Model STAD (Student Teams Achievement Division) dengan Media Manikmanik Pada Siswa Kelas II SDN Sumur 03 Semester I/2011-2012. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa prosentase hasil belajar dalam pembelajaran meningkat. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil evaluasi rata-rata kelas 58,5 pada pra siklus menjadi 70,5 pada siklus I dan 83 pada siklus II. Ketuntasan belajar klasikal dari 35% pada pra siklus menjadi 80% pada siklus I dan 90% pada siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) di SDN Sumur 03 kelas II dapat ditingkatkan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model STAD (Student Teams Achievement Division) dengan media manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan sampai 500 di SD Sumur 03 kelas II semester 1 tahun pelajaran 2011/2012. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penerapan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Pikir Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Guru sebagai komponen yang memiliki peran sangat penting dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat mempermudah siswa untuk memperoleh kompetensi matematika yang nantinya dapat diterapkan dalam memecahkan masalah sehari-hari.
30
Berdasarkan latar belakang masalah pada pembelajaran matematika di Kelas 5 SD Negeri 2 Kritig belum melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif sehingga menyebabkan siswa tidak tertarik atau termotivasi, dan merasa bosan
dalam
pembelajaran. Pembelajaran tersebut cenderung terkesan teacher centered. Hal ini mengakibatkan hasil belajar matematika siswa rendah. Oleh karena itu, peneliti ingin memperbaiki hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada penggunaan model pembelajaran yang lebih efektif, menarik, menyenangkan dan membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan model STAD. Melalui penerapan model STAD siswa akan belajar dalam kelompok yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen, sehingga siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan membantu siswa yang memiliki kemampuan akademik sedang atau rendah dalam memahami materi pelajaran. STAD merupakan salah model pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya. Aktivitas belajar yang dirancang dalam pembelajaran STAD memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai tetapi materi pelajaran yang dikuasai siswa lebih intensif, selain itu dapat menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Adanya pemberian penghargaan bagi kelompok-kelompok yang berprestasi akan memotivasi siswa untuk lebih semangat dan antusias dalam belajar. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan perolehan skor kemajuan kelompok. Semantara itu, skor kemajuan kelompok diperoleh berdasarkan rata-rata skor kemajuan individual setiap anggota kelompok dari skor dasar ke skor kuis individual. Apabila siswa menginginkan agar kelompoknya memperoleh penghargaan, mereka akan lebih giat dalam bekerja dengan kelompoknya, karena satu-satunya cara bagi kelompok untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota kelompok menguasai kemampuan atau materi yang diajarkan guru. Sehingga siswa yang berkemampuan akademik tinggi akan mengajari atau membantu teman-temannya dalam memahami materi. Mereka akan menggunakan kesempatan kerja kelompok dengan sebaik-baiknya agar berhasil dalam melaksanakan
31
kuis individual dan dapat memperoleh skor kemajuan kelompok yang tinggi sehingga dapat memperoleh penghargaan. Dengan penerapan model STAD diharapkan pembelajaran matematika menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Materi yang dipelajari mudah dipahami dan dikuasai oleh siswa yang pada akhirnya terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Kritig Semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
2.4
Hipotesis tindakan Berdasarkan kajian teori, kerangka pikir, dan penelitian yang relevan, hipotesis
dalam penelitian ini yaitu: 1)
Penerapan model STAD diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Kritig Semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
2)
Dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai sintaks model STAD diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Kritig Semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.