BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Perspektif/Paradigma Kajian
2.1.1 Paradigma Penelitian Ilmu bukanlah suatu yang tunggal melainkan plural. Menurut Thomas Kunt, ilmuwan selalu bekerja dibawah satu payung paradigma asumsi ontologisme, metodologis, dan struktur nilai (Adian, 2002). Definisi paradigma yang ditawarkan oleh Kunt sendiri memiliki tiga rumusan yaitu :
1. Kerangka Konseptual untuk mengklarifikasikan dan menerangkan objekobjek fisikal alam. 2. Patokan untuk menspesifikasikan metode yang tepat, teknik-teknik, dan instrument dalam meneliti objek-objek dalam wilayah yang relevan. 3. Kesepakatan tentang tujuan-tujuan kognitif yang absah.
Paradigma menjadi kerangka konseptual dalam mempersepsi semesta. Artinya, tidak ada observasi yang netral. Semua pengalaman perseptual kita selalu dibentuk oleh kerangka konseptual yang kita gunakan. Misalnya, Aristoteles melihat gerak benda jatuh sebagai garis lurus. Sedang Newton mempersepsinya sebagai gerak pendulum. Hal ini menurut Khun disebabkan oleh perbedaan paradigm yang dianut keduanya. Aristoteles dan Newton mengadopsi asumsi ontologism yang berbeda semesta. Dalam metode penelitian ada 4 paradigma besar yaitu positivistik, postpositivistik, kritis, dan konstruktivis. Tabel 1 berikut menyajikan perbandingan atau perbedaan dari ruang lingkup paradigma tersebut dipandang dari sisi ontologism, epistemology dan metodologis.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perbandingan Ontologis, Epistemologis dan Metodologis
Bidang
Positivisme
Post-
Kritis
Konstruktivism
Positivisme
e
Ontology
Realisme naïf;
Realisme krit
Realisme
Relativisme,
Asumsi
semesta adalah
is:
kritis:
semesta yang
tentang
nyata dan
semesta luar
semesta
diketahui itu
realitas
dapat
bersifat nyata
hidup
spesifik,lokal
diketahui apa
akan tetapi
atau virtual
yang
adanya
tidak
yang
dikonstruksi
pernah
dikonstruksi
oleh
seluruhnya
secara sosial,
paradigm
diketahui
politik,
tertentu
secara
budaya,
atau perspektif
sempurna, ada ekonomi, banyak
etnik
kemungkinan
dan gend
yang dapat
er
tertentu.
diketahui Epistemo
Bersifat dualis,
Obyektivisme
Bersifat
Bersifat
logy
objektivis
yang
transaksional
transaksional,
Asumsi
dimod
,
dialogis, teori
tentang
ifikasi,
dialogis,
konstruksi
hubungan
yaitu
temuan
sebagai
antara
objektivitas
-
hasil
yang
sebagai buah
temuan
investigasi
diteliti
dari
ilmiah
dan proses
dengan
keinginan
dimuati nilai
sosial
yang
untuk
dan
(khususnya
menelit
mengontrol,
kepentingan
ilmu
teori
pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
yang ersifat
sosial
tentative dan
budaya)
probabilitas. Metodolo Eksperimental
Eksperimental Dialogis,
Hermeneutik
gis
manipulatif,
yang
transformativ dan
Asumsi
pembuktian
dimodifikasi
e
dialektis, ilmu
metodolo
atas
dan terbuka
guna
hasil
gis
hipotesis,
secara kritis
mengatasi
konstruksi
tentang
kuantitatif
pada
kesadaran
atau interaksi
bagaiman
keanekaragam palsu.
peneliti
a
an
terhadap
peneliti
dan latar
objek yang
mempero
penelitian
ditelit
leh
yang
pengetah
lebih alami
uan Sumber: Ardianto, Elvinaro, 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung. PT.Rosda Karya.
Pendekatan positivistik mengarah pada metode kuantitatif dengan teknik statistiknya yang mendominasi analisis penelitian sejak abad ke 18 hingga saat ini. Pendekatan ini bersumber dari wawasan filsafat positivisme Comte yang menolak metaphisik dan teologik; atau setidak-tidaknya mendudukkan metaphisik dan teologi
primitif.
Materialisme
mekanistik-mekanistik
sebagai
perintis
pengembangan metodologi ini mengemukakan bahwa hukum-hukum mekanik itu inheren dalam benda itu sendiri; ilmu dapat menyajikan gambar dunia secara spekulasi filsofik. Positivisme logik lebih jauh mengembangkan metodologi aksioma teori ilmu ke dalam logika matematik, dan dikembangkan lebih jauh lagi dalam logika induktif, yaitu ilmu itu bergerak naik dari fakta-fakta khusus fenomenal ke generalisasi teoritik. Menurut positivisme, ilmu yang valid adalah ilmu yang dibangun dari empirik. Dengan pendekatan positivisme dan metodologi penelitian
Universitas Sumatera Utara
kuantitatif, generalisasi dikonstruksikan dari rerata keragaman individual atau rerata frekuensi dengan memantau kesalahan yang mungkin. Menurut positivisme, ontologik realitas dapat dipecah-pecah, dipelajari independen, dieliminasikan dari objek lain, dan dapat dikontrol. Dari segi epistimologik, pendekatan ini menuntut pilahnya subjek peneliti dengan objek penelitian. Tujuannya agar diperoleh hasil yang objektif. Tujuan penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme menyusun bangunan ilmu nomothetik, yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum dari generalisasinya. Dari segi aksiologi, positivisme menuntut agar penelitian itu bebas nilai (value free). Mereka mengejar objektivitas agar dapat ditampilkan prediksi atau hukum yang keberlakuannya bebas waktu dan tempat. Pendekatan yang muncul setelah itu adalah pendekatan post-positivistik. Karakteristik utama positivistik adalah pencarian makna dibalik data. Awal dari post-positivistik adalah pemikiran Descartes yang menjadi eksponen pertama dari rasionalisme yang menyajikan model pembuktian berangkat dari aksioma yang membuktikan sendiri kebenarnnya. Bagi pendekatan positivistick, mencari makna adalah mencari signifikasi. Bagi rasionalisme mencari makna secara ontologik bergerak yang empirik sensual, logik dan yang etik. Secara epistimologi menggunakan berpikir reflektif, verstehen, menggunakan pola pikir divergensi, kreatif, inovatif untuk mendapatkan makna yang lebih jauh lagi dari sekedar signifikasi. Kesimpulan penelitian yang menghentikan pemahamannya sampai kesimpulan statistik atau pun terhenti sampai penjabaran verbal dari kesimpulan statistik yang masih berada pada tahap pemaknaan penerjemahan. Pemaknaan berikut adalah kemampuan mencari arti dibalik yang tersurat. Yang tersurat mungkin empirik sensual, dicari makna logik atau etiknya. Yang tertangkap kejadian kasus, dengan ketajaman reflektif dan juga verstehen mungkin tertangkap makna universalnya. Pemaknaan yang diharapkan lebih berkembang dari hasil-hasil penelitian adalah pemaknaan yang lebih jauh lagi, yaitu pemaknaan ekstrapolasi. Kemampuan berpikir kreatif divergen tetapi juga sintesis, kemampuan berpikir kreatif sekaligus inovatif. Mampu menggunakan berpikir holografik dan
Universitas Sumatera Utara
morfogenetik, mampu secara lincah bergerak antara berpikir hierarki dan heteraki, mampu berpikir konstektual sekaligus antipatif, mampu membijakkan diri untuk bergerak dari yang sensual sampai yang etik, itulah modal dan cara kerja yang diharapkan untuk dapat memberi makna lebih dalam dan lebih jauh dari hasil suatu penelitian. Membangun konseptualisasi masa depan kehidupan kemanusiaan itulah yang perlu dicapai, bukan menyajikan fragmen-fragmen kehidupan tanpa menyadari integritas totalnya. Pendekatan selanjutnya yang muncul setelah post-positivisme adalah pendekatan kritis yang banyak diilhami oleh ajaran-ajaran Marxisme. Patti Lather mengetengahkan bahwa pendekatan teori kritis termasuk pendekatan era postpositif yang mencari makna dibalik yang empiri, dan menolak value free. Pendekatan kritis mempunyai komitmen yang tinggi kepada tata sosial yang lebih adil. Dua asumsi dasar yang menjadi landasan, yaitu : pertama ilmu sosial bukan sekedar memahami ketidakadilan dalam distribusi kekuasaan dan distribusi resources, melainkan berupaya untuk membantu menciptakan kesamaan dan emansipasi dalam kehidupan; kedua, pendekatan teori kritis memiliki keterikatan moral untuk mengkritik status quo dan membangun masyarakat yang lebih adil. Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan konstruktivis. Pendekatan ini termasuk dalam post-positivisme interpretif, tetapi memiliki kekhususan. Konstruktivis
sebagaimana
interpretif
menolak
objektivitas.
Objektivitas
sebagaimana dianut oleh post positivist berpendapat bahwa yang ada adalah pemaknaan kita tentang di luar diri yang kita konstruk, empirical-constructed facts. Ilmu dan kebenaran dibangun, sifatnya pluralistik dan plastis. Disebut pluralistik karena realitas dapat diekspresikan dengan beragam simbol dan beragam sistem bahasa. Disebut plastis karena realitas itu tersebar dan terbentuk sesuai dengan tindakan perilaku manusia yang berkepentingan. Menggantikan teori ilmu, para konstruktivis menawarkan fungsi instrumental dan fungsi praktis dalam mengkonstruk pengetahuan. Para konstruktivis adalah anti esensialis dan mereka berasumsi bahwa self evidence apapun itu merupakan produk praktik diskursus yang sangat kompleks.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Konstruktivisme Konstruktivisme
berpendapat
bahwa
semesta
secara
epistimologi
merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Dengan demikian dunia muncul dalam pengalaman manusia secara terorganisir dan bermakna. Keberagaman pola konsep/kognitif merupakan hasil dari lingkungan historis, cultural, dan personal yang digali terus menerus. Istilah konstruksi sosial sendiri menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of reality, a treatise in the sociological of knowledge”. Mereka menggambarkan bahwa proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Menurut mereka, konstruktivisme merupakan penggabungan dari dua teori yaitu structural fungsionla dan interaksionisme simbolik. Dalam aliran filsafat, gagasan konstruktisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia dan sejak Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan tersebut lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah informasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi, dan lain sebagainya. Ia mengatakan, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataannya harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika, dan dasar pengetahuan adalah fakta. Descartes kemudia memperkenalkan ucapannya “cogito, ergo sum” atau “ saya berpikir karena saya ada”. Kata-kata Descartes yang
terkenal
itu
menjadi
perkembangan
gagasan-gagasan
paradigma
konstruktivisme sampai saat ini. Di dalam ilmu-ilmu sosial, paradigm ini merupakan salah satu dari tiga paradigma yang ada. Dua paradigma lainnya adalah klasik dan kritis. Bagi kaum konstruktivis, semesta adalah suatu konstruksi artinya bahwa semesta bukan dimengerti sebagai semesta yang otonom, akan tetapi dikonstruksi secara sosial, dan karenanya plural. Konstruktivisme menolak pengertian ilmu
Universitas Sumatera Utara
sebagai yang terberi dari objek adanya hubungan yang antara pikiran yang membentuk ilmu pengetahuan dengan objek atau eksistensi manusia. Dengan demikan paradigm konstruktivis mencoba menjembatani dualisme objektivismesubjektivisme dengan mengafirmasi peran subjek dan objek dalam ilmu pengetahuan. Positivisme meyakini bahwa pengetahuan harus merupakan representasi (gambaran atau ungkapan) dari kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme). Pengetahuan dianggap sebagai kumpulan fakta. Sedangkan konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut (Elvinaro & Bambang, 2007:155) :
1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Jadi intinya konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi realsi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya. Kemudian individu membagun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihatnya itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Konstruksi semacam ini yang oleh Berger dan Luckman disebut dengan konstruksi sosial. Realitas sosial yang dimaksud Berger dan Luckman ini terdiri dari realitas objektif, simbolik, dan subjektif. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman dunia objektif, yang berada di luar individu dan realitas ini
Universitas Sumatera Utara
dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolik adalah reaksi simbolis dari realitas-realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara alamiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai pengalaman, profesi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Dalam melakukan pekerjaan, peneliti sebagai seorang konstruktivis akan melakukan konstruksi dan perlu meyakinni bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak sesuai dengan kategori konseptual dalam pemikirannya. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa individu memandang dunia melalui sistem konstruk personalnya. Konstruk personal adalah indikator adanya kompleksitas kognitif. Kompleksitas kognitif merupakan bangunan kognitif yang disesuaikan dengan realitasnya. Bangunan ini kemudian memberi perintah pada persepsi seseorang (Antonius, 2004:110). Subjek memiliki kemampuan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipahami, diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan menciptakan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara.
2.2
Kajian Pustaka Pada suatu penelitian, peneliti harus memiliki landasan teori yang sesuai
dengan masalah yang akan ditelitinya. Teori memberikan pemahaman dan penjelasan terhadap sesuatu yang sulit untuk dimengerti dimana teori adalah abstraksi dari realitas Teori memberikan dasar dalam suatu penelitan untuk memprediksi
dan
merumuskan
pernyataan-pernyataan
yang
menyangkut
pemahaman pemikiran (Severin & Tankard, 2008:12-13) Teori merupakan proposisi yang memberikan penjelasan atas suatu gejala. Teori memberikan suatu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. Teori merupakan penjelasan atau rumusan yang pada umumnya benar (Soehartono,
Universitas Sumatera Utara
2008:6). Kerangka teori disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Selain itu, Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi, yang mengemukakan pendapat sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004 : 6). Setiap penelitian mempunyai titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti sebuah masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok yang menggambarkan diri dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Dalam penelitian ini, adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:
2.2.1
Komunikasi Bila ditinjau secara etimologi, dapat disebutkan bahwa istilah komunikasi
dalam Bahasa Inggris yaitu communication berasal dari kata Latin communis, artinya sama. Maksudnya bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan sesuatu pihak, maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengatakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya atau menyamakan dirinya dengan yang diajaknya berkomunikasi (Suwardi, 2007:6-7). Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita akan menemukan peristiwa komunikasi
dimana-mana
dalam
berbagai
cara
berkomunikasi.
Karena
komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap individu. Dikatakan sebagai hal yang mutlak karena, pada dasarnya manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Kita mengkomunikasikan pemikiran, perasaan, dan keinginan. Sederhana atau kompleks, baik disengaja maupun tidak sengaja, aktif maupun pasif, komunikasi merupakan salah satu perlengkapan penting dalam mencapai hasil, pemuasan kebutuhan, dan pemenuhan ambisi, sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan bagian terbesar dalam kehidupan kita sehari-hari. Lazimnya, komunikasi diartikan sebagai kegiatan interaksi dan bertukar pesan, namun berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi dari komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah istilah yang populer dewasa ini. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan sama makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa tersebut. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti dari bahan yang dipercakapkan. Pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Seperti yang dikatakan oleh Samovar dkk, bahwa komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalui penggunaan simbol (Samovar, dkk, 2010: 18). Bagi Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Sedangkan menurut Joseph A. Devito, komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan yang mendapat distorsi dari gangguan-gangguan dalam suatu konteks yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik (Effendy, 2006: 5). Komunikasi menurut Everett M, Rogers seperti yang dikutip Onong Uchjana Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Richard dan Yoshida mengatakan bahwa komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal ataupun nonverbal,
Universitas Sumatera Utara
tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama (Mulyana, 2004: 3). Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non verbal. Bagi Everett Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Sedangkan menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Uchjana, 2006: 10). Batasan lingkup komunikasi adalah berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain (atau lain-lainnya) terutama melalui simbol-simbol (Nawawi 1995: 40). Simbol atau lambang adalah sesuatu yang mewakili sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan bersama (Mulyana, 2004:3). Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya elemen komunikasi, yaitu sebagai berikut: 1. Sumber Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya organisasi atau lembaga. Sumber disebut juga sebagai pengirim atau komunikator. Dalam hal ini yang bertindak sebagai komunikator adalah Dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Pesan Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Dalam hal ini, pesan yang disampaikan berupa komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. 3. Media Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media bisa bermacam-macam bentuknya yaitu, indera manusia, saluran komunikasi berupa media cetak dan elektronik, dan
Universitas Sumatera Utara
media komunikasi sosial seperti balai desa, kesenian rakyat, dan pesta rakyat. 4. Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi karena dialah yang menjadi sasaran komunikasi. Dalam hal ini, yang bertindak sebagai komunikan adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Tahun Ajaran 2010/2011. 5. Efek Efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek bisa juga diartikan sebagai perubahan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan (Cangara, 1998: 23-25). Efek yang akan terlihat berupa minat mahasiswa dalam memilih judul skripsi Tahun Ajaran 2010/2011. 6. Tanggapan Balik Ada yang beranggapan bahwa umpan balik adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bias juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai 7. Lingkungan Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu (Cangara, 2004:23-27).
2.2.1.2
Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan
bisa
berupa
keyakinan,
kepastian,
keragu-raguan,
Universitas Sumatera Utara
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11). Wilbur
Schramm
(Effendy,
1992:32-33)
dalam
karyanya
“How
Communication Works” mengatakan the condition of success in communication diringkas sebagai berikut: a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud. b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti. c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan yang layak
bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Proses komunikasi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu (Effendy,2000;11) : 1. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses pencapaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikannya. 2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam
Universitas Sumatera Utara
melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau berjumlah banyak.
Komunikasi yang efektif adalah sejauhmana komunikator mampu berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan memahami pesan yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan, cara penyajian pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh Komunikator.
2.2.1.3
Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi (Effendy, 2005:8), yaitu : 1. Menyampaikan informasi (to inform). 2. Mendidik (to educate). 3. Menghibur (to entertain). 4. Mempengaruhi (to influence).
2.2.1.4
Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi (Effendy, 2005:8), yaitu : 1. Perubahan sikap (attitude change). 2. Perubahan pendapat (opinion change). 3. Perubahan perilaku (behavior change). 4. Perubahan sosial (social change).
2.2.1.5 Prinsip Komunikasi Menurut Samovar, dkk, ada enam prinsip komunikasi, yaitu: 1. Komunikasi merupakan proses dinamis. Dinamis menandakan aktivitas yang sedang dan terus berlangsung; tidak statis. Komunikasi itu seperti gambar hidup, bukan hasil jepretan. Kata atau tindakan tidak membeku
Universitas Sumatera Utara
ketika individu berkomunikasi, namun selalu berganti dengan kata atau tindakan yang lain. Proses dinamis mengandung arti bahwa pengiriman dan penerimaan pesan melibatkan sejumlah variabel penting yang bekerja dalam waktu yang bersamaan. Kedua belah pihak yang terlibat sama-sama melihat, mendengar atau tersenyum dalam waktu yang sama. Konsep “proses” dalam kata dinamis juga berarti bahwa seseorang dengan orang lain merupakan bagian dari suatu proses dinamis komunikasi. Seseorang dipengaruhi oleh pesan orang lain dan sebagai akibatnya seseorang tersebut berubah; pesan seseorang itu juga mengubah orang lain. Dapat dikatakan bahwa seseorang mengalami perubahan fisik dan psikologis tiada akhir hingga ia mati. 2. Komunikasi merupakan simbol. Simbol merupakan ekspresi yang mewakili atau menandakan sesuatu hal yang lain. Salah satu karakteristik simbol adalah bahwa simbol tidak mempunyai hubungan langsung dengan apa
yang
diwakilinya,
sehingga
dapat
berubah-ubah.
Manusia
menggunakan simbol bukan hanya dalam berinteraksi. Gudykunst dan Kim (dalam Samovar, dkk, 2010 ) mengatakan bahwa suatu simbol menjadi simbol ketika sejumlah orang sepakat menjadikannya suatu simbol. 3. Komunikasi merupakan kontekstual. Komunikasi dikatakan kontekstual karena komunikasi terjadi pada situasi atau sistem tertentu yang mempengaruhi apa dan bagaimana kita berkomunikasi dan apa arti dari pesan yang kita bawa. Seperti yang dikemukakan oleh Littlejohn, “komunikasi selalu terjadi dalam konteks dan sifat komunikasi sangat bergantung pada konteks ini.” Hal ini berarti bahwa tempat dan lingkungan menolong seseorang untuk menentukan kata serta tindakan yang dia hasilkan dan mengartikan simbol yang dihasilkan orang lain. Pakaian, bahasa, perilaku menyentuh, dan lainnya diadaptasikan dalam konteks. 4. Komunikasi merupakan refleksi diri. Refleksi diri menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk memikirkan diri sendiri, teman mereka berkomunikasi, pesan-pesan mereka, dan akibat potensial dari
Universitas Sumatera Utara
pesan tersebut (terjadi dalam waktu yang sama). Manusia adalah satusatunya spesies yang dapat berada dalam posisi yang sama di waktu yang bersamaan pula. Ciri ini mengizinkan seseorang untuk memonitor tindakannya dan membuat beberapa penyesuaian penting ketika hal itu dibutuhkan. 5. Kita belajar untuk berkomunikasi. Kemampuan seseorang berkomunikasi merupakan hubungan yang saling mempengaruhi antara apa yang ada dalam dirinya dan apa yang ia pelajari tentang komunikasi selama hidup. Seseorang dapat menerima satu fakta secara bergantian dan otaknya menyimpan fakta tersebut. Seseorang itu mungkin punya masalah mengingat, tetapi sebenarnya informasi itu tetap ada disana. Tidak semua orang memiliki pengalaman yang sama dan apa yang seseorang ketahui belum tentu diketahui orang lain. 6. Komunikasi memiliki konsekuensi. Inti dari prinsip ini adalah bahwa kegiatan mengirim dan menerima simbol mempengaruhi semua orang yang terlibat di dalamnya. Respons seseorang terhadap suatu pesan berbeda, baik dari segi cara maupun jenisnya. Hal ini mungkin membantu seseorang untuk mencoba menggambarkan respons potensial yang ia miliki dalam suatu rangkaian kesatuan. Di akhir setiap rangkaian ini terdapat respons terhadap pesan yang jelas dan mudah dimengerti. Salah satu implikasi penting dari prinsip ini adalah pengaruh potensial yang seseorang miliki atas orang lain. Apa yang seseorang katakan pasti berpengaruh pada orang lain: bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri, bagaimana mereka berpikir tentang diri mereka sendiri, dan bagaimana mereka berpikir tentang orang lain (Samovar, dkk, 2010: 1825).
2.2.1.6 Ruang Lingkup Komunikasi Adapun ruang lingkup komunikasi adalah (Effendy, 2005:7-9): 1. Berdasarkan bentuk komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: 1.1 Komunikasi Personal(personal communication). 1) Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication).
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi intra personal yaiut dengan diri sendiri, proses mengambil keputusan apakah menerima atau menolak suatu pesan yang disampaikan komunikator. 2) Komunikasi antarpersonal (interpersonal communication). Komunikasi inter personal (antar pribadi), yaitu komunikasi antar manusia secara tatap muka dan umpan baliknya biasanya bersifat langsung. 1.2 Komunikasi Kelompok (group communication). 1.2.1 Komunikasi kelompok kecil (smallgroup communication). 1) Ceramah(lecture). 2) Diskusi panel (panel discussion). 3) Simposium(symposium). 4) Forum. 5) Seminar. 6) Curahsaran. 7) Dan lain-lain. 1.2.2 Komunikasi Kelompok Besar (large group communication). 1) Rhetorika. 2) Public Speaking. 3) Kampanye. 1.3 Komunikasi Massa(mass communication) Komunikasi Massa, yaitu komunikasi yang menggunakan sarana media untuk meneruskan suatu pesan kepada para komunikan yang jauh lokasinya dan banyak jumlahnya atau keduanya, melalui media seperti : 1) Pers 2) Radio 3) Film 4) Televisi 5) Dan lain-lain. 1.4 Komunikasi Media (media communication). 1) Surat.
Universitas Sumatera Utara
2) Telepon. 3) Pamflet. 4) Poster. 5) Spanduk. 6) Lain-lain. 2.
Berdasarkan sifat komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: 2.1.1 Tatap muka(face toface). 2.1.2 Bermedia (mediated). 2.1.3 Komunikasi verbal (communication verbal). 1) Lisan (oral). 2) Tulisan/cetak (written/printed). 2.1.4 Komunikasi nonverbal (communication non-verbal). 1) Kial/isyarat badaniah (gestural). 2) Bergambar (pictorial).
3.
Berdasarkan Metode Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: 3.1.1 Jurnalistik (journalism) Jurnalistik yaitu, keterampilan atau kegiatan mengelola berita dari mulai peliputan sampai siap dikonsumsi khalayak. Jenis-jenis jurnalistik yaitu : 1) Jurnalistik cetak (printed journalism) 2) Jurnalistik elektronik (electronic journalism) 3) Jurnalistik radio (radio journalism) 4) Jurnalistik televisi (television journalism). 3.1.2 Hubungan Masyarakat (public relations). Hubungan masyarakat, yaitu keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara hubungan baik dan saling pengertian antara satu organisasi dengan khalayaknya. 3.1.3 Periklanan (advertising). Periklanan, yaitu kegiatan merancang pesan persuasif yang paling tepat dan efektif terhadap suatu produk barang dan jasa 3.1.4 Pameran (exhibition/exposition).
Universitas Sumatera Utara
3.1.5 Publisitas (publicity). 3.1.6 Propaganda. Propaganda, yaitu kegiatan mempengaruhi orang lain melalui cara bujukan. 3.1.7 Perang urat saraf (psychological warfare) 3.1.8 Penerangan. 4.
Berdasarkan teknik komunikasi, adalah : 4.1.1 Komunikasi informatif (informative communication). 4.1.2 Komunikasi persuasif (persuasive communication). 4.1.3 Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive communication). 4.1.4 Hubungan manusiawi (human relations).
5.
Berdasarkan Model Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut : 5.1.1 Komunikasi satu tahap (one step flow communication). 5.1.2 Komunikasi dua tahap (two step flow communication). 5.1.3 Komunikasi multi tahap (multistep flow communication).
6.
Berdasarkan bidang komunikasi, meliputi: 6.1.1 Komunikasi sosial (social communication). 6.1.2 Komunikasi
manajemen/organisasi
(management/organizational
communication). 6.1.3 Komunikasi perusahaan (bussines communication). 6.1.4 Komunikasi politik (political communication). 6.1.5 Komunikasi internasional (international communication). 6.1.6 Komunikasi antarbudaya (intercultural communication). 6.1.7 Komunikasi pembangunan (development communication) 6.1.8 Komunikasi lingkungan (environment communication). 6.1.9 Komunikasi tradisional (traditional communication).
2.2.2
Psikologi Komunikasi Komunikasi memiliki makna yang luas, komunikaasi meliputi segala
penyampaian tanda dan sebagainya. Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh dan lainnya. Sedangkan psikologi membantu memahami diri sendiri dan orang lain, bagaimana individu membuat
Universitas Sumatera Utara
interaksi lebih bermakna maupun bagaimana mengubah sikap dan perilaku seseorang. George A. Miller 1974 (dalam Rakhmat 2007:9) membuat defenisi psikologi komunikasi, yakni “psychology is the science that attempts to describe predicr and control mental and behavioral events. Dengan demikian psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalkan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia. Kurangnya
komunikasi
akan
menghambat
perkembangan
kepribadian.
Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Dalam sejarah perkembangannya komunikasi memang dibesaran oleh para peneliti psikologi. Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut Wilbur Schramm adalah sarjana psikologi. Kurt Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai ”the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience). Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal”. Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. (Rahmat, 2005). Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu : bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lainnya. Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau memengaruhi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat manusia sehingga setiap orang yang belajar tentang manusia mesti sesekali waktu menolehnya.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi telah ditelaah dari berbagai segi : antropologi, biologi, ekonomi, sosiologi, linguistik, psikologi, politik, matematik, enginereering, neurofisiologi, filsafat, dan sebagainya. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam kontesks interkasi sosial, dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Colon Cherry (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai, ”usaha untuk membuat suatu satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian
peraturan
untuk
berbagai
kegiatan
mencapai
tujuan.”
Psikologi uga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi tertama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyababkan terjadinya perilaku manusia itu. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas lainnya, psikologi pada perilaku individu komunikan. Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi : 1. Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli) 2. Proses yang mengantarai stimuli dan respon (internal meditation of stimuli) 3. Prediksi respon (prediction of response) dan 4. Peneguhan respon (reinforcement of responses).
Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang. Tanda-tanda komunikasi efektif menimbulkan lima hal : 1. Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. 2. Kesenangan : Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. 3. Mempengaruhi sikap : Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai ”proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
4. Hubungan sosial yang baik : manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya dengan ”kebutuhan akan cinta” atau ”belongingness”. William Schutz merinci kebuthan dalam tiga hal : kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengar orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta serta rasa kasih sayang (affection). 5. Tindakan : Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki. Menimbukan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tidakan, kita harus berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan menguhan sikap, atau menumbukan hubungan yang baik.
Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenakannya berupa masukan kepada organ-organ penginderaan kita yang berupa data. Stimuli berbentuk pesan, suara, warna, segala hal yang mempengaruhi kita. Sapaan berupa hai, apa kabar merupakan satuan stimuli yang terdiri dari berbagai stimuli baik dari segi pemandangan, suara, penciuman dan sebagainya. Stimuli ini kemudian diolah dalam jiwa kita, dan kita akhirnya mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi. Kita mengetahui jika seseorang tersenyum, tepuk tangan dan meloncat-loncat , pasti ia dalam keadaan gembira. Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi maka terjadilah proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif (aspek berfikir dan merasa), proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dan mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi. Komunikator dapat menganalisa karakter komunikasi komunikan sebagai sumber informasi. Bagaimana komunikan mengartikan pesan yang disampaikan. dapat diteliti kerangka rujukan yang dipakai dan dapat dilacak pola komunikasi interpersonal yang dilakukan. Psikolog komunikasi berusaha memahami peristiwa komunikasi dengan menganalisa keadaan internal, “suasana batiniah “ individu,
Universitas Sumatera Utara
akan diteliti bagaimana suasana perasaan, motif atau cara individu mendefinisikan situasi yang dihadapinya.
2.2.3
Teori S-O-R Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini
semula berasal dari bidang ilmu psikologi . Teori ini kemudian muncul menjadi bagian teori komunikasi, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponenkomponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2007:254). Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik (sikap). Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting (Effendy, 2007:255), yaitu: 1. Perhatian 2. Pengertian 2.1 Pengetahuan 2.2 Pemahaman 3. Penerimaan
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin akan diterima atau mungkin akan ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya melanjutkan
komunikan proses
mengerti.
berikutnya.
Kemampuan Setelah
komunikan
komunikan
inilah
mengolahnya
yang dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-
Universitas Sumatera Utara
Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Model stimulus-respon (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model
dipengaruhi
oleh
disiplin
psikologi,
khususnya
yang
beraliran
behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus-respons. Gambar 2.1 Model S-R Stimulus
Respon
Stimulus Respon Theory atau S-R Theory menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangasang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif, misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyumini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model nilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori ini pun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah; 1.
Pesan (stimulus, S) Stimulus atau pesan yang dimaksud di sini adalah mata kuliah jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan (mahasiswa) dan kemungkinan akan diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.
Universitas Sumatera Utara
Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap atau opini. 2. Komunikan (organism, O) yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU TA 2010/2011.
3. Efek (Response, R) Yaitu terbentuknya perilaku mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU sebagai response yang ditujukan terhadap perangsang yang bersifat kontroversif. Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi mata kuliah jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU sebagai stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami. Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan. Prosesnya adalah sebagai berikut:
Organism : - Perhatian
STIMULUS
- Pengertian - penerimaan
Response Gambar 2.2
Universitas Sumatera Utara
Teori S-O-R (Effendy, 2002: 253)
Gambar di atas menunjukan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin tidak diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti, setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : 1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. 2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organism (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. 3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). 4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapa tmeyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organism ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya melanjutkan
komunikan proses
mengerti.
berikutnya.
Kemampuan Setelah
komunikan
komunikan
inilah
yang
mengolahnya
dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. 1. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung
berkomunikasi
dengan
kepada
kualitas
organisme.
rangsang
Artinya
(stimulus)
kualitas
dari
yang sumber
komunikasi (sources)misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal. Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung
Universitas Sumatera Utara
terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien.
2.2.4
Minat Seorang komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah
laku komunikan apabila antara mereka merasa adanya persamaan. Oleh karena itu, seorang komunikator harus dapat membangkitkan perhatian komunikan sehingga diantara mereka timbul persamaan makna akan suatu hal yang akan menjadi
langkah
awal
suksesnya
komunikasi.
Apabila
perhatian
telah
dibangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya menumbuhkna minat. Menurut Hafied Cangara (2002 : 65) minat berarti perhatian, rasa suka/ senang, rasa tertarik atau hasrat terhada suatu keinginan. Effendi mengungkapkan minat adalah kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak kelanjutan timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan (2005 : 10). Lebih lanjut Effendy mengemukakan bahwa minat muncul karena adanya stimulus motif yang menimbulkan motivasi. Sedangkan menurut Hurlock (1978 : 115), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang unutk melakukan apa yang mereka inginkan. Menurut Ryono Praktikno (1987 : 54), minat atau sikap yang membuat seseorang senang terhadap objek situasi dan ide tertentu. Istilah minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rasa ketertarikan terhadap sesuatu yang pernah diketahui sebelumnya, hal yang menimbulkan ketertarikan itu tidak hanya menyenangkan atau memberi kepuasan bagi seseorang tetapi juga menakutkan. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek, cenderung untuk memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut. Namun apabila obyek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka ia tidak akan memiliki minat pada obyek tersebut. Crow and Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu sendiri. Dengan
Universitas Sumatera Utara
kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegiatan itu. Minat erat hubungannya dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegiatan itu. Minat juga erat hubungannya dengan dorongan (drive), motif, dan reaksi emosional. Misalnya minat terhadap riset ilmiah, mekanika, atau mengajar bisa timbul dari tindakan atau dirangsang oleh keinginannya dalam memenuhi rasa ingin tahu seseorang terhadap kegiatan tersebut. Minat sebagai motif yang menunjukkan arah perhatian individu terhadap obyek yang menarik atau menyenangkannya, maka ia cenderung akan berusaha aktif dengan obyek tersebut. Adapun tanda-tanda bahwa seseorang telah sampai ke taraf ini antara lain adalah: mau melakukan sesuatu atas prakarsa sendiri, melakukan sesuatu secara tekun, dengan ketelitian dan kedisiplinan yang tinggi. Melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinannya itu dimana saja, kapan saja, dan atas inisiatif sendiri. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995 : 144). Hurlock juga mengemukakan bahwa minat mrupakan hasil dari pengalaman belajar bukan dari bawaan lahir. Minat sangat penting untuk dihadirkan dalam diri seseorang karena menjadi motivasi kuat seseorang untuk belajar. Minat juga mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi seseorang dan minat juga menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Selain itu Hurlock (1993) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. Jadi bisa disimpulkan bahwa minat adalah perpaduan antara
Universitas Sumatera Utara
keinginan dan kemauan yang dapat berkembang menjadi motivasi. Minat terbagi menjadi 3 aspek,yaitu: 1. Aspek Kognitif Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah,sekolah dan masyarakat serta berbagai jenis media massa. 2. Aspek Afektif Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu. 3. Aspek Psikomotor Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat. Beberapa kondisi yang mempengaruhi minat seseorang yaitu : 3.1. Status ekonomi Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami
kemunduran
karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka. 3.2. Pendidikan Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikanyang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. 3.3. Tempat Berdomisili Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
2.3
Model Teoritik Model ini bilamana dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan, yakni
tentang minat mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011 tentang penelitian di bidang komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Model S-O-R (Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi FISIP USU)
STIMULUS
ORGANISM
RESPONSE
Mata kuliah
Mahasiswa
Pemilihan Judul
jurusan Ilmu
Ilmu
Skripsi
Komunikasi
Komunikasi
FISIP USU
FISIP USU T.A 2010/2011
Universitas Sumatera Utara