BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Sepengetahuan penulis, penelitian tentang kata sifat bahasa Bolango belum pernah diteliti baik mahasiswa di luar daerah maupun yang berada di Molibagu. Namun ada penelitian yang relevan tentang kata sifat. Tohopa (1999) „Deskripsi Kata Sifat Bahasa Buol‟. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni arti kata sifat bahasa Buol, bentuk kata sifat bahasa Buol, ciri kata sifat bahasa Buol, dan proses pembentukan kata sifat bahasa Buol. Hasil kajian itu menerangkan bahwa kata sifat bahasa Buol dapat dilihat dari arti kata sifat, ciri kata sifat, bentuk kata sifat, dan proses pembentukan kata sifat. Dari segi arti, kata sifat bahasa Buol memiliki arti, yaitu (i) arti positif, yakni menyatakan persamaan atau kesetaraan.; (ii) arti kooperatif, yakni menyatakan benda yang satu melebihi atau kurang dari pada keadaan benda yang lain; (iii) arti superlative yakni menyatakan sifat yang dimiliki suatu kata yang sangat tinggi tarafnya, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan benda lain. Dari segi bentuk, kata sifat Buol terdiri dari dua macam yakni kata dasar atau bentuk kata dasar dan kata jadian, selanjutnya kata sifat Buol dibentuk melalui tiga proses yaitu proses morfologi atau pemberian afiks, proses reduplikasi atau pengulangan, dan proses kompositum atau pemajemukan. Abdullah (2004) “Afiks Bahasa Bolango”. Penelitian ini membahas penggunaan afiks bahasa Bolango yang dihubungkan dengan kedudukan kata berafiks
dalam tataran sintaksis. Selain itu juga dibahas tentang beberapa aspek sehubungan dengan penggunaan afiks bahasa Bolango. Prefiks yang diperoleh dalam penelitian ada 11 macam yakni prefiks mo-, no-, po-, mopo-, mo?o-, moti-, nopo-, popo-, dan prefiks mong-. Infiks yang didapatkan dari penelitian ada 2 macam yakni infiks umdan infiks in-. sufiks yang ditemukan ada 4 macam yaitu sufiks –da, -nia, -ma?o dan sufiks –mai. Konfiks terdiri dari 4 macam yakni po-/-do, mo-/-pa, dan konfiks po-/pa. Makna afiks yang diperoleh ada beberapa macam yakni menyatakan sedang melakukan pekerjaan, kalimat penegasan, kalimat syarat, perintah, ajakan, bermakna menyatakan jumlah, dan yang bermakna menyatakan kata sifat. Sya‟ban (2011) “ Pembentukan Reduplikasi Bahasa Bolango”. permasaahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni (1) Bagaimana wujud vokal dalam pembentukan reduplikasi bahasa Bolango, (2) Bagaimana wujud konsonan dalam pembentukan reduplikasi bahasa Bolango. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yakni dalam pembentukan reduplikasi bahasa Bolango hanya terdapat dua bentuk reduplikasi yakni reduplikasi penuh, dan reduplikasi sebagian. Berdasarkan kenyataan yang dikemukakan di atas, menandakan bahwa belum ada penelitian tentang kata sifat bahasa Bolango. Oleh karena itu peneliti menggangkat masalah ini agar kata sifat bahasa Bolango dikenal oleh masyarakat diluar penuturnya serta dipahami. Sedangkan persamaan dan perbedaan dari ketiga penelitian sebelumnya yakni, Tohopa (1999) persamaannya terletak pada sama-sama menganalisis tentang kata sifat, perbedaannya terletak pada permasalahan yang diambil. Sedangkan Abdullah (2004) dan Sya‟ban (2011) persamaannya terletak pada
sumber data yakni bahasa Bolango, sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang akan diteliti. 2.2 Pengertian Kata Sifat Kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Menurut Yamin (1998: 208) bahwa kata sifat atau kata keadaan ialah kata yang mengatakan sifat atau keadaan suatu benda yang dibendakan. Keadaan atau sifat itu misalnya keadaan watak, lama baru, tinggi rendah, panas dingin dan sebagainya. Sejalan dengan pandangan ini Muslich (2008: 96) mengemukakan kata sifat adalah (1) kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah benda/sesuatu. Misalnya: baru, tebal, tinggi, rendah, baik, buruk, mahal dan sebagainya; (2) segala kata yang dapat mengambil bentuk “se + reduplikasi + nya, serta dapat diperluas dengan paling, lebih, sekali. misalnya: se- kuat-kuat-nya
paling sempurna
se- besar-besar-nya
lebih besar
se- hebat-hebat-nya
tinggi sekali
Menurut Kridalaksana (2008: 59) kata sifat adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinan untuk (1) bergabung denga partikel tidak, (2) mendampingi nomina atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er (dalam honorer), if (dalam sensitif), -i (dalam alumni), atau (5) dibentuk dalam nomina dengan konfiks ke – an (dalam keadilan), percaya (dalam kepercayaan). Sedangkan menurut Alwi (2003: 171) kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Sifat dalam kamus lengkap bahasa Indonesia (Fajri dkk, 2008: 760) bermakna “(1) rupa dan keadaan yang tampak pada suatu benda, (2) peri keadaan menurut kodratnya atau pada sesuatu, (3) ciri yang pada sesuatu, dan (4) dasar watak” dengan demikian, kata sifat adalah kata yang menerangkan rupa peri keadaan atau watak suatu benda atau yang di bendakan dengan ciri-ciri tertentu. Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Keraf (dalam Pateda, 2008: 141) dan Chaer (2007: 103) memberikan pengertian kata sifat yakni segala kata yang mengambil bentuk Se + reduplikasi + -nya, serta dapat diperluas dengan kata paling, lebih, sekali, adalah kata sifat. Pengertian ini menegaskan bahwa konsep kata sifat adalah adanya pengulanggan kata bersamaan dengan Se + -nya serta suatu kata yang dapat di perluas dengan kata paling, lebih, sekali. dengan kriteri tersebut dapat diketahui suatu kata tersebut merupakan kata sifat atau tidak. Seperti pada kata-kata berikut: Indah (indah sekali, seindah-indahnya) Bagus (bagus sekali, sebagus-bagusnya) Besar (besar sekali, sebesar-besarnya) Jauh (jauh sekali, sejauh-jauhnya) Chaer (2007: 103) juga menambahkan bahwa Kata kedaan itu susah dibedakan dari kata benda, sebab sifat khusus dari benda itu masih mungkin berupa benda pula, seperti pada contoh berikut. Rumah itu batu Anak itu jepang
Baik batu atau jepang boleh dianggap sebagai kata benda dan boleh juga dianggap sebagai kata keadaan. Tetapi untuk memudahkan pembagian baiklah kita tetapkan, bahwa yang dinamakan kata keadaan ialah kata keterangan kata benda yang memeberi jawaban atas pertanyaan bagaimana atau dalam keadaan apa?. Dalam kalimat: Si Amat tidur, tidur mungkin dianggap kata kerja sebab menjawab atas pertanyaan mengapa? Tetapi mungkin juga dianggap kata keadaan, sebab tidur itu bukan pekerjaan dan menjawab pertanyaan dalam keadaan apa? Yang menjadi acuan penulis dalam dalam penelitian ini yakni pendapat yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2008: 59) yang mengemukakan bahwa kata sifat adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinan untuk (1) bergabung denga partikel tidak, (2) mendampingi nomina atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er (dalam honorer), if (dalam sensitif), -i (dalam alumni), atau (5) dibentuk dalam nomina dengan konfiks ke – an (dalam keadilan), percaya (dalam kepercayaan). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata sifat dalam penelitian ini adalah kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, binatang, yang memiliki ciriciri tertentu serta kategori yang ditandai dengan partikel tidak, mendampingi nomina, didampingi partikel seperti lebih, agak, mempunyai ciri-ciri morfologis serta dapat dibentuk dengan konfiks ke-an.
2.3 Ciri Kata Sifat
Dalam Depdiknas (2010: 97) ciri-ciri kata sifat (1) dapat bergabung dengan partikel tidak, lebih, sangat, agak.contoh, Anak itu tidak rajin, tetapi nilainya lebih bagus dari temannya; (2) dapat mendampingi kata benda. contoh, Ibu membeli guci antik; (3) dapat diulang dengan imbuhan se-nya. contoh, Aku akan berusaha sebaikbaiknya untuk menang; (4) dapat diawali imbuhan ter- yang bermakna paling. contoh, Itu adalah lampu tercantik yang pernah kulihat. Yasin (1988: 208) mengklasifikasikan ciri-ciri kata sifat yakni: (1) kata sifat merupakan jawaban atas pertanyaan dengan mengunakan kata tanya bagaimana, (2) kata sifat selalu diperluas dengan dengan afiks, Se dan –nya (Se- reduplikasi –nya). Berdasarkan pengertian kata sifat yang dikemukakan diatas, Keraf (dalam Pateda, 2002: 141) mengemukakan kata sifat sebagai berikut: memiliki ciri kata yang diikuti Se + reduplikasi –nya dan kata yang dapat diperluas dengan kata paling lebih, sekali. Ciri yang pertama disebut sebagai ciri bentuk sedangkan ciri yang kedua disebut sebagai ciri kelompok kata. Moeliono (1988: 209) memberikan ciri-ciri kata sifat, yang lebih dengan membagi ciri tersebut, yakni (1)kata sifat dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling, lebih besar, kurang baik, paling mahal, (2) kata sifat dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu, sangat indah, amat tinggi, pandai benar, murah sekali, terlalu murah, (3) kata sifat dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, tidak bodoh, tidak salah, tidak benar, (4) kata sifat dapat diulang dengan awalan Se dan akhiran –nya, sebaik-baiknya, serendahrendahnya, sejelek-jeleknya, (5) kata sifat pada kata tertentu dapat berakhiran antara lain –er(wi), -it, -al, ik, honorer, duniawi, ilmiah, negatif, elektronik.
Umumnya sebuah kata sifat diletakan di belakang kata yang diterangkan. Dalam hal ini kita harus waspada terhadap kata lain yang dapat disisipkan di antara kedua kata itu yang dapat mengubah status hubungannya. Perhatikan bentuk berikut. a. a. Baju putih b. Mobil tua c. Rumah mewah b. a. Baju yang putih b. Mobil yang tua c. Rumah yang tua c. a. Baju itu putih Baju ali putih b. Mobil itu tua Mobil Ali tua d. a. Rumah itu mewah b. Rumah mereka mewah Pada nomor (1) kata sifat putih, tua, dan mewah berdiri langsung dibelakang nomina baju, mobil dan rumah.Bentuk seperti itu tidak merupakan kalimat, tetapi merupakan frasa. Penyisipan yang pada contoh (2) tidak mengubah status untaian kata itu menjadi kalimat.Untaian kata pada (2) tetap merupakan frasa.Sebalikya, dengan disisipkannya kata seperti itu, Ali, saya, ini, dan mereka pada contoh nomor (3) rentetan kata itu berubah statusnya menjadi kalimat. Pandangan-pandangan di atas akan dijadikan pedoman peneliti untuk mendeskripsikan ciri kata sifat bahasa Bolango, khususnya pandangan Moeliono yang
membagi cirri kata sifat menjadi 4, yakni, (1) kata sifat dapat diberi keterangan pembanding, (2) kata sifat dapat diberi keterangan penguat, (3) kata sifat dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, (4) kata sifat dapat diulang dengan kata Se- dan akhirannya. Dari definisi yang diungkapkan para pakar diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa ciri kata sifat dapat kita ketahui jika dalam suatu kebahasaan itu diberi keterangan penguat, keterangan pembanding dan dapat diingkari dengan kata tidak, serta dapat diulangi dengan kata se + reduplikasi - nya. Jadi ciri kata sifat bahasa Bolango dalam penelitian ini yaitu kata-kata dalam bahasa Bolango yang dapat dilekati kata keterangan pembanding, keterangan penguat, dapat diingkari dengan kata tidak.
2.4 Bentuk Kata Sifat Dari segi bentuknya kata sifat terdiri atas kata sifat dasar dan kata sifat turunan. Kata sifat dasar selalu monomorfemis dan kata sifat turunan selalu polimorfemis. Menurut Alwi (2003: 188) dari segi bentuknya terdiri atas sebagian besar kata sifat dasar merupakan bentuk yang monomorfemis meskipun ada yang berbentuk perulangan semu. Sedangkan kata sifat turunan yang polimorfemis merupakan hasil pengafiksan dengan afiks se-, ter-, -em-, i-, iah, atau wi, if, -er, dan – is misalnya secantik, terbesar, gemetar, alami, alamiah, duniawi, dan honorer. Dalam Depdiknas (2010: 97) berdasarkan bentuknya, kata sifat dapat dibedakan atas: a. Kata sifat dasar
1.
Kata sifat dasar yang dapat diikuti kata sangat dan lebih
2.
Kata sifat dasar yang tidak dapat diikuti kata sangat dan lebih
b. Kata sifat turunan 1.
Kata sifat turunan berafiks, seperti: Seli tercengang melihat aksi Yoga dilapangan basket.
2.
Kata sifat ke-R-an atau ke-an, seperti: Bibirnya kebiru-biruan karena kedinginan.
3.
Kata sifat berafiks –i (atau alomorfnya), seperti: Perbuatan manusia itu sungguh tidak manusiawi.
4.
Kata sifat yang berasal dari berbagai kelas kata melalui proses berikut: a) Deverbalisasi, seperti: menegangkan, mengharukan; b) Denominalisasi, seperti: hartawan; c) Deadverbialisasi, seperti: berkurang, bertambah, melebihi,
bersungguh-sungguh, mungkin; d) Denumeralisasi, seperti:
mendua; e) Deinterjeksi, seperti: aduhai, sip, dan wah. 5.
Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, seperti: sekunder, amoral, produktif, sosia dan aktifitas.
c. Kata sifat majemuk 1.
Subordinatif, seperti: berhati mulia, berjiwa besar, berpikir maju, dan baik hati.
2.
Koordinatif, seperti: aman tentram, hina dina, lemah lembut.
Alwi (2003: 191-192) juga mengemukakan bahwa subkategori kata sifat turunan berupa kata sifat bentuk berulang dan kata sifat bentuk majemuk. Kata sifat bentuk berulang dapat muncul jika berfungsi predikat. Perulangan itu terjadi melalui
cara (1) perulangan penuh, (2) perulangan sebagian, dan (3) perulanga salin suara, misalnya kecil-kecil, besar-besaran, dan compang-camping. Sedangkan kata sifat yang merupakan gabungan morfem terikat dan morfem bebas, misalnya: maha suci, maha tahu, balas budi, baik hati, termaksud didalamnya bentuk-bentuk yang tergolong idiom artinya makna gabungan itu tidak dapat dijabarkan dari penjumlahan makna unsur-unsurnya misalnya berat hati, kecil hati. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sasangka (dalam Depdikbud, 2002: 23) bahwa bentuk kata sifat dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni kata sifat monomorfemis dan kata sifat polimorfemis. Yang dimaksud dengan kata sifat monomorfemis adalah kata sifat dasar atau kata sifat yang belum mengalami afiksasi atau belum mendapat imbuhan. Sedangkan kata sifat polimorfemis adalah kata sifat yang mendapat imbuhan kata sifat yang sudah mengalami perubahan dan kata sifat majemuk. Ahli lain, Moeliono (1988: 210-211) mengemukakan pembagian bentuk kata sifat atas dua jenis, seperti berikut ini.
1. Bentuk momorfemis, artinya terdiri atas satu morfem. Contoh: putih, rajin, kuat, asin, besar, mewah, kurus, dan tekun. Kata-kata ini merupakan kata sifat yang terdiri atas satu morfem yakni morfem bebas.
2. Bentuk polimorfemis, artinya terdiri atas lebih dari satu morfem. Cara pembentukannya yakni dengan pengafiksan, pengulangan paduan dengan kata lain, contoh hewani, alamiah, mudah-mudah, cantik-cantik,besar mulut. Kata tersebut merupakan kata sifat yang terdiri atas beberapa morfem.
Di samping bentuk seperti di atas, ada pula bentuk yang wujudnya nomina Namun sering dipakai dalam posisi adjektiva.Berikut adalah beberapa contohnya. Penakut
keibuan
Pemalas
kebapakan
Pemarah
kekanak-kanakan
Pengecut
kebelanda-belandaan
Pendendam
kebarat-baratan
Bentuk terhormat, terasing, dan tercemar secara sepintas lalu memang kelihatan seperti kata sifat Karena dapat dibubuhi keterangan pembanding, keterangan penguat, dan keterangan pengingkar- seperti banyak kata sifat yang lain. Akan tetapi, jika kita amati lebih mendalam akan tampak bahwa bentuk-bentuk seperti itu tidak diturunkan dari hormat, asing, cemar yang ditambah dengan prefiks ter-, ketiga bentuk itu adalah verba yan diturunkan dari verba lain, yang diturunkan dari verba lain, yakni dihormati, diasingkan, dan dicemari .Dengan demikian, kata terhormat, terasing, dan tercemar bukanlah kata sifat, melainkan verba. Cara kedua untuk menurunkan kata sifat adalah dengan pengulangan, tetapi kata yang diulang itu pun telah memiliki status adjektiva. Contoh: Mudah-mudahan Bodoh-bodoh Cantik-cantik Murah-murah Besar-besar Subur-subur
Pengulangan kata sifatnya memberikan arti tambahan, yakni orang, benda, atau binatang yang diterangkan itu tidak dinyatakan secara eksplinsit. Seperti contoh berikut: a. Soal ujian kemarin mudah-mudah b. Anak pak Soni bodoh c. Gadis Pekalongan cantik-cantik d. Ikan di sungai itu besar Pada keempat kalimat diatas, soal, anak, gadis, dan ikan tidak dinyatakan dalam bentuk ulang. Akan tetapi, karena kata sifat mudah, bodoh, cantik, dan besar diulang, maka pengertiannya adalah bahwa soal ujian, anak pakSoni, gadis pekalongan dan ikan di sungai itu lebih dari satu. Pengulangan dasar yang berafiks se-+-nya
seperti pada bentuk sebaik-
baiknya tidak membentuk kata sifat karena bentuk seperti itu tidak lagi menerangkan nomina, tetapi menerangkan verba; misalnya, kamu harus bekerja sebaik-baiknya. Demikian juga pengulangan kata sifat dapat membuat kata sifat tersebut berfungsi adverbial jika dipakai untuk menerangkan verba. Misalnya, Dia datang cepat-cepat. Cara ketiga untuk membentuk kata sifat adalah dengan memadukan kata sifat dengan kata lain. Kata lain itu dapat berupa nomina atau kata sifat. Jika kata sifat dipadukan dengan nomina dengan urutan kata sifat terlebih dahulu dan nomina dibelakangnya, maka terbentuklah kata sifat baru dengan arti yang khusus. Arti yang khusus itu umumnya tidak dapat disarikan dari perpaduan kedua kata tersebut meskipun disana sini adapula yang masih berkaitan. Contoh: (1) Berat lidah
(2) buta huruf
Berat mulut
tajam ingatan
Keras hati
wajib fakultas
Keras kepala
padat karya
Panjang tangan
padat modal
Tinggi hati
sehat jasmani
Ringan tangan
kuat iman
Bentuk paduan yang lain adalah paduan antara kata sifat dan kata sifat yang lain. Paduan semacam itu umumnya memberikan arti yang memperkuat unsur pertama. Lemah lembut Cantik jelita Aman tentram Kacau balau Sehat walafiat Pandangan-pandangan tersebut di atas menjadi acuan dalam penelitian khususnya bentuk kata sifat bahasa Bolango.Terutama pandangan yang dikemukakan oleh Alwi, bahwa bentuk kata sifat terdiri atas bentuk kata dasar, bentuk kata turunana, dan bentuk kata majemuk. Dari pandangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa bentuk kata sifat terdiri dari bentuk dasar, bentuk turunan yang telah mendapat imbuhan dan kata majemuk. Jadi bentuk kata sifat bahasa Bolango yaitu bentuk-bentuk yang terdiri atas bentuk dasar. Bentuk turunan dalam bahasa Bolango.
2.5 Makna Kata Sifat Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, Fajri dkk, (2008: 182) kata makna diartikan: (i) arti: ia memperhatikan makna setiap kata dalam buku kuno itu, (ii) maksud pembicara atau penulis, (iii) pengertian yang diberikan pada suatu bentuk kebahasaan. Ogden dan Richards (dalam Sudaryat, 2009: 13) menjelaskan bahwa makna (pikiran atau referensi) adalah hubungan antara lambang (simbol) dengan acuan atau referen. Hubungan antara lambang dan acuan bersifat tidak langsung sedangkan hubungan antara lambang dengan referensi dan referensi dengan acuan bersifat langsung. Dari pandangan pakar di atas makna dapat dipahami sebagai apa-apa yang diartikan atau dimaksudkan oleh kita. Makna kata dalam bahasa Indonesia bisa beraneka ragam karena berhubungan dengan pengalaman, sejarah, tujuan, dan perasaan pemakai bahasa. Jadi makna kata sifat yaitu pengertian yang diberikan pada suatu bentuk kebahasaan yang mengatakan keadaan atau sifat suatu benda yang dibendakan. Dapat kita lihat pada contoh dibawah ini: 1. Kata sifat bermakna paling dan sangat Contoh: Itu adalah lampu tercantik yang pernah aku lihat. Anak itu tersombong di kelasnya. Ani terpendek dari saudara-saudaranya 2. Kata sifat bermakna tingkat perbandingan lebih Contoh: Nilainya lebih bagus daripada semester kemarin. Sepatu itu lebih mahal dari perkiraanku.
Barang yang lebih murah kualitasnya tidak bagus. 3. Kata sifat bermakna penguat terlalu Contoh: baju yang dibelikan ibu terlalu kecil buatku Makanan itu terlalu asin Anak itu terlalu sombong 4. Kata sifat bermakna penguat agak Contoh: Wajah anak itu kemerahan karena tertangkap mencuri Baju yang dipakai oleh kakakku kehijauan Dilihat dari jauh warna motornya kehitaman 5. Kata sifat bermakna penguat sekali Contoh: Taman bunga di pekarangan rumahku indah sekali Bagus sekali tatanan rambutnya Anak itu tinggi sekali 6. Kata sifat bermakna menyebabkan Contoh: Tauran antara fakultas itu mengecewakan masyarakat Tangisan anak itu memilukan hati Wajahnya sangat menakutkan 7. Kata sifat bermakna merasa Contoh: Saya mengagumi ketrampilannya dibidang musik Sebagai anak yang baik kita patut menghormati kedua orang tua Saya menyenangi profesi yang digeluti sekarang 8. Kata sifat bermakna kebiasaan Contoh: Tidak heran ia tidak naik kelas karena ia pemalas
Gadis itu pendiam tetapi tidak sombong Orang yang pendendam itu dijauhi teman-temannya 9. Kata sifat bermakna mempunyai sifat lebih dari satu (banyak) Contoh: Murid sekolah itu kaya-kaya tetapi tidak sombong Anak Pak Hasan cantik-cantik Pohon kelapa itu tinggi-tinggi
10. Kata sifat bermakna melakukan sesuatu Contoh: Anak itu tidur-tiduran saja kerjanya Para turis suka panas-panasan di bibir pantai Anak itu sukanya nakal-nakalan