BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penilaian dalam Pendidikan Penilaian atau asesmen merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk memperoleh, menganalisisi, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang memberikan informasi bermakna untuk pengambilan keputusan(Soemarmo,2014). Prosespenilian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Menurut Jihad dan Haris dalam Kunandar (2013), penilaian adalah proses memberikan atau menentukan terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Sedangkan menurut Gronlund dalam Kunandar (2013) menyatakan bahwa penilaian merupakan suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Popham dalam Abidin(2014) penilaian merupakan usaha formal yang dilakukan untuk menjelaskan status siswa dalam variabel penting pendidikan.Selanjutnya Millerdalam Abidin(2014) mendefenisikan bahwa penilaian adalah istilah umum yang berisi seluruh prosedur untuk mendapatkan informasi
8
9
tentang status belajar siswa dan membuat keputusan berdasarkan perkembangan belajar siswa. Jadi, Penilaian adalah proses pengumpulan informasi tentang siswa yang digunakan untuk membuat keputusan bagi guru dalam rangka melakukan proses pembelajaran. Karena penilaian sangat berhubungan dengan setiap bagian dari proses pendidikan, bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah. 2.1.1 Prinsip-prinsip umum penilaian Penilaian pendidikan yang ideal harus memenuhi prinsip-prinsip umum penilaian. Menurut Majid(2014), Prinsip-prinsip umum yang harus dipenuhi dalam penilaian sebagai berikut: a. Valid, artinya menilai apa yang seharunya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. b. Reliabilitas, berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. c. Menyeluruh, penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi peserta didik. d. Berkesinambungan, penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terusmenerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
10
e. Objektif, penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor. f. Mendidik, proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal. 2.1.2 Tujuan atau fungsi penilaian DalamPermendikbud No 104 Tahun 2014 penilaian memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belahar peserta didik secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi : 1. Formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetehuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu dan mau. 2. Sumatif yaitu menetukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir satu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Sedangkan untuk tujuan dari penilaian itu sendiri adalah sebagai berikut : a. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan. b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semester, satu semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan. c. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar. d. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.
Menurut Arikunto(2013) dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dari itu terdapat beberapa tujuan atau fungsi penilaian, yaitu:
11
a. Penilaian berfungsi selektif Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain: 1. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu. 2. Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. 3. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. 4. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya. b. Penilaiansebagai diagnostik Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya. c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian sebelum ini,
12
keberhasilan program ditentukan oleh beberapa oleh faktor, yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi. 2.2 Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian 2.2.1 Ruang Lingkup Penilaian Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi,kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. 2.2.2Teknik dan Instrumen Penilaian Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang tepat digunakan guru untuk mendapatkan informasi. Teknik penilaian yang dapat digunakan : 1. Teknik penilaian melalui tes Teknik penilaian melalui tes dibedakan menjadi 3 yaitu : a.Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis b. Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan Tanya jawab c. tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. 2. Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan
13
Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pendidik untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. 3. Teknik penilaian melalui wawancara Yakni teknik yang dilakukan dengan cara wawancara atau melalui Tanya jawab. Prosedur penulisan butir soal untuk instrument non tes: a.
Menyusun kisi-kisi tes
b.
Menuliskan butir soal berdasarkan kisi-kisinya
c.
Menelaah
d.
Validasi butir soal
e.
Uji coba butir soal
f.
Perbaikan butir soal berdasarkan hasil uji coba.
Penyusunan kisi-kisi instrument non tes: Dalam kisi-kisi nontes biasanya formatnya berisi dimensi, indikator, jumlah butir soal perindikator, dan nomor butir soal. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan: 1. Materi a. Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi. b. Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap: aspek kognisi, afeksi atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya). 2. Konstruksi a. Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.
14
b. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan dengan objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja. c. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda. d. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu. e. Kalimatnyabebas dari pernyataan yang faktual atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta. f. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara. g. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua responden. h. Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap. i. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah. j. Jangan banyak mempergunakan kata hanya, sekedar, semata‐mata. Gunakanlah seperlunya. 3. Bahasa/Budaya a. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik atau responden. b. Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku. c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu(Depdiknas, 2008:19-20).
15
2.3 Penilaian Otentik 2.3.1 Pengertian penilaian otentik Penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar (Abidin, 2014). Penilaian otentik sebenarnya telah lama dikenal di dunia pendidikan, tetapi baru naik pada saat kurikulum KTSP. Sebenarnya, bentuk-bentuk penilaian otentik bukan merupakan hal asing bagi para pendidik di Indonesia karena sebagian guru telah melakukan model penilaian itu. Hanya pada umumnya guru lebih akrab dengan penilaian model tradisional. Sedangkan penilaian otentik lebih menekankan pada pemberian tugas yang menuntut pelajar menampilkan, mempraktikan, atau mendemonstrasikan hasil pembelajarannya di dunia nyata secara bermakna yang mencerminkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam suatu mata pelajaran (Abidin,2014). Dengan demikian,penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul selama proses pembelajaran
berlangsung
dan
bukan
hanya
semata-mata
pada
hasil
pembelajaran.Sebagaimana dinyatakan oleh Nurgiyantoro (2013) sebagai berikut: Penilaian otentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus.Dengan demikian, seluruh tampilan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Lagi pula amat banyak kinerja siswa yang ditampilkan selama
16
berlangsungnya kegiatan pembelajaran sehingga penilaiannya harus dilakukan selama dan sejalan dengan berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran. Menurut Margareth Pucket dan Janet K.Blackdalam Arikunto (2013) Authentic Asessment adalah penilaian terarah pada semua kejadian yang terdapat pada diri siswa dan lingkungannya secara rill.Jadi, dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana kompetensi atau tujuan pembelajaran telah tercapai oleh siswa. 2.3.2 Perbedaan penilain otentik dan penilaian tradisional (konvensional) dibandingkan dengan tes konvensional, penilaian otentik memiliki beberapa penekanan sebagaiman tabel berikut ; Table 2.1 Perbedaan Penilaian Otentik dan Penilaian Konvensional Penilain Otentik Penilaian Tradisional (konvensional) Mementingkan kemampuan peserta didik dalam Lebih mengutamakan pemahaman konsep peserta menerapkan pengetahuannya menjadi unjuk didik. kerja yang dihasilkan Membutuhkan waktu yang banyak untuk Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan melaksanakan tetapi membuat, pelaksanaannya lebih cepat dan dapat menghasilkan format penilaian yang dapat digunakan untuk peserta didik dalam jumlah digunakan berulang-ulang pada peserta didik banyak secara serentak, tetapi digunakan hanya yang sama atau peserta didik yang baru. sekali untuk sekelompok peserta didik. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan Kemungkinan untuk mendiagnosis dan meremidasi performansi peserta didik dan meremidasi performansi peserta didik tetapi memetakan kemajuan peserta didik sepanjang hanya untuk soal uraian terbuka (open ended) waktu. Memfokuskan pembelajaran pada unjuk kerja Memfokuskan pembelajaran pada materi peserta didik. pembelajaran. Sumber :Muslich(2011)
Jadi, dapat disimpulkan penilaian otentik menjadikan peserta didik lebih terlibat aktif dalam pembelajaran dan guru memiliki metode untuk menemukan apa yang diketahui peserta didik dan bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya. 2.4 Bentuk Penilaian Otentik
17
Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk dapat melaksanakan penilaian otentik yang baik, guru perlu memahami secara jelastujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru dapat bertanya padadiri
sendiri,
khususnya
berkaitan
dengan:(1)
sikap,
keterampilan,dan
pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Jenis penilaian otentik disajikan berikut ini. 2.4.1 Penilaian kinerja Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (check list), skala penilaian (rating scale).Arikunto (2012) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan daftar cek/cocok adalah deretan pernyataan yang responden membubuhkan tanda cocok ( ). Daftar cek (check list)digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan Penilaiankinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja
18
yang nyata.Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai.Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati (Kemendikbud, Sosialisasi Kurikulum 2013). 2.4.2Penilaian proyek Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode waktu tertentu.(Kunandar,2013) mengemukakan bahwa “penilaian terhadap suatu tugas meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data”. Tugas tersebut dapat berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan,analisis,danpenyajian data.Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. 2.4.3Penilaian portofolio
19
Menurut Popham dikutip Kunandar (2013), portofolio adalah sekumpulan sistemik tentang pekerjaan seseorang dalam hal ini adalah peserta didik.Penilaian portofolio merupakan penilaian yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil pekerjaan peserta didik yang dapat menunjukkan kepada mereka atas usaha, kemajuan dan pencapaian dalam mata pelajaran tertentu.Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok,dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku, laporan penelitian, synopsis. 2.4.4 Penilaian diri Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat
20
diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
2.4.5 Penilaian produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk dilakukan untuk menilai hasil pengamatan, percobaan, maupun tugas proyek tertentu dengan menggunakan kriteria penilaian (Kunandar,2013).Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian, yaitu tahap persiapan meliputi penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik, dan tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan (Kunandar, 2013). 2.5Penilaian Psikomotor 2.5.1 Pengertian psikomotor Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keteramilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
21
keterampilan sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Hal ini berarti kompetensi keterampilan itu sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan dari peserta didik. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Berkaitan dengan psikomotor, Bloom dalam Muslich (2011) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.Singer dalam Muslich (2011) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan.Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Menurut Mardapi dalam Muslich (2011) keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: 1.
Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir.
2.
Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yangkhusus.
3.
Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak.
4.
Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil.
5.
Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga.
22
6.
Komunikasi
nondiskursif
adalah
kemampuan
berkomunikasi
dengan
menggunakan gerakan. 2.5.2 Pembelajaran psikomotor Menurut Ebel dalam Muslich (2011) ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode pembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena ada perbedaan titik berat tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategi pembelajarannya juga berbeda. Menurut Mills dalam Muslich (2011), pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing). Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara itu Goetz dalam Muslich (2011) dalam penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan berulang-ulang akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan.Sekali berkembang maka kebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang. Sementara itu, Gagne dalam Muslich (2011) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara yakni : (a) mengingatkan kembali bagian dari keterampilan yang sudah dipelajari, (b) mengingatkan prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai.
23
Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan instruksi verbal, gambar, demonstrasi, praktik, dan umpan balik. Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal. Mills dalam Muslich (2011) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik yakni: a.
menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan.
b.
menganalisis keterampilan secara rinci dan berutan.
c.
mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yangdiperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar.
d.
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktikdengan pengawasan dan bimbingan.
e.
memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik. Edwardes dalam Muslich (2011) menjelaskan bahwa proses pembelajaran
praktik mencakup tiga tahap, yaitu (a) penyajian dari pendidik, (b) kegiatan praktik peserta didik, dan (c) penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi kunci adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar tugas atau pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal. Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja tidak boleh dikesampingkan, baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat. Leighbody dalam Muslich (2011) menjelaskan bahwa keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari
24
proses pembelajaran psikomotor. Guru harus menjelaskan keselamatan kerja kepada peserta didik dengan sejelas-jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dan keselamatan kerja merupakan dua hal penting dalam pembelajaran keterampilan, maka dalam penilaian kedua hal itu harus mendapatkan porsi yang tinggi. 2.5.3 Penilaian hasil belajar psikomotor Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan dalam Muslich (2011) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui tiga cara yaitu: 1.
Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung.
2.
Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
3.
Beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody dalam Muslich (2011) berpendapat bahwa penilaian
hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk.
25
Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik. Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang perludilakukan oleh pendidik, yaitu membuat soal dan membuatperangkat/instrument untuk mengamati unjuk kerja peserta didik.Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor dapat
berupa
lembar
kerja,
lembar
tugas,
perintah
kerja,
dan
lembar
eksperimen.Instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat berupa lembar observasi atauportofolio.Lembar observasi adalah lembar yangdigunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diamati. Lembar observasi dapat berupa daftar pernyataan atau pertanyaan yang jawabannya tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan aspek yang diamati. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui untuk menuju suatu kompetensi tertentu. Sama halnya dengan soal ranah kognitif dan afektif, soal untuk penilaian ranah psikomotor juga harus mengacu pada kompetensi inti yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar. Dan kemudian setiap butir kompetensi dasar dijabarkan menjadi 2 indikator atau lebih, dan setiap indikator harus dapat dibuat butir soalnya. Selanjutnya, untuk menilai hasil belajar peserta didik pada ranah psikomotor perlu disiapkan lembar daftar periksa observasi, skala penilaian, atau portofolio. Adapun
langkah-langkah
(Muslich, 2011), yaitu:
penyusunan
instrumen
penilaian
psikomotor
26
a.
Penyusunan soal Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor
adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pembelajaran. b.
Pedoman penskoran Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian
yang harus mengacu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan yang diamati. Tidak jauh berbeda dengan penilaian ranah kognitif, penilaian ranah psikomotor juga dimulai dengan pengukuran hasil belajar peserta didik. Perbedaan di antara keduanya adalah pengukuran hasil belajar ranah kognitif umumnya dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau tes perbuatan (Muslich,2011). 1. Rubrik Rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik. Dengan adanya rubrik, penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaikbaiknya karena kriteria penilaiannya jelas. Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor dan hal lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak sedikitnya gradasi skor (misalnya 5,4,3,2,1) tergantung jenis skala penilaian yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai.
27
2. Penskoran dan interprestasi hasil penilaian Hal pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan penskoran adalah ada atau tidak adanya perbedaan bobot tiap-tiap aspek keterampilan yang ada dalam skala penilaian atau daftar observasi. Apabila tidak ada perbedaan bobot maka penskorannnya lebih mudah. Skor akhir sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir penilaian. Selanjutnya untuk menginterpretasikan, hasil yang dicapai dibandingkan dengan acuan dan kriteria. 3. Analisis hasil penilaian. Penilaian yang diselengggarakan oleh guru mempunyai banyak kegunaan, baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, ataupun bagi guru sendiri. Untuk mendapatkan manfaat tersebut perlu dilakukan analisis terhadap hasil tes/penilaian yang telah dicapai oleh peserta didik. Caranya adalah dengan membuat tabel spesifikasi yang dapat menujukkan kompetensi dasar, indikator, atau aspek keterampilan mana yang belum dikuasai itu ditulisakan dalam kolom keterangan. 2.6 Model Pengembangan Menurut
Gay,
Mills,
dan
Airasian
dalam Emzir
(2013)
penelitian
pengembangan adalah penelitian yang bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi untuk mengembangakan produk-produk yang efektif untuk digunakan di sekolah-sekolah. Produk-produk yang dihasilkan oleh penelitian dan pengembangan mencakup: materi pelatihan guru, materi ajar, seperangkat tujuan perilaku, materi media, dan sistem-sistem manajemen. Richey dan Klein dalam Emzir (2013)
28
menyebut sebagai penelitian desain dan pengembangan (Design and Development Research) yang mendefinisikannya sebagai: “The systematic study of design, development and evaluation process with the aim of estabilishing an empirical basis for the creation of instructional and noninstructional products and tools and new or enhanced models that govern their development”.
Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir.Sebuah model biasanya menggambarkan seluruh konsep yang saling berkaitan.Model juga dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat dalam teori tersebut (Pribadi, 2009). Pola pikir dan komponen-komponen yang terdapat di dalam desain pembelajaran biasanya digambarkan dalam bentuk model yang direpresentasikan dalam bentuk grafis atau flowchart.Model desain sistem pembelajaran biasanya menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas yang efektif, efisien, dan menarik (Pribadi, 2009). Pada umumnya, setiap desain sistem pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang digunakan.Perbedaan juga kerap terdapat pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas (Pribadi, 2009).
2.7 Pengukuran 2.7.1 Pengukuran dan ketidakpastian
29
Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan suatu alat yang dijadikan patokan atau acuan (standar).Tujuan pengukuran adalah mendapatkan hasil yang akurat. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat diperlukan langkah-langkah pengukuran yang benar, membaca nilai yang ditunjukan oleh alat ukur dengan tepat, dan mempertimbangkan aspek ketepatan (akurasi), kesalahan matematis yang memerlukan kalibrasi, ketelitian (presisi), serta kepekaan (sensitivitas) alat ukur yang digunakan. Ketidakpastian dalam pengukuran Satu fakta menunjukan bahwa tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat.Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap pengukuran.Ketidakpastian muncul dari berbagai faktor, di antaranya adalah keterbatasan ketepatan setiap alat ukur dan ketidak mampuan membaca sebuah instrument diluar batas bagian terkecil yang ditunjukan. Skala terkecil mistar adalah 1 mm sehingga nilai ketidakpastian pada pengukuran tunggal merupakan setengah skala terkecil alat ukur. Jadi, ketidakpastian pada pengukuran dengan menggunakan mistar adalah: ∆x = ½ × 1 mm = 0,5 mm = 0,05 cm Ternyata, nilai ketidakpastiannya memiliki dua desimal (0,05 cm) maka hasil pengukurannya pun harus dilaporkan dalam dua desimal. Secara umum pelaporan hasil untuk pengukuran tunggal berlaku: X=
± ∆x
∆x = ½ × skala terkecil
(2.1)
30
Keterangan: X = hasil pengukuran = hasil pengukuran yang mendekati x ∆x = ketidakpastian pengukuran Umumnya, hasil pengukuran tunggal masih diragukan.Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat maka dilakukanlah pengukuran berulang (N kali). Untuk pengukuran yang dilakukan berkali-kali (pengukuran dan ∆x adalah sebagai berikut :
berulang), nilai =
∆x =
∑
⋯.
= ∑
∑
(2.2)
(2.3)
Keterangan: N = banyak pengukuran yang dilakukan Keselamatan kerja dalam pengukuran Belajar fisika tidak lepas dari rangkaian ercobaan.Tentu saja percobaan memerlukan pengukuran.Dalam melakukan percobaan, keselamatan kerja perlu diterapkan, baik keselamatan pelaku maupun keselamatan alat itu sendiri. Ada beberapa hal yang perlu diterapkan selama melakukan percobaan, diantaranya sebagai berikut: a. Tanamkan sikap hati-hati dan teliti dalam melakukan setiap percobaan. b. Berhati-hati dalam menggunakan sumber arus listrik. c. Berhati-hati dalam menggunakan pemanas seperti Bunsen.
31
d. Berhati-hati dalam menggunakan alat-alat dan bahan yang terbuat dari gelas atau kaca seperti gelas ukur. 2.7.2 Instrumen pengukuran besaran Untuk mengukur suatu besaran, seperti besaran panjang, massa, waktu dan suhu, digunakan berbagai jenis alat. Jenis alat yang digunakan bergantung pada berbagai hal, antara lain: 1)
Ketelitian yang diinginkan,
2)
Ukuran benda yang diukur,
3)
Bentuk benda yang akan diukur, dan
4)
Wujud benda yang akan diukur.
2.7.3 Instrumen pengukuran panjang Untuk mengukur panjang suatu benda, dapat digunakan berbagaijenis alat, antara lain mistar, jangka sorong, dan mikrometer skrup. 1. Mistar Panjang dapat diukur menggunakan mistar. Sebuah mistar dibagi menjadi 100 bagian yang disebut sentimeter. Setiap sentimeter dibagi menjadi sepuluh bagian yang disebut milimeter. Mistar tersebut merupakan replika dari meter standar dan terbuat dari kayu. Kebanyakan mistar berskala sampai dengan cm atau mm. dengan menggunakan mistar, pengukuran panjang dapat dilakukan dengan ketelitian sampai dengan setengah skala terkecil yang terdapat pada mistar itu. Metode berikut ini digunakan untuk mengukur panjang secara tepat, yaitu:
32
1. Taruh mistar disepanjang benda yang akan diukur sehingga salah satu ujung dari benda berimpit dengan angka nol dari mistar. Tempatkan garis penglihatan secara vertikal. Untuk menghindari kesalahan paralaks, beberapa mistar dibuat dengan sangat tipis atau memilih tepi yang menyerong. 2. Sekarang geserlah garis penglihatanmu keujung benda yang lainnya. Secara vertikal kebawah, lihatlah garis sekala pada mistar yang berimpit dengan ujung benda tersebut. Garis sekala ini menunjukkan panjang benda. 3. Tetapi, kadang-kadang ujung benda tidak berimpit dengan salah satu ujung garis skala dalam mistar. Untuk kasus tersebut kita membuat taksiran. 2. Jangka sorong Jangka sorong pertama kali ditemukan olehPierre Varnier. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan ketelitian sampai dengan 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong bisa mengukur garis tengah bagian luar suatu pipa, garis tengah bagian dalam, dan kedalaman suatu lubang tabung. Jangka sorong terdiri atas rahang tetap berskala dan rahang sorong yang dapat digeser-geser. Rahang sorong dilengkapi dengan skala nonius.Pada rahang sorong terdapat 11 garis skala, berarti setiap 1 mm skala utama dibagi menjadi 10 skala nonius. Berarti skala terkecil nonius = 1 mm : 10 = 0,1 mm. Bagian ekor terhubung langsung ke skala varnier dari sisi belakang. Ekor tersebut bergesser kedepan dan kebelakang bersama dengan skala vernier . bagian ekor digunakan untuk mengukur kedalaman internal dari sebuah silinder atau tabung berongga. Berikut ini merupakan cara menggunakan jangka sorong yang baik dan benar.
33
1. Tentukan nilai skala terkecil dari skala utama. 2. Tentukan nilai skala terkecil alat dengan cara membagi nilai terkeci dari NSTSU (Nilai Skala Terkecil Skala Utama) dengan jumlah skala vernier. 3. Jepit benda secara erat dengan menggunakan rahang luar. 4. Tentukaan letak angka nol dari skala vernier ada skala utama, lalu tentukan panjang benda yang diukur pada skala utama. 5. Sekarang lihatlah mana skala varnier yang berhimpit dengan skala utama. 6. Panjang dari benda yang diukur dapat diperoleh menggunakan persamaan berikut. Panjang = pembacaan pada skala utama + NST (Nilai Skala Terkeci) Alat X garis skala pada skala varnier Atau panjang = NST (Nilai Skala Terkecil) SU X garis skala pada SU (Skala Utama) + NST (Nilai Skala Terkecil) Alat X garis skala pada skala vernier. Kesalahan Angka Nol Pada Jangka Sorong Berikut adalah jenis-jenis kesalahan angka nol pada jangka sorong. a. Kesalahan angka nol positif terjadi ketika angka nol pada skala vernier berada disebelah kanan angka nol dari skala utama dan koreksinya disebut negatif. Untuk menghitung kesalahan dari angka nol positif lihatlah garis skala pada skala vernier yang berimpit dengan salah satu garis skala pada skala utama. b. Kesalahan angka nol negatif terjadi ketika angka nol pada skala vernier berada disebelah kiri angka nol pada skala utama dan koreksinya disebut positif.
34
Untuk menghitung kesalahan angka nol negatif, lihatlah garis skala pada skala vernier yang berimpit dengan salah satu garis skala pada skala utama. 3. Mikrometer sekrup Mikrometer sekrup dapar digunakan untuk mengukur panjang denganKetelitian sampai dengan 0,01 mm, misalnya mengukur tebal kertas dan garis tengah kawat. Sebagaimana jangka sorong, skala terkecil pada mikrometer sekrup tidak bermanfaat untuk dihafalkan, karena bergantung pada pembagian skalautama oleh skala nonius pada rahang putarnya.Sering dijumpai skalanonius putar mikrometer sekrup sebanyak 50 skala. Rahang putar mikrometer sekrup membagi 0,5 mm skala utama menjadi 50 skala nonius. Berarti, skala terkecil mikrometer sekrup tersebut = 0,5 mm : 50 = 0,01 mm. Cara menggunakan mikrometer skrup: a. Hitung NST (Nilai Skala Terkecil) alat dari mikrometer skrup. b. Hitung kesalahan angka nol jika ada. c. Taruh benda yang akan diukur diantara landasan A dan poros bergerak B, lalu putarlah selubung searah jarum jam, dampai pemutar kecil mengeluarkan bunyi derik. d. Catat hasil pembacan skala utama disebelah kanan angka nol skala utama atau sebelah kiri angka nol skala putar. e. Catat hasil pembacaan skala putar dngan cara melihat garis paa skala putar yang berimpit pada garis skala utama. f. Kalikan hasil pembacaan skala putar dengan NST (Nilai Skala Terkecil) alat.
35
g. Tambahkan hasil pembacaan skala putar ke hasil pembacaan skala utama untuk mendapatkan hasil pengukuran. h. Tambahkan atau kurangkan kesalahan angka nol pada hasil pengukuran, untuk mengoreksi hasil pengukuran.
2.7.4 Instrumen pengukuran massa Untuk mengukur massa banda, dapat digunakan berbagai macam neraca. Diantaranya neraca sama lengan, neraca tiga lengan, neraca pegas dan neraca digital. Pengukuran massa menggunakan tiga prinsip fisika dasar, yaitu keseimbangan torsi, Hukum Hooke, dan sifat-sifat elektrik bahan yang mengalami perubahan. Sebelum melakukan pengukuran massa (penimbangan), perludiperhatikan posisi awal timbangan tanpa diberi beban. Misalnya, pada neraca sama lengan, kedua lengan harus seimbang dan jarum penunjuk tepat ditengah, atau pada neraca pegas dan lainnya posisi jarum penunjuk skala harus tepat pada anggka nol (0) atau kalibrasi. 2.7.5 Instrumen pengukur waktu Instrumen atau alat pengukur waktu yang biasa digunakan adalah arloji dan stopwatch.Dalam kehidupan sehari-hari, dikenal berbagai macam arloji.Ada yang bekerja karena bandul, pegas, atau aliran listrik. Kebanyakan arloji mempunyai batas batas ketelitian sampai 1 detik, sedangkan stopwatch batas ketelitiannya sampai dengan 0,1 detik. Saat ini telah dibuat stopwatch elektronik yang dapat mengukur waktu dengan batas ketelitian 0,001 detik. 2.7.6 Instrumen pengukuran suhu
36
Instrumen atau alat yang dirancang untuk mengukur suhu disebut termometer. Ada beberapa jenis termometer dengan cara kerja yang berbeda,tergantung pada beberapa sifat materi yang berubah terhadap suhu (zat termometrik). Umumnya, termometer saat ini terdiri atas tabung kaca dengan ruang kapiler ditengahnya diisi dengan air raksa atau alkohol yang diberi warna merah. Pada termometer cairan di dalam tabung kaca, zat cair memuai lebih banyak dari pada kaca sehingga zat cair dalam tabung kapiler naik ketika suhu naik.Thermometer jenis ini banyak digunakan sebagai termometer udara, termometer badan, atau pengukur suhu yang umum digunakan dilaboratorium.
2.7.7 Angka penting Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dinamakan angka penting.Angka penting terdiri dari angka pasti atau signifikan dan angka taksiran. 1. Aturan penulisan angka penting Dalam penulisan angkapenting perlu diperhatikan beberapa hal berikut : a. Semua angka bukan nol adalah angka penting Contoh :261,3 m memiliki 4 angka penting 38,2 gram memiliki 3 angka penting b. Semua angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka penting. Contoh :160,32kg memiliki 5 angka penting 83,0006 m memiliki 6 angka penting c. Semua angka nol di sebelah kanan tanda decimal, tetapi disebelah kiri angka bukan nol adalah bukan angka penting.
37
Contoh : 0,00052 kg memiliki 2 angka penting 0,000609 kg memiliki 3 angka penting d. Semua angka nol disebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka bukan nol adalah angka penting. Contoh : 0,00260 m memiliki 3 angka penting 3,20 kg memiliki 3 angka penting 2. Aturan berhitung dengan angka penting Setelah mencatat hasil pengukuran dengan tepat, diperoleh dat-dat kuantitatif yang mengandung sejumlah angka penting.Sering kali angka-angka tersebut harus dijumlahkan, dikurangkan dibagi atau dikalikan.Berikut aturan angka penting dalam beberapa pengoperasian. a.
Penjumlahan dan pengurangan Jika angka-angka penting dijumlahkan atau dikurangkan maka hasil
penjumlahan dan pengurangan tersebut hanya boleh mengandung satu angka taksiran. Contoh : 85,6 cm
ketelitian hingga sepersepuluh
13,21 cm+
ketelitian hingga seperseratus
98,81 cm ( tanda garis bawah angka 8 dan 1 menunjukan 2 angka taksiran, ditulis menjadi 1 angka taksiran). Hasil penjumlahan adalah 98,8 cm. 567,264 g
ketelitian hingga seperseribu
23,13g_
ketelitian hingga seperseratus
544,134 g
Hasil pengukuran adalah 544,13 g
38
b. Perkalian dan pembagian Angka penting hasil perkalian atau pembagian ditulis sesuai angka penting yang paling seikit dari bilangan yang dikalikan atau bilangan yang dibagi (pembagian). Contoh : 1) 63,2 cm x 3,5 cm = 221,2 2) 2) 86,2 m : 0,4 m =215,5 (hasil pengoperasiannya mengikuti ketelitian yang lebih rendah yaitu, dua angka penting). c. Pemangkatan Hasil pemangkatan angka penting ditulis sesuai angka penting yang dipangkatkan. Contoh : 1. 2,3
= 5,29 ditulis 5,3 ( dua angka penting )
2. 6,23 = 38,812 ditulis 38,8 (tiga angka penting)
2.7.8 Notasi ilmiah Sering kali hasil pengukuran besaran fisika terdiri atas deretan bilangan yang sangat panjang. Missal : Massa elektron = 0,000000000000000000000000000000910905 kg Massa bumi = 6.000.000.000.000.000.000.000.000 kg Bilangan-bilangan semacam itu sangat menyulitkan dalam pembacaan dan penulisannya. Oleh karena itu, deretan bilangan tersebut ditulis dengan cara lain yang
39 lebih singkat yang disebut dengan notasi ilmiah, yaitu dalam bentuk a × 10 . a adalah bilangan nyata antara – 10 dan + 10, n adalah bilangan bulat. 2.7.9
Kesalahan dalam pengukuran Kesalahan dalam pengukuran dapat dibagi dua yaitu kesalahan sistematik dan
kesalahan acak. 1.
Kesalahan sistematik (systematic error) Kesalahan
sistematik
(systematic
error)
merupakan
kesalahan
yang
berhubungan dengan alat ukur. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan sistematik antara lain sebagai berikut. a.
Kesalahan kalibrasi alat, sebelum melakukan pengukuran, jarum alat menunjukan pada angka nol.
b.
Pengruh lingkungan terhadap alat, seperti suhu,tekanan dan kecepatan angin.
c.
Kondisi alat yang tidak memenuhi standar pengukuran.
2.
Kesalahan acak (random error) Kemungkinan lain kesalahan pengukuran besaran fisika adalah penunjukan alat
ukur yang digunakan selalu menunjukan nilai yang lebih besar atau kecil dari nilai yang sebenarnya. Kesalahan pengukuran itu disebut kesalahan acak. Dengan kalimat lain, kesalan acak (random error) berhubungan dengan pelaksanaan pengukuran. Kesalahan acak akan diketahui bila dibandingkan dengan alat yang lain. 2.7.10 Besaran fisika Secara garis besar, besaran dalam fisika dibagi atas dua golongan yaitu besaran pokok(besaran dasar) dan besaran turunan (besarab terjabar).Besaran pokok adalah
40
besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu untuk menetapkan satuan besaran-besaran yang lain. Satuan pada besaran pokok disebut satuan pokok atau satuan dasar.Besaran turunan adalah besaran yang satuanya diturunkan atau dijabarkan dari satuan besaran pokok.Satuan-satuan besaran turunan disebut satuan turunan atau satuan terjabar. 1. Besaran Pokok dan Satuannya Secara lengkap, besaran-besaran pokok dalam SI dicantumkan pada tabelberikut : Besaran Panjang Masa Waktu Suhu Jumlah Zat Kuat arus listrik Intensitas cahaya
Tabel 2.2 Besaran pokok dan satuannya Satuan Simbol Meter m Kilogram kg Sekon/detik s Kelvin K Mole mol Ampere A Candela cd Sumber : Raharja (2014)
2. Besaran Turunan Besaran turunan yang dijabarkan dari besaran pokok kadang-kadang tidak hanya dijabarkan dari satu macam besaran pokok, tetapi dapat juga dari dua atau lebih besaran pokok. Berikut tabel beberapa contoh besaran turunan :
Besaran Turunan Luas Volume Massa Jenis Kecepatan Percepatan Momentum Gaya
Tabel 2.3 Besaran turunan dan satuannya Satuan Simbol Dalam Si meter persegi m2 meter kubik m3 kilogram per meter kubik kg/m3 atau kg.m-3 meter per detik m/s atau m.s-1 meter perdetik kuadrat m/s2 atau m.s-2 kilogram meter per detik kg.m/s atau kg.ms-1 kilogram meter per detik kuadrat kg.m/s2 atau kg.ms-2 Sumber : Raharja (2014)
41
1.Satuan Satuan adalah ukuran dari suatu besaran yang digunakan untuk mengukur. Jenis-jenis satuan yaitu: a. Satuan baku Satuan baku adalah satuan yang telah diakui dan disepakati pemakaiannya secara internasional atau disebut dengan satuan Internasional (SI). Contoh : meter, kilogram, dan detik. Sistem satuan internasional dibagi menjadi dua, yaitu : 1.SistemMKS (Meter Kilogram Sekon) 2.SistemCGS (Centimeter Gram Second) Besaran Pokok Masa Panjang
Tabel 2.4 Satuan Baku Satuan Mks kilogram (kg) meter (m)
Waktu Kuat Arus Suhu Intensitas Cahaya Jumlah Zat
sekon (s) ampere (A) kelvin (K) candela (cd) kilo mole (mol)
Satuan Cgs gram (gr) centi meter (cm) sekon (s) Stat amper (stat A) kelvin (K) candela (cd) mole (mol) Sumber : Raharja (2014)
b. Satuan tidak baku Satuan tidak baku adalah satuan yang tidak diakuisecara internasional dan hanya digunakan pada suatu wilayah tertentu.Contoh: depa, hasta, kaki, lengan. 2. Dimensi
42
Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaranbesaran pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang berdimensi.Dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu.
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 2.5 Besaran pokok beserta dimensinya Satuan Si Simbol Nama Satuan Simbol Dimensi Besaran Satuan Panjang L meter m L Massa M kilogram kg M Waktu T sekon s T Suhu T kelvin K Kuat Arus I ampere A I Intensitas Cahaya candela cd J Ι Jumlah Moekul Zat N mole mol N Sumber : Raharja (2014)
Besaran Pokok Nama Besaran
3. Besaran sakalar dan vektor a. Besaran skalar Besaran skalar yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja tanpa memiliki arah. Contoh : panjang, massa, waktu, volume. Dalam rumus ataupun perhitungan, variabel besaran vektor diwakili oleh huruf yang bercetak miring (italic), misalnya V untuk volume,
untuk masa jenis, dan T untuk suhu.
b.Besaran vektor Besaran vektor yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan arah. Contoh : kecepatan, gaya, perpindahan,dan lain-lain.