9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 KAJIAN PUSTAKA Menurut Sugiyono (2008:86) dalam suatu penelitian deskrispi teori atau kajian pustaka merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Berikut variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini:
2.1.1 Prestasi Belajar Menurut Drs.Moh.Uzer Usman (1993:9-10) “Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yaitu faktor yang berasal dari dirinya (faktor internal) dan faktor di luar dirinya (faktor eksternal)”. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan menurut Abin Syamsuddin (2002:168) prestasi belajar atau hasil belajar tampak dalam perubahan perilaku dan pribadi yang bersifat : fungsional-
9
10
struktural, material-substansial dan behavioral. Pengertian ini bersifat sangat luas dan mencakup seluruh ranah pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Bloom yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2000:787) prestasi belajar diartikan sebagai “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru.” Dari berbagai pendapat diatas mengenai prestasi belajar, maka penulis dapat dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan ditandai oleh perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, apektif, dan psikomotor setelah proses belajar dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah atau interaksi dengan lingkungannya. 2.1.1.1 Indikator Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
11
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur (Muhibbin Syah, 2003:150). Berikut tabel yang menunjukan jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi belajar: Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi A. Ranah Cipta (kognitif) 1. Pengamatan
1. 2. 3.
Dapat menunjukan Dapat Membandingkan Dapat menghubungkan
1. 2.
Dapat Menyebutkan Dapat Menunjukan kembali
1. Tes Lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi
2. Ingatan
3. Pemahaman
1. 2.
4. Penerapan
1. 2.
1. 2. 3. Dapat menjelaskan 1. Dapat mendefinisikan dengan lisan 2. sendiri
Tes lisan Tes tertulis Observasi Tes lisan Tes tertulis
Dapat memberikan contoh Dapat menggunakan secara tepat
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 3. Observasi
1. Analisi (pemeriksaaan 1. dan pemilahan secara 2. tertulis
Dapat menguraikan Dapat mengklasifikasikan/memilahmilah
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas
2. Sintesis (membuat 1. paduan baru dan utuh) 2. 3.
Dapat menghubungkan Dapat menyimpulkan Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas
B. Ranah Rasa (Afektif) 1. Penerimaan
2. Sambutan
1. Menunjukan sikap menerima 2. Menunjukan sikap menolak
1. 2. 3.
1. 2.
1. Tes Skala sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi
Ketersediaan berpartisipasi/terlibat Kesediaan memaafkan
Tes tertulis Tes skala sikap Observasi
12
3. Apresiasi menghargai)
(sikap 1. 2. 3.
Menganggap penting dan bermanfaat Menganggap indah dan harmonis Mengagumi
1. Tes skala penilaian/sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas ekspresif (yang menyatakan sikap) dan proyektif (yang menyatakan perkiraan/ramalan)
4. Internalisasi (pendalaman)
1. 2.
Mengakui dan meyakini Mengingkari
5. Karakterisasi (penghayatan)
1. 2.
Melembagakan atau meniadakan Menjelmakan dalam pribadi perilaku sehari-hari
C. Ranah (Psikomotor) 1. Keterampilan dan bertindak
dan
1. Pemberian ekspresif proyektif 2. Observasi
tugas dan
Karsa bergerak 1.
2. Kecakapan ekspresi 1. verbal dab nonverbal 2.
Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya
1. Observasi 2. Tes tindakan
Mengucapkan Membuat mimik dan gerak jasmani
1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan
Sumber: Muhibbin Syah, 2003:151-152
Setelah mengetahui indikator prestasi belajar diatas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar ada beberapa acuan seperti yang diungkapkan Nana Sudjana (1995:35): 1.
Tingkat istimewa / maksimal, jika semua bahan pengajaran dapat dikuasai siswa. 2. Tingkat baik sekali/optimal, jika sebagian besar (85% - 94%) dari bahan pengajaran dapat dikuasi 3. Tingkat baik/minimal, jika tingkat pengusaan siswa terhadap bahan pengajaran yang diajarkan (75% - 84%) 4. Kurang, jika penguasaan kurang dari 75% dari materi yang diajarkan.
13
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut ialah: 1) Norma skala angka dari 0 sampai 10; 2) Norma skala angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Selanjutnya selain norma diatas, ada pula norma lain yang dinegara kita baru berlaku diperguruan tinggi, yaitu norma prestasi belajar dengan menggunakan simbol hurufhuruf A, B, C, D, dan E. simbol-simbol huruf ini dapat dipandang sebagai terjemahan dari simbol angka sebagaimana tampak pada tabel berikut: Tabel 2.2 Perbandingan Nilai Angka dan Huruf Simbol-Simbol Nilai Angka dan Hurup
8 - 10
Predikat
Angka
Hurup
= 80 – 100 = 3,1 - 4
A
Sangat Baik
7 – 7,9 = 70 – 79
= 2,1 – 3
B
Baik
6 – 6,9 = 60 – 69
= 1,1 – 2
C
Cukup
5 – 5,9 = 50 – 59
=1
D
Kurang
0 – 4,9 = 0 – 49 = 0 Sumber: Syah, 2003:153
E
Gagal
14
Berdasarkan tabel 2.2 diatas rentang angka 8-10 atau 3,1- 4 dinyatakan dengan huruf A itu artinya pencapain nilai tersebut dikatakan sangat baik atau menyatkan angka kelulusan yang sangat baik. Rentang angka antara 7-7,9 atau 2,1-3 yang dinyatakan dengan huruf B menggambarkan pencapaian nilai yang baik. Rentang angka 6-6,9 atau 1,1-2 yang dinyatakan dengan huruf C menggambarkan pencapain nilai yang cukup atau batas nilai kelulusan. Sedangkan rentang angka 5-5,9 atau 1 yang dinyatakan dengan huru D menggambarkan pencapaian nilai yang kurang atau perlu di remedial, dan rentang angka 0-4,9 atau 0 yang dinyatakan dengan huruf D menggambarkan pencapain nilai yang gagal atau kalau pada jenjang pendidikan perkuliahan mahasiswa yang mendapat nilai E harus mengulang pada semester berikutnya. 2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar Menurut Muhibbin Syah (2003:132), secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam. 1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasamani dan rohani siswa. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut diatas, berikut tabel dibawah ini:
15
Internal siswa 1.
Aspek Fisiologis: - Tonus jasmani - Mata dan telinga 2. Aspek Psikologis - Intelegensi - Sikap - Minat - Bakat - Motivasi
Tabel 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi belajar Ragam faktor dan Elemennya Pendekatan belajar Eksternal siswa siswa 1. Lingkungan sosial - Keluarga - Guru dan staf - Masyarakat - Teman
2. Lingkungan Nonsosial - Rumah - Sekolah - Peralatan - Alam Sumber: Muhibbin Syah, 2003:139
1. Pendekatan tinggi - Speculative - Achieving 2. Pendekatan sedang - Analitical - Deep 3. Pendekatan Rendah - Reproductive - Surface
Dari tabel diatas seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal), biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kulaitas hasil pembelajaran. Jadi, karena faktorfaktor tersebut munculah siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Drs. Moh. Uzer Usman, 1993:10 mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar: 1. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
16
b. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: 1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. 2) Faktor nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. c. Faktor kematangan fisik maupun psikis 2. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) a. Faktor sosial yang terdiri atas: 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. d. Faktor lingkungan spiritual dan kegamaan Selain itu, menurut Slameto, 2003:54 mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan yang termasuk kedalam faktor ekstern yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Kemudian, Dollar and Miller (Abin Syamsudin, 2004:164) menegaskan bahwa keefektivan perilaku belajar itu dipengaruhi oleh 4 hal yaitu: 1. Adanya motivasi (drives), siswa harus menghendaki sesuatu (the lerner must want something) 2. Adanya perhatian dan mengetahui sasaran (cue), siswa harus memperhatikan sesuatu (the learner must notice something)
17
3. Adanya usaha (response), siswa harus melakukan sesuatu (the lerner must do something) 4. Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) siswa harus memperoleh sesuatu (the learner must get something). 2.1.2 Minat Belajar Secara sederhana, minat (interst) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2003:136). Menurut Reber, 1988 (Muhibbin Syah, 2003:136), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Hilgard (Slameto, 2003:57) memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: ”interest is persisting tendency to pay attention to enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Menurut Slameto, 2003:180 “Minat adalah satu rasa atau lebih suka rasa dan keteretarikan pada satu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dari luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Dalam kegiatan belajar mengajar minat merupakan salah satu faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Minat yang besar
18
terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminatinya itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Dalyono (Djamarah, 2002:157) bahwa “minat belajar yang besar cenderung mengahsilkan pretasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah”. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu minat merupakan salah satu faktor yang utama untuk meraih keberhasilan belajar. 2.1.2.1 Macam-Macam Minat Suhartini (Kosasih, 2001:23) mengaktegorikan minat menjadi 3 yaitu: 1. Minat Personal, yaitu minat yang peramanen dan stabil yang mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Yaitu suatu bentuk rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, terhadap mata pelajaran tertentu. 2. Minat Situasional, yaitu minat yang tidak permanen dan relatif berganti-ganti, tergantung rangsangan eksternal. Misalnya saja cara mengajar guru, bila bisa merangsang minat siswa dan terus bertahan pada diri siswa maka minat ini bisa menjadi minat personal. Hal ini terjadi karena minat individu dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan, kematangan belajar, dan pengalamannya. 3. Minat Taraf Tinggi, yaitu minat yang timbul dengan adanya interaksi minat personal dan minat situasional. Jenis minat ini merupakan hasil pendidikan yang
19
penting. Minat ini bergantung pada kesempatan belajar dan dapat dibentuk oleh lingkungan eksternal siswa, misalnya saja guru.
2.1.2.2 Indikator-Indikator Minat Indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. Ada beberapa hal yang menjadi indikator daripada minat yaitu: 1. Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu 2. Objek-objek atu kegiatan yang disenangi 3. Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi 4. Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu. Hal diatas sesuai dengan yang dikemukakan Slameto dalam Djamarah (2002:157) bahwa: Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
2.1.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi minat belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan minat dikemukakan Enco Sukarsa (Reni, 2004:15), yaitu sebagai berikut:
20
1. Cita-cita Minat timbul karena adanya cita-cita, dengan demikian maka minat siswa untuk belajar dipengaruhi juga oleh cita-cita dimasa depan 2. Kebutuhan Setiap individu memiliki beragam kebutuhan untuk dapat memenuhinya. Individu cenderung untuk tertarik pada objek yang disukai dan memberikan kepuasan bagi dirinya. 3. Lingkungan Lingkungan adalah setiap benda, keadaan, atau kegiatan yang ada di lingkungan individu. Lingkungan terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat. 4. Kesempatan Kesempatan turut mendukung minat individu. Individu memiliki banyak kesempatan dapat mendukung timbulnya minat dalam dirinya.
2.1.2.4 Cara Menumbuhkan Minat Belajar Minat belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pelajaran. Sejalan dengan pendapat Liang Gie (2002:28) pentingnya minat dalam kaitannya dengan studi adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Minat dapat melahirkan perhatian yang lebih terhadap sesuatu Minat dapat memudahkan siswa untuk berkonsentrasi dalam belajar Minat dapat mencegah adanya gangguan perhatian dari luar Minat dapat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan Minat dapat memperkecil timbulnya rasa bosan dalam proses belajar.
21
Dengan
demikian,
minat
belajar
memiliki
peranan
penting
dalam
mempermudah dan memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar. Oleh karena itu, William Amstrong (Liang Gie, 1995:132) mengemukakan ada 10 cara untuk memperoleh minat belajar, yaitu sebagai berikut: 1. Siswa hendaknya berusaha menetapkan keinginan dan tujuan belajarnya. 2. Menetapkan suatu alasan dan tujuan setiap akan melakukan pekerjaan dengan demikian membersihkan dari unsur pekerjaan yang membosankan. 3. Siswa hendaknya membangun sikap yang positif dengan mencari minat-minat yang baik ketimbang alasan menghindar yang buruk. 4. Siswa hendaknya berusaha menentukan tujuan hidup, sehingga dapat menjadi motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar. 5. Berusaha sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan guru mengenal dan pengabdian diri pada mata pelajaran yang bersangkutan. 6. Siswa hendaknya berusaha sungguh-sungguh, menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukan pada hal kegemarannya. 7. Berlaku jujur pada diri sendiri. Minat siswa akan meningkat sesuai dengan banyaknya studi yang sepenuh hati dilakukan. 8. Praktikan kewajiban dari minat dalam ruang belajar, yaitu tampak berbuat seakan-akan sungguh berminat, ini bisa menjadi latihan hingga perlahanlahan akan terbiasa.
22
9. Siswa hendaknya menggunakan nalurinya, untuk mengumpulkan keterangan. Hal ini dapat menolong perkembangan minat tapi juga konsentrasi. 10. Hindari rasa takut untuk menggunakan rasa ingin tahu, peradaban, dan pendidikan merupakan hasil kerja dari orang-orang berani memberikan kekuasaan memerintah kepada rasa ingin tahu mereka.
2.1.3 Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru ”Persepsi merupakan suatu proses psikologis pada diri individu oleh alat indra dalam memahami dan memberi makna terhadap objek yang ada dalam lingkungannya” (Maurita, 1998: 35). Persepsi terjadi karena adanya stimulus atau rangsangan dari lingkungan sekitar, sehingga individu dapat memberikan makna atau menafsirkan sesuatu hal. Pengertian dasar Kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Disamping berarti kemampuan, kompetensi juga berarti :….’the state of being legally competent or qualified’ McLeod (Muhibbin Syah, 2003:229), yakni kedaan berwenang atau memenuhi syarat menurut kebutuhan hukum. Adapun kompetensi guru (teacher competency) menurut Barlow 1985 (Muhibbin Syah, 2003:299), ialah The ability of a teacher to responsibly perform his of her duties appropriately. Artinya,
kompetensi
guru
merupakan
kemampuan
seseorang
guru
dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan
23
guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya, guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional. Menurut Moh.Surya (2004:92) “Kompetensi guru adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukan perilakunya sebagai guru.” Slameto (2003:100) mengungkapakan, sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu untuk: 1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok. 2. Memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar. 3. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya. 4. Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya. 5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya. Kemudian Moh.Surya (2004:92) mengungkapakan 5 kompetensi yang harus dimilki oleh guru, meliputi: 1. Kompetensi personal yaitu kualitas kemampuan pribadi seseorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. 2. Kompetensi profesional yaitu berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. 3. Kompetensi sosial yaitu kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. 4. Kompetensi intelektual yaitu penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tugasnya sebagai guru.
24
5. Kompetensi spiritual yaitu kualitas keimanan dan ketaqwaan sebagai orang yang beragama. Sedangkan berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007, Kompetensi Guru terdiri dari: 1. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. 2. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlaq mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan terhadap peserta didik. 3. Kompetensi professional yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas. 4. Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Maka dalam penelitian ini kompetensi guru diukur berdasarkan empat kompetensi yang dimilki oleh guru sesusai dengan Undang-Undang guru dan dosen dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007.
25
Berikut kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan UndangUndang guru dan dosen dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 : TABEL 2.4 KOMPETENSI GURU No KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN Kompetensi Pedagogik 1 Menguasai karakteristik 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya kultural, emosional, dan intelektual 1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu 1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu 1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu 2
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu
2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu 2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu 3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 3.2 Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu 3.3 Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu 3.4 Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran 3.5 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik 3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian
26
4
5
6
7
Menyelenggarakan 4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik pembelajaran yang mendidik 4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran 4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. 4.4 Melaksankan pembelajaran yang mendidik dikelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. 4.5 Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. 4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. Memanfaatkan teknologi 5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan informasi dan komunikasi komunikasi dalam pembelajaran yang untuk kepentingan diampu pembelajaran Memfasilitasi 6.1 Menyediakan berbagai kegiatan pengembangan potensi pembelajaran untuk mendorong peserta peserta didik untuk didik mencapai prestasi secara optimal. mengaktualisasikan berbagai 6.2 Menyediakan berbagai kegiatan potensi yang dimiliki. pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. Berkomunikasi secara 7.1 Memahami berbagai strategi efektif, empatik, dan santun berkomunikasi yang efektif, empatik, dan dengan peserta didik. santun, secara lisan, tulisan, dan atau bentuk lain. 7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/ permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan
27
8
9
10
kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya. Menyelenggarakan penilaian 8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan dan evaluasi proses dan hasil evaluasi proses dan hasil belajar sesuai belajar. dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.4 Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.5 Mengadministrasi penilaian dan proses hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen. 8.6 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. 8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil 9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian penilaian dan evaluasi untuk dan evaluasi untuk menentukan kepentingan pembelajaran. ketuntasan belajar. 9.2 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evalusai untuk merancang program remedial dan pengayaan. 9.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan. 9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melakukan tindakan reflektif 10.1 Melakukan refleksi terhadap untuk peningkatan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan pembelajaran. 10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. 10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
28
pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
11
12
13
14
15
16
Kompetensi Kepribadian Bertindak sesuai dengan 11.1Menghargai peserta didik tanpa norma, agama, hukum, membedakan keyakinan yang dianut, sosial dan kebudayaan suku, adat istiadat, daerah asal, dan nasional Indonesia. gender. 11.2Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norna sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. Menampilkan diri sebagai 12.1 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi pribadi yang jujur, berakhlak 12.2 Berperilaku yang mencerminkan mulia, dan teladan bagi ketakwaan, dan akhlak mulia. peserta didik dan masyarakat 12.3 Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya Menampilkan diri sebagai 13.1Menampilkan diri sebagai pribadi yang pribadi yang mantap, stabil, mantap dan stabil dewasa, arif, dan berwibawa. 13.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa. Menunjukkan etos kerja, 14.1 Menunjukkan etos kerja dan tanggung tanggungjawab yang tinggi, jawab yang tinggi. rasa bangga menadi guru, 14.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada dan rasa percaya diri. diri sendiri. 14.3 Bekerja mandiri secara professional. Menjunjung tinggi kode etik 15.1 Memahami kode etik profesi guru. profesi guru. 15.2 Menerapkan kode etik profesi guru. 15.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik guru Kompetensi Sosial Bersikap inklusif, bertindak 16.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap objektif, serta tidak peserta didik, teman sejawat dan diskriminatif karena lingkungan sekitar dalam melaksanakan pertimbangan jenis kelamin, pembelajaran. agama, ras, kondisi fisik, 16.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap latar belakang keluarga dan peserta didik, teman sejawat, orangtua status sosial ekonomi. peserta didik, dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan
29
17
18
19
20
21
status sosial ekonomi. 17.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif. 17.2 Berkomunikasi dengan orangtua peserta didik dam masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik. 17.3 Mengikutsertakan orangtua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Beradaptasi di tempat 18.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas di seluruh wilayah bekerja dalam rangka meningkatkan Republik Indonesia yang efektivitas sebagai pendidik, termasuk memiliki keragaman sosial memahami bahasa daerah setempat. budaya 18.2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan. Berkomunikasi dengan 19.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, komunitas profesi sendiri profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah dan profesi lain secara lisan lainnya melalui berbagai media dalam dan tulisan atau bentuk lain. rangka meningkatkan kualitas pendidikan. 19.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Kompetensi Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Menguasai standar 21.1 Memahami standar kompetensi mata kompetensi dan kompetensi pelajaran yang diampu. dasar mata pelajaran yang 21.2 Memahami kompetensi dasar mata diampu. pelajaran yang diampu. 21.3 Memahami tujuan pembelajaran yang diampu. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, dan masyarakat
30
22
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
22.1 Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. 22.2 Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. 23 Mengembangkan 23.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. keprofesionalan secara berkelanjutan dengan 23.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan melakukan tindakan reflektif. 23.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan 23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber 24 Memanfaatkan teknologi 24.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan informasi dan komunikasi komunikasi dalam berkomunikasi untuk mengembangkan diri 24.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri. www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/sergur/permen16.pdf Dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya proses pendidikan di sekolah guru memegang peranan penting. Menurut Slameto (2003:97), dalam proses
belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.
31
2.1.4 Lingkungan Masyarakat Lingkungan adalah segala sesuatu dari luar individu. Dalam keseluruhan tingkah lakunya, individu berinteraksi dengan lingkungannya baik disadari maupun tidak disadari, langsung maupun tidak langsung. Masyarakat bila dilihat dari konsep pendidikan menurut Fuad Ihsan (2003:84) masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan berbagai ragam kualitas mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium besar tempat para anggotanya mengamalkan semua yang dimilikinya. Disamping itu masyarakat juga termasuk pemakai atau the user dari para anggotanya. Baiknya kualitas suatu masyarakat ditentukan oleh kualitas pendidikan para anggotanya. Menurut Fuad Ihsan (2003:58) Lingkungan Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan dilingkungan keluarga dan pendidikan disekolah. Dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada anggotanya tetapi tidak sistemastis. Secara fungsional masyarakat menerima semua aggotanya yang pluralistik (majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para aggotanya. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Menurut Slameto (2003: 70) membahas tentang kegiatan siswa di lingkungan masyarkat yang semuanya mempengaruhi belajar:
32
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Akan tetapi kalau siswa terlalu banyak terlibat dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan maka waktu belajarnya akan terganggu. 2. Mass Media Yang termasuk kedalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik, dan lain-lain. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik dan juga terhadap belajarnya. 3. Teman Bergaul Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanyan daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa. 4. Bentuk kehidupan masyarakat Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap perkembangan belajar siswa. 2.1.4.1 Pengaruh Masyarakat Terhadap Belajar Siswa Selian masyarakat selalu tumbuh dan berkembang dinamis. Kehidupan dilingkungan masyarakat beragam bentuk budaya, ras, golongan, dan sifat. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap perkembangan belajar siswa yang berada disekitar. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang disekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah kepada perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang disekitarnya tadi. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-
33
orang lingkungannya. Pengaruh iru mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi (Slameto, 2003:71). Meskipun demikian, masyarakat juga mempunyai peranan yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana
yang
dapat
menunjang
pelaksanaan
pendidikan
nasional,
ikut
menyelanggarakan pendidikan nonpemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung (Fuad Ihsan, 2003:59).
2.1.5. Kajian empirik Hasil Penelitian
No 1.
Nama Peneliti Eptiarti Rahayu
Tabel 2.5 Kajian Empirik Hasil penelitian Variabel Subjek Judul yang Diteliti Penelitian Pengaruh a. Minat Siswa kelas faktor belajar XI IPS di internal dan b. Motivasi SMAN 1 faktor belajar Pasawahan, eksternal c. Lingkung SMAN 1 terhadap an sosial Bungursari, prestasi ekonomi SMA Al belajar keluarga Islam, SMA siswa pada d. Persepsi Pasundan mata siswa Plered dan pelajaran terhadap SMA ekonomi kompeten Pasundan si guru Purwakarta e. Fasilitas belajar
Hasil Sumber Penelitian Minat belajar, Skripsi motivasi UPI belajar, 2008 lingkungan sosial ekonomi keluarga, persepsi siswa terhadap kompetensi guru, dan lingkungan masyarakat berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
34
2.
Siti Suhaebah
3.
Ervianti Rulistina
Motivasi Skripsi belajar, minat UPI belajar, 2005 persepsi siswa terhadap kompetensi guru, dukungan keluarga, fasilitas belajar, dan cara belajar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa. a.Motivasi Siswa pada Motivasi Pengaruh motivasi belajar SMAN di belajar, belajar, b.Persepsi kota persepsi siswa persepsi siswa BAndung mengenai siswa mengenai kompetensi mengenai kompetens guru dan kompetensi i guru fasilitas guru dan c.Fasilitas belajar secara belajar simultan fasilitas belajar berpengaruh terhadap signifikan prestasi terhadap prestasi belajar siswa dalam belajar siswa amata pelajaran ekonomi
Faktorfaktor yang mempengar uhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMAN di Kota Bandung
a.Motivasi belajar b.Minat belajar c.Persepsi siswa terhadap kompetens i guru d.Dukungan keluarga e.Fasilitas belajar f. Cara belajar g.Prestasi belajar
Siswa kelas 3IPS se SMAN di kota Bandung
35
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN Dalam seluruh peoses pengajaran disekolah, proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hasil dari suatu proses pembelajaran adalah terjadi perubahan sikap, perluasan wawasan, serta tingkat pengetahuan dan keterampilan. Kualitas hasil pendidikan bisa diukur dari tinggi rendahnya prestasi belajar. Evaluasi prestasi belajar (Syah, 1995:142) bertujuan untuk: 1. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu. 2. Mengetahui kedudukan siswa dalam kelompok kelasnya 3. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar 4. Mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kemampuan kecerdasan untuk keperluan belajar. 5. Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Agar proses pembelajaran itu berhasil meningkatkan prestasi belajar tentunya banyak faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar. Menurut teori taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom menyatakan bahwa “ada dua faktor utama yang dominan terhadap hasil belajar yaitu pertama adalah karakteristik siswa (kemampuan, minat, hasil belajar sebelumnya, motivasi) kedua adalah karakteristik pengajaran (guru, metode pengajaran, dan fasilitas belajar). Selain itu dalam penelitian ini digunakan juga teori konvergensi yang dirintis oleh William Stern. Dalam Tirtaraharja, 1995:198 berpendapat bahwa “hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan ada dua garis menuju kesatu titik pertemuan”. Dapat dilihat pada gambar berikut:
36
Pembawaan A C Lingkungan B Menurut teori konvergensi bahwa: 1. Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan 2. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik. 3. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan Sejalan dengan teori konvergensi, menurut Slameto (2003:54) menyatakan bahwa: Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktro intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan yang termasuk kedalam faktor ekstern yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Selain itu juga menurut Teori Konstruktivistik (DR. C Asri Budiningsih, 2005:58) mengakui bahwa siswa akan dapat menginterpretasikan informasi kedalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan,
latar
belakang,
dan
minatnya.
Guru
dapat
membantu
siswa
mengkonstruksi pemahaman referensi fungsional konseptual dunia eksternal. Menurut teori ini peranan siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling
37
menentukan gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Sedangkan peran guru menurut
Teori
Konstruktivistik
adalah
berperan
membantu
agar
proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Selain itu, teori yang digunakan yaitu Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial) dari Albert Bandura. Teori belajar sosial tentang kepribadian didasarkan kepada formula bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi timbal balik yang terus menerus antara faktor-faktor penentu: internal (kognisi, persepsi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi kegiatan manusia), dan eksternal (lingkungan). Proses ini disebut “reciprocal determinism”, dalam mana manusia mempengaruhi nasibnya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi mereka juga dikontrol oleh kekuatan-kekuatan lingkungan tersebut (Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2007: 133). Interaksi diantara faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: P P= Person (Faktor Internal) E= Environment (Faktor Eksternal) B= Behavior B
E Gambar 2.1 Interaksi antara Person, Environment dan Behavior Sumber: Syamsu Yusuf dan Juntika, 2007: 132
38
Gambar di atas, menjelaskan bahwa belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses belajar kognitif. Teori belajar sosial menempatkan “reciprocal determinism” sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psikososial dalam berbagai tingkat yang kompleks, terentang dari perkembangan intrapersonal, tingkah laku interpersonal, fungsi interaksi organisasi sampai ke sistem sosial. Selain dengan grand teori diatas, pendapat dari Ngalim Purwanto (2007: 102) menyatakan berhasil atau tidaknya belajar iru tergantung kepada bermacammacam faktor. Adapun faktor itu dapat kita bedakan menjadi dua golongan diantaranya: 1. Faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut sebagai faktor individu yang terdiri dari fisiologis (kondisi fisik) dan psikologis (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, latihan dan faktor pribadi) 2. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk faktor sosial antara lain adalah faktor keluarga/keadaan rumah, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Menurut Abu Ahmadi (2003:138) menyatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) dan dari luar diri (faktor eksternal) individu sebagai berikut:
39
Yang tergolong faktor internal adalah: 1. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh 2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri dari: a. Faktro intelektif yang meliputi faktor potensial (kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah dimiliki) b. Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. 3. Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah: 1. Faktor sosial yang terdiri dari : a. Lingkungan keluarga b. Lingkungan sekolah c. Lingkungan masyarakat, misal kondisi disekitar siswa aman dan tenteram sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan prestasi belajar d. Lingkungan kelompok 2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. Dari begitu banyak faktor yang mepengaruhi prestasi belajar, penelitian ini akan dibatasi pada minat, kompetensi guru, dan lingkungan masyarakat. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat disajikan dalam gambar berikut:
Kompetensi Guru
(X1) Minat Belajar
(Z) Lingkungan Masyarakat (X2)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Prestasi Belajar Siswa (Y)
40
2.3 HIPOTESIS Menurut Sugiyono, 2008:93 hipotesis merupakan jawaban sementara tehadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarakan pada faktafakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jada hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Sedangkan Rianto Adi (2005: 24) berpendapat bahwa hipotesis adalah “jawaban sementara atau kesimpulan sementara dari masalah penelitian”. Selanjutnya hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Hipotesis Mayor Kompetensi guru dan Lingkungan Masyarakat berpengaruh positif terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Laboratorium UPI Bandung. b. Hipotesis Minor 1. Kompetensi guru berpengaruh positif terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Laboratorium UPI Bandung. 2. Lingkungan masyarakat berpengaruh positif terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Laboratorium UPI 3. Minat belajar siswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di SMA Laboratorium UPI Bandung.