BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.1.1. Pengertian Analisis Sistem
Menurut Jogiyanto (2001, 129), analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dan dengan maksud untuk mengidentifikasi dan meng permasalah-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya. Menurut Mc Leod (2008, 538-543) analisis sistem adalah suatu studi dari sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau memperbaiki kekurangan dari sistem yang telah ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah suatu sistem informasi yang telah ada dengan tujuan untuk meng dan merancang sistem baru agar dapat memperbaiki kekurangan dari sistem yang telah ada. 2.1.2. Perancangan Sistem Menurut Scoot (2001, 534), perancangan sistem adalah menentukan bagaimana mencapai sasaran yang ditetapkan yang melibatkan pembentukan (configuring) perangkat lunak dan komponen perangkat keras sistem dimana setelah pemasangan sistem akan memenuhi spesifikasi yang dibuat pada akhir fase analisis sistem.
7
Perancangan sistem informasi yang logik adalah peralatan antarmuka pengguna. Antarmuka menghubungkan pemakaian dengan sistem, jadi perannya benar–benar sangat penting. Contoh dari antarmuka pemakai adalah keyboard (untuk mengetik pertanyaan dan jawaban), menu–menu pada layar (untuk mendatangkan perintah pemakai), serta berbagai jenis Graphical user interface (GUIs) yang menggunakan mouse atau cukup dengan sentuhan pada layar. Tahap perancangan juga mencakup perancangan file – file atau basisdata yang bisa menyimpan data – data yang diperlukan oleh pembuat keputusan. Basisdata yang disusun dengan baik adalah dasar dari seluruh sistem informasi. Dalam tahap ini, penganalisis juga bekerja sama dengan pemakai untuk merancang output (baik pada layar maupun hasil cetakannya). (Kendall 2002, 13) Perancangan
sistem
dapat
didefenisikan
sebagai
penggambaran,
perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam suatu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan sistem menentukan bagaimana suatu sistem akan dibentuk. (Husni, 1997) Perancangan sistem mempunyai dua tujuan utama yaitu : 1. Untuk memenuhi kebutuhan kepada para pemakai sistem. 2. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan merancang bangun yang lengkap kepada pemprogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya.
8
Untuk mencapai tujuan ini, haruslah dapat mencapai sasaran – sasaran sebagai berikut : 1. Perancangan sistem harus berguna, mudah dipahami dan nantinya mudah digunakan. 2. Perancangan sistem harus dapat mendukung tujuan utama perusahaan 3. Perancangan sistem harus efisien dan efektif untuk dapat mendukung pengolahan transaksi. 2.1.3. Pengembangan Sistem Informasi Secara konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi berdasarkan siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycles). Siklus hidup pengembangan sistem merupakan penerapan pendekatan sistem untuk mengembangkan dan menggunakan sistem berbasis komputer (M.C.Leod, 2004). Menurut Kendall & Kendall (2006, 10) SDLC (System Development Life Cycle) adalah fase-fase pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis dan merancang sistem informasi. Jaadi, dapat disimpulkan bahwa siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycles) adalah suatu penerapan pendekatan yang dilakukan untuk mengembangkan, menganalisis, serta merancang sistem informasi dengan menggunakan sistem berbasis komputer.
9
Gambar 1 Pengembangan Sistem SDLC Kendall & Kendall (2006, 10) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada SDLC antara lain adalah: Kendall & Kendall (2006, 10) 1. Mengidentifikasi masalah, kesempatan, dan tujuan. Pada kegiatan pertama ini, analis sistem harus mengetahui masalah apa saja yang terjadi, kesempatan, dan tujuan pembuatan sistem tersebut. Mengidentifikasi tujuan merupakan salah satu komponen yang penting karena analis sistem harus mengetahui apa yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut. Selain itu, analis sistem juga harus mengetahui bila ada aspek-aspek aplikasi sistem informasi yang dapat digunakan untuk membantu mencapai tujuan perusahaan dengan merumuskan masalah yang spesifik atau kesempatan. Keluaran dari tahap ini 10
adalah laporan kelayakan yang berisikan definisi masalah dan rangkuman dari tujuan. Orang-orang yang terlibat dalam fase ini adalah pengguna, analis sistem, dan manajer. 2. Menentukan kebutuhan informasi. Fase berikutnya adalah menentukan informasi apa saja yang dibutuhkan. Cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan adalah seperti wawancara, membuat sampel dan menginvestigasi hard data, dan kuesioner. Orang-orang yang ikut serta dalam tahap ini adalah analisis sistem dan pengguna (manajer operasi dan pegawai). Analis sistem harus mengetahui detail dari sistem yang sudah berjalan sekarang, siapa saja orang yang terlibat (who), apa jenis aktivitas bisnisnya (what), dimana pekerjaan ini akan dilakukan (where), waktunya (timing), dan bagaimana prosedur yang sekarang dijalankan (how). Inti dalam fase ini adalah analis sistem harus bisa mengetahui bgagaimana fungsi bisnis yang sudah berjalan dan mempunya informasi yang lengkap atas orang, tujuan, data, dan prosedur yang bersangkutan. 3. Menganalisis kebutuhan sistem. Dalam fase ini, analis sistem harus mengetahui kebutuhan sistem yang akan dibuat. Alat yang digunakan dalam fase ini adalah data flow diagram untuk menggambarkan masukkan, proses, dan keluaran fungsi bisnis dalam bentuk grafis yang terstruktur. Dari data flow diagram, dapat dibuat data dictionary yang berisikan daftar-daftar data yang akan digunakan dalam sistem dan spesifikasinya.
11
4. Mendesain sistem yang direkomendasikan. Dalam fase ini, analis sistem menggunakan informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya untuk membuat desain sistem informasi. Bagian desain sistem informasi ini adalah pembuatan user interface, pembuatan sistem basis data, pendesainan hasil keluaran dari sistem. Terakhir analis sistem harus mendesain pengendalian dan prosedur backup untuk melindungi sistem dan data. 5. Pengembangan dan pendokumentasian piranti lunak. Pada fase kelima ini, analis sistem bekerja dengan programmer untuk membuat piranti lunak yang dibutuhkan. Pada fase ini, analis sistem juga harus bekerja dengan user untuk mengembangkan pendokumentasian software efektif yang meliputi prosedur manual, bantuan langsung melalui internet, situs web. Dokumentasi memberikan informasi kepada pengguna tentang bagaimana cara menggunakan piranti lunak tersebut dan apa yang harus dilakukan apabila piranti lunak tersebut mengalami masalah. 6. Testing dan perawatan dari sistem. Sebelum sistem dapat digunakan, sistem yang sudah dibuat harus dites terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang akan dikeluarkan sebelum sistem tersebut diimplementasikan kepada pengguna. Perawatan kepada sistem dimulai dari fase ini. Perawatan sistem bisa berupa update program yang bisa dilakukan melalui web. 7. Implementasi dan sistem. Fase terakhir dari pengembangan sistem. Analis sistem harus membantu mengimplementasikan sistem tersebut. Fase ini meliputi pelatihan user untuk bisa 12
menggunakan sistem. Selain itu, analis sistem harus melakukan migrasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru. Hal ini meliputi perubahan data dari format yang lama ke format yang baru, pembuatan sistem basis data, memenuhi kebutuhan sistem. 2.1.4. Model Pengembangan Sistem Informasi 1) Prototype Menurut Kadir (2003) ”Prototype merupakan suatu model dalam pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan untuk membuat suatu program dengan cepat dan bertahap sehingga segera dapat di oleh pemakai”. Bagi sistem
berskala
kecil,
prototyping
dapat
menggantikan
siklus
hidup
pengembangan sistem, bagi sistem berskala besar atau sistem yang mempengaruhi unit organisasi yang besar, prototyping dipadukan dengan SDLC (Leod, 2004). Prototype bukan merupakan software yang sesungguhnya. Teknik prototyping melibatkan suatu proses iterasi yang berfokus pada penyempurnaan prototype berdasarkan persyaratan yang diminta oleh pemakai. Kerja sama antara pemakai dan analis sistem serta uji coba prototype akan menghasilkan desain yang sempurna dan mempermudah pengembangan sistem (Kadir, 2003). Dapat disimpulkan bahwa prototype adalah pengembangan sistem yang digunakan untuk membuat suatu program dengan cepat dan bertahap sehingga dapat di serta kerjasama antara pemakai dan analisis sistem menghasilkan suatu desain yang sempurna dan mempermudah pengembangan sistem.
13
Gambar 2 Pengembangan Sistem Prototyping (Jogiyanto, 2003) Menurut Lucas (2000) sasaran prototype adalah sebagai berikut: a. Mengurangi waktu sebelum pemakai melihat sesuatu yang kongkret dari usaha pengembangan sistem. b. Menyediakan umpan balik yang cepat dari pemakai ke pengembang. c. Membantu menggambarkan kebutuhan pemakai dengan sedikit kesalahan. d. Meningkatkan pemahaman pengembang dan pemakai terhadap sasaran yang seharusnya dicapai oleh sistem. e. Menjadikan keterlibatan pemakai sangat berarti dalam analisis dan desain sistem.
14
Kelebihan pengembangan sistem penggunaan prototyping, antara lain: 1. Pendefinisian kebutuhan pemakai menjadi lebih baik karena keterlibatan pemakai yang lebih intensif. 2. Meningkatkan kepuasan pemakai dan mengurangi resiko pemakai tidak menggunakan sistem, mengingat keterlibatan pemakai sangat tinggi sehingga sistem memenuhi kebutuhan mereka lebih baik. 3. Mempersingkat waktu pengembangan. 4. Memperkecil kesalahan disebabkan pada setiap versi prototype, kesalahan segera terdeteksi oleh pemakai. 5. Pemakai memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam meminta perubahan. 6. Menghemat biaya. Kelemahan penggunaan prototyping dalam pengembangan sistem, antara lain : a. Ketidaksadaran user bahwa ini hanya suatu model awal bukan model akhir. b. Pengembang kadang-kadang membuat implementasi yang sembarangan. c. Kemungkinan
dokumentasi
terabaikan
karena
pengembang
lebih
berkonsentrasi pada pengujian dan pembuatan prototype. d. Mengingat target waktu yang pendek, ada kemungkinan sistem yang dibuat tidak lengkap dan bahkan sistem kurang teruji. e. Jika terlalu banyak proses pengulangan dalam membuat prototype, ada kemungkinan pemakai menjadi jenuh dan memberikan reaksi yang negatif. f. Apabila tidak terkelola dengan baik, prototype menjadi tidak pernah berakhir.
15
2) Waterfall Contoh pengembangan sistem Waterfall Model air terjun (waterfall) adalah suatu proses pembuatan sistem informasi secara terstruktur dan berurutan dimulai dari penentuan masalah, analisa kebutuhan, perancangan implementasi, integrasi, uji coba sistem, penempatan dan pemeliharaan (Wahana, 2005).
Gambar 3 Pengembangan Sistem Waterfall simbong mangiwa (2008) Pemodelan ini menyangkut aktivitas berikut: simbong mangiwa (2008) 1. Rekayasa dan Pemodelan Sistem/Informasi (System/Information Engineering and Modeling). Tahap ini juga kadang disebut dengan Project Definition. 2. Analisis Kebutuhan Perangkat
Lunak
(Software Requirements
Analysis). Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan ke perangkat lunak. Hasilnya harus didokumentasikan dan di-review ke pelanggan. 16
3. Desain (Design). Proses desain mengubah kebutuhan-kebutuhan menjadi bentuk karakteristik yang dimengerti perangkat lunak sebelum dimulai penulisan program. 4. Penulisan Program (Coding). Desain tersebut diubah menjadi bentuk yang dimengerti mesin komputer, maka dilakukan langkah penulisan program. 5. Testing. Setelah kode program selesai dibuat dan program dapat berjalan selanjutnya testing dapat dimulai. Testing difokuskan pada logika internal dari perangkat lunak, fungsi eksternal, dan mencari segala kemungkinan kesalahan. 6. Support/Maintenance. Perangkat lunak setelah diberikan kepada pelanggan akan dapat ditemui error ketika dijalankan di lingkungan pelanggan. Pemeliharaan ini dapat berpengaruh pada semua langkah yang dilakukan sebelumnya. Kelebihan dari pengembangan sistem waterfall adalah metode ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong kuno, daripada menggunakan pendekatan asal-asalan. Selain itu, metode ini juga masih masuk akal jika kebutuhan sudah diketahui dengan baik.
17
Kekurangan dari pengembangan sistem waterfall sebagai berikut: 1. Pada kenyataannya jarang mengikuti urutan sekuensial seperti pada teori. Iterasi sering terjadi dapat menyebabkan masalah baru. 2. Sulit bagi pelanggan untuk menentukan semua kebutuhan sacara eksplisit. 3. Pelanggan harus sabar karena pembuatan perangkat lunak akan dimulai ketika tahap desain sudah selesai sedangkan pada tahap sebelum desain bisa membutuhkan waktu yang lama. 4. Kesalahan di awal tahap berakibat sangat fatal pada tahap berikutnya. 3) Spiral Model spiral adalah model proses software yang evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototipe dengan cara control dan aspek sistematis dari model sekuensial linier. (Roger S Pressman, 2002)
18
Gambar 4 Pengembangan Sistem Spiral simbong mangiwa (2008) Ada beberapa tahapan dalam pengembangan sistem spiral diantaranya: simbong mangiwa (2008). 1. Customer Communication: Komunikasi antara pengembang dengan pelanggan. 2. Planning: Penentuan tujuan, alternative, dan batasan. 3. Risk Analysis: Analisa alternatif dan identifikasi atau pemecahan resiko. 4. Engineering: Pengembangan level berikutnya dari produk. 5. Construction and Release: Testing, instalasi, dan menyediakan support termasuk dengan training pada user dan pembuatan dokumentasi. 6. Customer Evalution: Penilaian terhadap hasil engineering.
19
Kelebihan dari pengembangan sistem model spiral ini adalah pendekatan yang paling realistik untuk sistem skala besar. Metode ini menggunakan pendekatan evolusioner, sehingga pelanggan dan pengembang dapat mengerti dan bereaksi terhadap suatu resiko yang akan terjadi. Model ini membutuhkan konsiderasi langsung terhadap resiko teknis, sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya resiko yang lebih besar. Pada setiap fase evolusi bisa digunakan prototyping. simbong mangiwa (2008). Kekurangan dari pengembangan sistem model spiral ini akan sangat sulit untuk meyakinkan pelanggan besar, bahwa pendekatan evolusioner ini dapat diatur. Hal ini membutuhkan keahlian tersendiri. Selain itu, jika resiko utama tidak ditemukan, maka masalah bisa muncul kemudian. Sehingga membutuhkan kemampuan manajemen dan perkiraan resiko (risk assessment) yang cukup tinggi. simbong mangiwa (2008). 4) 4 GT Istilah Fourth Generation Technique (4GT) meliputi seperangkat peralatan software yang memungkinkan seorang developer software menerapkan beberapa karakteristik software pada tingkat yang tinggi, yang kemudian menghasilkan source code dan object code secara otomatis sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan developer.
20
Gambar 5 Pengembangan Sistem 4 GT ( Fourth Generation Tehnique Paradigm) Keterangan daari gambar: 1. Model 4GT untuk software engineering dimulai dengan rangkaian pengumpulan kebutuhan. Idealnya, seorang customer menjelaskan kebutuhan-kebutuhan
yang
selanjutnya
diterjemahkan
ke
dalam
prototype. Tetapi ini tidak dapat dilakukan karena customer tidak yakin dengan apa yang diperlukan, tidak jelas dalam menetapkan fakta-fakta yang diketahui dan tidak dapat menentukan informasi yang diinginkan oleh peralatan 4GT. 2. Untuk aplikasi kecil adalah mungkin bergerak langsung dari langkah pengumpulan kebutuhan ke implementasi yang menggunakan bahasa non prosedur fourth generation (generasi ke 4). Tetapi untuk proyek besar, pengembangan strategi desain sistem tetap diperlukan, sekalipun kita menggunakan 4GL. Penggunaan 4GT tanpa desain untuk proyek besar akan
menyebabkan
masalah
yang
sama
yang
ditemui
dalam
pengembangan software yang menggunakan pendekatan konvensional. 21
3. Implementasi yang menggunakan 4GL memungkinkan developer software menjelaskan hasil yang diinginkan yang kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk source code dan object code secara otomatis. 4. Langkah yang terakhir adalah mengubah implementasi 4GT ke dalam sebuah product. Selanjutnya developer harus melakukan pengetesan , pengembangan dokumentasi dan pelaksanaan semua aktifitas lainnya yang diwujudkan dalam model software engineering. 2.1.5. Flowchart Menurut Suyanto (2004,18) bahwa aplikasi flowchart menggambarkan tahapan proses suatu sistem. Adapun penjelasan dalam buku jogiyanto (2001, 795) bahwa bagan alir adalah bagan (chart) yang menunjukan alir (flow) di dalam program atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir digunakan terutama untuk alat bantu komunikasi dan dokumentasi. Ada lima bagan alir diantaranya: 1. Bagan Alir Sistem (system flowchart) merupakan bagan yang menunjukan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. 2. Bagan Alir Dokumen (document flowchart) disebut juga bagan alir formulir (form flowchart) merupakan bagan alir yang menunjukan arus dari laporan dan fomulir termasuk tembusan-tembusannya. 3. Bagan
Alir
Skematik
(schematic
flowchart)
bagan
alir
yang
menggambarkan prosedur di dalam sistem dengan menggunakan symbolsimbol bagan alir sistem dan gambar-gambar computer serta peralatan lainnya yang digunakan oleh sistem.
22
4. Bagan Alir Program (program flowchart) merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci langkah-langkah dari proses program. 5. Bagan Alir Proses (process flowchart) merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik untuk menggambarkan proses dalam suatu prosedur. Simbol-simbol flowchart Simbol Input/Output Digunakan untuk mewakili data input/output.
Simbol Proses Digunakan untuk mewakili suatu proses.
Simbol Garis Alir (flow line flowchart) Digunakan untuk menunjukan arus dari proses.
Simbol Penghubung (connector symbol) Digunakan untuk menunjukan sambungan dari bagan
alir
yang terputus dihalaman yang masih sama atau dihalaman lainnya.
Simbol Keputusan (decision symbol) Digunakan untuk suatu penyeleksian kondisi di dalam program. 23
Simbol Proses Terdefinisi (predefined proses symbol) Digunakan
untuk
menunjukan
suatu
operasi
yang
rinciannya ditunjukan ditempat lain.
Simbol Persiapan (preparation symbol) Digunakan untuk memberi nilai awal suatu besaran.
Simbol Titik Terminator Digunakan untuk menunjukan awal dan akhir dari suatu proses.
2.2.
Indeks
2.2.1. Pengertian Indeks Kata indeks berasal dari bahasa Inggris index yang berasal dari kata indicate yang berarti menunjukkan. Mustafa (1994, 129) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan indeks adalah salah satu sarana penelusuran literatur. Trimo (1997, 150) juga menyatakan bahwa indeks merupakan suatu daftar artikel-artikel dalam bidang atau subjek tertentu dari harian-harian, majalahmajalah, naskah-naskah dan sejenisnya. Lasa (1998, 58) menyatakan bahwa kata indeks berasal dari bahasa Latin indicare yang berarti menunjukkan. Menurut Silvana (2002, 15), indeks adalah daftar sejumlah entri, topik, nama pengarang, tempat yang terdapat dalam sebuah atau beberapa buku, majalah 24
yang disusun secara alfabetis. Sedangkan Sulistyo-Basuki (2004, 163) mengemukakan indeks adalah nama, subjek, kata kunci atau topik lain yang disusun menurut urutan tertentu untuk memudahkan proses balik dokumen atau informasi. Jadi dapat disimpulkan indeks merupakan daftar yang sistematis yang mengandung istilah atau frasa yang menyatakan nama pengarang, judul, konsep dan lain sebagainya yang dilengkapi dengan petunjuk dimana istilah tersebut ditemukan serta disusun berdasarkan alfabetis sebagai salah satu alat penelusuran informasi. 2.2.2. Tujuan Pengindeksan Menurut Sulistyo-Basuki (1992, 96), tujuan pengindeksan ialah menjawab pertanyaan pemakai mengenai tujuan sebuah dokumen serta apa manfaatnya baginya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut biasanya pengindeks mengingat tajuk umum berupa subjek, ancangan, cara, waktu, dan ruang. Tujuan indeks menurut Silvana (2002, 16) dapat diuraikan sebagai berikut: a) Memudahkan pengguna merujuk pada informasi yang dibutuhkan; b) Pengguna dapat mengetahui dan menggunakan dimana informasi yang dibutuhkan itu berada; c) Membuat daftar yang lain susunannya dengan daftar isi; d) Agar pengguna tidak perlu membaca semua isi buku; 25
e) Untuk dapat menemukan kembali rekaman atau dokumen yang dikelola dan disimpan melalui proses. indexing Jadi dapat disimpulkan indeks bertujuan untuk memudahkan, mengetahui, serta menggunakan informasi yang dibutuhkan dengan membuat susunannya seperti daftar isi agar pengguna tidak perlu membaca semua isi buku yang ada. Indeks juga bertujuan untuk menemukan kembali informasi, rekaman, atau dokumen yang telah dikelola dan disimpan melalui proses pengindeksan. 2.2.3. Fungsi Indeks Fungsi indeks menurut Sulistyo-Basuki (1992, 93) adalah sebagai sarana pilih atau temu balik bagi kepentingan pemakai. Lasa (1994, 55) menguraikan fungsi indeks sebagai berikut: a) petunjuk yang memberikan pengarahan kepada pembaca bahwa informasi yang lebih lengkap dapat ditemukan pada sumber yang ditunjuk itu. Dengan bantuan indeks ini, suatu subjek, nama orang, nama tempat dapat segera ditemukan dengan tepat; b) mengungkapkan suatu masalah secara lengkap dan detail. Fungsi indeks juga diuraikan Lasa (1998, 59) sebagai berikut: a) pencapaian efisiensi dalam penelusuran literatur; b) memberikan informasi yang lebih lengkap, rinci dan informasi yang gayut; c) pemanfaatan informasi seoptimal mungkin; d) menganalisa, memerinci dan meringkas isi naskah menjadi unit-unit yang lebih kecil.
26
Menurut Silvana (2002, 21), fungsi utama mengindeks majalah adalah memberi layanan kepada pengguna untuk memudahkan mencari artikel-artikel yang diperlukan dan menjadi jembatan antara penerbit dengan konsumen dalam memperoleh keinginan atas istilah-istilah tersebut. 2.2.4. Jenis Indeks Lasa (1998, 59) menguraikan jenis indeks sebagai berikut: a) indeks beranotasi, yaitu indeks yang memuat data bibliografis dan menyajikan uraian singkat isinya. Hal ini dilakukan sebab sebuah judul terkadang kurang mencerminkan isi secara keseluruhan; b) indeks analitik, merupakan indeks yang susunannya bukan berdasarkan abjad secara murni, melainkan berdasarkan subjek karya tulis yang dibagi dalam beberapa tajuk utama. Dimana tajuk utama tersebut dapat dibagi lagi jika diperlukan; c) indeks relatif, yaitu indeks berabjad untuk sebuah skema klasifikasi yang semua berhubungan dan aspek subjeknya disatukan dibawah satu entri indeks; d) indeks kumulatif, merupakan indeks kumulasi yang berarti indeks yang dibuat dari waktu ke waktu dengan menggabungkan indeks-indeks yang telah diterbitkan secara terpisah menjadi satu susunan; e) indeks artikel, berita surat kabar, majalah. Merupakan indeks untuk satu volume majalah atau lebih, indeks subjek untuk sekelompok 27
majalah yang biasanya diterbitkan secara kumulatif pada selang waktu yang pendek. Menurut Silvana (2002, 17), ada dua jenis indeks, yaitu: 1) Indeks buku, yang mencakup isi buku tersebut dan kumpulan buku atau katalog buku; 2) Indeks majalah, yang mencakup per-artikel dan kumpulan majalah atau katalog majalah. 2.2.5. Bahasa yang digunakan dalam pembuatan indeks Silvana (2002, 18) menjelaskan bahasa yang digunakan dalam pembuatan indeks yang meliputi: 1) Controlled indexing language (bahasa indeks terkendali), merupakan kata atau istilah yang terdapat pada daftar tajuk subjek, seperti searslist of subject heading, library congress of subject heading, theasaurus; 2) Free indexing language (bahasa indeks bebas), merupakan kata atau istilah yang sesuai dengan subjek dipergunakan dalam istilah indeks. Free indexing language merupakan bahasa yang dikenal dalam indeks komputer;
28
3)
Natural indexing language
(bahasa indeks alami), merupakan
pemakaian kata atau istilah sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh pengarang atau dokumen tersebut. Sulistyo-Basuki (2004, 238) juga menjelaskan bahasa indeks sebagai berikut: 1) Bahasa indeks menggunakan kosakata yang dapat dipahami pemakai. Bila pemakai adalah umum bahasa indeks harus mendekati bahasa sehari-hari dan mudah dipelajari; 2) Pada sistem mekanisasi, format, sintaksis dan kosakata bahasa indeks harus setara dengan komputer, bahasa indeks memerlukan ketentuan yang lebih baik dibandingkan dengan sistem nonmekanis; 3) Bahasa indeks hendaknya cukup deskriptif sehingga menghasilkan temu balik yang tepat, namun bahasa indeks tidak perlu terlalu terinci sehingga menghambat penelusuran; 4) Bahasa indeks yang dirancang secara baik harus berisi ketentuan modifikasi karena bahasa dan penggunaan dokumen berubah. 2.2.6. Syarat Pembuatan Indeks Menurut Silvana (2002, 17) syarat pembuat indeks adalah sebagai berikut: a) Harus tahu subjek indeks buku itu atau apa ilmu yang dibahas harus dipahami; 29
b) Memilki pikiran yang runtun atau konsisten; c) Memiliki pengetahuan yang luas; d) Harus cermat dan teliti; e) Memilki pengetahuan cara mengindeks; f) Memahami komputer dan luas pengetahuan bahasanya; g) Kata atau istilah yang dipahami dalam indeks didasarkan pada kata atau istilah yang baku. 2.2.7.
Langkah-langkah dalam pembuatan indeks Sulistyo-Basuki (1992, 95) menjabarkan langkah-langkah penyusunan
indeks mencakup: a) Pengamatan awal terhadap dokumen; b) Identifikasi subjek utama; c) Identifikasi elemen yang di deskripsikan ekstraksi istilah berkaitan; d) Verifikasi relevansi istilah-istilah tersebut; e) Konversi istilah dari bahasa sehari-hari ke bahasa dokumenter (bila diperlukan); f) Verifikasi relevansi deskripsi;
30
g) Pengaturan deskripsi sesuai dengan ketentuan formal yang dianut oleh sistem informasi bersangkutan. 2.2.8. Peraturan-peraturan dalalam pembuatan indeks Lasa (1994, 67)
menyatakan
ada beberapa peraturan yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan indeks. Peraturan tersebut yaitu: a) Memilih tajuk yang spesifik dan populer; b) Entri disusun berdasarkan abjad; c) Sesuatu yang diindeks merupakan sesuatu yang akan dimanfaatkan pemustaka; d) Penggunaan ejaan baik dalam bentuk tunggal ataupun jamak harus konsisten atau sesuai aturan; e) Bila perlu bisa menggunakan tajuk gabungan seperti Bank and Banking; f) Penulisan nama orang hendaknya selengkap mungkin; g) Membuat rujukan dari subjek utama ke subjek atau bagian yang berkaitan; h) Untuk pembuatan indeks di bidang sejarah dan biografi sebaiknya dengan sistem kronologis. 2.3.
Surat Kabar
2.3.1. Pengertian Surat Kabar
Surat kabar merupakan salah satu ragam dari ruang lingkup jurnalisme cetak. Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa 31
dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca Effendy (2005, 241).
Menurut Komaruddin (2006, 250) surat kabar yaitu:
1) Kertas yang dicetak dan di distribusikan, biasanya harian atau mingguan serta berisi berita, opini, karangan dan iklan;
2) Suatu alat komunikasi tertulis yang berisi berita, tajuk rencana, artikel, reportase, kadang-kadang
disertai dengan tulisan hasil kesenian
gambar, karikatur, surat pembaca dan iklan.
Lasa (1994, 98) menjelaskan bahwa surat kabar merupakan terbitan yang menitikberatkan pada penyampaian berita yang mengandung informasi keilmuan yang perlu dikelola dengan baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa surat kabar merupakan salah satu alat komunikasi tertulis dalam bentuk tercetak berisi tentang berita, opini, iklan, karikatur, artikel, surat pembaca, tulisan hasil kesenian, laporan yang terjadi di masyarakat
gambar tajuk rencana, iklan, surat pembaca dan informasi yang
lainnya. Surat kabar biasanya diterbitkan secara harian atau mingguan.
Di Indonesia, surat kabar sering disebut juga dengan istilah koran. Dalam berbagai kamus memang sulit ditemukan asal bahasa dari koran ini. Namun dari penelitian seksama, bahasa yang mendekati kata “koran” adalah “Quran” dari bahasa Arab yang berarti bacaan. Selain itu, ada juga kata yang cukup dekat pada 32
kata “koran” yaitu “Courantos”, merupakan sebuah buletin yang terbit di Jerman pada abad ke-16 masehi.
Selain itu, kata koran juga berasal dari dari bahasa Belanda yaitu “krant”, dan dari bahasa Prancis, “Courant”. Adapun defenisinya yakni suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa politik, kriminal, olahraga, tajuk rencana, ekonomi, sosial dan sebagainya. Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS, dan hiburan lainnya Sumadiria (2006, 5).
Surat kabar dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu. Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan.
Surat kabar atau koran adalah barang cetakan yang berisi berita, informasi dan pendidikan yang terbit secara kontiniu yang biasanya harian. Surat kabar merupakan salah satu bentuk media cetak yang tidak dijilid, dalam ukuran normal dan tiap halaman terdiri 9 kolom. Ada yang terbit 8 halaman, 12 halaman, 16 halaman dan ada yang lebih dari jumlah itu.
33
2.3.2. Syarat-syarat Surat Kabar
Menurut Karl (dalam Soehoet 2003, 11), surat kabar dapat dilihat dari syaratnya. Adapun syarat tersebut, yakni:
a.
Publisitas, artinya surat kabar diterbitkan untuk publik, untuk masyarakat umum, atau untuk siapa saja,
b.
Periodisitas, artinya surat kabar tersebut terbit pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya,
c.
Aktualitas, artinya isinya aktual, belum pernah dimuat sebelumnya,
d.
Universalitas, artinya isi surat kabar tidak mengenai satu persoalan saja.
e.
Kontinuitas, artinya isi surat kabar berkesinambungan.
Komunikasi dalam surat kabar bersifat irreversible. Sekali pesan, termasuk penjulukan, disampaikan kepada khalayak pemirsa, maka amat sulit bagi siapa pun untuk meniadakan sama sekali efeknya. Maka, jika seseorang diberitakan secara negatif, difitnah misalnya, pemberitaan itu sulit untuk mengembalikan citra si korban ke citra semula, meskipun pihak wartawan atau TV memohon maaf atas kekhilafan mereka Mulyana (2000, 73).
Surat kabar harian adalah jenis media cetak yang terbit setiap hari, kecuali pada hari-hari tertentu, misalnya libur nasional. Jenis surat kabar ini dibagi lagi menjadi surat kabar harian nasional, surat kabar harian daerah, dan surat kabar
34
harian lokal. Berita yang disampaikan adalah jenis berita news atau informasi terkini dan disampaikan dengan sistem straight news atau apa adanya.
2.3.3.
Kekuatan dan Kelemahan Surat Kabar a. Kekuatan surat kabar : Kasali (1993). 1.
Market Coverrage Surat kabar dapat menjangkau daerah-daerah perkotaaan sesuai dengan cakupan pasarnya (nasional, regional, atau lokal)
2. Comparison Shopping (catalog value) Keuntungan kedua menyangkut kebiasaan-kebiasaan konsumen membawa surat kabar senagai referensi untuk memilih barang sewaktu berbelanja. Informasi sekelebat yang diberikan oleh radio dan televisi, dimuat secara tertulis pada surat kabar yang dapat dibawa kemana-mana. 3. Positive Consumer Attitudes. Konsumen umumnya memandang surat kabar memuat hal-hal actual yang perlu segera diketahui khalayak pembacanya. 4.
Flexibility Pengiklan dapat bebas memilih pasar mana (dalam cangkupan geografis) yang akan diprioritaskan. Dengan demikian ia dapat memilih media mana yang cocok. Kecuali pada surat kabar nasional yang biasanya harus dilakukan pesanan enam bulan sebelumnya. Koran-koran lokal umumnya sangat fleksibel dalam memuat iklan, baik permintaan mendadak yang berkaitan dengan 35
ukuran, frekuensi pemuatan, maupun penggunaan warna (spot colour atau full colour) b. Kelemahan surat kabar 1. Short Life Span Sekalipun jangkauannya bersifat massal, surat kabar dibaca orang dalam tempo yang singkat sekali, umumnya tidak lebih dari lima belas menit, dan mereka hanya membaca sekali saja. Surat kabar juga cepat basi, hanya berusia 24 jam. 2. Clutter Isi yang dipaksakan di halaman surat kabar yang tidak punya manajemen redaksi dan tata letak yang baik bias mengacaukan mata dan daya serap pembaca. Orang akan membaca dengan pikiran kusut . informasi berlebihan yang dimuat oleh redaksi dan pemasang iklan dapat melemahkan pengaruh sebuah iklan. 3. Limited Coverage of Certain Groups Sekalipun surat kabar memiliki sirkulasi yang luas, beberapa kelompok pasar tertentu tetap tidak dapat dilayani dengan baik. Sebagai contoh, surat kabar tidak dapat menjangkau pembaca yang berusia dibawah 20 tahun. Demikian juga pembaca dengan bahasa yang berbeda. Dan umumnya surat kabar adalah acuan bagi pria.
36
4. Product That Don’t Fit Beberapa produk tidak dapat diiklankan dengan baik di surat kabar. Terutama produk yang tidak ditujukan untuk umum, atau yang menuntut peragaan untuk merebut tingkat emosi pembaca yang tinggi akan sulit masuk dalam surat kabar. Demikian pula produk tertentu yang dapat dianggap melanggar kesusilaan. 2.4.
Database
2.4.1. Pengertian Database Database atau basis data adalah koleksi dari data-data yang terorganisasi dengan cara sedemikian rupa sehingga mudah dalam disimpan dan dimanipulasi (diperbaharui, dicari, diolah dengan perhitungan-perhitungan tertentu, serta dihapus) Nugroho (2004, 41). Teori lain menyatakan basis data adalah kumpulan data (elementer) yang secara logik berkaitan dalam mempresentasikan fenomena (fakta) secara terstruktur di dalam domain tertentu untuk mendukung aplikasi dalam sistem tertentu. Heriyanto (2004, 4). Terdapat beberapa aturan yang harus dipatuhi pada file database atau basis data agar dapat memenuhi kriteria sebagai suatu basis data, yaitu: Kadir (1999).
1. Kerangkapan data, yaitu munculnya data-data yang sama secara berulang-ulang pada file basis data, 37
2. Inkonsistensi data, yaitu munculnya data yang tidak konsisten pada field yang sama untuk beberapa file dengan kunci yang sama, 3. Data terisolasi, disebabkan oleh pemakaian beberapa file basis data. Program aplikasi tidak dapat mengakses file tertentu dalam sistem basis data tersebut, kecuali program aplikasi dirubah atau ditambah sehingga seolah-olah ada file yang terpisah atau terisolasi terhadap file yang lain, 4. Keamanan data, berhubungan dengan masalah keamanan data dalam sistem basis data. Pada prinsipnya file basis data hanya boleh digunakan oleh pemakai tertentu yang mempunya wewenang untuk mengakses, 5. Integrasi data, berhubungan dengan unjuk kerja sistem agar dapat melakukan kendali atau kontrol pada semua bagian sistem sehingga sistem selalu beroperasi dalam pengendalian penuh. Heriyanto (2004, 4)
2.4.2. Perangkat Desain Database
1. Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity relationship (ER) data model didasarkan pada persepsi terhadap dunia nyata yang tersusun atas kumpulan objek-objek dasar yang disebut entitas dan hubungan antar objek Simarmata & Paryudi (2006, 59).
38
2. Pemetaan kardinalitas
Pemetaan kardinalitas menyatakan jumlah entitas di mana entitas lain dapat dihubungkan ke entitas tersebut melalui sebuah himpunan relasi.
a. One to One
Sebuah entitas pada A berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada B dan sebuah entitas pada B berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada A.
b. One to Many/ Many to One
Sebuah entitas pada A berhubungan dengan lebih dari satu entitas pada B dan sebuah entitas pada B berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada A atau sebaliknya (Many to One).
c. Many To Many Sebuah entitas pada A berhubungan dengan lebih dari satu entitas pada B dan sebuah entitas pada B berhubungan dengan lebih dari satu entitas pada A. 2.4.3. Tahapan Rancangan Database Menurut Connolly (2002), rancangan database dibangun dengan tiga tahap utama, yang disebut konseptual, logikal, dan perancangan fisik.
39
1. Conceptual database design adalah proses membangun sebuah model data dari informasi yang diperoleh dalam sebuah organisasi, tapi bebas dari semua pertimbangan fisik. 2. Logical database design adalah proses membangun sebuah model informasi yang digunakan dalam sebuah perusahaan yang berdasarkan pada sebuah model data yang spesifik, tapi bebas dari halaman yang berkaitan dengan DBMS dan petimbangan fisik lainnya. 3. Physical database design adalah proses pembuatan deskripsi dari suatu implementasi basis data pada secondary storage (media penyimpanan), halaman ini mendeskripsikan hubungan utama, organisasi
file dan
indeks yang digunakan untuk mencapai efisiensi akses ke dalam data dan hubungan integritas contraint (assosiated integrity constrains) yang lainnya dari halaman yang berkaitan dengan keamanan (security measure).
krn_id KRN0001 KRN0002 KRN0003 KRN0004 KRN0005
Tabel 1 Koran krn_nama harian haluan Singgalang Kompas media Indonesia Republika
40
krn_jenis Harian Harian Harian Mingguan Bulanan
Tabel 2 Artikel art_ id
art_ Koran
ART0001 KRN0001 ART0002 KRN0002 ART0003 KRN0003 ART0004 KRN0004 ART0005 KRN0005
ART0006 KRN0006 ART0007 KRN0007
ART0008 KRN0008 ART0009 KRN0009
ART0010 KRN0010
2.5.
art_ judul guru-guru masih bingung:… guru juga bertugas… kejujuran moralitas… etika mahasiswa… bacaan yang pas… memulihkan citra pendidikan lemahnya pengelolaan… kurikulum perlu dirombak jika ebtanas… "guru sejati" dan pendidikan…
art_ tanggal
art_ art_ halaman keyword
12/23/2003
5
11/29/2003
10
5/27/2002
4
12/4/2002
16
Moralitas etika, mahasiswa
12/31/2002
7
Bacaan
7/8/2003
8
citra, pendidikan
2/5/2002
4
Pengelolaan
4/18/2002 1/29/2002
16 9
Kurikulum Ebtanas
2/19/2002
5
guru sejati
guru, pendidikan guru, pendidikan
Visual Basic
2.5.1. Sejarah Visual Basic Pada zaman dahalu ada sebuah bahasa pemprograman yang diberi nama Basic (Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code). Sesuai dengan namanya, Basic ditujukan sebagai bahasa yang paling sederhana bagi mereka yang tidak terlalu familiar dengan dunia pemrograman.
41
Pada
tahun
pengembangan
dari
1991 Basic
Microsoft yang
mengeluarkan berubah
dari
Visual sisi
Basic,
pembuatan
antarmukanya. Visual Basic sampai sekarang masih menjadi salah satu bahasa pemrograman terpopuler di dunia. Pada akhir tahun 1991, Teknologi.Net diumumkan. Microsoft memosisikan teknologi tersebut sebagai platform untuk membangun XML Web Services memungkinkan aplikasi tipe apa pun dapat berjalan pada system komputer dengan tipe manapun dan dapat mengambil data yang tersimpan pada server dengan tipe apa pun melalui internet. Visual Basic.Net adalah Visual Basic yang direkayasa kembali untuk digunakan pada platform.Net sehingga aplikasi yang dibuat menggunakan Visual Basic.Net dapat berjalan pada sistem komputer apa pun, dan dapat mengambil data dari server dengan tipe apa pun asalkan terinstall.Net Framework. Hidayatullah ( 2014, 3) Berikut ini perkembangan Visual Basic.Net: a. Visual Basic.Net 2002 (VB 7.0) b. Visual Basic.Net 2003 (VB 7.1) c. Visual Basic.Net 2005 (VB 8.0) d. Visual Basic.Net 2008 (VB 9.0) e. Visual Basic.Net 2010 (VB 10.0) f. Visual Basic.Net 2012 (VB 11.0) g. Visual Basic.Net 2010
42
2.5.2. Kelebihan Visual Basic (VB) antara lain Hidayatullah ( 2014, 7 ): 1. Sederhana dan mudah dipahami Seperti pada VB, bahasa yang digunakan pada VB.Net sangat sederhana sehingga lebih mudah dipahami bagi mereka yang masih awam terhadap dunia pemrograman. 2. Mendukung GUI VB.NET bisa membuat software dengan antarmuka grafis yang lebih user friendley 3. Menyederhanakan deployment VB.Net mengatasi deployment dari aplikasi berbasis windows yaitu DLL HELL dan registrasi COM (Component Object Model). Selain itu tersedia wizard yang memudahkan dalam pembuatan file setup. 4. Menyederhanakan pengembangan perangkat lunak Ketika terjadi kesalahan penulisan kode dari sisi sintaks (bahasa), maka Vb.Net langsung menuliskan kesalahannya pada bagian message windows sehingga programmer dapat memperbaiki kode dengan lebih memperbaiki kode dengan lebih cepat. 5. Mendukung penuh OOP Memiliki fitur bahasa pemrograman berorientasi objek seperti inheritance (pewarisan), encapsulation (pembungkusan), dan polymorphism (banyak bentuk). 43
6. Mempermudah pengembangan aplikasi berbasis Web Disediakan desainer form web dan layanan web XML sehingga memungkinkan suatu aplikasi “berkomunikasi” dengan aplikasi lainnya dari berbagai platform menggunakan protocol internet terbuka. 7. Migrasi ke VB.Net dapat dilakukan dengan mudah Apabila sudah mengembangkan aplikasi di VB, maka konversi ke VB.Net dapat dijalankan dengan mudah. 8. Banyak digunakan oleh programmer-programmer di seluruh dunia. Salah satu keuntungannya adalah jika kita memilih masalah atau pertanyaan, maka kita bias tanyakan kepada programmer-programmer lain di seluruh dunia melalui forumforum di internet.
44