BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Nyeri plantaris
2.1.1 Pengertian Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam hal kerusakan tersebut. Nyeri merupakan salah satu cara tubuh untuk memberitahu terjadi sesuatu dalam tubuh. Nyeri bekerja secara alami yang merupakan sinyal yang memberitahu bahwa kita harus berhenti melakukan kegiatan yang memperburuk kondisi tubuh, dan cara itulah yang digunakan untuk memproteksi tubuh. 2.1.2 Klasifikasi Nyeri Berdasarkan lama waktu terjadinya nyeri inilah maka nyeri dibagi menjadi dua tipe yaitu: nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasa di disebut nyeri normal dan terjadi dalam waktu yang singkat, penyebabnya karena terjadi jejas atau lesi pada jaringan lunak, infeksi dan inflamasi. Nyeri akut terjadi kurang dari 6 bulan (3-6 bulan) maka dari itu bersifat temporer. Nyeri akut dapat sembuh tanpa terapi, atau jika penyebab nyeri telah 6
7
dihilangkan dan memberi merespon baik dengan analgetik dan istirahat yang cukup. Namun apabila kegagalan penyembuhan pada nyeri akut akan berakibat pada nyeri kronik (moeliono, 2008). Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang menetap sebulan luar biasa saja dari penyakit akut atau waktu yang wajar untuk cedera untuk menyembuhkan, atau dikaitkan dengan proses patologis kronis yang menyebabkan nyeri terus menerus, atau nyeri yang berulang pada interval selama berbulan-bulan atau tahun (R, Rajagopal, 2006). 2.1.3 Mekanisme Nyeri Nyeri dapat terjadi akibat ambang rangsang nyeri di lewati oleh rangsangan mekanika, termal atau kimiawi. Rangsangan ini akan terdeteksi oleh nosiseptor yang merupakan ujung dari saraf bebas, selanjutnya rangsangan ini akan di bawa sebagai impuls saraf melalui saraf A delta yang bermielin dengan kecepatan hantar yang cepat, tajam, dan terlokalisasi, serta serabut C yang tidak bermielin dengan kecepatan hatar yang lambat dan bertanggung jawab atas nyeri yang tumpul, yang tidak terlokalisasi dan jelas (Moeliono, 2008). Berdasarkan mekanisme terjadinya, nyeri terbagi menjadi nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif disebabkan kerusakan jaringan yang mengakibatkan dilepaskannya bahan kimiawi yang disebut excitatory neurotransmitter seperti histamine dan bradikinin, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya rekasi inflamasi. Selanjutnya bradikinin melepaskan prostaglandin dan substansi P, yang
8
merupakan neurotransmitter. Nyeri nosiseptif dibagi menjadi nyeri viseral dan nyeri somatik. Nyeri viseral terjadi akibat stimulasi nosiseptor yang berada di rongga abdominal dan rongga thoraks.
Nyeri somatik terbagi menjadi nyeri
somatik dalam dan nyeri kutaneus. Nyeri somatik dalam berasal dari tulang, tendon, saraf dan pembuluh darah, sedangkan nyeri kutaneus berasal dari kulit dan jaringan bawah kulit (Moeliono, 2008). Nyeri neuropatik berasal dari kerusakan jaringan saraf akibat penyakit atau trauma, disebut nyeri neuropatik perifer apabila disebabkan oleh lesi saraf tepi, dan nyeri sentral apabila disebabkan lesi pada otak, batang otak atau medula spinalis (Moeliono, 2008).
9
2.1.4 Pengertian Nyeri plantaris Nyeri plantaris adalah rasa sakit yang disebabkan terjadinya iritasi degeneratif pada ligament plantar fascia (Young, 2014). Rasa sakit yang muncul pada ligament plantar fascia di sebabkan karena posisi berdiri dengan sepatu yang kurang nyaman dalam waktu lama yang berakibat teregangnya ligament (Aliwarga, 2013).
Gambar 2.1 Lokasi Nyeri Plantaris (Sumber: American Academy of Ortopedic Surgeons, 2010) Fascia merupakan jaringan fibrous, strukturnya seperti tendon, terletak sepanjang tungkai sampai telapak kaki, mulai dari tulang tumit sampai base ibu jari kaki. Jika aktivitas berlebihan maka plantar fascianya akan terjadi iritasi, inflamasi dan kemungkinan yang lain akan terjadi kerobekan jika pada plantar fascia terjadi penekanan yang berulang (Periatna & Gerhaniawati, 2006). Nyeri plantaris biasanya akan di rasakan saat setelah berdiri dari tempat tidur di pagi hari. Rasa nyeri pada telapak kaki akan meningkat saat melakukan ambulasi dan berdiri dalam waktu yang lama (Goff & Crawfrod, 2011).
10
Peregangan yang berulang pada lengkungan kaki akan mengalami tekanan yang keras pada plantar fascia dalam fibrocartilago menyebabkan robeknya ligament dan lepasnya mediator kimia inflamasi dan menimbulkan rasa nyeri, akhirnya mengalami degenerasi myoxid dan melemahnya plantar fascia (Duff, 2004). 2.1.5 Patofisiologi Nyeri Plantaris Secara aktual patofisiologi dari nyeri plantaris berawal dari stress yang berlebihan pada ligament plantar fascia, dimana dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang termasuk yaitu kurangnya fleksibilitas dari ligament plantar fascia dan tightnes otot-otot gastroc. Kelemahan dari otot-otot intrinsik kaki dan yang utama yaitu otot tibialis posterior pada ankle, penambahan berat badan atau aktivitas yang berat, kekurangan proprio-sepsi. Hal tersebut akan mengakibatkan tarikan pada ligament fascia, sehingga terjadi kerobekan dan timbul iritasi pada ligament plantar fascia. Efek dari posisi yang lama dan terusmenerus serta stress yang berlebihan dari ligament plantar fascia, akan menyebabkan perubahan pada serabut collagen, dimana terjadi penurunan kandungan air 3-4% dan penurunan GAG sekitar 20%. Sehingga akan menurunkan jarak diantara serabut-serabut collagen dan menyebabkan perubahan gerak yang bebas diantara serabut-serabut. Menurunnya gerakan diantara serabut collagen membuat jaringan cenderung menjadi kurang elastis dan lebih rapuh, sehingga akan terbentuk serabut collagen dalam pola yang acak, disamping itu produksi fibroblas yang berlebihan pada fase produksi akan membentuk jaringan fibrous yang tidak beraturan sehingga menciptakan terjadinya abnormal crosslink yang akan menyebabkan perlengketan pada jaringan. Terjadinya abnormal
11
crosslink disertai dengan inflamasi pada ligament plantar fascia. Sehingga timbul nyeri tekan pada ligament plantar fascia (Periatna & Gerhaniawati, 2006).
2.1.6 Gejala Nyeri Plantaris Gejala utama yang terjadi karena nyeri plantaris adalah nyeri tumit ketika berjalan. Juga mungkin merasa sakit ketika berdiri dan mungkin bahkan ketika sedang beristirahat. Nyeri ini biasanya terjadi hal pertama di pagi hari setelah bangun dari tempat tidur, ketika kaki ditempatkan rata di lantai. Rasa sakit terjadi karen peregangan plantar fasia. Rasa sakit biasanya berkurang dengan sering berjalan, tetapi gejala ini akan terjadi lagi setelah periode istirahat. Nyeri akan terasa kembali ketika keadaan tidur karena posisi memungkinkan fasia untuk rileks (Anonim, 2013).
kaki
yang
12
2.2
Anatomi Telapak Kaki Tulang telapak kaki disusun dari 7 tarsals yaitu: Os. Calcaneus, Os. Talus, Os.
Navicularis, Os. Cuneinforme lateralis, Os. Cuneinforme intermedium, Os. Cuneinforme medialis, dan Os. Metatarsal. Normalnya telapak kaki akan membentuk lengkungan medial antara Os. Calcaneus dengan Os. Metatarsal yang disebut medial longitudinal arch.
Gambar 2.2 Anatomi Telapak Kaki Normal (Sumber: Dubin, 2007)
Normal medial longitudinal arch adalah 15 – 18 mm dari tanah pada tingkat navicular, sedangkan lateral longitudinal arch lengkungannya lebih rendah 3 – 5 mm dari tingkat Os. Kuboid. Tulang yang membentuk lengkungan ini saling berkaitan yang di hubungan oleh ligament plantar fascia (Riegger, 1988).
13
Gambar 2.3 Lengkungan Telapak Kaki Normal (Sumber: Riegger, 1988) Menurut American Academy of Ortopedic Surgeons Plantar Fascia adalah Ligament tipis dan panjang yang terletak langsung dibawah telapak kaki, yang menghubungkan tumit dengan kaki depan, dan akan membentuk suatu lengkungan (Kadakia, et al,. 2010).
Gambar 2.4 Letak Plantar Fascia (Sumber: Kadakia, 2010)
14
Topografi dari ligament plantar fascia merupakan bagian dari jaringan penyambung (connective tissue) yang komposisinya terdiri atas dua tipe serabut yaitu: serabut collagen yang sangat kuat dengan elastisitas yang sangat kecil, sedangkan serabut kedua adalah serabut elastik yang dapat terulur yang berfungsi membantu penguluran dan kontraksi otot dan juga menjadi jalur tempat persarafan dan pembuluh darah vena. Ligament plantar fascia yang terdapat dalam tubuh dapat dijelaskan sebagai suatu lembaran yang tidak terputus-putus dari jaringan penyambung yang terbentang tanpa adanya hambatan pada bagian atas kepala sampai ke ujung ibu jari kaki. Ligament plantar fascia mengelilingi dan menyatu dengan setiap jaringan dan organ yang ada dalam tubuh termasuk serabut saraf, pembuluh darah vena, otot dan tulang. Letak ligament fascia pada nyeri plantaris sangat tebal dan menempel/melekat pada calcaneus sampai jari-jari kaki (metatarsal). Ligament plantar fascia akan lebih tebal dan padat pada beberapa daerah dibandingkan dengan daerah yang lain. Kepadatan dan ketebalan ligament fascia sangat mudah dikenali dan terlihat seperti membran putih yang kuat (Periatna & Gerhaniawati, 2006).
2.3
Etiologi Penyebab plantaris sering tidak jelas dan mungkin multifaktorial. Faktor
risiko yang mungkin termasuk obesitas, pekerjaan yang membutuhkan berdiri terlalu lama dan menumpu berat (Young, 2014). Masalah utama penyebab plantaris umumnya berdasarkan klasifikasi bagian dari tumit yang terasa nyeri yaitu penyakit pada calcaneus, arthritis pada persendian subtalar, post calcaneus
15
bursitis, ruptur tendon calcaneus, paratendinitis calcaneus, tender heel pad dan plantaris (Roxas, 2005). 2.4 Faktor-Faktor Risiko Nyeri Plantaris Adapun faktor-faktor risiko terjadinya nyeri plantaris sebagai berikut (Kurniawan, 2013) : 1. Usia Nyeri Plantaris terjadi paling sering antara usia sebanyak 40 dan 60 (Aliwarga, 2013) 2. Bentuk kaki flat foot atau high arch. Pada kaki yang flat foot atau pronated flat dapat menimbulkan perubahan liganment dari calcaneus sehingga mempengaruhi arkus plantaris dalam aktifitas saat menumpu berat badan ketika berdiri atau berjalan. Bentuk kaki flat foot disebabkan otot-otot intrinsik plantaris tidak memadai yang mengakibatkan terlalu teregangnya ligament sehingga arkus plantaris menjadi collaps (Duff, 2004). 3. Kelebihan Berat Badan. Kelebihan berat badan menyebabkan penumpuan berat beban yang besar pada kaki, terutama daerah tumit yang menerima persentase tekanan yang besar sehingga perlekatan struktur fasia mengalami penekanan berlebihan (Sunarya, 2012).
16
4. Individu dengan pekerjaan lebih banyak berdiri atau berjalan. Karyawan pabrik yang menghabiskan waktu kerja mereka untuk berdiri atau berjalan pada permukaan keras. Ini dapat mengganggu ligamen plantar fascia dan dapat menyebabkan nyeri (Aliwarga, 2013). 5. Penggunaan sepatu yang tidak tepat. Hindari sepatu dengan bertelapak tipis dan longgar, serta sepatu tanpa arch support yang cukup untuk menyerap shock (Aliwarga, 2013). Sepatu yang tidak tepat atau sepatu dengan hak tinggi akan beresiko berakibat pada keluhan muskuloskeletal dan sampai terjadi nyeri pada telapak kaki. Munculnya nyeri pada telapak kaki dikarenakan adanya peregangan pada ligament plantar fascia dan tekanan yang berlebih pada tumit. Peregangan pada telapak kaki ini dikarenakan pemakaian sepatu dengan tumit yang tinggi dan menyebabkan lengkungan pada telapak kaki meregang dari batas normalnya lengkungan pada kaki (Sinta, et al., 2014). 6. Kehamilan Selain terjadi penambahan berat badan juga karena pengaruh hormon yang dapat menyebabkan jaringan ikat untuk relaksasi menjadi lemas sehingga dapat memicu terjadinya plantaris (Kurniawan, 2013) 2.5
Sepatu Hak
2.5.1 Pengertian Sejak abad 1500-an sepatu hak tinggi telah menjadi salah satu pilar dari seorang wanita. Sepatu hak tinggi ini menonjolkan betis pemakainya dan perubahan postur pem akainya dan membuatnya tampil lebih menarik. Memang
17
benar bahwa indah sepasang sepatu bisa mengubah
sikap dan siluet wanita.
Bahkan, sepatu tidak lebih sekedar dari aksesoris kaki, tapi bagian penting dari busana wanita yang mencerminkan kepribadiannya (Pannell, 2012). Dr. Lynda Kreitzer, ahli penyakit kaki di wilayah Syracuse. Dia mendefinisikan hak tinggi sebagai tumit tinggi dari 1,5 inci. Pada Saat tumit lebih tinggi dari 1,5 inci, pusat gravitasi seseorang didorong ke depan (koerting, 2011).
2.5.2 Kategori dan Karakteristik Sepatu Hak Sepatu hak juga memiliki kategori pada kalangan fashion Italia. Hak berukuran di atas 8 dan 9 cm dapat kategorikan sebagai high heels. Sepatu hak yang memiliki dengan tinggi di bawah 6 dan 4 cm dianggap sebagai sepatu hak rendah, antara 6 - 4 cm sampai 8 - 9 cm di kategorikan dengan hak sedang, biasanya disebut (gambar 2.5) Kitten Heels (Suwarni, 2014). Sebagai kaum wanita wajar untuk mengetahui jenis – jenis dari sepatu yang digunakan. Sangat banyak jenis – jenis sepatu dengan gaya dan hak yang bervariasi, dapat di bedakan jenis sepatu dan tinggi hak sepatu yaitu: (Anonim, 2014). Gambar 2.5 Kitten Heels
Sumber: Themify, 2014
18
Wanita yang memakai sepatu hak tinggi dinilai memiliki tampilan lebih menarik. Selain secara fisik mereka terlihat lebih tinggi, wanita dengan sepatu hak tinggi terlihat lebih feminim, hal tersebut disebabkan efek yang membuat kaki terlihat lebih jenjang dan langkah langkah kecil saat berjalan menggunakan high heels. Umumnya jenis sepatu hak tinggi yang sering dijumpai saat ini ada dua yaitu, sepatu wedges dengan bentuk hak platform tebal (gambar 2.6), dan sepatu stiletto (gambar 2.7) dengan bentuk hak yang meruncing kebawah. Wanita yang menyukai sepatu dengan hak tinggi stiletto, dinilai memiliki kepribadian yang luar biasa dan senang menjadi perhatian. Efek kaki yang jenjang saat menggunakan stilleto membuat wanita terlihat atraktif secara sexual sehingga wanita yang menggunakan sepatu jenis ini dianggap sangat mengerti apa yang menjadi kekuatan dan daya tarik seksualnya. Sedangkan wanita yang menyukai sepatu wedges dengan platform tebal dinilai memiliki karakteristik to the point dan percaya diri. Namun ketika pengarah pada sebuah pengambilan keputusan, mereka cenderung ragu-ragu (Nurani, 2013). Gambar: 2.6 Wedges Platform
Sumber: Boyd, 2014
19
Gambar: 2.7 Stiletto
Sumber: Boyd, 2014
2.6
Patofisiologi Nyeri Plantaris pada Penggunaan Sepatu Hak Tinggi Wanita sangat tertarik menggunakan sepatu hak tinggi karena dapat
memperlihatkan daya tarik mereka. Namun di balik itulah akan terjadi keluhan musculoskeletal, dalam penelitian sebelumnya bahwa fungsi kaki atau ekstremitas bawah akan berubah karena menggunakan sepatu hak tinggi. Sepatu hak tinggi yang digunakan terlalu lama merupakan salah satu peyebab terjadinya nyeri plantaris. Hal ini disebabkan dalam bekerja menggunakan sepatu hak tinggi terjadi ketidakseimbangan biomekanik yang menyebabkan terjadi penekanan sepanjang fascia plantaris. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada lokasi nyeri. Ketika berdiri menggunakan sepatu hak seluruh berat badan akan bertumpu pada kaki (khodair, 2015).