BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan
berkembang
dalam
rangka
pencapaian
kepribadian
yang
dewasa.
Pertumbuhan individu terlihat pada bertambahnya aspek fisik yang bersifat kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran, keduanya dilayani secara seimbang, selaras dan serasi agar dapat terbentuknya kepribadian yang integral. Adapun kegiatan ini dilaksanakan tidak lain untuk menghasilkan siswa dengan berbagai kemampuan yang dapat dihandalkan nanti ketika mereka turun pada konsep nyata yakni berkarya di dalam kehidupan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, banyak ahli yang memberikan batasan definisi tentang kemampuan siswa. (Zul (2008: 134) mengemukakan bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa. Kemampuan juga disebut kompetensi. Donald (Sardiman, 2009:73-74) mengemukakan kemampuan adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya pikiran dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut : 1) Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. 2) Kemampuan ekstrinsik
7
adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan. Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan mampu. Spencer and Spencer dalam Hamzah Uno (2010: 62) mendefinisikan kemampuan sebagai “Karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/superior dalam suatu pekerjaan atau situasi”. Poerwadarminta
(2007:
742)
mempunyai
pendapat
lain
tentang
kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasnah (2007: 552) bahwa mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan hal tersebut Tuminto (2007: 423) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan mampu. Seseorang yang mampu dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut, seakan-akan tidak pernah dipikirkan lagi bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitankesulitan yang menghambat. Ruang lingkup kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berfikir, berbicara, melihat, dan sebagainya. Akan
tetapi, dalam pengertian sempit biasanya kemampuan lebih ditunjukkan kepada kegiatan yang berupa perbuatan. Selain itu, menurut Uno (2007:23) hakikat kemampuan adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Dengan adanya kemampuan siswa akan lebih mudah dalam mempelajari setiap materi yang diajarkan termasuk matari yang berkaitan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut : 1) Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. 2) Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Menurut Uno (2007:23) hakikat kemampuan belajar adalah “Dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dari beberapa pengertian kemampuan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kompetensi mendapasar yang perlu dimiliki siswa yang memepelajari lingkup materi dalam suatu mata pelajaran pada jenjang tertentu.
2.2 Pengertian Kalimat Kalimat merupakan tataran setelah morfologi. Berbicara kalimat sebenarnya akan lebih tepat jika berbicara atau mengulas tentang klausa. Antara kalimat dan klausa ada perbedaan yang mendasar. Menurut Kridalaksana (2006 : 83) kalimat adalah 1. satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai intonasi final dan secara actual maupun potensial terdiri dari klausa; 2 klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal seruan, salam dsb.; 3. konstruksional gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola yang tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan. Pengertian
kalimat
menurut
kridalaksana
tentang
kalimat
ini
mengindikasikan bahwa kalimat itu dapat dilisankan dan terdiri dari klausa pembentuknya. Pengertian ini sama dengan pendapat Tarigan (2007:48) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasi akhir yang terdiri dari klausa. Tarigan menyoroti pada aspek intonasi, kemandirian, dan syarat klausa sebagai pembentuknya. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulis yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Tarigan maupun Kridalaksana tidak menyatakan secara terang bahwa kalimat dapat berbentuk tertulis maupun lisan. Berdasarkan pengertian dari ketiga ahli bahasa tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari klausa dalam bentuk tulis maupun lisan, dapat berdiri sendiri, dan mengungkap pikiran yang utuh.
Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai pengertian kalimat, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan/ tulisan yang mengungkapkan fikiran secara utuh, dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, dan diselai jeda. Apabila dalam wujud tulisan, kalimat diawali huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya. 2.2.1 Jenis-Jenis Kalimat Jenis kalimat sangat beragam sesuai dengan fungsinya masing-masing. Menurut Finoza (2008: 154-162) kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut, (a) jumlah klausa pembentuknya, (b) bentuk/ fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Putrayasa (2009: 19-119) bahwa kalimat terdiri dari beberapa jenis yaitu berdasarkan, (a) bentuk isinya, (b) jumlah klausanya, (c) predikat yang membentuknya, (d) sifat hubungan aktor-aksi, (e) struktur internal klausa utama, (f) ada tidaknya perubahan dalam pengucapan. Selanjutnya menurut Alwi dkk (2003: 336) jenis-jenis kalimat dapat dilihat dari beberapa sudut yakni (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
kalimat yang mengacu pada pendapat Finoza (2008: 154-162) menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan jumlah klausa pembentuknya, berdasarkan bentuk/ fungsi isinya, berdasarkan kelengkapan unsurnya, serta berdasarkan susunan subjek dan predikatnya. Berikut penjelasannya.
2.2.2 Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya Jenis kalimat menurut jumlah klausanya, dikemukakan oleh Putrayasa (2009:19-119) terbagi atas tiga macam, yaitu kalimat tunggal, kalimat bersusun, dan kalimat majemuk. Sedangkan menurut Alek dan H. Achmad H.P (2010: 245) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dibedakan menjadi dua yaitu kalimat berjenis tunggal (simpleks) dan kalimat majemuk (kompleks). Sejalan dengan kedua pendapat di atas, Finoza (2008:154) jenis kalimat menurut jumlah klausa pembentuknya, dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal dan (koordinatif),
kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara tidak
setara/
bertingkat
(subordinatif),
ataupun
campuran
(koordinatif-subordinatif). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kalimat menurut jumlah klausa pembentuknya terdiri dari kalimat tunggal, dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk itu sendiri terbagi atas kalimat majemuk setara (koordinatif), kalimat majemuk tidak setara atau
bertingkat (subordinatif),
ataupun kalimat majemuk campuran (koordinatif-subordinatif). 1) Kalimat Tunggal Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Menurut Alek dan Achmad (2010: 246) kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat, tetapi masing-masing dapat berupa bentuk majemuk. Sedangkan menurut Keraf (dalam Putrayasa, 2009: 41) kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan tersebut
tidak boleh membentuk pola yang baru. Sejalan dengan pendapat di atas, Finoza (2008: 154) kalimat tunggal yaitu kalimat yang mempunyai satu klausa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat tunggal yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas atau hanya terdiri dari dua unsur inti. Contoh:
- Dosen itu ramah. S
P
Dia akan pergi. S
P
2) Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Menurut Kosasih (2006: 87) kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau dua klausa atau lebih. Sedangkan Finoza (2008: 155) mengemukakan pendapatnya bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2009: 48) mengemukakan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri dari klausa-klausa bebas. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. a. Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Contoh : Kami membaca dan mereka menulis.
b. Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat. Contoh: Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar. Anak kalimat: Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas. Induk kalimat: Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar. Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendati- pun, bahwa, dan sebagainya. 2.2.3 Jenis Kalimat Menurut Bentuk/Fungsinya Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat dapat dibedakan atas enam macam, yaitu: (1) kalimat berita/ deklaratif, (2) kalimat tanya/ interogatif, (3) kalimat perintah/ imperatif, (4) kalimat seru/ ekslamatif, (5) kalimat tak lengkap/ kalimat minor, (6) kalimat inversi/ kalimat yang predikatnya mendahului subyek (Finoza, 2008:159). Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Alek dan Achmad (2010: 244) mengemukakan jenis kalimat menurut fungsinya terdiri dari: (1) kalimat
pernyataan/ deklaratif, (2) kalimat pertanyaan/ interogatif, (3) kalimat perintah dan permintaan/ imperatif, (4) kalimat seruan/ ekslamatif. Jenis kalimat menurut bentuk atau fungsinya dibedakan menjadi sembilan macam yakni: (1) kalimat berita, (2) kalimat tanya, (3) kalimat perintah, (4) kalimat aktif, (5) kalimat pasif, (6) kalimat langsung, (7) kalimat tak langsung, (8) kalimat harapan, serta (9) kalimat anjuran. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan jenis kalimat menurut bentuk/ fungsinya terdiri dari kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah (imperatif), kalimat seru (ekslamatif), kalimat tak lengkap (kalimat minor), kalimat inversi (kalimat yang predikatnya mendahului subyek), kalimat harapan, dan kalimat anjuran. 2.2.4 Jenis Kalimat Menurut Kelengkapan Unsurnya Jenis kalimat menurut kelengkapan unsurnya, kalimat itu dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: (1) kalimat mayor, (2) kalimat minor. Suatu kalimat dikatakan kalimat mayor kalau klausanya lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Berdasarkan pendapat Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2009: 105) jenis kalimat menurut kelengkapan unsurnya dibedakan menjadi kalimat lengkap (kalimat mayor/ sempurna) dan kalimat tidak lengkap (kalimat minor/ tidak sempurna). Sedangkan menurut Finoza (2008: 162) kalimat jika ditinjau dari kelengkapan unsur-unsurnya, terbagi atas kalimat lengkap (kalimat mayor) dan
kalimat tak lengkap (kalimat minor). Kalimat bahasa indonesia efektif sekurangkurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kalimat menurut kelengkapan unsurnya terdiri dari kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Kalimat lengkap disebut sebagai kalimat mayor (kalimat sempurna), dan kalimat tidak lengkap disebut kalimat minor (kalimat tidak sempurna). Contoh kalimat mayor: 1. Nenek berlari pagi. 2. Kakeknya petani kaya di sana. Kalau klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja, objek saja, ataukah keterangan saja, maka kalimat tersebut dengan kalimat minor. Contoh kalimat minor: Sedang makan! (sebagai kalimat jawaban dari kalimat tanya: Nenek sedang apa?) 2.3 Pengertian Kalimat Aktif Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya atau pelaku (aktor) melakukan suatu pekerjaan. Suatu kalimat dikatakan kalimat aktif jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang mempunyai verba perbuatan. Dengan kata lain, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif (Sugono, 2009:118).
Terkait dengan hal itu, Menurut Cook (dalam Tarigan, 2009: 25) bahwa kalimat aktif yaitu kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kridalaksana (2008: 124) bahwa kalimat aktif merupakan klausa transitif yang menunjukkan bahwa subjek mengerjakan pekerjaan dalam predikat verbalnya. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan. kalimat dimana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktivitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber-. Wenzlie (2005: 5 mengemmukakan bahwa kalimat aktif terdiri atas 2 jenis yaitu; 1) kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang memilih obyek penderita, b) kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya aktif melakukan suatu perbuatan atau tindakan. Contoh: Dika menendang bola. Dika membelikan Nita sebuah kamus bahasa Jepang. 2.3.1 Jenis Kalimat Aktif Kalimat aktif juga memiliki jenis yang beragam. Sugono (2009: 118) mengatakan bahwa kalimat-kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek (dinamakan transitif) dan kalimat aktif yang tidak berobjek (disebut intransitif). Sedangkan menurut pendapat Kosasih
(2006: 83) kalimat aktif dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu (a) kalimat aktif transitif, (b) kalimat aktif semitransitif, (c) kalimat aktif dwitransitif, (d) kalimat aktif intransitif. Sejalan dengan dua pendapat sebelumnya, Putrayasa (2009: 91) membedakan kalimat aktif menjadi: (a) kalimat aktif transitif, (b) kalimat aktif intransitif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kalimat aktif dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu (a) kalimat aktif transitif/ kalimat aktif yang berobjek, (b) kalimat aktif intransitif/ kalimat aktif yang tidak memiliki objek. 1) Kalimat Aktif Transitif Kalimat aktif transitif menurut Kosasih (2006: 83) merupakan kalimat aktif yang predikatnya memerlukan objek. Sedangkan menurut Putrayasa (2009: 93) kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang semua kata jadiannya mendapat afiks (imbuhan) per-, -i, -kan, per-i, per-kan, dan awalan fungsi me(n), me-, mem-. Tabel 1. Contoh Kalimat Aktif Transitif Subjek saya dia pengusaha itu ayah masa resesi kami
Predikat mengirimkan memasukkan meminjami membelikan melanda menggunakan
Objek lamaran tangannya ayah kami dunia usaha produksi dalam negeri
Pelengkap uang sepeda
Keterangan ke kantor ke kantong
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, terlihat bahwa predikat kalimatkalimat itu berupa verba. Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan
verba aktif. Jadi kalimat aktif juga ditandai oleh jenis verba yang mengisi predikat yaitu verba aktif. Verba aktif umumnya ditandai oleh prefiks me-(n) seperti berikut: Menulis
memasuki
Membaca
membesarkan
Membawa
mempercepat
Mencatat
memperluas
Verba aktif jika digunakan dalam kalimat sebagai predikat, menuntut kehadiran subjek sebagai pelaku dan objek sebagai sasaran, misalnya verba menulis memerlukan pelaku (siapa yang menulis) dan sasaran (apa yang ditulis). Di samping berprefiks me-(n), ada beberapa verba yang tidak berprefiks me-(n) yang bisa menempati predikat kalimat aktif seperti dalam contoh berikut ini: a.
Mereka minum kopi
b. Kami makan gado-gado Verba jenis ini amat terbatas jika dibandingkan dengan verba aktif yang berprefiks me-(n). 2) Kalimat Aktif Intransitif Selain menandai kalimat aktif yang berobjek, prefiks me-(n) juga menandai kalimat aktif yang tidak memerlukan kehadiran objek misalnya dalam kata berikut ini: menangis
membisu
menyerah
menari
melangkah
Tabel 2. Contoh Kalimat Aktif Intransitif Berprefiks me-(n) Subjek 1. Anak kecil itu
Predikat menangis
2. Dia
tidak mau menyerah
Keterangan kepada musuhnya
Kalimat (1-2) itu termasuk kalimat aktif intransitif. Verba pengisi predikatnya adalah verba aktif. Kalimat aktif yang tidak berobjek ditandai juga oleh verba yang berprefiks ber-, misalnya berolahraga, berjalan, bertanya, bermain. Tabel 3. Contoh Kalimat Aktif Intransitif Berprefiks berSubjek Predikat Keterangan 1. Mahasiswa berjalan setiap pagi 2. Dia
suka bertanya Selain itu masih terdapat sejumlah verba yang tidak berprefiks yang
termasuk verba aktif. Verba tersebut antara lain: kembali, datang, masuk, pergi, bangkit, bekerja, dan belajar. Tabel 4. Contoh Kalimat Aktif Intransitif Tidak Berprefiks Subjek Predikat Keterangan 1. Dia datang setelah kematian suaminya 2. Dia masuk ke dalam pergerakan kemerdekaan Menurut Putrayasa (2009: 93) kalimat tersebut teramasuk kalimat aktif walaupun verbanya tidak ditandai oleh prefiks me-(n) ataupun prefiks ber-. 2.3.2 Ciri Kalimat Aktif 1) Kalimat aktif transitif Ciri-ciri kalimat aktif transitif adalah (a) bersubjek, (b) berpredikat, (c) berobjek, (d) dapat diubah menjadi kalimat pasif dengan cara mengubah objek menjadi subjek pada kalimat pasif, (e) berketerangan ataupun tidak berketerangan.
Contoh: Dina membeli sepeda di toko. Kakak mengirimkan surat lamaran ke kantor. 2) Kalimat aktif Intransitif Ciri-ciri kalimat aktif intransitif yaitu: (a) bersubjek, (b) berpredikat, (c) tidak berobjek, (d) tidak berpelengkap, (e) tidak dapat menjadi kalimat pasif, (f) berketerangan atau tidak berketerangan. Contoh: Anak kecil itu menangis tersedu-sedu. Rizki berolahraga setiap hari. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat aktif merupakan kalimat yang mengandung makna subjek melakukan predikat. Umumnya subjek berada di depan predikat. Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya aktif melakukan kegiatan atau aktifitas. Atau kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan. 2.4 Pengertian Wacana Menurut Tarigan (2009:24) Wacana adalah suatu peristiwa berstruktur yang dimanisfestisikan dalam perilaku linguistik. Sedangkan menurut Stubbs (dalam Henri Guntur Tarigan, 2009:24) wacana adalah organisasi bahasa diatas kalimat atau diatas klause. Dengan kata lain unit-unit linguistic yang lebih besar daripada kalimat atau klausa seperti pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Nurgiyantoro (2012:373-374) menyebutkan “Tiga macam jenis wacana dalam tes kompetensi menulis yaitu wacana prosa nonfiksi, wacana dialog, dan
wacana kesastraan. Wacana jenis prosa nonfiksi dimaksudkan sebagai berbagai tulisan berbentuk prosa bukan karya sastraseperti tulisan ilmiah. Wacana dialog adalah wacana yang berisi percakapan. Wacana kesastraan merupakan sekian dari ragam bahasa yang banyak dijumpai dan dibicarakan banyak orang. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhungungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu harus muncul dari isi wacana, tetapi hanya sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan wacana itu. 2.5 Kajian Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya dilakukan oleh Husna Hasan pada tahun 2012 dengan judul Meningkatkan Kemampuan Menentukan Jenis Kalimat Aktif dalam Wacana melalui Metode Pemberian Tugas di kelas IV SDN No. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil observasi kemampuan siswa pada pada siklus I sebesar 83.33% dan pada siklus II meningkat meningkat sebesar 91.67% meningkat menjadi 85%. Sedangkan tes kemampuan menentukan jenis kalimat aktif siswa pada kondisi awal sebesar 34.80%, Pada siklus I nilai ketuntasan 74% dan tingkat ketuntasan pada siklus II, nilai ketuntasan 91.30%. Selanjutnya penelitian yang serupa dilakukan oleh Agustin pada 2012 dengan judul meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Kalimat Aktif dalam Wacana Di Kelas IV SDN No. 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa proses pembelajaran kemampuan menulis kalimat
aktif dalam wacana di kelas IV SDN No 9. Kota Barat Kota Gorontalo diperoleh hasil ketuntasan pada observasi awal hanya berjumlah 5 orang atau sebesar 19.23%, pada siklus I pertemuan I meningkat menjadi 12 orang atau sebesar 46.15% dan pada siklus II ketuntasan meningkat lagi menjadi 23 orang atau ketuntasan sebesar 88.46%. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa menulis kalimat aktif dalam wacana di kelas III SDN No. 9 kota Barat Kota Gorontalo dapat meningkat dan melebihi indikator capaian. Penelitian di atas memiliki perbedaan pada jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dan lokasi yang berbeda, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan materi yang sama yaitu menentukan kalimat aktif dengan fokus mengetahui menentukan kalimat aktif dalam wacana Kabupaten Gorontalo.
kemampuan siswa
di kelas IV SDN 17 Bongomeme