BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI
2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan baik itu berupa skripsi, tesis, maupun jurnal-jurnal ilmiah, ditemukan data-data yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis tentang metode dan teknik penerjemahan baik itu dalam penerjemahan komik, buku, ataupun lagu. Berikut beberapa penjabaran penelitian yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. Suherman (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Teknik dan Metode Penerjemahan Nonoshiri Kotoba (Kata-Kata Umpatan) pada Manga Beelzebub karya Ryuhei Tamura”. Fokus kajian yang menjadi permasalahan pada penelitian Suherman ini terletak pada penggunaan teknik-teknik dan metode-metode penerjemah yang digunakan dalam menerjemahkan kata-kata umpatan yang terdapat dalam manga Beelzebub dari versi bahasa Jepangnya ke dalam terjemahannya yang berbahasa Indonesia. Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian suherman adalah metode simak yang diikuti dengan teknik catat, metode agih distribusional dengan melakukan perbandingan antara teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa), dan dalam penyajian datanya menggunakan metode informal. Teori yang digunakan untuk menganalisis data mengacu pada teori milik Molina dan Albir (2002) dan Newmark (1988).
9
10
Hasil yang ditemukan dari penelitian Suherman memperlihatkan bahwa, di dalam manga Beelzebub ditemukan sembilan macam kata umpatan yaitu, Aho, Baka, Boke, Doke, Kaachan Debeso, Kuso, Okama, Sukebe, dan Temae. Pada bagian teknik penerjemahannya didapati empat teknik yang sering digunakan, yaitu teknik harfiah, teknik reduksi, teknik kreasi diskursif, dan teknik amplifikasi, namun yang paling banyak digunakan adalah teknik harfiah. Selanjutnya pada metode penerjemahannya ditemukan dua metode terjemahan yaitu, metode harfiah yang berorientasi pada bahasa sumber (BSu), dan metode bebas yang yang berorientasi pada bahasa sasaran (BSa). Penelitian Suherman memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu pada metode dan teknik penerjemahan yang digunakan dalam menganalisis data, samasama menggunakan teori penerjemahan dari Molina dan Albir (1988) serta Newmark (2002), tetapi yang menjadi pembeda dalam penelitian ini adalah pada objek kajian dan sumber data yang diteliti, penelitian Suherman lebih mengkhususkan pada penerjemahan kata-kata umpatan pada manga beelzebub sedangkan pada penelitian ini lebih mengkhususkan pada penerjemahan kata-kata bijak yang terdapat dalam komik Naruto berbahasa Jepang karya Masashi Kishimoto beserta dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Penelitian Suherman dijadikan sebagai acuan karena dapat memberikan gambaran tentang cara menganalisis dengan menggunakan teknik dan metode penerjemahan pada kata-kata yang sering dijumpai dalam komik.
11
Azmy (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Teknik dan Metode Penerjemahan Lirik Lagu AKB48 ke JKT48” menganalisis tentang teknik dan metode penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan lirik lagu bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian Azmy yaitu metode simak dan teknik sadap yang diikuti dengan teknik catat, metode agih dan teknik bagi unsur langsung, dan dalam tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Teori teknik dan metode penerjemahan yang digunakan oleh Azmy mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002) serta Newmark (1988). Hasil yang ditemukan dari peneltian Azmy adalah, dari ketiga buah lagu yang diteliti yaitu River, Koisuru Fortune Cookie, dan Heavy Rotation ditemukan enam teknik penerjemahan dari Molina dan Albir, yaitu 1) Teknik harfiah, 2) Teknik transposisi, 3) Teknik peminjaman, 4) Teknik Modulasi, 5) Teknik amplifikasi, dan 6) Teknik padanan lazim. Kemudian pada metode penerjemahan dari Newmark ditemukan metode yang diterapkan dalam menerjemahkan lirik lagu River, Koisuru Fortune Cookie,dan Heavy Rotation cenderung berorientasi pada bahasa sumber (BSu). Penelitian Azmy memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu samasama meneliti dengan menggunakan teori teknik penerjemahan dari Molina dan Albir (2002) dan metode penerjemahan Newmark (1988). Lalu yang menjadi pembedanya terdapat pada bidang objek kajian yang diteliti, penelitian Azmy lebih mengkhusus pada penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan lirik lagu bahasa Jepang ke bahasa Indonesia, sedangkan pada penelitian ini lebih
12
mengkhusus pada penerjemahan kata-kata bijak yang terdapat dalam komik Naruto berbahasa Jepang karya Masashi Kishimoto beserta dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Penelitian Azmy dijadikan acuan karena dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara menganalisis dan penerapannya dengan menggunakan teori teknik dan metode penerjemahan. Purwaningsih (2010) dari Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Terjemahan Kata-Kata Bijak Dalam Terjemahan Buku “The 48 Laws Of Power” karya Robert Greene”, penelitian
ini
menganalisis
tentang
cara
mendeskripsikan
teknik-teknik
penerjemahan, keakuratan terjemahan, kealamiahan terjemahan serta bentukbentuk terjemahan kata-kata bijak dalam buku teks The 48 Laws of Power karya Robert Greene dan terjemahannya 48 Hukum Kekuasaan oleh Amelia Listiani. Penelitian Purwaningsih merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian Purwaningsih adalah metode simak dan teknik catat, setelah itu untuk menganalisis datanya Purwaningsih menggunakan metode dengan model analisis interaktif, dan model analisis etnografi yang dikemukakan oleh Spradley. Teoriteori yang digunakan dalam penelitian Purwaningsih ini yaitu Teori dari Larson, Molina dan Albir, Nida, dan Venuti. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dokumen dan informan, juga data-data penelitian yang berupa teks-teks singkat yang berisi kata-kata bijak dalam buku teks The 48 Laws of Power karya Robert Greene dan terjemahannya 48 Hukum Kekuasaan.
13
Hasil dari penelitian Purwaningsih ini menunjukkan bahwa 93 data terjemahan kata-kata bijak menggunakan 327 penggunaan teknik penerjemahan dalam 13 macam teknik penerjemahan yang ditemukan yaitu, 1) Teknik harfiah, 2) penambahan, 3) transposisi, 4) amplifikasi, 5) generalisasi, 6) penghilangan, 7) modulasi, 8) kompensasi, 9) peminjaman alamiah, 10) peminjaman murni, 11) partikularisasi, 12) inversi, dan 13) reduksi serta kajian ini menunjukkan tingkat keterbacaan yang belum tinggi, karena penerjemah lebih mengedepankan keakuratan terjemahan. Pada penelitian Purwaningsih ini, objek kajian yang dianalisis memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama menganalisis tentang teknik penerjemahan kata-kata bijak. Selain itu, persamaan juga terletak pada salah satu teori yang digunakan yaitu, menggunakan teknik penerjemahan milik dari Molina dan Albir, sehingga penelitian Purwaningsih bermanfaat dalam memberikan gambaran untuk memahami teori serta dalam penganalisisan data. Namun, perbedaan lain yang terdapat dalam penelitian Purwaningsih terletak pada sumber data dan analisis data. Pada sumber data Purwaningsih menggunakan buku teks berbahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, sedangkan pada penelitian ini menggunakan sumber data berupa komik berbahasa Jepang beserta dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Selain itu juga pada penelitian ini hanya memfokuskan menganalisis tentang metode dan teknik penerjemahan katakata bijak saja, sedangkan penelitian purwaningsih menganalisis tentang teknik penerjemahan,
bentuk-bentuk
penerjemahan,
keakuratan
terjemahan,
dan
kealamiahan terjemahannya. Sehingga manfaat yang dapat diambil dalam
14
penelitian Purwaningsih adalah dapat memberikan gambaran mengenai cara menganalisis kata-kata bijak dengan menggunakan teori terjemahan secara lebih mendalam. Ketiga kajian di atas memberikan kontribusi yang cukup banyak untuk penelitian ini. Kajian-kajian yang telah dipaparkan tersebut dapat memberikan dan menambah pemahaman penelitian mengenai cara penerapan teknik dan metode penerjemahan dalam menerjemahkan kata-kata maupun lagu. 2.2 Konsep Dalam sebuah penelitian, tidak akan terlepas dari adanya konsep. Konsep merupakan kata-kata kunci yang digunakan dalam melakukan suatu karya ilmiah. Dalam penelitian ini, konsep-konsep yang dijabarkan adalah sebagai berikut : 1.2.1
Penerjemahan Ada berbagai macam teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam
mendefinisikan penerjemahan tersebut. Dalam bukunya (Tjandra, 2005:04) menjelaskan bahwa penerjemahan merupakan salah satu bentuk pengalihan isi pesan yang terdapat dalam Bahasa Sumber (BSu) baik itu berupa informasi atau semacamnya ke dalam Bahasa Sasaran (BSa). Sedangkan menurut Nida dan Taber (1982:12) pengertian penerjemahan yaitu, “Translation consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style”. Dengan kata lain, penerjemahan terdiri dari suatu cara untuk menghasilkan Bahasa Sasaran (BSa) yang memiliki kedekatan padanan secara alamiah dengan
15
isi pesan dari Bahasa Sumber (BSu) pertama dilihat dari segi arti dan kedua dilihat dari segi gaya. 1.2.2
Kata-Kata Bijak (Meigen no Kotoba) Dalam bahasa Jepang, kata-kata bijak disebut juga dengan 名言 (meigen).
Istilah
meigen
dijelaskan
lebih
terperinci
oleh
Umesao
(1995)
yang
mengemukakan bahwa : すぐれた言葉。名高い言葉。Wise saying ; famous saying.を吐く。 (日本語大辞典, 1995:2139) Sugureta kotoba. Nadakai kotoba. Wise saying ; famous saying wo haku. (Nihongo Daijiten, 1995:2139) Kata-kata yang lebih baik dari pada yang lain. Kata- kata terkenal. Kata-kata bijak ; mengeluarkan kata-kata terkenal. (Nihongo Daijiten, 1995:2139) Jadi dapat disimpulkan, meigen no kotoba adalah kata-kata terkenal yang memiliki suatu kekhasan dan kelebihan tersendiri dibandingkan dengan kata-kata lainnya. Kata-kata ini berisikan nasehat-nasehat dan motivasi mengenai kehidupan sehingga disebut dengan kata-kata bijak. 1.3 Kerangka Teori Teori
yang relevan sangatlah diperlukan
untuk mengkaji suatu
permasalahan yang ada di dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teori yang memiliki keterkaitan dengan Teknik dan Metode penerjemahan milik Molina dan Albir (2002) serta Newmark (1988). 1.3.1 Teknik Penerjemahan Molina dan Albir (2002:509), dalam teorinya mendefinisikan teknik penerjemahan “Translation techniques as procedures to analyse and classify how translation equivalence works. They have five basic characteristic:1).They affect
16
the results of translations,2).They are classified by comparison with the original, 3.)They affect micro-unit of text, 4). They are by nature discursive and contextual, and 5) They are fungsional”. Dengan kata lain, teknik penerjemahan berfungsi sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklarifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan itu berlangsung. Teknik penerjemahan ini memiliki lima karakterisitik dasar, yaitu: 1). Berdampak pada hasil penerjemahan, 2). Diklasifikasikan dengan membandingkan yang asli, 3). Berefek pada satuansatuan mikro dari teks, 4). Berefek pada unit teks mikro, dan 5). Memiliki fungsi. Berikut ini dipaparkan 18 ragam teknik-teknik penerjemahan beserta pendeskripsiannya menurut Molina dan Albir (2002). a. Adaptasi Teknik adaptasi merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk mengganti unsur budaya pada TSu, yang disesuaikan dan atau memiliki kemiripan dengan unsur budaya pada TSa. Ini dikarenakan tidak ditemukannya padanan unsur budaya yang sesuai dengan TSa, dengan kata lain unsur budaya yang diterjemahkan ke dalam TSa lebih terlihat lazim di mata pembaca sasaran. Contohnya seperti, baseball dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol menjadi futbol,(Molina dan Albir 2002:509). b. Amplifikasi Teknik amplifikasi merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk memberikan penjelasan secara rinci atau memberikan suatu informasi tambahan pada TSa, yang tidak dijelaskan pada TSu. Misalnya, pada
17
istilah Ramadhan dalam bahasa Arab yang diparafrase ke dalam bahasa Inggris menjadi The Muslim Of Fasting, ini dimaksudkan agar pembaca TSa bisa lebih mudah memahami informasi tersebut (Molina dan Albir, 2002:510). c. Borrowing Teknik borrowing atau teknik peminjaman merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk mengambil kata atau ungkapan langsung dari TSu, secara murni (pure borrowing) dan tanpa pengubahan serta penyesuaian yang telah dialamiahkan (naturalized borrowing) pada TSa. Contohnya seperti, penggunaan kata Lobby dari bahasa Inggris yang digunakan dalam teks bahasa Spanyol, dan kata Meeting yang diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis menjadi mitin (Molina dan Albir, 2002:510). d. Kalke Teknik kalke merupakan suatu teknik yang bertujuan menerjemahkan teks yang ada pada TSu secara harfiah, yaitu dari segi kata atau frasa yang bermuatan asing diterjemahkan secara leksikal maupun struktural (Molina dan Albir, 2002:510). Contoh
:
TSu (Inggris) : Normal School Normal Sekolah Sekolah Normal‟ TSa (Prancis) : Ecole Normale Sekolah Normal „Sekolah Normal‟
18
Dari contoh di atas, terlihat tidak adanya perubahan yang terjadi pada TSu dan TSa, ini dibuktikan dengan kata atau frase yang tetap diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Sasaran. e. Kompensasi Teknik kompensasi merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh gaya bahasa (stilistik) TSu pada TSa, karena unsur yang terdapat pada TSu tersebut tidak bisa digantikan dan tidak ditemukan padanannya dalam TSa (Molina dan Albir, 2002:510) Contoh : TSu (Inggris)
: I was seeking thee flat hat Aku Btk.lmp mencari engkau datar kepala „Aku mencari engkau kepala datar‟.
TSa (Prancis)
: En Verite c‟est bien toi que Je Sebenarnya ini baik engkau bahwa aku Cherche, O tete plate Mencari, O kepala datar „Sebenarnya aku mencari engkau O kepala datar‟.
Dari contoh tersebut, terlihat adanya perbedaan yang terjadi antara TSu dengan TSa. Hal ini dibuktikan dengan istilah thee dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis menjadi O, penggantian ini dilakukan karena tidak ditemukannya padanan yang pas pada TSa. f. Deskripsi Teknik deskripsi merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk memberikan suatu penjabaran (deskripsi) melalui segi bentuk dan fungsi dari sebuah istilah yang ada pada TSa. Contohnya seperti istilah Panettone dalam bahasa Italia, diterjemahkan secara deskriptif ke dalam bahasa
19
Inggris menjadi „The traditional Italian cake eaten on New Years Eve‟ (Molina dan Albir, 2002:510). g. Kreasi Diskursif Teknik kreasi diskursif merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk memberikan atau membangun sebuah kesan kesepadanan sementara yang sama sekali tidak terduga dan keluar dari konteks TSu. Pada umumnya ini dilakukan untuk menarik minat calon pembaca (Molina dan Albir, 2002:510). Contoh : TSu (Inggris) : Rumble Fish Gemuruh Ikan „ikan gemuruh‟ TSa (Spanyol) : La ley de la calle Hukum Jalanan „Hukum Jalanan‟ Dari contoh di atas, dapat disimpulkan telah terjadinya perubahan konteks penerjemahan antara TSu dan TSa, yaitu dapat dilihat pada teks yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol, yang jika dilihat kembali sama sekali tidak memiliki keterkaitan maupun kesepadanan makna dengan TSu, baik itu dari segi leksikal maupun struktural, sehingga keluar dari tujuan konteks yang ada pada TSu sebelumnya. h. Padanan Lazim Teknik padanan lazim merupakan suatu teknik yang menggunakan istilah yang sudah terdengar akrab di mata pembaca sasaran, baik itu yang bersumber dari kamus ataupun bahasa yang sering digunakan dalam
20
kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pembaca sasaran untuk lebih memahami teks yang diterjemahkan secara lebih lanjut (Molina dan Albir, 2002:510). Contoh
:
TSu (Inggris) : They Mereka
are as like as btk.jamak seperti
two peas dua Kacang-Jamak
„Mereka seperti dua kacang‟ TSa (Prancis) : Se parecen Mereka
como dos gotas de agua tampak seperti dua tetes air
„Mereka tampak seperti dua tetes air‟ Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemah menggunakan istilah yang lazim untuk pembaca sasaran, ini terlihat dari istilah „dua tetes air‟ yang memiliki kesepadanan makna dengan istilah dari bahasa Inggris dalam hal ini yang merujuk pada TSu. i. Generalisasi Teknik generalisasi merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk menggunakan istilah yang lebih bersifat umum pada TSa kepada TSu yang lebih spesifik, secara khusus ke umum (subordinat-superordinat), contohnya seperti istilah bahasa prancis guichet (loket penjualanan tiket), fenetre (jendela rumah), or devanture (jendela etalase), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris secara umum menjadi window. Teknik ini berlawanan dengan teknik partikularisasi yang lebih menekankan pada teknik penerjemahan umum ke khusus (superordinat-subordinat) (Molina dan Albir, 2002:510).
21
j. Amplifikasi Linguistik Teknik amplifikasi merupakan suatu teknik yang menggunakan tambahan unsur-unsur linguistik pada TSa, biasanya teknik ini sering dipakai dalam penerjemahan konsekutif dan alih suara (dubbing).Teknik ini berlawanan dengan teknik kompresi linguistik (Molina dan Albir, 2002:510). Contoh : TSu ( Inggris) : No Way Tidak cara „tidak mungkin‟ TSa (Spanyol ) : De ninguna de las maneras Tidak dengan cara „tidak dengan cara‟ Dari paparan contoh di atas, dapat dilihat bahwa TSa memberikan unsur tambahan linguistik dengan, yang tidak sesuai dengan konteks TSu, sebagai gantinya penerjemah seharusnya menggunakan ungkapan dengan jumlah yang sama seperti En Absoluto yang terdiri dari dua kata. k. Kompresi Linguistik Teknik kompresi lingusitik merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mensintesa unsur-unsur linguistik pada TSa. Teknik ini berlawanan dengan teknik amplifikasi linguistik yang cenderung menambahkan suatu frasa atau kata yang tidak ada pada TSu. Biasanya teknik ini lebih sering digunakan pada penerjemahan simultan dan penerjemahan teks film (Molina dan Albir, 2002:510) .
22
Contoh
:
TSu ( Inggris ) : Yes so what Ya jadi apa „ya , lalu apa ?‟ TSa (Spanyol ) :
Y? Lalu? „lalu‟
Dari contoh di atas, penerjemah berusaha untuk mengurangi unsur-unsur linguistik yang ada pada TSu, hal ini dibuktikan dengan tidak menerjemahkan kata „so‟ dan „what‟, yang memiliki arti secara harfiah „jadi apa‟, ke dalam TSu, karena „y‟ dirasa sudah cukup mewakili isi pesan yang ada pada TSu. l. Penerjemahan Harfiah Teknik Penerjemahan harfiah merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata per-kata dan penerjemahannya tidak berkaitan dengan konteks, yang ada pada TSu. Di samping itu penerjemahan kata bahasa Inggris ink yang diterjemahkan menjadi encre dalam bahasa Prancis bukanlah sebuah bentuk dari teknik penerjemahan harfiah melainkan sebuah bentuk dari teknik padanan lazim (Molina dan Albir, 2002:510). Contoh
:
TSu ( Inggris) : She is reading Dia KOP Membaca „dia membaca‟ TSa ( Spanyol) : Ella esta layendo Dia KOP membaca „dia sedang membaca‟
23
Dari paparan contoh di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan teknik ini tidak memandang konteks yang ada pada TSu. Hanya menerjemahkan suatu kata ke dalam bahasa yang berbeda namun tidak mempengaruhi kata yang lain. m. Modulasi Teknik modulasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengganti sudut pandang fokus atau kategori kognitif yang berhubungan dengan TSu. Perubahan yang terjadi pada sudut pandang tersebut bisa berupa leksikal ataupun struktural. Seperti contoh, „you are going to be a father‟ dalam teks bahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi „you are going to have a child‟ (Molina dan Albir, 2002:510). n. Partikularisasi Teknik partikularisasi merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk menggunakan istilah yang dijabarkan secara konkret atau spesifik pada TSa kepada TSu yang lebih umum, dari Umum ke Khusus (SuperordinatSubordinat). Teknik ini merupakan lawan dari teknik generalisasi, yang lebih mengedepankan penerjemahan Khusus ke Umum (SubordinatSupeordinat). Contohnya, kata „window‟ dalam bahasa Inggris yang merupakan pengertian umum dari „jendela‟, diterjemahkan menjadi „guichet‟ dalam bahasa Prancis yang memiliki pengertian khusus „loket penjualan tiket‟( Molina dan Albir, 2002:510).
24
o. Reduksi Teknik reduksi merupakan suatu teknik yang bertujuan untuk mengurangi istilah ataupun ungkapan yang ada pada teks sumber (TSu) dengan tidak menerjemahkannya ke dalam teks sasaran(TSa). Teknik ini berlawanan dengan teknik amplifikasi. Contohnya, the fasting of moslem, Ramadhan hanya diterjemahkan Ramadhan saja dalam bahasa Inggris (Molina dan Albir, 2002:510). p. Substitusi Teknik substitusi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi dan syarat) dari TSu. Contohnya, seperti meletakkan tangan di dada diartikan sebagai ucapan terimakasih dalam bahasa Arab (Molina dan Albir, 2002:511). q. Transposisi Teknik transposisi merupakan teknik yang digunakan penerjemah untuk merubah satuan kategori gramatikal yang ada pada TSa (Molina dan Albir, 2002:511). Contoh
:
TSu ( Inggris ) : He will soon be Dia akan segera KOP „dia akan segera kembali‟ TSa (Spanyol) : No tardara envenir Tidak menunda datang „akan segera datang‟.
back kembali
25
Terlihat dari contoh di atas bahwa penggantian gramatikal terjadi pada adverbia soon yang berarti „segera‟ dalam bahasa Inggris menjadi verba tardar yang berarti „menunda‟ dalam bahasa Spanyol. v. Variasi Teknik variasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengganti unsur linguistik atau paralinguistik (intonasi, isyarat) yang memiliki dampak pada variasi aspek linguistik, seperti perubahan nada tekstual, gaya, dialek sosial, dialek geografis, dan sebagainya. Biasanya teknik ini sering diterapkan pada penerjemahan naskah drama, dan adaptasi penerjemahan novel anak (Molina dan Albir, 2002:511). 1.3.2 Metode Penerjemahan Dalam teorinya Newmark (1988:45) membagi metode penerjemahan ke dalam dua jenis haluan, yang pertama terdiri dari Metode penerjemahan yang berorientasi pada Bahasa Sumber (BSu) dan yang kedua terdiri dari Metode penerjemahan
yang
berorientasi
pada
Bahasa
Sasaran
(Bsa).
Untuk
memudahkannya, Newmark mengelompokkan kedua jenis golongan ini dengan cara menggambarkannya ke dalam diagram V metode penerjemahan tersebut. Berorientasi pada BSu Penerjemahan Kata demi Kata
Berorientasi pada BSa Adaptasi
Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan Bebas
Penerjemahan Setia
Penerjemahan Idiomatik
Penerjemahan Semantis
Penerjemahan Komunikatif
(Tabel 1.1 Diagram V Metode Penerjemahan Newmark,1988:45)
26
Berdasarkan kedua orientasi yang telah dipaparkan pada tabel di atas, berikut definisi beserta dengan klasifikasi metode penerjemahannya : a.) Penerjemahan Kata demi Kata Metode penerjemahan kata demi kata, merupakan suatu metode yang digunakan untuk menerjemahkan teks sumber (TSu) secara apa adanya ke dalam bahasa sasaran, dengan tetap mempertahankan struktur gramatikal dan makna yang ada dalam TSu. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara apa adanya pada saat mengalihkannya ke dalam bahasa sasaran. Pada intinya metode ini digunakan untuk, mengetahui cara kerja dalam menerjemahkan teks yang sulit pada awal melakukan proses penerjemahan (Newmark, 1988:45). b) Penerjemahan Harfiah Metode penerjemahan harfiah, merupakan suatu metode yang digunakan untuk membangun kembali unsur gramatikal yang ada pada BSu, dengan cara mencarikan padanan yang terdekat pada saat menerjemahkannya ke dalam BSa. Akan tetapi penerjemahan kata-kata yang bersifat leksikal dilakukan secara terpisah dan keluar dari konteks yang ada. Pada intinya, metode ini digunakan untuk mengindikasikan masalah yang harus dipecahkan, sebagai tahap awal dalam melakukan proses penerjemahan (Newmark, 1988:45). c) Penerjemahan Setia Metode penerjemahan setia merupakan suatu metode yang biasanya digunakan pada tahap awal menerjemahkan suatu teks. Biasanya metode
27
ini tetap mempertahankan makna kontekstual yang ada pada bahasa sumber sebelumnya namun tetap mempertahankan unsur gramatikal yang ada, ini dikarenakan maksud dan tujuan yang ada pada TSu sebelumnya tetap menjadi faktor yang utama dalam mengalihbahasakannya kedalam bahasa sasaran. Sehingga hasil dari penerjemahannya memiliki kesan yang kaku dan terdengar asing bagi pembaca sasarannya (Newmark, 1988:46). d) Penerjemahan Semantis Metode penerjemahan semantis merupakan suatu metode yang hasil penerjemahannya lebih cenderung ke arah fleksibel. Metode ini cenderung mempertimbangkan estetika makna yang ada pada TSu agar bisa disesuaikan dengan TSa. Namun perubahan makna yang terjadi pada TSa ini masih dapat disetujui selama perubahan tersebut masih dalam batas yang wajar. Kata yang mengandung sedikit unsur budaya pada TSu diterjemahkan secara netral (Newmark, 1988:46). e) Adaptasi Metode penerjemahan adaptasi merupakan suatu metode yang sering digunakan untuk menerjemahkan teks drama maupun puisi. Penerjemahan teks drama yang mengandung unsur penting seperti tema, karakter ataupun alur yang ada pada TSu tetap dipertahankan pada saat menerjemahkannya kedalam TSa. Ini dikarenakan metode ini tidak memiliki keterikatan yang berarti dengan bentuk terjemahan yang ada pada TSu sebelumnya, dan metode ini lebih memiliki kedekatan dengan TSa (Newmark, 1988:46).
28
f) Penerjemahan Bebas Metode
penerjemahan
bebas,
atau
yang
lebih
dikenal
dengan
„penerjemahan intralingual‟ ini lebih mengutamakan isi yang terkandung pada Bsa tanpa memperhatikan aturan ataupun bentuk asli dari BSu. Biasanya metode penerjemahan ini berbentuk parafrase yang lebih panjang atau lebih pendek dari bentuk aslinya (Newmark,1988:46). g) Penerjemahan Idiomatik Metode penerjemahan idiomatik merupakan suatu metode yang digunakan untuk mereproduksi isi pesan teks Bsu. Namun, dengan sering menambahkan kesan yang lebih akrab dan ungkapan idiomatik yang tidak ditemukan pada teks aslinya (Newmark, 1988:47). h) Penerjemahan Komunikatif Metode penerjemahan komunikatif merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menghasilkan makna, yang memiliki kesesuaian hubungan yang tepat dengan makna yang ada pada BSu. Metode ini juga bertujuan untuk menyesuaikan aspek kebahasaan yang ada pada TSa dengan begitu pembaca TSa bisa lebih mudah dalam memahami isi dari teks yang diterjemahkan tersebut (Newmark, 1988:47).