BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen Kegiatan pemasaran memiliki keterkaitan dengan keinginan serta kebutuhan konsumen. Konsumen memiliki kebutuhan serta perilaku yang berbeda satu sama lain, sehingga perusahaan perlu memahami perilaku konsumen agar mampu merumuskan strategi pemasaran yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Mowen dan Minor (2002:6) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. Menurut Swastha dan Handoko (2000:10), perilaku kosumen adalah kegiatan personal yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan memggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Schiffman dan Kanuk (2008:5) memiliki definisi perilaku konsumen yang menitikberatkan pada proses, yaitu perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa yang diharapkan akan memenuhi berbagai kebutuhannya.
13
Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat dinyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan proses yang berkaitan dengan sikap mental, emosional, dan fisik, yang dipengaruhi faktor-faktor baik internal maupun eksternal konsumen. 2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Armstrong (2008a:159) perilaku pembelian yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis, seperti ditampilkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Budaya
Sosial
Kebudayaan
Kelompok
Subkebudayaan
Keluarga Peran dan Status
Kelas Sosial
Pribadi Umur dan Tahap Siklus Hidup Pekerjaan
Psikologis Motivasi
Situasi Ekonomi
Pengetahuan
Gaya Hidup
Keyakinan dan Sikap
Persepsi
Kepribadian dan Konsep Diri Sumber: Kotler dan Armstrong (2008a:160) 1. Faktor Budaya Dalam membuat keputusan pembelian, konsemen dipengaruhi oleh faktor budaya. Berbagai macam merek yang dipilih oleh pembeli disesuaikan dengan budaya yang merupakan penentu keinginan dan perilaku konsumen yang paling mendasar. Kotler dan Armstrong (2008a:159) mengatakan bahwa faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam pada perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli.
14
a. Budaya Budaya (culture) adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang
paling
mendasar.
Schiffman
dan
Kanuk
(2008a:356)
mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang dipelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu. b. Subbudaya Setiap budaya mengandung subbudaya (subculture) yang lebih kecil, atau kelompok orang yang berbagi system nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum (Kotler dan Armstrong, 2008a:160). Kotler dan Armstrong juga menyatakan bahwa bahwa subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Sciffman dan Kanuk (2008a:382) mengatakan bahwa para anggota subbudaya tertentu mempunyai kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang membedakan mereka dari anggota lain dalam masyarakat yang sama. Anggota subbudaya juga mengikuti sebagian besar kepercayaan, nilai-nilai, dan pola perilaku budaya yang dominan dalam masyarakat yang lebih besar. Oleh karena itu, Sciffman dan Kanuk mendefinisikan subbudaya sebagai kelompok budaya berbeda yang ada sebagai segmen yang dapat dikenali dalam masyarakat tertentu yang lebih luas dan lebih kompleks. Profil budaya masyarakat atau bangsa tertentu merupakan gabungan dua unsure yang berbeda, yaitu (1) kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan unik yang dianut oleh
15
unsure yang berbeda; dan (2) tema budaya yang pokok atau inti yang dipakai
bersama-sama
oleh
sebagian
besar
penduduk,
tanpa
memandang kenaggotaan subbudaya tertentu. c. Kelas Sosial Setiap anggota masyarakat berada dalam kelas sosial tertentu. Kotler dan Armstrong (2008a:163) mendefinisikan kelas sosial sebagai pembagian masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang di mana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Lebih lanjut Kotler dan Armstrong mengatakan bahwa kelas sosial diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variable lain. Sciffman dan Kanuk (2008a:329) mendefinisikan kelas sosial sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda, sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kelas sosial sangat penting untuk dipelajari mengingat dalam suatu kelas sosial, anggota kelas sosial tersebut memiliki perilaku yang cenderung sama.
16
2. Faktor Sosial Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status sosial (Kotler dan Armstrong, 2008a:163). a. Kelompok Kotler dan Armstrong (2008a:164) mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Selain itu, Sciffman dan Kanuk (2008a:291) mendefinisikan kelompok sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran perorangan maupun bersama. Kelompok referensi bertindak sebagai titik perbandingan atau titik referensi langsung atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Pemasar mencoba mengidentifikasikan kelompok referensi yang menjadi pasar sasaran mereka. Kelompok referensi memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep diri seseorang, dan menciptakan tekanan untuk menegaskan apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang. Arti penting kelompok mempengaruhi berbagai produk dan merek. Pengaruh ini berdampak paling kuat ketika produk itu dapat dilihat oleh orang lain yang dihormati pembeli. Produsen produk dan merek yang didominasi oleh pengaruh kelompok kuat harus menemukan cara mencapai pemimpin opini (opinion leader), yaitu seseorang di dalam kelompok
referensi,
yang
17
karena
memiliki
keahlian
khusus,
pengetahuan,
kepribadian,
atau
karakteristik
lain,
mempunyai
pengaruh sosial terhadap anggota lainnya. b. Keluarga Sciffman dan Kanuk (2008a:305) mengatakan bahwa secara tradisional keluarga didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang dikaitkan oleh hubungan darah, perkawainan, atau adopsi yang tinggal bersamasama. Lebih lanjut Sciffman dan Kanuk mengatakan bahwa dalam arti yang lebih dinamis, para individu yang merupakan satu keluarga dapat digambarkan sebagai anggota kelompok sosial paling dasar yang hidup bersama-sama dan berinteraksi untuk memuaskan kebutuhan pribadi bersama.
Sementara
itu,
Kotler
dan
Armstrong
(2008a:165)
mengatakan bahwa anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Lebih lanjut Kotler dan Armstrong mendefinisikan keluarga sebagai organisai pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. c. Peran dan Status Seseorang menjadi anggota banyak kelompok, baik keluarga, klub, maupun organisasi. Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan status (Kotler dan Armstrong, 2008a:168). Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
18
3. Faktor Pribadi Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri (Kotler dan Armstrong, 2008a:169). Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:107), kepribadian adalah ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana tanggapan seseorang terhadap lingkungannya. a. Usia dan Tahap Siklus Hidup Kotler dan Armstrong (2008a:169) mengatakan bahwa orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka. Selera makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering berhubungan dengan usia. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga, yaitu tahap-tahap yang dilalui keluarga ketika menjadi matang
dengan
berjalannya
waktu.
Pemasar
sering
mengidentifikasikan pasar sasaran dengan tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang sesuai untuk setiap tahap tersebut. b. Pekerjaan Kotler dan Armstrong (2008a:169) mengatakan bahwa pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rat-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan
19
dapat mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu. c. Situasi Ekonomi Kotler dan Armstrong (2008a:170) mengatakan bahwa situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan suku bunga. Jika indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk produk mereka secara seksama. Beberapa pemasar menargetkan konsumen yang mempunyai banyak uang dan sumber daya, menetapkan harga yang sesuai. d. Gaya Hidup Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. Kotler dan Armstrong (2008a:170) mendefinisikan gaya hidup (lifestyle) sebagai pola
hidup
seseorang
yang
diekspresikan
dalam
keadaan
psikografisnya. Gaya hidup melibatkan pengukuran dimensi AIO utama pelanggan, yaitu activities atau kegiatan (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, acara sosial), interest atau minat (makanan, pakaian, keluarga, rekreasi), dan opinions atau pendapat (tentang diri mereka, masalah sosial, bisnis, produk). Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekadar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup
20
menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup dapat membentu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian. e. Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian setiap orang berbeda-beda mempengaruhi perilaku pembeliannya. Sciffman dan Kanuk (2008:107) mendefiniskan kepribadian (personality) sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan pada definisi ini adalah pada sifatsifat dalam diri atau sifat-sifat kejiwaan, yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang, dan perangai khusus yang membedakan satu individu dari individu lainnya. Sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang tersebutcenderung memepengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, kapan, dimana, dan bagaimana mereka mongkonsumsi produk atau jasa tertentu. Menurut Kotler dan Armstrong (2008a:171), kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat agresif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen
21
untuk produk atau pilihan merek tertentu. Idenya adalah bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan bahwa konsumen senang memilih merek dengan kepribadian yang sesuai dengan kepribadian mereka. Kepribadian merek (brand personality) adalah bauran bauran khusus karakteristik perilaku manusia yang dikaitkan dengan merek tertentu. Jenniffer
Aaker
dalam
Kotler
dan
Armstrong
(2008:172)
mengidentifikasikan lima karakteristik perilaku kepribadian merek, yaitu (1) ketulusan atau sincerity (membumi, jujur, sehat, dan ceria); (2) kegembiraan atau excitement (berani, bersemangat, imajinatif, dan modern); (3) kompeten atau competence (dapat diandalkan, cerdas, dan sukses); (4) kesempurnaan atau sophistication (kelas atas dan menarik); (5) ketahanan atau ruggedness (petualang sejati dan tangguh). 4. Faktor Psikologis Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap (Kotler dan Armstrong, 2008a:172). a. Motivasi Sciffman dan Kanuk (2008:72) menyatakan bahwa motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kotler dan Armstrong (2008a:172)
22
mendefinisikan dorongan (motif) tersebut sebagai kebutuhan dengan tekanan yang kuat mengarahkan seseorang mencari kepuasan. Ahli psikologi telah mengembangkan teori motivasi manusia dan dua teori yang paling populer adalah teori Sigmund Freud dan Abraham Malow. Sigmund
Freud
dalam
Kotler
dan
Armstrong
(2008a:173)
mengasumsikan bahwa kebanyakan orang tidak sadar akan kekuatan psikologis sejati yang membentuk perilaku mereka. Teori Freud menyatakan bahwa keputusan pembelian seseorang dipengaruhi oleh motif bawah sadar yang bahkan tidak dipahami sepenuhnya oleh pembeli. Sedangkan Abraham Maslow dalam Kotler dan Armstrong (2008a:174) berusaha menjelaskan mengapa orang digerakkan oleh kebutuhan tertentu pada saat tertentu pula. Menurut Maslow, kebutuhan manusia diatur dalam sebuah hirerarki dari yang paling mendesak hingga paling tidak mendesak, yaitu (1) kebutuhan fisiologis (rasa
lapar,
haus);
(2)
kebutuhan
keselamatan
(keamanan,
perlindungan); (3) kebutuhan sosial (perasaan memiliki, cinta); (4) kebutuhan akan penghargaan (penghargaan diri, pengakuan, status); dan (5) kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan dan realisasi diri). Seseorang berusaha memenuhi kebutuhan yang paling penting terlebih dahulu. Ketika kebutuhan tersebut telah terpenuhi, kebutuhan itu tidak akan lagi menjadi pendorong dan orang kemudian mencoba memuaskan kebutuhan terpenting berikutnya.
23
b. Persepsi Persepsi (perception) adalah proses di mana orang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti (Kotler dan Armstrong, 2008a:174). Definisi tersebut sama halnya dengan definisi persepsi yang diungkapkan oleh Sciffman dan Kanuk (2008:137), yakni proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia. Individu bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang objektif.Jadi, bagi pemasar, persepsi konsumen lebih penting daripada pengetahuan mengenai realitas yang objektif. Karena jika seseorang berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas, yang akan mempengaruhi
tindakan
mereka,
kebiasaan
membeli
mereka,
kebiasaan bersantai mereka, dan sebagainya (Sciffman dan Kanuk, 2008:136). c. Pembelajaran Sciffman dan Kanuk (2008:179) menyebutkan bahwa dari perspektif pemasaran, pembelajaran (learning)konsumen dapat dianggap sebagai proses bagi para individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman pembelian dan pemakaian yang mereka terapkan pada perilaku yang akan datang. Kotler dan Armstrong (2008a:175) mengatakan bahwa pembelajaran menggambarkan perubahan dalam
24
perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan (drives), rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan (reinforcoment). d. Keyakinan dan Sikap Kotler dan Armstrong (2008a:176) mengatakan bahwa melalui pelaksanaan dan pembelajaran, seseorang mendapatkan keyakinan dan sikap. Pada akhirnya, keyakinan dan sikap tersebut mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat, atau iman dan dapat membawa muatan emosi maupun tidak. Pemasar tertarik pada keyakinan yang diformulasikan seseorang tentang produk dan jasa tertentu, karena keyakinan tersebut membentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian. Jika ada keyakinan yang tidak sesuai dan mencegah pembelian, pemasar akan mengadakan kampanye
untuk
memperbaikinya.
Sedangkan
sikap
(attitude)
menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide. Sikap menempatkan orang ke dalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, untuk bergerak menuju atau meninggalkan sesuatu. Sikap seseorang mempunyai pola, dan untuk mengubah sikap seseorang diperlukan penyesuaian yang rumit dalam banyak hal. Oleh
25
karena itu, perusahaan harus selalu berusaha menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada daripada mencoba mengubah sikap.
2.1.3 Bauran Pemasaran Program pemasaran terdiri dari sejumlah keputusan tentang bauran alatalat pemasaran yang digunakan. Kotler dan Armstrong (2008a:62) mendefinisikan bauran pemasaran (marketing mix) sebagai kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar sasaran. Lebih lanjut Kotler dan Armstrong mengatakan bahwa bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Berbagai kemungkinan tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok variable yang disebut empat P, meliputi produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Variabel pemasaran tertentu dari masing-masing komponen bauran pemasaran ditunjukkan pada Gambar 2.2. Menurut Alma (2000:162), bauran pemasaran adalah strategi mencampur kegiatan-kegiatan
pemasaran
agar
dicari
kombinasi
maksimal
sehingga
mendatangkan hasil yang paling memuaskan. Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2000:42), bauran pemasaran didefinisikan sebagai kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.
26
Gambar E.2 Empat Komponen Bauran Pemasaran Bauran Pemasaran
Produk Ragam
Harga Daftar Harga
Tempat Saluran
Kualitas
Diskon
Cakupan
Desain
Potongan Harga
Pemilahan
Fitur Nama merek
Periode Pembayaran Persyaratan Kredit
Lokasi
Promosi Iklan Penjualan Pribadi Promosi Penjualan Hubungan Masyarakat
Persediaan
Kemasan Transportasi Layanan Logistik Sumber: Kotler dan Armstrong (2008a:62) 1. Produk Produk (product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Armstrong, 2008a:266). Dalam arti luas, produk meliputi objek-objek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran entitas-entitas tersebut. 2. Harga Menurut Kotler dan Amstrong (2008a:435), harga (price) dalam arti sempit adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas, harga adalah jumlah semua yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa.
27
3. Saluran Distribusi Saluran distribusi atau saluran pemasaran (place) merupakan sekelompok organisasi yang saling tergantung yang membantu membuat produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis (Kotler dan Armstrong, 2008b:40). 4. Promosi Bauran promosi (promotion mix) atau juga disebut bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) merupakan paduan spesifik iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan sarana pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk mengomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan pelanggan (Kotler dan Armstrong, 2008b:116). Definisi lima sarana promosi utama adalah sebagai berikut: a. Periklanan (advertising), yaitu semua bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa dengan sponsor tertentu; b. Promosi penjualan (sales promotion), yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa; c. Hubungan masyarakat (public relations), yaitu membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani atau menghadapi rumor, berita, dan kejadian tidak menyenangkan;
28
d. Penjualan pribadi (personal selling), yaitu presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan membangun hubungan pelanggan; dan e. Pemasaran langsung (direct marketing), yaitu hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh respons segera dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng melalui penggunaan surat langsung, telepon, televise respon langsung, e-mail, internet, dan sarana lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan konsumen tertentu. Saat
ini
banyak
perusahaan
mulai
menyadari
perlunya
upaya
mengintegrasikan berbagai kegiatan komunikasi pemasaran yang selama ini dilakukan secara terpisah-pisah menjadi suatu komunikasi pemasaran terpadu atau integrated marketing commonications (IMC), yang mencakup upaya koordinasi dari berbagai elemen promosi dan kegiatan pemasaran lainnya. Asosiasi Biro Iklan Amerika (American Association of Advertising Agencies) dalam Morissan (2007:7) menyusun definisi komunikasi pemasaran terpadu yaitu suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah dari satu rencan komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi, misalnya iklan umum, respon langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat serta menggabungkan berbagai disiplin tersebut guna memberikan kejelasan, konsistensi, dan dampak komunikasi yang maksimal.
29
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya 1. Penelitian yang dilakukan oleh Bayu (2010) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Air Minum dalam Kemasan di Depok”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor pengetahuan, penghasilan, harga, kualitas, distribusi, dan promosi memengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian air minum dalam kemasan. Diantara faktor- faktor tersebut yang paling dominan mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian adalah promosi. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Roedjanari (2006) dengan judul “Pengaruh Faktor-faktor
Perilaku
Konsumen
terhadap
Keputusan
Pembelian
Makanan Khas Jawa pada Rumah Makan “Inggil” Malang”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian makanan khas Jawa pada Rumah Makan Inggil adalah kepribadian, kelompok referensi, dan kelas sosial. Faktor yang paling dominan adalah kelompok referensi yang diikuti oleh kelas sosial. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2008) dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen terhadap Pembersih Wajah Ovale”. Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap pembersih wajah adalah produk, harga dan promosi. Tetapi yang paling dominan adalah faktor produk.
30
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nabhan dan Kresnaini (2005) dengan judul “Faktor-faktor
yang
Berpengaruh
terhadap
Keputusan
Konsumen
Melakukan Pembelian pada Rumah Makan di Kota Batu”. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian rumah makan adalah produk/menu, pelayanan, harga, tempat, kelas kosial dan promosi. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Tedjakusuma, dkk (2001) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Air Minum Mineral di Kota Madya Surabaya”. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian air mineral adalah faktor pendidikan, penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi serta faktor yang paling dominan adalah faktor harga. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Fadli dan Komariah (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor-faktor Ekuitas Merek Sepeda Motor Merek Honda terhadap Keputusan Pembelian”. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa secara serempak ekuitas merek yang terdiri dari variabel kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek berpengaruh sangat signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda dan secara parsial variabel loyalitas merek, kesan kualitas dan asosiasi merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda
31
7. Penelitian yang dilakukan oleh Hutagalung, dkk (2008) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Mengunakan Dual Ponsel (GSM dan CDMA) pada Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU”. Hasil penelitian menunjukan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keputusan
konsumen dalam mengunakan dual ponsel (GSM dan CDMA) adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan menggunakan dua ponsel GSM dan CDMA. 8.
Penelitian yang dilakukan oleh Fanny (2009) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pembelian Ulang Laptop pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Kalimalang”.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel kebudayaan, variabel sosial, variabel pribadi dan variabel psikologi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian
laptop Axioo
pada
mahasiswa Universitas
Gunadarma Kalimalang. Sedangkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kebudayaan, variabel sosial, variabel pribadi dan variabel psikologi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian laptop Acer pada mahasiswa
Universitas Gunadarma
Kalimalang. 9. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis, dan Ahrita (2008) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan”. Hasil penelitian
32
menunjukan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keputusan
permintaan kredit pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Medan adalah suku bunga dan pelayanan. 10. Penelitian yang dilakukan oleh Sugiono (2006) dengan judul “Analisis tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen (Tinjauan Teori)”. Hasil penelitian menunjukan perilaku konsumen merupakan petunjuk konkret terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam menentukan pilihan atas suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 11. Penelitian yang dilakukan oleh Ujianto dan Abdurachman (2004) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen untuk membeli sarung adalah kualitas, referensi, merek dan warna serta kemasan, harga, diskon dan hadiah. Dari keseluruhan faktor tersebut kualitas dan referensi merupakan faktor yang paling dominan. 12. Penelitian yang dilakukan oleh Edi, dkk (2004) yang berjudul “Analisis Faktot-Faktor Penyebab Pengambilan Obat di Luar Apotek Rumah Sakit Bakti Timah Pangkal Pinang”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab pengambilan obat di luar apotek Rumah Sakit Bukit Timah Pangkal Pinang adalah faktor harga obat, lokasi apotek, motivasi dari staf, waktu tunggu, ketidaktersediaan obat dan informasi staf. Secara umum pasien tidak puas akan pelayanan apotek.
33
13. Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2009) yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Mahasiswa Universitas Gunadarma dalam Membeli Laptop”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan sosio-budaya dan faktor psiokologi mempengaruhi perilaku mahasiswa Universitas Gunadarma dalam membeli laptop dimana variabel yang paling dominan mempengaruhi perilaku mahasiswa Universitas Gunadarma dalam membeli laptop adalah variabel lingkungan sosio-budaya. 14. Penelitian yang dilakukan oleh Novel (2009) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Merek Indomie”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh faktor baik budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian produk Mie Instan Merek Indomie. Namun dari ke empat faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor budaya dengan nilai korelasi pengambilan keputusan pembelian sebesar 0,466. 15. Penelitian yang dilakukan oleh Marhaini (2008) yang berjudul “Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Komputer Merek Acer”. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa keputusan pembelian komputer merek Acer dipengaruhi oleh kepastian membeli komputer merek Acer, evaluasi pendapat lain dan motivasi untuk mengikuti pendapat lain. 16. Penelitian yang dilakukan oleh Bhagaban, dkk (2008) yang berjudul “Categorizing Consumers’ Buying Behavior: A Factor Analysis in
34
Consumer Durable Market”. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa persepsi konsumen dalam membeli TV berwarna paling dipengaruhi oleh faktor structural add-ons, word of mouth, fitur, durabilitas dan ground reality. 17. Penelitian yang dilakukan oleh Sangshan dan Yongjian (2010) yang berjudul “An Exploration of the Psychological Factors Influencing College Students’ Consumption of Mobile Phone in West China”. Penelitian
ini
memperoleh
hasil
bahwa
faktor
psikologis
yang
mempengaruhi konsumsi telepon seluler pada mahasiswa di China bagian barat adalah atribut sosial, reliabilitas, koherensi, and kemutakhiran. 18. Penelitian yang dilakukan oleh Kwan, dkk (2004) yang berjudul “Decision-Making Behaviour Towards Casual Wear Buying: A Study of Young Consumers in Mainland China”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa enam gaya pembuatan keputusan (recreational and hedonistic consciousness, perfectionism consciousness, confused by overchoice, habitual and brand loyalty, price and value consciousness, dan brand and fashion consciousness) digunakan di China daratan. 19. Penelitian yang dilakukan oleh Nuntasaree dan Barry (2009) yang berjudul “A Model of Male Consumer Behaviour in Buying Skin Care Products in Thailand” . Hasil studi ini menegaskan bahwa keyakinan, citra diri, pengaruh normatif, dan sikap berpengaruh terhadap niat beli dan perilaku pembelian dalam membeli produk perawatan kulit di kalangan konsumen pria di Bangkok.
35
20. Penelitian yang dilakukan oleh Akbar dan Hassan (2011) yang berjudul “Factors Affecting the Consumer’s Decision on Purchasing Power”. Studi ini menunjukkan tiga faktor (produk, harga, dan tempat) mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli sepeda motor di Penang, Malaysia. Data primer diperoleh dari 415 mahasiswa kampus utama Universitas Sains Malaysia. 21. Penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Nurita (2010) yang berjudul “Organic Food: A Study on Demographic Characteristics and Factors Influencing Purchase Intentions among Consumers in Klang Valley, Malaysia”. Hasil penelitian ini mengindikasikan intensi untuk membeli produk organik diminan dipengaruhi oleh persepsi terhadap produk organik, worth of purchase, dan aspek keamanan serta kesehatan produk organik. 22. Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2004) yang berjudul “FaktorFaktor Gaya Pembuatan Keputusan dalam Pembelian Barangan di Kalangan Pengguna”. Ada delapan faktor utama yang dikaji yaitu faktor kekeliruan terhadap pilihan yang banyak, Kesetiaan merek, gerak hati, kesadaran kemutakhiran model, kesempurnaan kualitas, kesadaran harga, rekreasi, dan kesadaran merek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kesempurnaan merupakan faktor yang paling tinggi mempengaruhi gaya pengambilan keputusan pembelian barang di kalangan pengguna. Sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam gaya pengambilan keputusan pengguna berdasarkan jenis kelamin. Kajian ini juga
36
menunjukkan terdapat perbedaan signifikan gaya pengambilan keputusan dalam pembelian barang berdasarkan etnis Melayu, Cina dan India. 23. Penelitian yang dilakukan oleh Makgosa dan Mohube (2007) yang berjudul “Peer Influence on Young Adults’ Products Purchase Decisions”. Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya bervariasi di berbagai kategori produk. 24. Penelitian yang dilakukan oleh Petchdakul (2010) yang berjudul “The Thai Royal Project Foundation Retail Stores: How and why the consumers buy?”.
Penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
faktor-faktor
yang
menyebabkan konsumen membeli produk di toko ritel adalah faktor produk, harga, kenyamanan berbelanja, layout, promosi, dan pelayanan toko. 25. Penelitian yang dilakukan oleh Sajiki (2009) yang berjudul “Influencing Factors of Japanese Consumer Purchasing Decisions for Locally Produced Agricultural Products”. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor penting yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen untuk sayuran yang diproduksi secara lokal adalah: kekhawatiran konsumen tentang asal usul produk; citra kesehatan konsumen, perasaan aman dan harga dari sayuran yang diproduksi secara lokal; konsumen mengenal slogan konsumsi produk lokal; dan konsumen sering membeli produk pertanian lokal. Hasil penelitian juga menunjukkan beberapa karakteristik demografi seperti umur dan jenis kelamin merupakan faktor penting yang
37
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen untuk sayuran produksi lokal.
38