6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Seni Kriya 1. Pengertian Kriya Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 742), disebutkan bahwa kriya adalah “pekerjaan (kerajinan) tangan”. Menurut Toekio (2003: 11) adalah : “Merupakan pekerjaan yang bertautan dengan keterampilan tangan bersifat keutasan (utas = tukang, juru, ahli) dalam menghasilkan adikarya yang berguna (fungsional)”. Sedangkan menurut Enget dkk, dalam Seni Kriya Kayu SMK Jilid I (2008: 2) yaitu: Seni kriya adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian khusus yang berkaitan dengan tangan, sehingga seni kriya sering juga disebut kerajinan tangan. Seni kriya dihasilkan melalui keahlian manusia dalam mengolah bahan mentah. Seni kriya dapat dikelompokan berdasar tujuan penciptaan atau penggunaannya menjadi kriya yang mempunyai fungsi praktis, estetis, dan simbolis (religious). Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan pengertian kriya adalah suatu pekerjaan yang berhubungan dengan kerajinan tangan dengan menghasikan suatu karya yang berguna, serta merupakan hasil karya manusia yang terampil dalam mengolah bahan mentah menjadi barang yang berguna serta mempunyai fungsi praktis, estetis, dan simbolis (religious). Seni kriya sudah sangat lama diciptakan oleh manusia mulai dari zaman prasejarah dengan berbagai kegunaannya hal ini di ungkapkan oleh Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
Enget (2008: 3) bahwa Sejak zaman prasejarah manusia telah berkarya menghasilkan artefak (benda buatan manusia) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, adapun fungsinya: a. Untuk keperluan yang bersifat teknis, seperti pisau, alat pertanian dan sebagainya. b. Sebagai penanda status sosial, contoh : perhiasan c. Untuk keperluan religious atau ritual Masa prasejarah merupakan dimana manusia belum mengenal tulisan jadi dalam berkarya seni mereka belum bisa menamai dari hasil karya untuk merek yang dihasilkan haya diketahui dari produk akhir yang didigunakannya, hal ini di ungkapakan oleh Enget (2008:3) bahwa : Pada masa prasejarah ketika manusia belum mengenal sistem tulisan untuk komunikasi merek, istilah-istilah dalam karya pekerjaan mereka belum diketahui. Dari hal tersebut hanya diketahui produk akhirnya yang diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan yaitu : batu, tanah, logam dan kayu. Penggunaaan bahan-bahan tersebut sesuai dengan masa tingkat pengetahuan teknologi masingmasing, jadi tidak sekaligus terjadi dalam masa yang bersamaan. Penggunaan bahan kayu dan batu adalah dalam tahapan masa yang bersamaan. Penggunaan bahan kayu dan batu adalah dalam tahapan masa penggunaan teknologi tingkat pertama, manusia hanya mengguanakan bahan - bahan secara langsung dari alam tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 2.
Pengertian Estetika Dalam buku Estetika (Dharsono, 2007: 3) “estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni”. Sedangkan menurut Sumardji (1997)
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
berpendapat bahwa estetika berasal dari bahasa Yunani kuno aestheton, yang berarti kemampuan melihat lewat pengindraan. Melihat uraian di atas bahwa estetika sangat erat peranannya dengan keindahan yang sekaligus sebagai suatu kemampuan untuk melihat lewat pengindraan. Menurut Dharsono (2007: 69) “Memahami estetika sebenarnya menelaah forma seni yang kemudian disebut struktur desain atau struktur rupa; yang terdiri dari unsur desain, prinsip desain dan asas desain”. Berikut adalah Unsur-unsur seni rupa (unsur desain) : a. Unsur Garis Garis merupakan unsur yang sangat penting dalam seni rupa karena merupakan sarana untuk mengungkapkan suatu emosi, hal ini diungkapkan oleh Dharsono (2007: 70) bahwa : Garis merupakan dua titik yang dihubungkan. Pada dunia seni rupa sering kali kehadiran garis bukan hanya sebagai garis tetapi kadang sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan. Goresan atau garis yang dibuat oleh seorang seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan. Sehingga dari kesan yang berbeda maka garis mempunyai karakter yang berbeda pada setiap goresan yang lahir dari seniman. Melihat uraian di atas bahwa
garis bukanlah sebagai garis,
melainkan memiliki arti sebagai ungkapan emosi dan simbol yang dituangkan oleh pembuat atau seniman dalam berkarya seni, serta garis memiliki karakter goresan yang berbeda-beda dari setiap seniman. b. Unsur Shape (Bangun)
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
Shape adalah salah satu unsur yang terdapat dalam seni rupa, dan merupakan symbol perasaan seniman. Hal ini diungkapkan oleh Dharsono (2007: 71) yaitu: Di dalam karya seni, shape digunakan sebagai symbol perasaan seniman di dalam menggambarkan objek hasil subject matter, maka tidaklah mengherankan apabila seseorang kurang dapat menangkap atau mengetahui secara pasti tentang objek hasil pengolahannya. Karena kadang-kadang shape (bangun) tersebut men galami beberapa perubahan di dalam penampilannya (transformasi) yang sesuai dengan gaya dan cara mengungkapkan secara pribadi seorang seniman Uraian di atas menjelaskan bahwa shape merupakan suatu symbol ungkapan perasaan seorang
seniman yang menggambarkan
hasil subject matter dan terkadang seseorang kurang bisa memahami dalam hasil pengolahannya dan terkadang shape itu sendiri mengalami perubahan di dalam penampilannya. c. Unsur Texture (Rasa Permukaan Bahan) Tekstur merupakan salah satu unsur yang terdapat pada seni rupa yang menunjukan rasa permukaan bahan hal ini dipertegas oleh Soegeng dalam Dharsono (2007: 75) bahwa: Texture (tekstur) adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu. Artificial texture (tekstur buatan) merupakan tekstur yang sengaja dibuat atau hasil penemuan: kertas, logam, kaca, plastik, dan sebagainya. Sedang istilah nature texture (tekstur alami) merupakan wujud rasa permukaan bahan yang sudah ada secara alami, tanpa campur tangan manusia: batu, pasir, kayu, rumput dan lain sebagainya. Tekstur dapat dibuat dengan teknik kolase, dengan menempelkan berbagai bahan, misal menempelkan potongan-potongan kertas, kayu, kain atau dengan menggunakan Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
bubur kertas, bubur kayu, beberapa barang bekas, dan sebagainya. Pada prinsipnya permukaan wajah menjadi rasa tertentu secara perabaan atau secara visual. Pernyataan di atas menerangkan bahwa tekstur merupakan unsur rupa yang lebih menghadirkan bentuk dan memberikan rasa secara nyata, serta tekstut terbagi menjadi dua yaitu tekstur buatan dan tekstur alami. Tekstur buatan merupakan tekstur yang sengaja di buat atau hasil penemuan seperti: kertas, logam, kaca, plastik dan lain sebagainya. Sedangkan unsur alami merupakan suatu bentuk permukaan bahan yang sudah ada secara alami tanpa ada campur tangan dari dari manusia seperti: batu pasir dan sebaginya. d. Unsur Warna Dalam seni rupa, warna merupakan elemen yang sangat penting dan merupakan medium dalam seni rupa, berikut ini di ungkapkan oleh Dharsono (2007: 76) bahwa: Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur susun yang sangat penting, baik di bidang seni murni maupun seni terapan. Bahkan lebih jauh dan pada itu warna sangat berperan dalam segala aspek kehidupan manusia. Hal mi dapat dilihat dan berbagai benda atau peralatan yang digunakan oleh manusia yang selalu diperindah dengan penggunaan warna; mulai dan pakaian, perhiasan, peralatan rumah tangga, dan barang kebutuhan sehani-hari sampai barang yang eksklusif semua memperhitungkan kehadiran warna. Demikian eratnya hubungan warna dengan kehidupan manusia, maka warna mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu: warna sebagai warna, warna sebagai representasi alam, warna sebagai lambang/simbol, dan warna sebagai simbol ekspresi. e. Ruang dan waktu
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
Ruang dan waktu adalah bagian dari unsur seni rupa, hal ini di ungkapkan oleh Dharsono (2007: 79) bahwa: Ruang dalam unsur rupa merupakan wujud tiga matra yang mempunyai: panjang, lebar, dan tinggi (punya volume). Untuk meningkat dari satu matra ke matra yang lebih tinggi dibutuhkan waktu. Sehingga untuk memahami dan menghayati unsur-unsur rupa di dalam karya seni tetap dibutuhkan waktu, yang disebut waktu.
3. Golok sebagai Gabungan dari Hasil Kriya Dalam bagian golok terbagi pada tiga jenis kriya berdasarkan bahan di antaranya : kriya kayu, kriya logam, dan kriya tanduk. a. Kriya Kayu Kriya kayu adalah benda kerajinan yang bahan bakunya terbuat dari kayu. Dalam bagian golok kayu digunakan untuk membuat sarangka atau penutup bilah besi yang tajam. Menurut Enget (2008: 21) : “Kayu dapat didefinisikan sebagai sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan dan penebangan pohon-pohon di hutan, sebagai bagian dari suatu pohon”. Melihat uraian di atas kayu merupakan suatu bahan yang bisa digunakan dalam hal ini sebagai bahan dalam kriya kayu, yang tentu saja merupakan kerajinan yang menggunakan bahan bakunya dari kayu, serta nantinya menghasilkan suatu karya yang beraneka ragam sesuai dengan kreatifitas perajin dalam mengolah bahan baku. Kayu dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbedabeda. Sifat yang berbeda itu menyangkut: Sifat anatomi kayu, sifat fisik
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
kayu, sifat mekanik dan sifat kimia kayu. Dari sekian perbedaan sifat kayu tersebut, ada beberapa sifat umum yang terdapat pada semua jenis kayu. a) Sifat- sifat umum kayu Menurut Enget (2008: 26) sifat-sifat umum kayu adalah : 1) Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertical dan sifat simetri radial. 2) Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki bermacam-macam tipe, dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (unsur karbohidrat) serta berupa lignin (non karbohidrat). 3) Semua kayu bersifat anisotrofik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial,dan radial). Hal ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu, dan pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horizontal pada batang pohon. 4) Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di sekitarnya. 5) Kayu dapat diserang mahluk hidup perusak kayu, dapat terbakar, terutama jika kayu dalam keadaan kering. b) Kelemahan-Kelemahan Kayu
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
Kayu memiliki kelemahan-kelemahan menurut Lensufiie (2008: 25) adalah : 1) Karena bersifat higroskopis, kayu dapat memuai/berkembang susut, sehingga perlu dikeringkan 2) Kayu dapat terserang lumut, jamur, fungus, atau candida 3) Jenis-jenis kayu tertentu merupakan makanan rayap, ngengat, dan organisme lainnya 4) Kayu dapat terkena noda Blue Stain dan Black Stain 5) Warna kayu heterogen c) Teknik Dalam bagian golok ada yang dinamakan sarangka atau penutup bagian bilah yang terbuat dari kayu, merupakan hasil sentuhan para perajin yang merupakan bagian dari kriya kayu dengan jenis kayu yang beraneka ragam sesuai dengan ide kreatif dan keahlian yang dimiliki orang yang menciptakannya. Maka kayu itu sendiri merupakan pokok utama dalam proses pembuatan kriya kayu. b. Kriya Logam Kriya Logam adalah suatu kerajinan yang bahan bakunya terbuat dari logam. Logam mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Menurut Enget, Logam mempunyai peranan penting dalam kehidupan, industi mebel menggunakan logam untuk dipadukan dengan kayu agar terkesan mewah. Logam juga dapat digabungkan dengan satu atau lebih yang masih memiliki sifat-sifat logam atau disebut alloy (campuran).
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
Selain itu ada juga logam murni (pure metal) antara lain tembaga, emas, perak, platinum. Meskipun jenis logam berbeda-beda namun mempunyai kesamaan yaitu mengkilat. Selain berbentuk padat logam ada juga berbentuk cair misalnya air raksa. Adapun macam-macam logam yaitu: 1. Besi Besi adalah jenis logam yang paling banyak digunakan dalam kehidupan dengan berbagai kegunaanya sesuai dengan kebutuhan, besi juga memiliki dua macam yang sering digunakan dalam industri seperti yang diungkapkan oleh Harsono (2008: 89) bahwa: Besi yang digunakan dalam industri ada dua jenis yaitu besi tempa dan besi ingit. Kedua jenis besi ini pada dasarnya adalah besi dengan kadar karbon yang sangat rendah yang diproses dengan cara khusus dengan penggunaan tertentu. Besi tempa adalah besi yang mengandung terak silikat antara 2 sampai 4 %, sedangakan besi ingat adalah besi murni.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa besi yang sering digunakan dalam industri terbagi menjadi dua yaitu besi tempa dan besi ingit. Dalam proses menempa tentu saja besi yang sering digunakan adalah besi tempa, dalam proses penempaan itu sendiri besi seharusnya diletakan terlebih dahulu pada dapur tempa atau memanaskan benda kerja yang akan ditempa. Untuk pemanasan itu sendiri memiliki aturan tertentu seperti menentukan warna dan suhu pembakaran, seperti yang di ungkapkan oleh Wirawan (1992: 74)
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
bahwa “menentukan warna bakar pada benda kerja yang akan ditempa sesuai dengan warna kuning muda (lebih kurang 1100°C)”.
2. Baja Baja merupakan logam paduan antara besi dan karbon. Material baja mengandung kadar karbon yang lebih sedikit dari pada besi tuang (Agus, 2002: 16) 3. Kuningan Kuningan merupakan campuran dari tembaga dan seng. Dalam kehidupan kita kuningan sering digunakan adalah bentuk lempengan atau plat. Ukuran biasa dijual di toko adalah 120 x 36 cm. 4. Tembaga Tembaga bisa dikatakan logam tertua, dan merupakan logam murni hal ini di jelaskan oleh Enget (2008: 62) bahwa : Tembaga merupakan logam tertua dan merupakan logam murni. Tembaga adalah penghantar listrik yang baik sehingga dapat dibuat menjadi kabel listrik. Salah satu sifat tembaga yang terpenting adalah kemampuannya menyatu dengan logam lain dan membentuk campuran logam yang lebih kuat dari tembaga murni. Tembaga dicampur dengan seng menghasilkan kuningan, tembaga dengan timah menghasilkan perunggu, tembaga dengan nikel menghasilkan kupronikel, tembaga dengan timah dan seng menghasilkan loyang. 5. Alumunium “Alumunium sangat berguna karena sifatnya yang ringan. Alumunium juga logam penghantar listrik yang baik sehingga dapat digunakan untuk membuat kabel tranmisi listrik” Enget (2008: 62).
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
Jadi kriya logam itu sendiri merupakan suatu jenis kerajinan yang bahan bakunya tidak terlepas dari logam dengan bermacammacam jenis dan sifat logam itu sendiri namun memilki kesamaan yaitu mengkilat. Dalam bagian golok, logam merupakan bagian yang sangat penting terutama dalam bahan pembuatan besi tajam itu sendiri dengan pengerjaan yang sangat terampil . Dari semua keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa golok itu merupakan gabungan dari beberapa jenis kriya yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu jenis hasil karya yang memiliki nilai seni tinggi. Apabila salah satu dari kriya itu tidak ada maka karya tersebut kurang sempurna. c. Kriya Tanduk Seperti halnya kriya lain, kriya tanduk adalah kerajinan yang bahan bakunya terbuat dari tanduk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 1136). Tanduk merupakan cula dua yang tumbuh di kepala. Tanduk biasanya terdapat pada hewan, berguna untuk melindungi diri dari musuh atau hewan lainnya, selain itu tanduk bisa di manfaatkan oleh manusia untuk bahan baku kerajinan yang beraneka ragam sesuai dengan kemampuan perajin. Tanduk yang biasa digunakan sebagai bahan untuk kerajianan yaitu : tanduk kerbau, tanduk sapi, tanduk kambing dan lain sebagainya. Namun kebanyakan perajin menggunakan tanduk kerbau karena dapat menghasilkan karya yang lebih banyak. Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
Dari tiga jenis kriya tadi maka, golok merupakan gabungan dari beberapa jenis kriya yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya, mulai dari kriya logam yang menghasilkan bilah golok yang merupakan inti dari golok, sampai pegangan atau perah dalam bahasa Sunda yang merupakan hasil dari kriya tanduk dan sarangka untuk penutup atau wadah dari besi tajam yang merupakan hasil dari kriya kayu. Dalam pembuatannya golok memang memerlukan keterampilan tangan yang sangat tinggi.
4. Pengertian Golok Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 457), menyebutkan bahwa golok adalah “pisau besar terbuat dari besi atau baja digunakan untuk membelah atau memotong”. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sasmita (2008: 48) bahwa : Kaayeunakeun kecap bedog dina basa Sunda sok ditarjamahkeun jadi golok dina basa Indonesia. Bedog téh pakarang paranti motong, tuktak-teukteuk. Digunakeunana ku prahna jalma réa, utamana nu sok digarawé di kebon. Pendapat di atas mendefinisikan, bahwa kata golok dalam bahasa Sunda adalah bedog. Merupakan alat untuk memotong, dan digunakan oleh banyak orang, terutama sering digunakan oleh orang yang bekerja dikebun. Dari beberapa keterangan tadi dapat disimpulkan bahwa golok merupakan pisau besar atau alat untuk membelah dan memotong, yang terbuat dari besi atau baja dan merupakan alat kebutuhan manusia. Masyarakat Sunda menggunakan golok sebagai perkakas kebutuhan sehari-
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
hari karena mereka sering berkebun, golok lah yang menjadi alat utama sebagai perkakas. 5. Fungsi Golok Bila dilihat dari fungsinya, golok bisa dibagi menjadi beberapa fungsi diantaranya : fungsi praktis, fungsi simbolis, fungsi estetis, dan ekonomis (Sasmita, 2008: 49). a. Fungsi Praktis dikemukakan oleh (Sasmita, 2008: 49) bahwa: “Dina fungsi praktisna, bedog téh henteu ngutamakeun wangun anu alus, tapi leuwih ngutamakeun kakuatan jeung seukeutna. Kitu deui dina perah jeung sarangkana teu pati loba hiasan, asal genah karasana waktu dipake jeung aman”. Melihat uraian tentang fungsi praktis golok bahwa golok itu sendiri mengutamakan kenyamanan dalam menggunakannya. Walaupun dalam bagian perah atau sarangka banyak terdapat hiasan hasil dari ide kreatif yang dihasilkan oleh pencipta golok itu sendiri, namun dalam kenyataannya karena golok merupakan perkakas yang merupakan alat kebutuhan manusia kenyamanan pun sangat diutamakan supaya dalam proses penggunanannya bisa berjalan baik. Golok itu sendiri merupakan salah satu alat dalam pembuatan seni kriya, dengan berbagai kegunaan sesuai dengan kebutuhan orang yang membuat suatu karya kerajinan. Maka dengan golok yang nyaman dan tajam suatu hasil kerajinan bisa diciptakan dengan baik dan maksimal, apabila alat yang digunakan tidak nyaman maka hasilnya pun akan kurang baik.
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
b. Fungsi Simbolis Menurut Sasmita dalam buku Kujang, Golok, dan Topeng (2008: 49) mengemukakan : Lamun dina SSK disebutkeun golok téh pakarang raja, hartina bisa baé leuwih deukeut kana barang pusaka. Da golok moal dipaké keur kudak kadék sangeunahna ku raja. Tangtu aya ugeranana, moal sagawayah. Sebagi fungsi simbolis golok merupakan senjata raja, dengan kata lain lebih kepada barang pusaka yang merupakan perlambang atau symbol kekuatan yang dimiliki oleh raja. Berbeda dengan golok yang digunakan sebagai alat atau perkakas untuk kebutuhan sehariihari, golok yang pakai oleh raja tidak seenaknya digunakan melainkan memiliki aturan-aturan tertentu dalam penggunaannya. c. Fungsi Estetis Masyarakat Sunda memiliki ungkapan “…ari lalaki lembur mah ka mamana gé tara lesot bédog. Da bedok téh sarua jeung calana. Mun lalaki lésot bedog lain lalaki deui ngarana”. Jadi dalam masyarakat Sunda ungkapan tersebut menjelaskan bahwa membawa golok itu sudah menjadi hal sangat umum seperti manusia memakai baju, selain itu juga sudah menjadi hiasan yang membawa golok itu. (Sasmita, 2008: 50). d. Fungsi Ekonomi Golok sudah menjadi komoditas, barang yang dibuat obyek jual beli atau di perdagangkan, karena golok itu sendiri merupakan alat yang tidak bisa dipisahkan oleh manusia sebagai alat atau Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
perkakas untuk kebutuhan hidup. Golok merupakan sumber mata pencaharian khususnya oleh para perajin golok yang nanti hasil karyanya itu akan diperjualbelikan. Dalam buku Kujang, Golok, dan Topeng (Sasmita, 2008: 51) ada istilah “panday mah tara boga bedog”. Ini dimaksudkan bahwa perajin golok tidak memiliki hasil karyanya sendiri karena apabila ada yang mau beli suka di jual, itu menandakan bahwa golok merupakan sumber utama dalam kebutuhan hidup dalam arti sebagai obyek jual beli. B. Ergonomi Benda Pakai Ergonomi berasal dari kata Yunani Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaaannya. (Sritomo, 2003: 54). Sedangkan menurut Sastrowinoto (1985: xxvii). Ergonomi adalah Ilmu yang meneliti perkaitan antara orang-orang dengan lingkungan kerjanya. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan suatu disiplin keilmuan yang mempelajari manusia tentang lingkungan kerjanya, jadi pekerjaan akan menghasilkan suatu yang maksimal apabila didukung dengan lingkungan yang aman dan nyaman. Apabila dikaitkan dengan benda pakai atau alat seperti golok maka benda pakai yang diharapkan tentu harus memiliki kenyamanan dan keamanan dalam penggunaannya agar mampu menghasilkan suatu pekerjaan yang
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
diinginkan, serta harus menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoprasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam pemakaian suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya, bisa diambil contoh pegangan golok haruslah rancangan yang dibuat sesuai dengan referensi dimensi anggota tubuh tertentu, jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh ukuran tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian suatu produk merupakan satu prasyarat yang amat penting dalam proses perancangannya. Berikut tujuan yang diharapkan dalam ergonomi benda pakai : 1. Keamanan Keamanan sangat penting terutama dalam benda pakai, yang bertujuan supaya tidak terjadi kecelakaan atau bahaya dalam proses penggunaannya. 2.
Kenyamanan Kenyamanan merupakan keharusan dalam kegiatan bekerja atau menggunakan alat kerja, berguna untuk menciptakan suasana yang kondusif sehingga menghasilkan hasil yang maksimal.
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Irman Ray Anugrah, 2012 Analisis Kerajinan Golok Galonggong Di Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu