BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Motorik Kasar 2.1.1 Pengertian Motorik kasar Menurut Dahniar (2009:1) bahwa motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya, berjalan, berlari, berlompat, dan sebagainya. Wardiman (2010:1) mengemukakan bahwa perkembangan motorik kasar adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Catron dan Allen (dalam Sujiono, 2009:63) mengemukakan bahwa kemampuan motorik pada dasarnya merupakan kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas senssori motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa motorik kasar pada dasarnya merupakan merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh yang merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
8
Menurut Seefeld dan Wasik (2008:68) bahwa keterampilan motorik kasar menjadi lebih gesit dan serasi. Dengan keterampilan ini maka anak dapat berlari, dan melompat dengan dua kaki, berjingkat, dan melompat. Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot. Jika kegiatan anak di dalam ruangan, pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Selain itu, penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk memanjat, koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan ini. Menurut Dahlan (2008:2) bahwa perkembangan motorik kasar berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melompat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang bisa menstimulainya. Menurut Karel (Dahlan, 2009:2) bahwa olah raga memberi manfaat bagi perkembangan motorik anak. Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik untuk
perkembangan otak serta psikologis anak. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga akan mengembangkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya. Anak menjadi senang mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa
motorik kasar anak berkaitan
dengan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Perkembangan motorik kasar anak pada permulaannya tergantung pada proses kematangan yang selanjutnya kematangan tergantung dari belajar dan pengetahuan serta pengalaman. Pengalaman masa kanak-kanak akan sangat bermanfaat pada masa dewasa, diantaranya kemampuan dalam memecahkan suatu masalah baik dalam bentuk keseharian maupun dalam bentuk kemampuan latihan dan peningkatan keterampilan anak dalam melakukan aktivitas fisik.
2.1.2 Urutan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Bambang. (2003:3) mengemukakan bahwa motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Dan patut diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa sama, tergantung proses kematangan masing-masing anak. Perkembangan motorik anak mengikuti urutan tertentu sebagaimana yang dikemukakan oleh Dahlan (2008:3) sebagai berikut: 1) menggerakkan kaki tangan saaat berbaring. Sejak lahir bayi sudah memiliki reflex untuk
menggerakkan kaki dantangannya secara sederhana. Menginjak usia 1 bulan dia mulai blajarmenggerakkan kaki dan tangannya ke atas, 2) menggangkat kepala telungkup, mengangkat kepala saat telungkup umumnya baru bis di lakukan bayi berusia2 bulan. Namun tidak menutup kemungkinan jika sebelum usia 2 bulan bahkan 1 bulan,
3) miringkan badan saat
telungkup, memiringkan badan saat telungkup umumnya sudah dapat dilakukan bayi usia 3-4 bulan. Latihlah gerakan ini denagn membunyikan mainan dari arahsamping / memanggil namanya. 4) telungkup sendiri, bayi berusaha untuk telungkup sendiri pada umumnya dapat dilakukan diusia 4-5 bulan , dan membutuhkan bantuan orangtua. menstimulasi berulangkali sampai melakukannya sendiri, 5) duduk, di usia 4-6 bulan bayi belum bias duduk sendiri , namun orangtua sudah bias memposisikannya duduk saat si kecil di gendong . usia 6-7 bulan mampu duduk sendiri meski Cuma sebentar tanpa di bantu. Usia 8 bulan sudah dapat duduk kurang lebih 10 menit dan usia 9-10 bulan duduk sendiri, 6) merangkak, kemampuan merangkak bayi usia 810 bulan meski beberapa bayi sudahdapat merangkak pada usia 6-7 bulan , tapi tidak semua bayi dapat merangkak/ melalui tahapan kemampuan ini sebelum berdiri dan berjalan, 7) berdiri, di usia 4-5 bulan , bayi sangat senang bial di berdirikan di atas pangkuan kita. berdiri sendiri mulai belajar dilakukannya pada usia 9 bulan lalu usia 10-12bulan sudah berdiri sendiri tanpa bantuan, 8) berjalan, umumnya anak dapat berjalan di rentang usia 13-15 bulan. Samsudin (2011:1) mengemukakan bahwa terdapat 4 macam motorik kasar pada anak yaitu: 1. Jalan Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan dalam hal berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut sekadar berdiri, namun juga berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja, dalam hal ini otot kaki). Bila
perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang pede dan ia pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti membaca buku, main playstation, dan sebagainya. 2. Lari Perkembangan lari akan memengaruhi perkembangan lompat dan lempar serta kemampuan konsentrasi anak kelak, Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel strike/bertumpu pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah mengayun kaki menapak pada alas)dan motor planning (perencanaan gerak). 3. Lompat Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin melompati sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan digunakan. Jika anak tidak adekuat dalam perkembangan melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan motor planning). 4. Lempar Pada fase ini yang bermotivasi adalah sensori keseimbangan, rasa sendi (proprioseptif), serta visual. Motivasi yang paling utama adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan
dan jari-jari tangan). Seperti, dalam hal menulis. Tulisannya akan tampak terlalu menekan sehingga ada beberapa anak yang tulisannya tembus kertas, atau malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau antarhurufnya jarang-jarang (berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan sasaran pun, anak tidak mahir. Gangguan lain berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan motor planning yang bermasalah. Terkait dengan perkembangan motorik kasar tersebut Dahlan (2008:5) mengemukakan 4 (empat) stimulasi motorik kasar yang dapat dilakukan pada anak sebagai berikut: 1. Jalan Sebelum guru memberikan stimulasi pada anak, pastikan anak sudahmelalui perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan berdiri.Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalahkemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalanberjingkat, melompat/meloncat, berlari, berdiri satu kaki, menendang bola,dan lainnya. Berjalan seharusnya dikuasai saat anak berusia 1 tahunsementara berdiri dengan satu kaki dikuasai saat anak 2 tahun. Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangandalam hal berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut sekadar berdiri,namun juga berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini berkaitan denganlamanya otot bekerja, dalam hal ini otot kaki). Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akanmengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang pededan ia pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan lainnya. Sebaliknya, anak lebihmemilih aktivitas pasif seperti membaca buku, main playstation, dansebagainya.
Stimulasi yang dapat dilakukan guru yaitu guru berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak karpet/lantai. 2. Lari Perkembangan serta
lari
kemampuan
akan
konsentrasi
dibutuhkan
keseimbangan
kaki-(heel
strike/bertumpu
kemudian
kaki
anak
tubuh,
bertumpu
danlanding/setelah
memengaruhi
mengayun
perkembangan
kelak,
kecepatan
dan
lempar
Pada
tugas
perkembangan
gerakan
kaki,
ketepatan
pada
tumit, toe
pada
ujung-ujung
jari
menapak
pada
kaki
lompat
off/telapak
kaki
4
ini, pola
mengangkat
kaki,swing/kaki alas)dan
berayun
motorplanning
(perencanaan gerak). Perencanaan dibutuhkan oleh
kemampuan
motorik
perencanaan
gerak
(salah otak
dalam
gerak
tingkat
satu
untuk
syarat
membuat
bentuk
gerak
tinggi
(seperti
tugas perencanaan
yang lari)
perkembangan dan
dilaksanakan
terkoordinasi. akan
lari)
Kemampuan
memacu
otak
melatih
konsentrasi. Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah beraktivitas yang mental
dalam fisik,
melibatkan seperti
keseimbangannya, sulit
berkonsentrasi,
konsentrasi
memasang
seperti
pasel,
dan tak
(anak justru asyik ke mana-mana), dan lainnya.
cenderung
aktivitas mau
mudah
yang
capek
dalam
menghindari
tugas-tugas
melibatkan
kemampuan
mendengarkan
saat
guru
bercerita
Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan, sekitar usia12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda(mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naikturun tangga. Menurut Dahlan (2008:6)
Jika memang ditemukan adanya keterlambatan dalam
perkembangan motorikkasar si kecil, harus segera ditelusuri. Faktor-faktorpenyebabnya sebelum menentukanapa yang harus dilakukan . 1. Pola Asuh Anak Bila penyebabnya karena masalah perbedaan pola asuh atau protektif,maka pertama-tama yang harus dirubah adalah sikap orang tua . Orang tuaharus membiarkan anak bergerak bebas sebatas tidak membahayakan sikecil . Dengan upaya ini si kecil semakin terpicu untuk melatih semua tahap perkembangan motorik kasarnya. 2. Kelainan Tubuh Anak Kalau penyebab keterlambatan tersebut karena kelainan tubuh tertentumaka harus dikonsultasikan dengan dokter anak . Berbagai kelainan tersebut misalnya otot yang tidak berkembang secara optimal atau karena adanya gangguan saraf tepi, kelainan sumsum tulang belakang, kurangnya tenaga untuk beraktivitas, ukuran kepala bayi yang abnormalserta kerusakan susunan saraf pusat. Melalui berbagai pemeriksanaandokter dapat mendiagnosa penyebabnya dan mengatasi gangguannya.
3. Anak Kurang Bergerak Keterlambatan perkembangan motorik kasar si kecil dapat pula disebabnya kurangnya ia bergerak atau kurangnya rangsangan. Kalau halini yang terjadi tatalaksana yang dapat dilakukan
adalah denganrehabilitasi medik antara lain melalui fisiotherapi. Fisiotherapi dapat menjadi salah satu alternatif jalan keluar yaitu dengan melatih otot-otottubuh si kecil sehingga kemampuan motorik kasarnya di harapkanberkembang optimal. Kecukupan gizi, gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar bertumbuhan fisikanak optimal. Kondisi ini memungkinkan kemampuan motorik pun akan terasah dengan baik, sebaliknya kondisi gizi yang kurang atau buruktentu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan kemampuannya secara umum. 5. Kematangan Otot Anak Bayi yang memiliki kematangan otot sangat berpengaruh terhadappertumbuhan kemampuan motorik kasarnya . Hal ini akan sulit pula untukmenstimulasinya. Yang perlu dilakukan hanyalah memberikan fisiotherapiokupasi ditambah terapi obat-obatan jika memang dianggap perlu. 6. Berat Tubuh Anak Berat tubuh berlebihan berkemungkinan membuat bayi menjadi sulitmengembangkan kemampuan motorik kasarnya. Yang diperlukan adalahmenjaga asupan makan si kecil agar berat bandannya mendekati angkaideal sehingga ia lebih nyaman bergerak . Hidayat (2003:1-2) mengemukakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas permainan anak dalam melakukan gerakan motorikkasar yaitu. 1) Kesehatan Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi. ‘ 2) Intelegensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual. 3) Jenis kelamin Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.
4) Lingkungan Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang. 5) Status sosial ekonomi Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar anak usia dini sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain. Apabila anak tidak mampu melakukan gerakan fisik dengan baik akan menumbuhkan rasa tidak percaya diri dan konsep diri negatif dalam melakukan gerakan fisik.
Pada umumnya anak usia Taman Kanak-Kanak sangat aktif, mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Oleh karena itu orang tua atau guru perlu menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk melakukan kegiatan yang dapat melatih otot kasar anak serta menyediakan barang-barang dan peralatan bagi anak yang bisa didorong, diangkat, dilempar atau dijinjing.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak Perkembangan motorik anak usia dini perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru. Hal ini perlu dilakukan agar anak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Erni (2012:2) mengemukakan bahwa ada banyak faktor perlu diperhatikan karena mempengaruhi penguasaan keterampilan motorik pada anak. Selain faktor kematangan alat- alat tubuh, hal yang tidak kalah penting adalah faktor latihan dan pengalaman. Anak- anak usia prasekolah terkadang masih membutuhkan dukungan dan dorongan untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan melakukan kegiatan fisik. Erni (2012:3)
secara rinci menguraikan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
membantu mengembangkan keterampilan motorik anak : a) dunia anak adalah dunia bermain. Beri kesempatan kepada anak untuk bermain yang dapat melatih penguasaan keterampilan motorik kasar dan motorik halusnya. Suasana ‘berlatih’ harus menyenangkan. Usahakan agar pengalaman bergerak ini juga memasukkan unsure eksplorasi dan aktivitas pemecahan masalah sehingga anak termotivasi untuk kreatif, b) sediakan peralatan dan lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya, c) perkenalkan dan latihlah anak dengan
sebanyak mungkin jenis keterampilan motorik. Semakin banyak jenis ketrampilan yang diberikan akan semakin baik bagi perkembangan motoriknya, d) tidak membeda-bedakan perlakuan antara anak laki- laki dengan perempuan, karena sesungguhnya pada usia ini kemampuan dan ketertarikan anak terhadap aktivitas motorik adalah sama, e) jangan menekankan pada kekuatan dan kecepatan, tetapi perhatikan gerakan dan postur tubuh yang benar dalam melakukan aktivitas motorik tersebut, f) bersabar dalam menghadapi anak, karean berkembangnya suatu keterampilan motorik juga tergantung waktu dan keinginan anak untuk menguasai, g) pada dasarnya setiap anak adalah unik. Oleh karena itu janganlah membandingkan kemampuan motorik anak dengan anak lain yang seusia dengannya. Menurut Erni (2012:3) bahwa anak perlu stimulasi yang bisa diberikan unruk mengoptimalkan perkembangan motorik anak , antara lain: a) dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan latin) dan menggambar, b) keterampilan berolah raga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah raga, c) gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari, d) baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban, dan e) gerakan-gerakan ibadah shalat Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya mengembangkan motorik kasar anak. Dengan memperhatikan berbagai hal yang dapat mendukung perkembangan motorik anak usia dini diharapkan mampu mengoptimalkan perkembangannya secara intensif.
2.2 Hakikat Motivasi Guru Motivasi guru memegang peranan yang cukup signifikan dalam meningkatkan kualitas kinerja guru. Dengan motivasi kinerja guru yang maksimal akan membentuk perilaku kinerja
yang dinamis dalam mendidik anak. Istilah motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Kata movere dalam bahasa Inggris sering disepadankan dengan motivation yang berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Secara harfiah motivasi berarti pemberian motif. Seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja, tentu ada suatu maksud atau tujuan yang mendorongnya melakukan suatu tindakan. (Suwatno dan Priansah (2011:171) Hasibuan (dalam Sunyoto, 2012:191) mengemukakan bahwa motivasi suatu perangsang keinginan (want) daya penggerak kemauan bekerja seseorang, setiap tujuan mempunyai motif tertentu. Nawawi (2005:351) mengemukakan bahwa semua teori motivasi bertolak dari prinsip utama bahwa manusia hanya melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Prinsip itu tidak menutupi kondisi bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang mungkin saja melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Dalam kenyataannya kegiatan yang didorong oleh sesuatu yang tidak disukai berupa kegiatan yang terpaksa dilakukan cenderung berlangsung tidak efektif. Robbins (dalam Sutrisno, 2009:111) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kerelaan berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha memuaskan beberapa kebutuhan individu. Terkait dengan definisi motivasi Mc. Donalk yang dikutip Sumanto, (2010 : 48) mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Sedangkan
Dimyati dan Mudjiono (2000 : 42) mengartikan motivasi sebagai tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow yang dikutip Sumanto, (2010:23) pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : 1) kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi guru, kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan. Menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi, 2) kebutuhan keamanan dan ke-selamatan kerja (safety needs) Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatannya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai guru. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya, 3) kebutuhan sosial (social needs), 4) kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan, mengembangkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi, 5) kebutuhan akan prestasi (esteem needs). Kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang keguruan. Kebutuhan akan simbul-simbul dalam statusnya seseorang serta prestise yang ditampilkannya. Kebutuhan mempertinggi kapisitas kerja (self actualization). Setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan (kebolehannya) dan seringkali nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam motivasi kerja pada
tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi untuk dapat melahirkan hasil produktivitas organisasi yang lebih tinggi. Teori
motivasi
lainnya
dikemukakan
oleh
Victor
H.
Vroom
(Teori
Harapan)
yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2000 : 45) bahwa motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Gray yang dikutip Winardi, (2008:1) berpandangan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu Donald yang dikutip Soedirman, (2006 : 73) mengemukakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Fillmore yang dikutip Mangkunegara, (2010 : 93) memandang bahwa motivasi adalah suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu. Morgan yang dikutip Sumanto, (2009 : 48) mendefinisikan motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek motivasi yaitu: (1) keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating statest), (2) tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behaviour) dan (3) tujuan tingkah laku tersebut (goals or ends such behaviour). Dari uraian tersebut dapat dikemukakan empat elemen penting dalam motivasi yaitu: a) motivasi merupakan awal terjadinya perubahan energi pada diri seseorang untuk berbuat sesuatu, b) motivasi ditandai dengan munculnya fellling/perilaku seseorang, c) motivasi dirangsang karena adanya tujuan. Dalam konteks ini motivasi merupakan kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi, untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang dikondisi oleh kemampuan
upaya demikian, untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu, d) motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu 2.3 Ciri-Ciri Guru Termotivasi Motivasi merupakan bagian dari dari faktor yang sangat menentukan dan akan memperbaiki kinerja seorang guru. Motivasi kerja Guru adalah upaya yang dilakukan guru untuk mencapai kepuasan kerja sehingga melahirkan perubahan energi pada diri guru untuk bekerja yang ditandai dengan munculnya fellling/perilaku yang menggerakkan guru tersebut untuk bekerja secara terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi kerja tersebut ditandai dengan upaya guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya sebagai guru mulai dari perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan evaluasi serta tindak lanjut kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar yang berlaku di sekolah. Sardiman (2006 : 85) mengemukakan bahwa motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu ; (1) mendorong individu untuk berbuat sesuatu, yakni sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (2) menentukan arah perbuatan yakni ke arah mana tujuan yang hendak dicapai, (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat. Uno (2008:106) dalam teori motivasi dan pengukurannya, mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah : a) tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, b) ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, c) menunjukan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, d) lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, e) tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, f) dapat mempertahankan
pendapatnya, g) tidak mudah melepaskan apa yang diyakini, dan h) senang mencari dan memecahkan masalah Daryanto (2012:1) mengemukakan bahwa motivasi kerja guru dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut yaitu: a) semangat dalam melaksanakan tugas,
b) kepedulian
untuk menyelesaikan tugas dan c) usaha untuk mencapai tujuan. Ketiga ciri motivasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Semangat dalam melaksanakan tugas Semangat dalam melaksanakan tugas merupakan bagian atau cirri dari guru yang termotivasi. Dalam konteks ini bagi guru yang memiliki semangat untuk melaksanakan tugasnya maka selalu berupaya agar semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan baik. b. Kepedulian untuk menyelesaikan tugas Kepedulian untuk melaksanakan tugas merupakan cirri lain dari orang yang termotivasi. Ciri tersebut ditunjukkan dengan upaya serius dari guru dalam menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Dengan penyelesaian tugas tepat waktu maka diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan kualitas anak didik. c. Usaha untuk mencapai tujuan. Usaha untuk mencapai tujuan merupakan cirri dari orang yang memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Usaha untuk mencapai tujuan yang tinggi dapat dilakukan guru dengan memperhatikan berbagai indicator yang terkait dengan pencapaian kualitas kerja serta strategi dalam mencapainya.
Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa guru yang termotivasi memiliki sejumlah karakteristik. Karakteristik tersebut merupakan manifestasi dari guru yang memiliki motivasi dalam melaksanakan tugasnya. 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Motivasi Guru dalam Mengembangkan Motorik Kasar Kemampuan anak dalam motorik kasar merupakan bagian dari kemampuan motorik kasar yang perlu dilatihkan kepada anak. Untuk dapat mengembangkan kemampuan anak dalam motorik kasar, maka pendidik perlu bermotivasi optimal dalam melatih dan mengembangkan kemampuan anak sehingga dapat melakukan gerakan motorik kasar dengan optimal. Harjoto (2008:1) mengemukakan beberapa motivasi atau aktivitas yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan anak dalam motorik kasar yaitu: a) membimbing anak untuk melakukan gerakan dasar dalam melempar bola,
b) membimbing anak
melakukan lemparan searah, c) membimbing anak untuk menangkap bola yang dilempar teman, dan d) membimbing anak untuk motorik kasar melalui permainan bola kecil Motivasi atau aktivitas pendidik tersebut dapat dilakukan secara bertahap. Dalam konteks ini pendidik dapat memulainya dari hal-hal yang sederhana. Hal ini dapat dilakukan secara berulang sampai anak terlatih untuk melakukan motorik kasar dengan tepat. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan anak pada saat melakukan gerakan motorik kasar, sering terjadi anak kehilangan keseimbangan. Oleh karenanya pendidik perlu bermotivasi aktif dalam mengarahkan anak agar dapat melakukan gerakan berakan motorik sesuai dengan yang diharapkan. Namun sering terjadi bahwa perkembangan motorik kasar anak kurang terlayani dengan baik karena berbagai faktor. Dari berbagai analisis menunjukkan bahwa faktor guru merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan motorik halus anak. Guru yang penuh
motivasi terhadap perkembangan keterampilan motorik kasar anak akan berupaya maksimal dalam mengembangkan keterampilan motorik kasar anak sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan guru yang kurang memiliki keterampilan akan membiarkan anak tanpa memperhatikan berbagai hal yang terkait dengan upaya mengembangkan keterampilan motoriknya. 2.5 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang motivasian guru dalam mengembangkan keterampilan motorik pada anak, sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya: 1. Marjan Poiyo tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul upaya mengembangkan motorik kasar anak melalui permainan bola tangan dui PAUD An Nur Desa Duanga Kecamatan Bongomeme, menyimpulkan bahwa keterampilan motorik kasar anak dapat ditingkatkan melalui permainan bola tangan. Hal ini diperoleh melalui temuan penelitian yang dilaksanakan selama 2 siklus. Dengan temuan tersebut maka permainan bola tangan dapat dijadikan sebagai salah satu permainan untuk mengembangkan motorik kasar anak. 2. Wahyuni tahun 2009 dalam penelitiannya yang berjudul; Motivasian guru dalam mengembangkan keterampilan motorik kasar anak TK Dewantara Kota Malang, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Guru memiliki motivasian yang sangat signifikan dalam membantu untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar anak. Bentuk motivasian yang dapat dilakukan guru yaitu dengan membimbing dan mengarahkan anak sehingga memiliki keterampilan motorik kasar dalam melakukan aktivitas.