BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Hakekat Aktifitas Belajar 2.1.1 Pengertian Aktifitas Aktivitass pada prinsipnya ialah semua kegiatan siswa yang dilakukan demi mencapai tujuan. Menurut Anton M. Mulyono
(2005: 56), Aktifitas Artinya
“kegiatan atau keaktifan” jadi segala sesuatu yang
dilakukan atau kegitan-
kegiatan yang terjadi baik fisik manpun non fisik, merupakan suatu aktifitas. Menurut dilaksanakan
Sriyono baik
aktivitas (2006 : 76) adalah segala kegiatan yang
secara
jasmani
atau
rohani.
Aktivitas
siswa
selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. (sikripsi: Jabani, Fitria, 2011:11). Dari beberapa teori aktivitas tersebut maka dimaksud dengan aktifitas dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga menimbulkakan suasana belajar di kelas yang nyaman, menyenangkan dan tidak fakum. 2.1.2 Pengertian Belajar Belajar
merupakan
meningkatkan pengetahuan
kegiatan
yang
dilakuakan
untuk mencapai cita – cita
oleh yang
Siswa
dalam
diinginkan.
Menurut Irwanto (2007 : 105) belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan .
7
8
Belajar akan menghasilkan perubahan, perubahan dalam diri seseorang untuk mengetahui sampai berapa jauh perubahan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Menurut, Slameto (2010 : 6) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan linkungannya. Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan yang berarti bahwa sesorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingka laku, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikapnya Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan maksunya adalah dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Dalam aspek keterampilan adalah dari tidak bisa menjadi bisa, dari ragu-ragu menjadi yakin. Dalam aspek sikap, dari sikap tidak
sopan
menjadi sopan dari kurangajar
menjadi terpelajar. hal ini merupakan salah satu kreteria keberhasilan belajar yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tigkah laku pada siswa belajar. tanpa ada perubahan tingka laku belajar dapat berhasil atau gagal. 2.1.3 Aktifitas Belajar Aktifitas belajar merupankan sebuah interaksi belajar yang terjadi antara guru dan siswa yang menentukan berhasil tidaknya sebuah pembelajaran, oleh karna itu seorang guru harus mempunyai strategi dalam menjalankan proses tersebut yang biasa disebut denga model pembelajaran sehingga hasil dari pada pembelajaran tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan.
9
Menurut Sudjana ( 2005 ; 45), dalam proses belajar mengajar aktifitas belajar Siswa yang baik yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa penting diketahui oleh Guru, agar guru dapat merancang atau mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya di ukur seberapa jauh tingkat aktifitas belajar
yang
dicapai siswa. Disamping diukur
dari segi
prosesnya . Artinya seberapa jauh aktifitas belajar yang dimilik Siswa harus bisa meningkatkan hasil belajar yang nantiya akan menuntaskan siswa dalam suatu proses belajar mengajar. Hasil belajar harus nanpak dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional) adalah nilai akhir yang dicapai oleh siswa selama dalam proses belajar di kelas, sebab tujuan itulah yang akan dalam akhir pembelajaran. 2.2 Cici-ciri Aktifitas Belajar Menurut Wina Sanjaya ,(2008 : 114) secara Ilmiah terdapat tiga ciri utama dari aktifitas belajar : 1. Merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa 2. Aktifitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, yang menempatkan masalah sebagai kunci dari proses belajar 3. Pemecahan masaah dlakukan dengan menggunkan pendekatan berfikir secara ilmiah Berdasarkan uraian diatas mengenai pengertian aktifitas belajar dan cici – ciri nya maka peneliti berpedapat bahwa dalam proses belajar mengajar di tuntut keaktifan siswa, yang artinya Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan
10
sedangkan guru hanya membimbing dan mengarahkan, apalagi dalam proses pembelajaran
PKn Yang menuntut keaktifan siswa terhadap
pelaksanaan
pembelajaran dalam hal ini menciptakan suasana kelas yang aktif dan penuh semangat. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan inteaksi yang tinngi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan berdampak pada suasana kelas menjadi asyik dan kondusif, dimana masing masing Siswa dapat melibatkan kemampuanya semaksimal mungkin aktifitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. 2.3 Model Pembelajaran Kooperatife Team Game Tournament 2.3.1 Pengetian Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Joyce (Trianto, 2011:5) adalah “Suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu peseta didik meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Sanjaya, Wina (2010:241) 2.3.2 Pembelajaran Kooperatife Learning Alma Buchari (2009:81) Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Keberhasilan
11
dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (style of learning and teaching). Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri – ciri : a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. 2.3.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
12
b. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. c. Pengembangan
keterampilan
sosial,
yaitu
untuk
mengembangkan
keterampilan sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok. (Dalam sikripsi Febriani Antu :2013:hal 12 - 13). Dari pendapat tersebut, jelas bahwa pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik pada perilaku bersama. Dalam bekerja sama yang bertujuan untuk saling membantu satu sama lain, menghormati pendapat orang lain, dan selalu bekerja sama untuk menambah pengetahuannya. 2.3.4 Gambaran Mengenai Team Games Tournament Model pembelajaran Team Game Tournament adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh Siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran Siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Kooperatif model Team Game Tournament
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Team Game Tournament pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang
13
berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Team game tournament hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, team game tournamen menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara
dalam
kinerja
akademik
mereka
yang
lalu.
http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-gamestournaments-tgt-2/ 1.3.5 Komponen
dan
Pelaksanaan
Team
Game
Tournament
dalam
Pembelajaran Ada lima komponen utama dalam team game tornament,yaitu: 1. Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. 2. Tim/kelompok Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha
14
mendalami materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen. Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru. Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota kelompoknya,
saling
bekerja
sama,
aktif
bertanya,
menjelaskan
dan
mengemukakan ide, menanggapi jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya. 3. Game (permainan) Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya
adalah melakukan game. Game dimainkan oleh
perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Dimeja tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaanpertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya. 4. Tournament (turnamen) Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir sub bab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen
15
dengan siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda. Meja turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk siswa dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang. Meja 3 untuk siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya. Dimeja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soalsoal yang disediakan mewakili kelompoknya. Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar semua siswa dari semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi, guru membuat kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Siswa yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi. Siswa yang mendapatkan peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan siswa dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang tingkatannya lebih rendah. Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen yaitu: a) Cara memulai permainan Untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah pembaca pertama.
16
b) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan. Setelah pembaca pertama ditentukan, pembaca pertama kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Pembaca pertama lalu membacakan soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal tersebut agar mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawabannya, maka penantang I (siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk menantang jawaban pembaca atau melewatinya. c) Tantang atau lewati Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca, maka penantang I memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I melewatinya, penantang II boleh menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang menentukan akan menantang atau melewati. Apabila semua penentang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban dan mencocokkannya dengan jawaban pembaca serta penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika jawaban pembaca salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban penantang salah maka penantang mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya (jika ada). d) Memulai putaran selanjutnya Untuk memulai putaran selanjutnya, Semua posisi bergeser satu posisi kekiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II menjadi penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir.
17
Setelah itu, turnamen berlanjut sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru. e)
Perhitungan Poin Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka
menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya dilakukan oleh guru . 5.
Rekognisi Tim (Penghargaan Tim) Penghargaan kelompok diberikan setelah tornament selesai . Penghargaan
kelompok diberikan sesuai kriteria berikut. Kriteria (rata-rata tim)
Penghargaan
40
Tim baik
50
Tim sangat baik
60
Tim super
http://anggitaata.wordpress.com/2012/08/27/pengertian-model pembelajaran-kooperatif tgt/ 2.3.6 Implementasi Model Pembelajaran Team game Tournament Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu. 1) Pembelajaran terpusat pada siswa 2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi 3) Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan) 4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
18
5) Dalam kompetisi diterapkan system point 6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik 7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan 8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal 9) Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak 3.3.7 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Team Game Tournament Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.
(http://www.sriudin.com/2012/03/pembelajaran-
kooperatif-model-tgt-team.html) Pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
19
Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian
psikologi
kognitif
menemukan
bahwa
jika
informasi
ingin
dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik Team game Tournament, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa. Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit
20
mengemukakan
keunggulan
dan
kelemahan
pembelajaran
Team
Game
Tournament, sebagai berikut: 1.
Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan Team Game tournament memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2.
Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3.
Team Game Tournament meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
4.
Team game tornament meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5.
Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
6.
Team Game Tournament meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain. Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran
Team Game Tournament adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual. Metode pembelajaran kooperatif Team Game Tournament ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihanya antara lain:
21
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas 2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu 3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam 4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa 5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain 6. Motivasi belajar lebih tinggi 7. Hasil belajar lebih baik 8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi Sedangkan kelemahannya adalah: 1. Bagi Guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. 2. Bagi Siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. (http://anggitaata.wordpress.com/2012/08/27/pengertian-modelpembelajaran-kooperatif/)
22
2.4 Hipotesis Berdasarkan permasaalahan dalam latar belakang kemudian dikuatkan dengan kajian teori diatas maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan: jika menggunakan model
pembelajaran
Team Game Tournament maka dapat meningkatkan
aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X6 MAN Model Gorotalo.