BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1
Penerapan Good Governance Good governance menurut Indonesia Institute Corporate governance
(2007:167) adalah tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha atau berkarya. Good Governance juga dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial untuk mengelola sumber daya dengan cara-cara terbuka, transparan, akuntabel, equitable, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat (Priyanka, 2013).
Badjuri dan Trihapsari (2004), dalam perusahaan yang baik atau good governance ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu perusahaan yang baik harus membuka pintu yang seluasluasnya agar semua pihak yang terkait dalam perusahaan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi secara aktif, jalannya perusahaan harus diselenggarakan secara
transparan
dan
pelaksanaan
pemerintahan
tersebut
harus
dapat
dipertanggungjawabkan. Di samping itu, praktik perusahaan yang baik juga dapat meningkatkan iklim keterbukaan, integritas, dan akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor publik. Secara umum, ketiga prinsip good governance tersebut di atas tercermin secara jelas dalam proses penganggaran, pelaporan keuangan, dan pemeriksaan atas pengelolaan dan
11
tanggung jawab keuangan negara sebagaimana tercantum dalam ketiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara tersebut. 2.1.2
Prinsip-prinsip Good Governance Adapun prinsip dasar good governance pada organisasi yang telah
diringkas menurut Indonesia Institute Corporate Governance (2007:165) meliputi: 1) Fairness (keadilan): auditor dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa harus bersikap independen dan
menegakkan keadilan terhadap kepentingan direksi, pemakai
laporan keuangan. 2) Transparancy
(transparan):
hendaknya
selalu
berusaha
untuk
transparan terhadap informasi laporan keuangan direksi yang di audit 3) Accountability (akuntabilitas): menjelaskan peran dan tanggung jawab dalam melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi pekerjaan juga pelaporan. 4) Responsibility (pertanggungjawaban): memastikan dipatuhinya prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar professional auditor selama menjalankan profesinya. 2.1.3
Locus of Control (LOC) Locus of control adalah persepsi tentang kendali mereka atas nasib,
kepercayaan diri dan kepercayaan mereka atas keberhasilan diri. LOC memainkan
12
peranan penting dalam berbagai kasus, seperti dysfunctional audit behavior, job satisfaction, kinerja, komitmen organisasi dan turnover intention (Patten, 2005). Locus of control merupakan salah satu aspek karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu dan dapat dibedakan atas locus of control internal dan locus of control external dalam Bunga (2012). Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Siti dan Edi, 2012). Locus of control menurut Bunga (2012) diartikan sebagai persepsi seseorang tentang sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaan. Locus of control dibedakan menjadi locus of control internal dan locus of control eksternal. Kontrol internal akan tampak melalui kemampuan kerja dan tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan dan kegagalan karyawan pada saat melakukan pekerjaannya. Sedangkan kontrol eksternal adalah karyawan yang merasakan bahwa terdapat kontrol diluar dirinya yang mendukung hasil pekerjaan yang dilakukannya seperti lingkungan kerjanya. Teori LOC menggolongkan individu apakah termasuk dalam LOC internal atau eksternal. Internal control adalah tingkatan di mana seorang individu berharap bahwa reinforcement atau hasil dari perilaku mereka bergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik personal mereka. External control adalah tingkatan di mana seseorang berharap bahwa reinforcement atau hasil adalah fungsi dari kesempatan, keberuntungan atau takdir di bawah kendali yang lain atau tidak bisa diprediksi. Pandangan hidup menurut internal dan external LOC sangat berbeda. Seseorang yang mempunyai internal locus of control yakin
13
dapat mengendalikan tujuan mereka sendiri, memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan di dalamnya. Individu dengan internal locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan juga lebih menyukai keahliankeahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan. Pada individu yang mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran di dalamnya. External locus of control diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain, hidup mereka cenderung dikendalikan oleh kekuatan di luar diri mereka sendiri (seperti keberuntungan), serta lebih banyak mencari dan memilih kondisi yang menguntungkan. (Robbins, 2008: 7) LOC dapat digunakan untuk memprediksi seseorang, LOC yang berbeda bisa mencerminkan motivasi dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karir mereka daripada eksternal, mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi lebih cepat dan mendapatkan penghasilan lebih. Sebagai tambahan, internal LOC dilaporkan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres daripada LOC eksternal. Penelitian sebelumnya (Siti dan Edi, 2012) menyatakan bahwa LOC eksternal berpengaruh negatif terhadap kinerja sehingga secara umum seseorang yang ber-LOC eksternal akan berkinerja lebih baik ketika suatu pengendalian dipaksakan atas mereka, atau sebaliknya ia akan melakukan
14
perilaku disfungsional (tidak sesuai aturan) untuk memenuhi ataupun mengelabui pengendalian tersebut. 2.1.4
Struktur Audit Muslim A Djalil (2002:34) menjelaskan bahwa struktur audit meliputi apa
yang harus dilakukan, instruksi bagaimana pekerjaan harus diselesaikan, alat untuk melakukan koordinasi, alat untuk pengawasan dan pengendalian audit dan alat penilai kualitas kerja yang dilaksanakan. Pemahaman terhadap struktur audit yang baik dapat meningkatkan kinerja auditor. Hal ini disebabkan karena teknik dan prosedur audit yang digunakan perusahaan akan menjadi lebih efektif dan efisien sehingga menghasilkan kinerja yang lebih baik. Bowrin (1998:41) menjelaskan bahwa proses audit yang terstruktur dikarakteristikan dengan memperkenalkan perubahan dari pendekatan tradisional ke penggunaan kerangka konseptual yang lebih efisien dan efektif untuk menyusun program audit dalam setiap perikatan dengan direksi. Sedangkan pendekatan audit yang tidak terstruktur dikarakteristikan dengan kurangnya pendokumentasian dalam hal kerangka kerja, panduan sistematis dalam proses audit. Salah satu fokus terhadap struktur audit adalah pengembangan dalam prosedur, aturan dan komunikasi dalam audit (Bowrin, 1998: 42). Penggunaan struktur audit merupakan salah satu strategi keputusan dalam hal pengumpulan bukti, struktur audit yang semakin baik akan membantu auditor dalam pengumpulan bukti sehingga akan berpengaruh terhadap penilaian atau sebuah pendapat audit, sehingga bukti yang kompeten dan relevan dapat terpenuhi guna memberikan pendapat terhadap laporan keuangan (Ristina dan Indah, 2014).
15
Peningkatan struktur audit pada perusahaan akan memberikan dampak baik secara eksternal maupun internal (Bowrin, 1998:52). Secara internal dapat meningkatkan kompleksitas lingkungan bisnis yang dihadapi perusahaan dan direksi, meningkatkan jumlah peraturan dimana perusahaan dan direksi harus mematuhinya, meningkatkan persaingan di antara perusahaan, dan meningkatkan perhatian perusahaan terhadap ancaman litigasi. Secara eksternal perusahaan dapat meningkatkan kekuatan pasar dengan diversifikasi dan diferensiasi dalam pelayanan dan turnover staf yang tinggi. Penggunaan struktur audit juga memiliki manfaat dan kerugian (Bowrin,1998:58). Manfaatnya antara lain, meningkatkan efektivitas dan efisiensi audit,
mengurangi litigasi yang dihadapi perusahaan, memberikan pengaruh
positif pada sumber daya manusia untuk perusahaan, memberikan kualitas diferensiasi layanan. Jika penggunaan struktur audit ini tidak dijalankan secara maksimal maka dapat mengurangi efektivitas dan efisiensi audit, meningkatkan litigasi yang dihadapi perusahaan, memberikan pengaruh negative bagi sumber daya manusia di perusahaan, dan dapat menurunkan auditor dalam penggunaan judgment. 2.1.5 Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan (leadership styles) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain/bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi (Luthans, 2002:575). Fleishman dan Peters (1962) dalam Trisnaningsih (2007), menjelaskan bahwa
16
gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang ditunjukkan pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain. Andi et al, (2013) telah meneliti gaya kepemimpinan di Ohio State University tentang perilaku pemimpin melalui dua dimensi, yaitu: consideration dan initiating structure. Consideration (konsiderasi) adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan kedekatan hubungan antara bawahan dengan atasan, adanya saling percaya, kekeluargaan, menghargai gagasan bawahan, dan adanya komunikasi antara pimpinan dengan bawahan. Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan parsial. Initiating structure (struktur inisiatif) merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, menjelaskan cara mengerjakan tugas yang benar. Teori kepemimpinan perilaku (behavioral) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer akan berpengaruh langsung terhadap efektivitas kelompok kerja (Kreitner dan Kinicki, 2005:302). Kelompok kerja dalam perusahaan merupakan pengelompokan kerja dalam bentuk unit kerja dan masingmasing unit kerja itu dipimpin oleh seorang manajer. Gaya manajer untuk mengelola sumber daya manusia dalam suatu unit kerja akan berpengaruh pada peningkatan kinerja unit, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Selanjutnya, teori kepemimpinan perilaku
17
(behavioral) berasumsi bahwa gaya kepemimpinan oleh seorang manajer dapat dikembangkan dan diperbaiki secara sistematik. 2.1.6 Pengertian Auditing Menurut Ali (2009: 11) auditing adalah suatu proses sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan
kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
dan
mengkomunikasikan
hasilnya
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Menurut Mulyadi (2002: 9) secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang
kejadian
ekonomi,
dengan
tujuan
untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan, serta menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Ditinjau dari sudut pandang profesi auditor publik, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan tersebut (Duane, 2003). Agoes (2000: 1) mendefinisikan auditing sebagai suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
18
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dari definisi-definisi yang telah disampaikan diatas, dapat dirumuskan bahwa setidaknya ada tiga elemen fundamental dalam auditing, yaitu: 1) Seorang auditor harus independen 2) Auditor bekerja mengumpulkan bukfi (evidence) untuk mendukung pendapatnya 3) Hasil pekerjaan auditor adalah laporan. Laporan menipakan hasil yang harus disampaikan auditor kepada pengguna laporan keuangan. 2.1.7 Manfaat Audit Menurut Dian (2011: 46) terdapat empat manfaat ekonomis suatu audit laporan keuangan, yaitu: 1) Akses ke pasar modal Undang-undang pasar modal mewajibkan perusahaan publik untuk diaudit laporan keuangannya agar bisa didaftar dan bisa menjual sahamnya di pasar modal. Tanpa audit perusahaan akan tolak untuk melakukan akses kepasar modal. 2) Biaya modal menjadi lebih rendah Perusahaan-perusahaan
kecil
seringkah
mengauditkan
laporan
keuangannya dalam rangka mendapatkan kredit dari bank atau dalam upaya mendapatkan persyaratan pinjaman yang lebih menguntungkan. Oleh karena laporan keuangan auditan dapat menurunkan resiko informasi, biasanya kreditor bersedia untuk menetapkan bunga yang
19
lebih rendah dan para investor mungkin akan bersedia untuk menerima rale of return yang lebih rendah atas investasinya. 3) Pencegahan terjadinya ketidak eflsienan dan kecurangan Apabila karyawan mengetahui bahwa perusahaan akan diaudit oleh auditor independen mereka cenderung untuk lebih berhati-hati agar dapat memperkecil terjadinya penyalahgunaan aktiva perusahaan. Selain itu. karena asersi-asersi dalam laporan keuangan akan diverifikasi,maka kemungkinan manajemen melakukan kecurangan dalam laporan keuangan akan menjadi lebih kecil. 4) Perbaikan dalam pengendalian dan operasional Berdasarkan observasi yang dilakukan selama auditor melaksanakan audit, auditor independen seringkah dapat memberi berbagai saran untuk memperbaiki pengendalian dan mencapai efisiensi operasi yang lebih besar dalam organisasi direksi. Manfaat ekonomis biasanya lebih dirasakan oleh perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. 2.1.8 Jenis Audit Menurut Halim (2003: 5) audit dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dilaksanakannya audit, yaitu: 1) Audit Laporan Keuangan (Financial statement Audit) Audit laporan keuangan mencakup penghimpun dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu prinsip auditorsi yang
20
berlaku umum (PABU). Laporan keuangan yang biasanya diperiksa meliputi neraca (laporan posisi keuangan), laporan laba-rugi, dan laporan arus kas. 2) Audit Kepatuhan(Compliance Audit) Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturanaturan, dan regulasi yang telah ditentukan. 3) Audit Operasional(Operational Audit) Tujuan
audit
operasional
mengidentifikasikan
adalah
kesempatan
untuk
untuk
menilai
perbaikan,
prestasi, membuat
rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan, serta tindakan lebih lanjut. 2.1.9
Standar Auditing Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan
audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya (Lauw et al., 2012: 2). Standar ini meliputi pertimbangan kualitas profesional mereka, seperti keahlian dan independensinya, persyaratan pelaporan dan bahan bukti. Standarauditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Auditor Indonesia (IAI) yang tertuang dalam Standar Profesional Auditor Publik (SPAP)
21
terdiri dari 10 (sepuluh) Standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: 1) Standar umum (1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. (2) Dalam
semua
hal
yang
berhubungan
dengan
perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. (3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2) Standar pekerjaan lapangan (1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya. (2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperlukan untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilaksanakan. (3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
22
3) Standar pelaporan (1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip auditorsi yang berlaku umum di Indonesia. (2) Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip auditorsi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip auditorsi tersebut dalam periode sebelumnya. (3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. (4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus ditanyakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus membuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. 2.1.10 Kinerja Auditor Menurut Bastion (2001: 329) memberikan definisi kerja sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.
23
Kinerja juga didefinisikan sebagai proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawaii (Handoko dalam Tika, 2006: 121). Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari: 1) Hasil-hasil fungsi pekerjaan 2) Pencapaian tujuan organisasi 3) Periode waktu tertentu Dapat ditanyakan apabila seseorang dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan yang diberikan dengan baik dan sesuai dengan harapan organisasinya, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki kinerja atau prestasi yang baik pula. 2.2
Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan
penelitian yang akan di uji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan permasalahan, tujuan penelitian, kajian-kajian teori relevan dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah : 2.2.1 Pengaruh Penerapan Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Seorang auditor yang memahami penerapan good governance secara benar maka akan mempengaruhi perilakunya dalam melaksanakan pekerjaannya dengan orientasi memperoleh hasil yang baik sehingga kinerjanya akan meningkat (Mu’azu and Siti, 2013). Ristina dan Indah (2014) juga menemukan bahwa
24
memahami penerapan good governance berpengaruh terhadap tingkah laku, dan perbuatan auditor dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut. H1: Penerapan good governance berpengaruh positif pada kinerja internal auditor. 2.2.2 Pengaruh locus of control Terhadap Kinerja Auditor Konsep locus of control terutama didasarkan pada teori pembelajaran sosial (social learning theory) (Bunga (2012). Locus of control adalah persepsi seseorang tentang kenapa sesuatu terjadi atau kekuatan apa yang mendorong aksinya. (perception of why thing happens or what drives the behavior). Locus of control mempengaruhi perilaku disfungsional audit, komitmen organisasi dan turnover intention (Donelly et al, 2003). Locus of control menurut Hjele dan Ziegler dalam Engko dan Gundono, (2007) diartikan sebagai persepsi seseorang tentang
sebab-sebab
keberhasilan
atau
kegagalan
dalam
melaksanakan
pekerjaannya. Siti dan Edi (2012) telah memberikan beberapa bukti bahwa internal locus of control berhubungan dengan peningkatan kinerja dan locus of control internal seharusnya memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding locus of control eksternal dalam sebuah lingkungan audit. Penelitian Bunga (2012) menghasilkan locus of control sebagai perantara hubungan kinerja dengan perilaku disfungsional audit. Penelitian Patten (2005) yang menunjukkan bahwa locus of control berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut. H2 : Locus of control berpengaruh positif pada kinerja internal auditor.
25
2.2.3
Pengaruh Struktur Audit Terhadap Kinerja Auditor Struktur audit membantu auditor dalam melakukan audit lebih terarah,
sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor. Struktur audit memiliki keterkaitan dengan koordinasi arus kerja, wewenang yang dimiliki, komunikasi dan kemampuan untuk beradaptasi (Elya dan Nila, 2010). Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa sturktur audit merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh auditor (Stuart and Mahbub, 2004). Victor (2010) menyatakan struktur audit dapat mempengaurhi kinerja internal auditor dalam membuat pelaporan yang maksimal. Struktur audit akan mendukung seorang auditor menyelesaikan tugastugasnya sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan hasil penelitian sebagai berikut. H3 : Struktur audit berpengaruh positif pada kinerja internal auditor. 2.2.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Kenneth
and Jeffrey (2007) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan suatu atribut yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan profesi atau tidak. Gaya kepemimpinan
dapat mempengaruhi kinerja auditor
dalam membuat laporan yang akurat (Maria, 2012). Seseorang dikatakan pemimpin apabila memimpin untuk mempengaruhi orang lain/bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi (Mohd et al., 2014). Dari penjelasan di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut. H4: Gaya kepemimpinan berpengaruh positif pada kinerja internal auditor.
26