BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Teori yang melandasi penelitian ini ada dua yaitu pecking order theorydan teori keagenan, dan menjelaskan mengenai pengertian dari masing-masing variabel yaitu variabel kebijakan utang, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan umur perusahaan. 2.1.1
Pecking order theory Menurut Husnan (1996:324) pecking order theory menjelaskan mengapa
perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Teori yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan yaitu: 1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan). 2) Perusahaan
mencoba
menyesuaikan
rasio
pembayaran
dividen
yang
ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara dramatis. 3) Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana investasi, meskipun pada kesempatan yang lain, mungkin kurang. 4) Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu.
1
Packing order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dana dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena mereka mempunyai target debt equity ratio yang rendah, tetapi karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai utang yang lebih besar karena dua alasan yaitu dana internal tidak cukup, utang merupakan sumber eksternal yang disukai. Sunder dan Myers (1999) menyimpulkan bahwa Pecking Order Theorymerupakan teori struktur modal yang istimewa yang dapat menjelaskan perilaku pendanaan perusahaan. 2.1.2
Teori keagenan Teori keagenan (Agency Theory) adalah suatu teori yang menjelaskan
hubungan kerjasama antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan, dimana pemilik perusahaanmendelegasikan wewenang kepada manajemen perusahaanuntuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan (Jensen dan Meckling,
1976).Pemilik
perusahaandan
manajemen
perusahaan
harus
memperolehinformasi yang sama mengenai kondisi internal perusahaan, apabila pihak manajemen lebih banyak mengetahui kondisi internal perusahaan maka akan timbul agency problems. Agency
problem
timbul
diakibatkan
adanyaasymmetric
information.Asymmetric information adalah suatu kondisi ketika bawahan mempunyai informasi yang lebih lengkap dan rinci dibandingkan dengan atasan(Handayani, 2013). Permasalahan asymmetric informationini timbul apabila pihak manajemen dan pemegang saham memiliki kepentingan yang berbeda, yaitu
2
manajemen menghendaki bertambahnya kekayaan dari pihak manajemen, sedangkan para pemegang saham mengharapkan peningkatan kemakmuran para pemilik modal, namun permasalah asymmetric informationdapat diatasi dengan kepemilikan saham oleh manajemen. Menurut Sartono (2001:11) manajer diberikan hak untuk membeli saham perusahaan dengan jumlah tertentu dengan harga yang telah ditentunkan, dengan demikian manajer akan berusaha meningkatkan harga saham perusahaan. Cara lain yaitu dengan pembagian dividen dengan jumlah yang besar sehingga tidak dapat free cash flow, apabila manajer memerlukan dana untuk investasi maka manajer terpaksa harus mencari sumber dana eksternal, apabila ini dilakukan secara periodik maka secara tidak langsung pemegang saham menempatkan manajer dibawah pengawasan eksternal. 2.1.3
Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan (Wikipedia bahasa Indonesia). Tujuan dari laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang lengkap akan terdiri dari: 1) Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur
3
pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih. 2) Laporan perubahan ekuitas adalah bagian dari laporan keuangan yang menunjukkan perubahan ekuitas selama satu periode.Laporan perubahan ekuitas terdiri dari saldo awal modal pada neraca saldo setelah disesuaikan di tambah laba bersih selama satu periode dikurangi dengan pengambilan prive. 3) Laporan posisi keuangan (neraca) adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut.Informasi yang dapat diperoleh dari neraca adalah posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu.Neraca terdiri dari tiga unsur yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas. Laporan keuangan harus dilengkapi juga dengan laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. 1) Laporan arus kas adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan.Manfaat dari laporan arus kas adalah pertama, melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas, dan perubahan bersih pada kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, pendanaan selama satu periode. Kedua informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Ketiga laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama satu periode. Keempat laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi
4
pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan. 2) Catatan atas laporan keuangan adalah catatan tambahan dan informasi yang ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada pembaca dengan informasi lebih lanjut. 2.1.4
Kebijakan Utang Utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang
yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa kini untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian dimasa lalu (Baridwan, 2004:215). Kebijakan utang perusahaan adalah keputusan yang diambil manajemen perusahaan untuk mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan dana yang berasal dari pihak luar. Kebijakan utang yang diambil oleh suatu perusahaan harus
sangat berhati-hati karena peningkatan penggunaan utang dalam suatu perusahaan dapat menyebabkan menurunnya nilai perusahaan. Penggunaan utang dalam suatu perusahaan memiliki dampak positif yaitu dapat mengatasi konflik yang terjadi antara manajemen dan pemegang saham. Manajemen memilih menggunakan utang karena semakin besar jumlah keuntungan yang diperoleh maka manajemen akan memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya semakin besar, dan besarnya keuntungan tidak dapat berpengaruh terhadap besarnya beban bunga yang akan dibayarkan perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan akan membayar beban utang sesuai dengan kesepakatan awal saat meminjam dana tersebut.
5
Perbedaan terjadi jika perusahaan lebih memilih menggunakan dana internal untuk mendanai perusahaan. Berdasarkan pecking order theory menjelaskan perusahaan akan memilih menggunakan dana internal, namun apabila dana internal tidak mencukupi untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan maka perusahaan akan mengambil kebijakan utang sebagai salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh perusahaan. Penggunaan utang menurut packing order theory dapat menimbulkan risiko keuangan, hal ini menuntut perusahaan agar dapat mengelola utangnya dengan baik, baik itu utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.Pada laporan keuangan (neraca) utang diklasifikasikan ke dalam dua kelompok saja yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang.Bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun berjalan dikelompokkan ke dalam utang jangka pendek sedangkan yang lebih dari satu tahun dikelompokkan ke dalam utang jangka panjang.Dua jenis utang menurut Baridwan (2004:215)adalah: 1) Utang jangka pendek yaitu utang yang jangka waktunya kurang dari satu tahun, yang termasuk utang jangka pendek adalah utang dagang dan utang wesel, utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode itu, utang dividen, uang muka dan jaminan yang dapat diminta kembali, dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga, utang biaya, pendapatan diterima dimuka. 2) Utang jangka panjang yaitu utang-utang yang pelunasannya lebih dari satu tahun.Utang jangka panjang timbul karena adanya kebutuhan dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap. Kelompok dari utang jangka panjang adalah
6
obligasi, utang wesel jangka panjang, utang hipotik, utang kredit bank jangka panjang. 2.1.5
Kepemilikan institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain) (Anggraini, 2011). Pihak institusional memiliki pengaruh yang sangat besar padaperusahaan karena pihak institusional dapat mengendalikan pihak manajemen dengan melakukan monitoring yang efektif.Agrawal dan Mendelker (1987) menyatakan bahwa investorinstitusional mempunyai peranan yang penting untuk melakukan pengawasanterhadap perusahaan.Menurut Nuraina (2012) dengan adanya kontrol yang ketat,menyebabkan manajer menggunakan utang padatingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinanterjadinya financial distress dan risikokebangkrutan. 2.1.6
Kepemilikan manajerial Kepemilikan manajerial adalah proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen
yang
secara
aktif
ikut
dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan.Kepemilikan manajerial berpengaruh pada keputusan pendanaan perusahaan melalui utang, namun dengan utang manajer akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan pendanaan, karena penggunaan utang membawa dampak positif bagi perusahaan yaitu perusahaan yang berutang akan lebih ramping karena pihak manajemen akan memotong pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu, sebaliknya perusahaan dengan utang sedikit dan arus kas bebas dalam
7
jumlah yang signifikan (kas tersisa setelah berinvestasi dalam suatu proyek yang menjanjikan) dapat memiliki kecenderungan untuk menghabiskan uang (Horne dan John, 2007:245). Semakin rendah persentase kepemilikan para manajer, semakin rendah kecenderungan mereka akan bertindak secara konsisten untuk memaksimalkan kesejahteraa para pemegang saham dan semakin besar kebutuhan pengawas atas aktivitas pihak manajemen bagi para pemegang saham luar (Horne dan John, 2012:6). 2.1.7
Ukuran perusahaan Menurut Putri (2012) ukuran perusahaan dapat juga mempengaruhi
struktur modal karena semakin besar suatu perusahaan akan cenderung menggunakan utang yang lebih besar. Ukuran perusahaan menunjukkan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Yusralaini, dkk, 2009). Perusahaan yang memiliki ukuran semakin besar akan berpengaruh pada kemudahan perusahaan dalam memperoleh pinjaman. Penggunaan utang oleh perusahaan yang berukuran besar akan menyebabkan perusahaan mengalami risiko keuangan yang semakin besar. Penggunaan utang yang semakin besar harus diikuti dengan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajibannya
sangat
menentukan kelangsungan hidup perusahaan, apabila total debt to equity ratio semakin rendah akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajibannya menggunakan modal sendiri, sedangkan semakin tinggi total debt to equity ratio semakin tinggi pula kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Menurut Yusralaini (2009) sebuah perusahaan yang ukuran atau
8
skalanya besar dan sahamnya tersebar luas, biasanya memiliki kekuatan tersendiri dalam
menghadapi
masalah
bisnis
dan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba lebih tinggi karena usaha atau bisnisnya didukung oleh aset yang besar sehingga kendala perusahaan seperti peralatan yang memadai dan sebagainya dapatdiatasi. 2.1.8
Umur perusahaan Menurut Zen dan Merry (2007) umur perusahaan adalah umur sejak
berdirinya hingga perusahaan telahmampu menjalankan operasinya. Perusahaan yang telah lama beroperasi berarti perusahaan telah menghadapi berbagai kondisi yang selalu berkembang dan berbeda (Windraesti, 2012).Hal ini menjadi pertimbangan bagi para pemberi pinjaman, yaitu krediturakan lebih percaya dengan perusahaan yang mampu bertahan. Menurut Margaretha dan Rizky (2010) umur perusahaan akan dapat mempengaruhi penggunaan utang dalam suatu perusahaan karena umur perusahaan dapat mempengaruhi kepercayaan kreditur terhadap perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama perusahaan beroperasi maka perusahaan akan terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga
kepercayaan
kreditur
pada
perusahaan
bertambah.
Perusahaan
akanmemanfaatkan pendanaan melalui utang saat kepercayaan yang tinggi dimiliki perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak eksternal.
9
2.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis antaralain: 2.2.1
Pengaruh Kepemilikan institusional pada Kebijakan Utang Suatu perusahaan apabila jumlah saham yang dimiliki oleh pihak
institusional besar maka pengawasan terhadap perusahaan akan semakin efektif. Kepemilikan institusional menurut Crutchley, et. al., (1999) menyatakan bahwa kepemilikan institusional juga dapat menurunkanbiaya agensi, karena dengan adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional menyebabkan penggunaan utang menurun.Sugiarto (2011) menyatakan dengan adanya kepemilikan institusional dalam perusahaan membuat manajer merasa diawasi sehingga tidak menggunakan
utang
untuk
investasi
yang
tidak
menguntungkan
atau
untukdikonsumsi secara pribadi. Menurut Badar dan Asif (2013) peningkatan utang juga akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemenHipotesis ini didukung oleh pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal untuk sumber pembiayaan, mereka hanya akan menggunakan pembiayan eksternal jika dana internal tidak cukup (Erdinc et al. 2011). Penelitian terdahulu dilakukan oleh Yeniatie dan Nicken (2010) yaitu kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang dan Kurniati (2007)yang memperoleh hasil bahwa kepemilikan saham oleh institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang yang diukur menggunakan rasio utang.Berdasarkan hal diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
10
H 1: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada kebijakan utang. 2.2.2
Pengaruh Kepemilikan manajerial pada Kebijakan Utang Menurut Susanto (2011) langkah memberikan bagian kepemilikan saham
bagi para manajer ditujukan untuk menarik dan mempertahankan manajer yang potensial dan untuk mengarahkan tindakan manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham, terutama untuk memaksimalkan harga saham. Kepemilikan manajerial akan membuat para manajer mengambil suatu keputusan dengan berhati-hati,
penggunaan
utang
oleh
perusahaan
juga
perlu
dilakukan
pertimbangan karena penggunaan utang akan menyebabkan risiko terhadap perusahaan semakin tinggi. Risiko yang semakin tinggi menyebabkan kedudukan manajer dalam suatu perusahaan menjadi terancam, untuk mengindari hal tersebut maka manajemen akan mengendalikan pendanaan melalui utang. Hipotesis ini didukung oleh pecking order theory yang menunjukkan bahwa perusahaan awalnya akan mengandalkan dana internal, dan kemudian mereka akan beralih ke utang jika dana tambahan yang diperlukan (Zuraidah, 2012). Pernyataan yang sama yaitu menurut Ramlall (2009) berdasarkan pada pecking order theory perusahaan cenderung menggunakan sumber pembiayaan internal yaitu retained earning, kemudian beralih menggunakan utang dan terakhir menggunakan equity. Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kurniati (2007) yang memperoleh hasil bahwa kepemilikan saham oleh manajemen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan utang yang diukur menggunakan rasio utang. Hasil penelitian yang sama diperoleh oleh Masdupi (2007) dalam Isnaeni (2008) yaitu kepemilikan manajerial mempunyai
11
pengaruh negatifdan signifikan terhadap kebijakan utang perusahaan dan Friend dan Lang (1988) juga mendapatkan hasil bahwa kepemilikan saham oleh manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang. Berdasarkan hal diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah: H 2: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada kebijakan utang. 2.2.3
Pengaruh Ukuran perusahaan pada Kebijakan Utang Ukuran perusahaan menunjukkan total aktiva yang dimiliki perusahaan
(Yusralaini, dkk, 2009). Prospek dari suatu perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar juga lebih mampu dalam menghasilkan laba daripada perusahaan yang kecil dengan total aktiva yang kecil. Menurut teori keagenan perusahaan akan menggunakan utang untuk mengurangi agency problem yang terjadi antara manajemen dengan pemegang saham. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wiliandri (2011) menemukan ukuran perusahaanberpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang, Friend dan Lang (1988) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Lopez dan Fransisco (2008) yaitu ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan utang artinya perusahaan dengan ukuran perusahaan yang lebih besar diperkirakan mempunyai kesempatan untuk menarik utang dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Berdasarkan hal diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah: H 3: Ukuran perusahaan berpengaruh posititf pada kebijakan utang.
12
2.2.4
Pengaruh Umur perusahaan pada Kebijakan Utang Menurut Zen dan Merry (2007) umur perusahaan adalah umur sejak
berdirinya hingga perusahaan telahmampu menjalankan operasinya. Perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih berkembang dan mampu dalam menghadapi persaingan dalam berbagai kondisi yang ada, sehingga para pemberi pinjaman akan lebih yakin dengan perusahaan yang telah lama berdiri. Penelitian ini didukung oleh teori keagenanyaitu perusahaan akan lebih memilih menggunakan utang sebagai pendanaan perusahaan untuk mengatasi masalah keagenan. Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bhaduri (2002) yaitu umur perusahaan berpengaruh pada struktur modal perusahaan, yaitu semakin pendek periode waktu berdirinya suatu perusahaanmaka akan menggunakan utang yang lebih kecil.Berdasarkan hal diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah: H 4: Umur perusahaan berpengaruh positif pada kebijakan utang.
13